Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan telah


memberikan perubahan dan kemajuan dalam teknik
pemeriksaan di bidang radiografi. Yang tujuan akhirnya adalah
menegakkan diagnose,sehingga dapat memberikan pengobatan
dan terapi yang tepat sasaran bagi pasien, sebagai konsumen
dari pelayanan rumah sakit. Oleh Karena itu dibutuhkan suatu
pelatihan dan penyegaran dalam bidang teknolgi yang terbaru
bagi radiographer sebagai ujung tombak pelayanan.

Undang undang no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,


menunjukkan bahwa rumah sakit memiliki salah satu kewajiban
untuk melindungi keselamatan pasien (pasien safety). Salah
satu upaya rumah sakit adalah dengan menjaga standar
pelayanan dengan menjaga standar profesi dan kompetensi dari
staf kesehatannya.

Salah satu factor penting dalam keselamatan pasien


adalah pemberian suatu kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan yang berkompeten sesuai keahliannya.

Standar profesi tenaga kesehatan dapat menjadi acuan


untuk menentukan lingkup dan rincian kewenangan bagi setiap
profesi tenaga kesehatan.
KREDENSIAL RADIOGRAFER

Definisi kredensial adalah proses formal yang digunakan


untuk memverifikasi suatu keahlian/kompetensi, pengalaman
dan profesionalisme seseorang dalam memberikan pelayanan
yang spesifik, mengedepankan keselamatan pasien dan bermutu
tinggi dalam keahliannya. Dengan memiliki ruang lingkup
keahlian tertentu dalam suatu pelayanan kesehatan merupakan
gambaran dari sejauh mana tingkat keahlian seseorang dalam
fasilitas kesehatan tertentu yang dapat diperbolehkan dalam
pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini menjamin bahwa setiap
pelayanan kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten.

Kredensial berlaku bagi semua professional yang


menjalankan pelayanan kesehatan baik sebagai penanggung
jawab, pelaksana dan pengajar di fasilitas kesehatan.

A. Tujuan

Tujuan yang diharapkan dalam proses kredensial adalah:

1. Memiliki ruang lingkup yang spesifik dalam pelayanan


kesehatan.
2. Memberikan kepastian rasa aman dan menjaga
keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan dan didukung dengan staff professional yang
handal
3. Memberikan paying hukum tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas sesuai prosedur
4. Meningkatkan profesionalisme, keahlian dan kompetensi
tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan.
5. Meningkatkan reputasi tenaga kesehatan dan institusi
fasilitas kesehatan

B. Manfaat
1. Mempertahankan dan meningkatka mutu
keahlian/keterampilan tenaga kesehatan
2. Menetapkan standar pelayanan
3. Melindungi pasien serta tenaga kesehatan terhadap
pelayanan kesehatan
4. Menentukan dan mempertahankan standar kompetensi
tenaga kesehatan
5. Meningkatkan pendidikam dan pelatihan berkelanjutan
6. Memberikan kepastian hukum terkait kewenangan
tenaga kesehatan
7. Memberikan perlindungan terhadap pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasien
8. Menjaga etika, disiplin dan perilaku budaya

C. Proses Kredensial
1. Bukti dokumen
2. Registrasi profesi
3. Surat ijin kerja sebagai lahan praktek
4. Terkualifikasi dan lulus uji kompetensi
5. Komitmen untuk melanjutkan pendidikan professional
6. Mempunyai etika, disiplin dan perilaku profesi (kode
etik)
7. Memiliki kesehatan yang prima

D. Instrumen Kredensial
1. Susuna organisasi
2. Pembentukan kebijakan kredensial
3. Standar kompetensi
4. Pelaksanaan kredensial
5. Penetapan kompetensi keahlian

E. Mekanisme Kredensial
1. Pengajuan kredensial
2. Evaluasi kompetensi
3. Rekomendasi surat penugasan

F. Kewenangan
Rincian kewenangan khusus untuk radiographer
berkaitan dengan peralatan dan staff yang tersedia di
fasilitas tersebut. Hal ini berkaitan dengan sumber daya
yang spesifik, dapat berupa alat rontgen<USG, CT Scan
dan bahkan MRI.
1. Kewenangan inti radiographer.
Kewenangan ini merupakan kewenangan yang didasarkan
pada kompetensi suatu profesi yang tidak terpisahkan
dari suatu peraturan yang berlaku. Kewenangan
radiographer mencakup managemen operasional unit
radiologi. Tugas pokoknya adalah melaksanakan
pemeriksaan radiodiagnostik dengan menggunakan
peralatan diagnostic yang bersumber dari sinar-X,
serta alat medis canggih lainnya yang berupa CT Scan,
MRI serta USG. Standar pendidikan minimum, memiliki
ijazah Diploma III teknik radiologi
- Diagnostik
- Imejing CT Scan dan MRI
- Imejing Ultrasonografi (USG)/ Sonografer

2. Kewenangan tambahan radiographer.


Kewenangan tambahan radiographer diberikan
berdasarkan penambahan dari suatu keahlian, dapat
menjadi pengajar, clinical instructor dan bidang lainnya
yang menunjang kewenangan inti. Contohnya adalah
sebagai petugas proteksi radiasi,
Pengajar/pembimbing/clinical instructor, tim mitra
bestari.
TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN

Citra sinar-X konvensional banyak memiliki


keterbatasan dalam menggambarkan objek yng dicitrakan. Hal
ini terjadi karena pencitraan sinar-X konvensional hanya
merupakan proyeksi satu arah, sehingga jika pada objek
terdapat objek yang memiliki variasi densitas electron pada
suatu berkas, maka gambaran yang terjadi seperti tumpang
tindih (overlapping).Salah satu cara untuk mengatasi hal ini
maka, dengan menggunakan eksposi radiografi pada beberapa
arah.
Teknik ini berkembang dengan nama tomografi. Lalu
lambat laun berevolusi menjadi Computed Tomography (CT).
Pada awalnya pemeriksaan ini dilakukan untuk pencitraan
kepala. Lambat laun berkembang menjadi pemeriksaan untuk
semua organ tubuh.
Prinsip utamanya adalah sinar x ditembakkan ke pasien
dengan menggunakan sudut tertentu. Pada saat sinar x
ditembakkan lalu sebagian diserap oleh bagian tubuh yang
dilaluinya. Dan kemudian sinar x akan ditangkap oleh detector.
Sinar x yang ditangkap ini lalu dilakukan mapping serapan
sinar x, tergantung densitas organ tubuh yang telah dilaluinya.
Sumber sinar x kemudian diputar 360*. Kemudian data
yang terproyeksi direkonstruksi untuk mendapatkan citra
tampang lintang. (Handee dan ritenour 2002).
Komponen utama dalam CT Scan adalah Gantry, Meja
pasien, sumber sinar X (tube), kolimasi dan filter dan
detector.
Persiapan pasien, potongan pemeriksaan serta
penggunaan contras media dapat berbeda-beda sesuai objek
dan klinis pasien yang akan diperiksa. Hal lainnya adalah
tergantung pada jenis CT Scan yang dipergunakan dalam suatu
fasilitas kesehatan. Tentu saja pemeriksaan ct scan dengan
menggunakan alat CT scan 2 slice akan berbeda dengan CT
Scan 64 slice. Demakin banyak dan semakin tipis potongan
(Irisan) yang dapat dilakukan pada suatu alat maka gambar
yang dihasilkan akan semakin baik. Gambaran gambaran
tersebut dapat direkonstruksi dengan menggunakan suatu
software sehingga akan menjadi gambaran CT Scan 3 dimensi.
Gambaran ini dapat menyerupai bentuk aslinya apabila
menggunakan printer 3 dimensi pula, bahkan dengan teknik
pewarnaan gambaran dan penggunaan kontras media serta
pengaturan injector yang tepat, dapat mendiagnosa kondisi
dari tiap organ pasien yang diperiksa.
Tentu saja dalam melakukan pemeriksaan CT Scan
harus dilakukan kerjasama yang baik antara radiographer,
klinisi, dokter spesialis radiologi serta petugas fisika medis.
BUDAYA KESEHATAN KERJA RADIOGRAFER

Budaya kesehatan kerja radiographer merupakan proses


yang memungkinkan para radiographer untuk meningkatkan
kesehatannya dan merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan kualitas dan produktifitas kerja.

Landasan hukum ;

UU no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja


UU RI no.13 tahun 2003 tentang ketenagaan kerja
UU no.36 tahun 2009 tentang kesehatan
UU RI no.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
UU RI no.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
UU RI n0.44 tahun 2009 tentang rumah sakit
UU RI no.36 tahun 2014 standar profesi radiographer
KEMENKES no.432/menkes/sk/IV/2007 tentang
pedoman manajemen k3 di rumah sakit
Rekomendasi ILO/WHO -konvensi no.155/1985 tentang
kewajiban setiap Negara untuk merumuskan,melaksanakan
dan mengevaluasi kebijakan nasionalnya di bidang k3 serta
lingkungan hidup
Tujuan kesehata kerja yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup
pekerja supaya tetap sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang di akibatkan oleh
pekerja dan lingkungan tempat kerja.

Factor bahaya potensial di lingkungan kerja radiographer ;

1. Bahaya potensial fisik : radiasi,suhu,pencahayaan,bising


2. Bahaya potensial kimia : asam solvent,logam
berat(Ag,Nitrobenzimidasol,Glutaraldehyde)
3. Bahaya potensial biologi : TB,Vi,serangga,dst
4. Bahaya potensial ergonomic :
postur,repetitive,manual,handling
5. Bahaya potensial psikososial : monoton,soliter,hubungan
interpersonal

Untuk dapat bekerja dengan produktif pekerja harus


sehat,bugar dan terampil.

Untuk dapat mencapai dan mempertahankan kesehatan,pekerja


perlu budaya kesehatan kerja

- Lingkungan kerja yang sehat dan aman


- Perilaku kerja sehat & PHBS
- Pelayanan kesehatan kerja yang memadai
*sarana kesehatan yang terjangkau
*sarana kebutuhan gizi pekerja

Anda mungkin juga menyukai