Anda di halaman 1dari 22

PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK TANPA MEDIA

KONTRAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian 1. Pemeriksaan radiodiagnostik tanpa media kontras adalah


pemeriksaan imejing radiodiagnostik dengan
menggunakan thnis radiografi (pemotretan rontgen)
menggunakan pesawat sinar-X diagnostik.
2. Indikasi
o Kelainan pada sistema tulang, sendi dan otot
(muskuloskeletal)
o Kelainan pada sistema pernafasan (respirasi)
o Kelainan pada sistema saluran pencernaan
(gastrointestinal)
o Kelainan pada sistema urogenital
o Pasca trauma
o Evaluasi pasca tindakan medis/pengobatan
3. Kontra indikasi
o Absolut : tidak ada
o Realtif : keadaan umum pasien yang buruk.
4. Kententuan umum:
o Pelayanan diberikan kepada seluruh SMF dalam
jajaran Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soeratno
Gemolong dan pihak pengguna jasa layanan
radiodiagnostik harus dilengkapi dengan surat
pengantar dari dokter
o Pemeriksaan imejing radiodiagnostik dengan status
cito dapat dilayani atas indikasi medis.
5. Permintaan pemeriksaan imejing radiodiagnostik yang
bukan merupakan kegiatan pelayanan rutin dapat diminta
dengan terlebih dahulu membicarakan dengan SMF
radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soeratno
Gemolong
6. Jenis pelayanan pemeriksaan radiology tanpa media
kontras:
o Pemotretan sistema tulang, sendi dan otot
(mukuloskeletal)
o Pemotretan thorax (traktus respiratorius)
o Pemotretan abdomen (traktus gastrointestinal
Tujuan 1. Umum :
Peningkatan Mutu Pelayanan Radiologi
2. Khusus :
Sebagai acuan dalam pemeriksaan radiologi tanpa kontras
Kebijakan 1. Pemeriksaan radiodiagnostik tanpa media kontras
dilakukan oleh radiografer yang jaga sesuai jadwal.
2. Ekpertisi foto dilakukan oleh dokter spesialis radiologi
yang jaga sesuai jadwal
Prosedur 1. Peralatan untuk pemeriksaan
- Pesawat sinar-X (pesawat rontgen) dengan berbagai
tingkatan spesifikasi (KV, MA dan S)
- Kaset CR semua ukuran
- Pakaian pasien selama pemeriksaan
- Perlengkapan proteksi radiasi bagi pekerja

2. Teknik pemeriksaan
- Pesawat rontgen yang akan digunakan untuk
pencitraan dihidupkan 15 menit sebelum pemotretan.
- Pasien diminta melepas seluruh aksesoris logam yang
dipakai pada daerah yang akan dilakukan pemotretan.
- Pasien diposisikan sesuai dengan posisi standar
pemeriksaan yang akan dilakukan.
- Setting operasional dengan acuan yang telah
ditetapkan pada buku petunjuk operasional dari
masing-masing pesawat.

Unit Terkait 1. IGD


2. IRJA
3. IRNA
PEMERIKSAAN SECARA RADIOLOGIS PADA KASUS
DARURAT MEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian 1. Kasus-kasus darurat medis adalah kasus-kasus yang


memerlukan pemeriksaan radiologis secara cepat untuk
menunjang diagnosa.
2. Dilakukan pelayanan pemeriksaan radiagnostik sesuai
dengan permintaan dokter pengirim dan dilakukan
pemotretan dengan teknis dan standar proyeksi
pemotretan seperti telah diuraikan.
3. Penyerahan hasil pemeriksaan untuk kasus darurat
dilaksanakan dalam waktu maksimal 24 jam sesudah
pemotretan selesai dilakukan (one day service)
4. Kasus-kasus yang termasuk darurat medis antara lain:
- Tauma kepala
- Trauma vertebra
- Trauma thorax
- Trauma Abdomen
Tujuan 1. Umum :
Peningkatan Mutu Pelayanan Radiologi
2. Khusus :
Sebagai acuan dalam pemeriksaan radiologi dengan kontras
Kebijakan 1. Pemotretan dilakukan oleh radiografer sesuai jadwal .
2. Pembacaan foto dokter spesialis radiologi sesuai jadwal.
3. Pada kasus – kasus darurat medis pemeriksaan
didahulukan
Prosedur 1) Trauma Kepala
Proyeksi pemotretan sesuai dengan permintaan dokter
pengirim.
1. Standar teknik pemotretan mengacu pada teknik
pemotretan Kepala (cranium).
2. Tujuan pemeriksaan:
- Melakukan identifikasi kemungkinan adanya fraktur,
perdarahan extra dan atau intracerebral.
- Memberikan masukan/saran kepada dokter pengirim
tentang kemungkinan pemeriksaan lanjut di bidang
Radiodiagnostik
2) Trauma Vertebra
1. Proyeksi pemotretan sesuai dengan permintaan dokter
pengirim
2. Standar teknik pemotretan pada teknik pemotretan
collumna vertebralis
3. Tujuan pemeriksaan:
4. Melakukan identifikasi kemungkinan adanya fraktur
pada corpus vertebralis, discus intervertebralis, dan
kemungkinan kelainan lain dari struktur yang terkait.
5. Memberikan masukan/saran kepada dokter pengirim
tentang kemungkinan pemeriksaan di bidang
radiodiagnostik.
3) 3) Trauma Thorax
1. Proyeksi pemotretan sesuai dengan permintaan dokter
pengirim.
2. Standar teknik pemotretan mengacu pada teknik
pemotretan Thorax.
3. Tujuan pemeriksaan:
o Mengidentifikasi kemungkinan adanya fractur
tulang dinding Thorax.
o Mengidentifikasi kemungkinan adanya komplikasi
akibat trauma Thorax (hemothorax, pneumothorax,
mediastinum shift, corpus allineum, dan lain-lain).
4. Memberikan masukan/saran kepada dokter pengirim
tentang kemungkinan pemeriksaan lanjutan di bidang
Radiodiagnostik apabila diperlukan.
4) Trauma Abdomen
1. Jenis pemeriksaan imejing diagnostik yang dilakukan,
sesuai dengan permintaan dokter pengirim.
2. Teknis pemeriksaan mengacu pada prosedur standar
pelayanan pemeriksaan imejing diagnostik: abdomen
3 posisi.
3. Pada pasien dengan keadaan umum yang buruk
sehingga pemotretan proyeksi LLD sulit dikerjakan,
maka dilakukan substansi CR sinar vertikal dengan
sinar horisontal
4. Tujuan pemeriksaan:
o Mengidentifikasi adanya tanda-tanda gangguan
passage (illeus) dan menentukan jenisnya
(obstruktif atau paralytic).
o Mengidentifikasi kemungkinan adanya komplikasi
yang diakibatkan oleh gangguan passage tersebut
(udara bebas, peritonitis, ascites).
o Memberikan saran/masukan pemeriksaan lanjutan
di dalam bidang radiodiagnostik apabila diperlukan

Unit Terkait 1. IGD


2. IRJA
3. IRNA
PEMERIKSAAN CRANIUM (KEPALA)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian 1. Pemeriksaan kepala yang dimaksud disini adalah


pemeriksaan secara radiologis dari kepala dengan
menggunakan pesawat sinar-X diagnostik untuk melihat
anatomi kepala dan bagian-bagiannya sesuai permintaan
dokter, untuk menegakkan diagnose
2. Pada permintaan foto kepala rutine: dikerjakan
pemotretan proyeksi AP dan lateral.
3. Pada permintaan foto kepala 3 posisi: dikerjakan
pemotretan proyeksi AP, lateral dan Towne’s
4. Pada permintaan foto kepala untuk penilaian Sinus Para
Nasalis (SPN) dikerjakan pemotretan proyeksi AP, lateral
dan water’s
5. Foto proyeksi basis cranii dapat dikerjakan atas
permintaan (dicantumkan pada blangko permintaan foto)
Tujuan 1. Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan
2. Khusus :
Sebagai acuan dalam pembuatan foto kepala
Kebijakan 1. Pemotretan dilakukan oleh radiografer jaga sesuai jadwal.
2. Ekspertisi foto oleh dokter spesialis radiology sesuia
jadwal
Prosedur 1. Persiapan alat :
Jenis peralatan pokok sama dengan peralatan yang
tercantum untuk pelayanan pemeriksaan radiodiagnostik
tanpa media kontras (prosedur tehnis umum)
2. Persiapan pasien :
Tidak ada persiapan khusus, hanya benda-benda logam
(misalnya anting-anting, kalung, penjepit rambut, dan lain-
lain) yang dapat menggangu gambaran obyek dilepas

3. Proyeksi kepala Antro-Posterior (AP)


o Posisi pasien : supine, berbaring diatas meja
pemeriksaan

 Mengidentifikasi kemungkinan adanya


komplikasi yang diakibatkan oleh gangguan
passage tersebut (udara bebas, peritonitis,
ascites).
 Memberikan saran/masukan pemeriksaan
lanjutan di dalam bidang radiodiagnostik
apabila diperlukan
o Proyeksi objek :
- Mid Sagital Plane (MSP) kepala tegak lurus
terhadap garis tengah kaset/meja pemeriksaan.
- Kedua bahu dalam posisi sejajar
- Kepala difleksikan sehingga Orbito Matal Line
(OML) tegak lurus terhadap meja pemeriksaan
- Kedua lengan disamping tubuh
- Titik glabella diposisikan pada pertengahan kaset
- Menggunakan bucky/grid
- Arah sinar vertikal tegak lurus kaset dengan
sentrasi pada titik glabella
- Kondisi pemotretan:
 FFD : 90 Cm
 KV : 70 cm
 MAS :16-25 MAS
- Kriteria:
Tampak gambaran kedua orbita simetris, kedua
os petrosum superposisi dengan dinding bawah
orbita. Gambaran seluruh sistema tulang
croniofacial tidak terpotong
4. Proyeksi Kepala Lateral
- Posisi pasien :Supine diatas meja pemeriksaan
Lengan dan kaki sisi yang diperiksa lurus, sedang
lengan dan kaki sisi yang tidak diperiksa (kontra
lateral) difleksikan (pada sendi lutut dan sendi siku)
- Posisi objek :
 Kepala diposisikan sedemikian rupa sehingga sella
tursica (titik 5 cm superior MAE) berada di
pertengahan kaset.
 Mid Sagital Plane dari kepala sejajar dengan kaset
 Inter Pupillary Line (IPL) tegak lurus dengan kaset
- Menggunakan bucky / grid .
- Kondisi pemotretan:
 FFD : 90 Cm
 KV : 70 – 80
 MA : 200 – 250
 S : 0,25 –0,30
 CR : vertikal 1 kaset
 CP : 5 cm superior MAE
- Kriteria :
Tampak gambaran sella tursika, rongga kepala tanpa
rotasi, rumus mandibula saling superposisi, rongga
orbita saling super posisi, kedua MAE dan mostoid
saling superpsosisi

5. Proyeksi Towne’s
- Posisi pasien
 Supine di atas meja pemeriksaan
 Mid Sagital Plane (MSP) tubuh tegak lurus
terhadap garis tengah meja pemeriksaan.
 Kedua bahu pada posisi sejajar
- Posisi objek:
 Mid Sagital Plane tepat pada pertengahan kaset
dan tegak lurus pada bidang horizontal
(permukaan kaset/meja pemeriksaan)
 Kepala difleksikan sehingga Orbita Matal line
(OML) tegak lurus terhadap permukaan kaset.
 Posisi kaset diatur sehingga tepi cranial kaset
setinggi tepi kepala (vertex)
- Menggunakan bucky/grid
- Kondisi pemotretan
 FFD : 90 Cm
 KV : 70 – 80
 MA : 200 – 250
 S : 0,25 –0,30
 CR : membentuk sudut 30 0 caudal terhadap OML
 CP : titik 5 cm superior glabella
- Kriteria:
Tampak gambaran os occipital terbebas dari
superposisi, kedua os petro sum tampak
simetris, dorsum sellae dan processus
clinoideus posterior terproyeksi pada foramen
magnum.
6. Proyeksi Water’s
- Posisi pasien:
 Prone atau duduk menghadap kaset
 Kedua bahu diposisikan sejajar
- Posisi Objek:
 MSP kepala tepat pada garis tengah kaset
 Ujung dagu menempel pada permukaan kaset
 Kepala diatur sedemikian rupa sehingga OML
membentuk sudut 37 0 terhadap kaset
 Acanthion berada pada pertengahan kaset
- Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset dengan
sentrasi pada ubun-ubun (vertex) sehingga sinar keluar
melalui acanthion
- Menggunakan bucky / grid
- Kondisi pemotretan
 FFD : 90 Cm
 KV : 80 – 90
 MA :200 – 250
 S : 0,25 – 0,30
- Kriteria :
Kedua rongga orbito tampak simetris, tampak sinus maxillaries
os maxilla dan os zygomaticum.

Unit Terkait 4. IGD


5. IRJA
6. IRNA
PEMERIKSAAN COLLUMNA VERTEBRA
CERVICALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian  Pemeriksaan collumna vertebra cervicalis adalah


pembuatan secara radiologis dari collumna vertebra
cervicalis, foramen-foramennya dari C1 – C7 serta
jaringan soft tissue disekitarnya
 Minimal dilakukan 2 proyeksi, AP dan lateral. Apabila
diperlukan untuk memperlihatkan foramen inters vertebra
servicalis, ditambah dengan proyeksi oblique kanan dan
obliue kii.
 Diperlukan tehnik sendiri dengan buka mulut untuk
memperlihatkan vertebra cervical.

Tujuan Mengetahui jaringan soft tissue,foramen inters, fraktur.

Kebijakan 1. Pemotretan dilakukan oleh radiografer jaga sesuai


jadwal.
2. Ekspertisi foto oleh dokter spesialis radiology sesuia
jadwal
Prosedur 1. Proyeksi kepala Antero-Posterior (AP) :
- Posisi pasien : supine atau erect (berdiri)
- Proyeksi objek
o Mid Sagital Plane (MSP) tepat pada garis tengah
kaset atau meja pemeriksaan, jika posisi pasiennya
supine
o Kedua bahu diatur sejajar dengan kepala ekstensi
ringan sehingga bidang oclusal dan kedua ujung
proccesus mastoideus barada pada satu bidang
datar
o Posisi kaset diatur sehingga sinar sumbu primer
jatuh pada pertengahan kaset
Menggunakan bucky/grid
- Arah sinar vertical tegak lurus terhadap kaset.
- Kondisi pemotretan :
FFD : 150 Cm
KV : 48 – 60
MA : 200 – 250
S : 0,08 – 0,14
- Kriteria :
Streno clavicular joint kanan - kiri simetris, kedua scapula
tidak menutupi lapangan paru, dan kedua sinus
costophrenicus tampak (terproyeksi). Kedua apex
pulmonum terproyeksi diatas clavicula.
2. Proyeksi lateral
- Posisi pasien : berdiri menyamping kaset dengan sisi
thorax (kanan/kiri) yang akan diperiksa menempel
pada kaset.
- Posisi objek : Kedua tKangan diangkat keatas dan
diletakkan diatas kepala, Mid Sagital Plane tubuh
sejajar dengan kaset
- Tidak menggunakan grid/bucky
- Arah sinar horizontal tegak lurus terhadap kaset
dengan sentrasi pada bagian samping thorax setinggi
vertebra thoracalis IV- V.
- Eksposi saat penderita inspirasi maksimal dan tahan
napas : FFD : 90 Cm
- KV : 80 – 90
- MA : 200 -250
- S : 0,25 –0,30
- Kriteria :
Seluruh vertebra cervicalis tampak (dapat dievaluasi)
dengan vertebra 4 pada posisi central
3. Proyeksi Oblique
- Posisi pasien : berdiri menyamping atau berbaring
- Posisi objek :
Dari posisi lateral, pasien sedikit memutar (oblique)
sehingga membentuk sudut 45 0 terhadap kaset.
o Kedua bahu sejajar
o Kedua lengan lurus ke bawah
o Kepala menyudut mengikuti badan
o Menggunakan grid/bucky
- Arah sinar horizontal tegak lurus terhadap kaset, pada
posisi pasien berdiri dan vertikal tegak lurus terhadap
kaset pada posisi pasien berbaring sentrasi pada
vertebra cervicalis 4
- Kondisi pemotretan :
- FFD : 90 Cm
- KV : 80 –90
- MA : 200 - 250
- S : 0,25 –0,30
- Kriteria : seluruh vertebra cervicalis tampak
Unit Terkait 1. IGD
2. IRJA
3. IRNA
PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBO -SACRAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian Pemeriksaan vertebra lumbo-sacral adalah pembuatan


radiografi untuk memperlihatkan anatomi vertebra lumbal
dan sacrum beserta foramen-foramennya.
Minimal 2 proyeksi AP dan lateral. Apabila diperlukan untuk
memperlihatkan foramen inter vertebra lumbalis ditambah
dengan proyeksi oblique kanan dan oblique kiri.

Tujuan Untuk memperlihatkan anatomi vertebra lumbal dan sacrum


beserta foramen-foramennya.
Kebijakan 1. Pemotretan dilakukan oleh radiografer jaga sesuai
jadwal.
2. Ekspertisi foto oleh dokter spesialis radiology sesuia
jadwal
Prosedur 1. Proyeksi Antero-Posterior (AP)
- Posisi pasien : supine di atas meja pemeriksaan
- Posisi obyek : - MSP tubuh diposisikan tegak
lurus tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.
- Kedua bahu diposisikan sejajar, posisi kepala diatur
sehingga MSP kepala berada dalam satu bidang
(lurus) dengan MSP tubuh
- Kaset menggunakan grid/bucky
- Arah sinar vertikal tegal lurus kaset dengan sentrasi
pda titik setinggi vertebra lumbal 4 atau vertebra
lumbal 5 atau titik pertengahan garis yang
menghubungkan kedua krista illiaka.
- Kondisi pemotretan:
- FFD : 90 cm mA : 160-320
- KV : 70-90 S : 0.16-0.25
- Kriteria : tampak vertebra lumbal 1 sampai dengan
vertebra lumbal 5 discus intervertebra, procesus
psinosus dan processus transversus. Di samping itu
tampak pula segmen vertebra thoracal, 05 sacrum dan
05 coxygeus.

2. Proyeksi lateral
- Posisi pasien : Berbaring di atas meja pemeriksaan
true lateral,Kedua sendi panggul dan sendi lutut
fleksi.
- Posisi obyek :
o garis mid axilliary tubuh diposisikan tegak lurus
dan tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.
o MSP kepala diupayakan berada pada satu bidang
(garis lurus) dengan MSP tubuh.
o Sumbu panjang tubuh diupayakan betul-betul
horisontal mengganjal bagian perut pasien.
- Kaset menggunakan grid/bucky
- Kondisi pemotretan:
FFD : 90 cm mA : 200-220
kV : 80-100 S : 0.25-0.4
- Arah sinar vertikal tegak lurus kaset dengan sentrasi
pada midaxilliary line pada daerah pertemuan dengan
garis yang menghubungkan krista illiaka.
Kriteria: Tampak aspek lateral v. lumbal 1 sampai
dengan v. lumbal 5, DIV, processus spinosus dan
hubungan antara lumbal dan sacrum.Tampak foramen
intervertebralis bagian atas, os sacrum dan os coxygeus.
Unit Terkait 4. IGD
5. IRJA
6. IRNA
PEMERIKSAAN CLAVICULA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian Pemeriksaan radiologi untuk memperlihatkan anatomi


clavicula.
Tujuan Untuk mengetahui kelainan dari tulang clavicula

Kebijakan Pemeriksaan dilakukan oleh radiografer dan ekspertisi foto


dilakukan oleh dokter spesialis radiologi.
Prosedur 1. Posisi pasien berbaring (supine) atau tegak (erect), kaset
ditempatkan di belakang punggung
2. Posisi obyek: sendi bahu yang tidak sakit sedikit diganjal
agar sendi bahu pada sisi yang sakit menempel pada
permukaan kaset lengan yang sakit diposisikan lurus
disamping tubuh. Kaset diatur sedemikian rupa sehingga
obyek yang diperiksa berada pada pertengahan kaset.
3. FFD: 90 cm, CR: vertikal membentuk sudut 15 derajat
menuju cranial untuk posisi pasien supine dan horizontal
membentuk sudut 15 menuju cranial untuk posisi pasien
ereck CP: pertengahan os clavicula, grid (-)
Unit Terkait 7. IGD
8. IRJA
9. IRNA
PEMERIKSAAN THORAX

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian Pemeriksaan thorax adalah pembuatan radiografi untuk


memperlihatkan rongga dada dan bagian-bagiannya seperti
pleura, pulmonum baik kanan maupun kiri, jantung, costae,
atau soft tissue dari rongga dada tergantung dari klinis pasien
dan permintaan dokter pengirim

Tujuan Memperlihatkan rongga dada dan bagian-bagiannya seperti


pleura, pulmonum baik kanan maupun kiri, jantung, costae,
atau soft tissue dari rongga dada tergantung dari klinis pasien
dan permintaan dokter pengirim
Kebijakan 1. Pemeriksaan / pemotretan dilakukan oleh radiografer
sesuai jadwal.
2. Ekspertisi foto dilakukan oleh dokter spesialis
radiology sesuai jadwal
Prosedur Proyeksi kepala Posterior-Antero (PA)
 Posisi pasien: berdiri atau duduk dengan dada menempel
pada kaset
 Proyeksi objek :
Kedua tangan bertolak pinggang, kemudian bahu ditarik
kedepan sehingga scapula membuka.
Pada penderita yang duduk (tidak kuat berdiri), tangan
bersedekap memegangi kaset, sehingga scapula membuka.
 Tanpa menggunakan bucky/grid
 Arah sinar vertikal tegak lurus kaset dengan sentrasi
setinggi vertebra thoracalis IV. Eksposi dilakukan pada
saat penderita inspirasi maksimal dan tahan napas.
 Kondisi pemotretan :
FFD : 150 Cm , KV : 48 – 60
MA : 200 – 250 , S : 0,08 – 0,14
 Kriteria :
Strenoclavicular joint kanan - kiri simetris, kedua scapula
tidak menutupi lapangan paru, dan kedua sinus
costophrenicus tampak (terproyeksi). Kedua apex
pulminum terproyeksi diatas clavicula
Proyeksi lateral
 Posisi pasien : berdiri menyamping kaset dengan sisi
thorax (kanan/kiri) yang aan diperiksa menempel pada
kaset.
 Posisi objek :
 Kedua tangan diangkat keatas dan diletakkan di atas
kepala
 Mid Sagital Plane tubuh sejajar dengan kaset
 Tidak menggunakan grid/bucky
 Arah sinar horizontal tegak lurus terhadap kaset dengan
sentrasi pada bagian samping thorax setinggi vertebra
thoracalis IV- V.
 Eksposi saat penderita inspirasi maksimal dan tahan
napas.
 Kondisi pemotretan :
FFD : 150 Cm
KV : 50 - 60
MA : 200 – 320
S : 0,08 – 0,14
 Kriteria :
Tampak gambaran kedua lapangan pulmonum saling
superposisi, sinus costophrenicus dan apex paru-paru
terproyeksi

4. Proyeksi Antero – Posterior (AP)


 Posisi pasien : berbaring (supine) atau setengah duduk
 Posisi obyek :
Kedua lengan lengan diletakkan disamping kepala
Punggung penderita menempel pada kaset
Mid Sagital Plane tubuh tegak lurus terhadap kaset
 Tidak menggunakan grid/bucky
 Arah sinar dari depan penderita dan tegak lurus
terhadap kaset, sentrasi pada korpus sterni setinggi
vertebra thorachalis VI
 Eksposi pada saat penderita inspirasi maksimal dan
tahan napas
 Kondisi pemotretan:
FFD : 150 Cm
KV : 50 - 60
MA :200 – 320
S : 0,08 – 0,14
 Kriteria :
Sama dengan kriteria pada proyeksi Postero – Anterior

Unit Terkait 1. IGD


2. IRJA
3. IRNA
PEMERIKSAAN ABDOMEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian Pemeriksaan abdomen adalah pembuatan radiografi abdomen


secara radiologist. Tidak ada persiapan pemeriksaan secara
khusun hanya benda- benda yang dapat menggangu gambaran
radiograf disingkirkan dari obyek.
Tujuan Untuk mengetahui kelainan di abdomen

Kebijakan 1. Pemotretan dilakukan oleh radiografer jaga sesuai


jadwal.
2. Ekspertisi foto oleh dokter spesialis radiology sesuia
jadwal
Prosedur 1. Proyeksi antero posterior Supine
 Posisi pasien : berbaring (Supine ) diatas meja
Pemriksaan.
 Posisi obyek : MSP tubuh diposisikan tegak lurus tepat
pada pertenganhan kaset, kedus bahu sejajar dan
berjarak sama terhadap meja pemeriksaan, kedua tangan
lurus disamping tubuh. Kaset ditempatkan dengan pusat
sentral setinggi pertenganhan Krista iliace kana dan kiri
batas atas kaset pada proc xypordeus bawah kaset pada
simpisis pubis.
 FFD : 90 cm, grid (+) / bucky (+), CR: vertical tegak
lurus terhadap kaset CP: pada titk pertenganhan garis
yang menghubungkan kedua krisailiaka. Ekpose pada
saat pasien tahan napas.
 Kriteria : tampak bayangan contour liver,
spleen,ginjal,tampak banyangan garis pre pentoreal
fat,udara dalam usus.
1. Posisi Antero Posterior tegak ( Erect )
 Posisi Pasien : berdiri membelakangi kaset.
 Posisi obyek : MSP tubuh diposisikan tepat pada garis
tengah kaset, kedua bahu sejajar dan eguidistance
terhadap meja pemeriksaan, kedua tangan lurus
disamping tubuh. Titik tengah kaset diposisikan
setinggi 5 – 7,5 cm diatas pertengahan garis yang
menghubungkan kedus crista iliaca.
 FFD : 90 cm , CR : Horisontal tegak lurus terhadap
kaset, CP : pada titik 5 – 7,5 cm diatas garis yang
menghubungkan kedus crista iliaca kana dan kiri
Bukcy (+) ekpose saat pasien tahan napas.
 Kriteria : Tampak garis preperitoneal fat, muskulus
psoas contour ginjal, ujung costae segmen bawah, von
toracalis segmen bawah, lumbal, os sacrum.
2. Posisi Left Lateral Decubitus ( LLD)
 Posisi Pasien tidur lateral diatas meja pemeriksaan,
lengan ssi kiri tubuh menempel pada meja
pemeriksaan.
 Posisi obyek : kedua sendi siku fleksi diposisikan
keatas kepala , kedua lutut fleksi, kaset diposisikan
sehinggadiafragma masuk kedalam kaset.
 FFd : 90 cm, CP : lebih kurang pada pertengahan
kaset, CR : vertical tegak lurus terhadap klaset, grid
(+) ekpose pada sat pasien tahan napas.
 Kriteria : Tampak lapangan, abdomen sampai dengan
garis pro peritareal fat.
3. Posisi semi erect ( setengan duduk )
 Posisi pasien setengah duduk diatas meja
pemeriksaan, membentuk suduk kurang lebih 60 °
terhadap permukan meja.
 Posisi obyek : kedua tangan di sampan tubuh
menyangga berat badan, kaset diposisikan di
punggung, pertengahan FFD : 90 cm , CR :
horizontal tegak lurus terhadap kaset, CP : pada
umbuilicus, ekpose pada saat tahan napas.
 Kriteria : Tampak bayangan abdomen sampai
dengan diatas diafragma.
Unit Terkait 10. IGD
11. IRJA
12. IRNA
PEMERIKSAAN PELVIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
RSUD DR /IRI//2016 01
SOERATNO
GEMOLONG
KAB. SRAGEN
Ditetapkan
Tanggal Terbit DIREKTUR RSUD DR
SOERATNO GEMOLONG
2016 KABUPATEN SRAGEN
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr.Joko Haryono, MKes
NIP. 197011232003121006

Pengertian Pemeriksaan pelvis adalah pemeriksaan organ-organ


pembentuk rongga pelvis, meliputi os issium, isium, iscia
dicum, sympisis pubis, hip joint, dll
Tujuan Untuk mengetahui struktur dan kelainan rongga pelvis,
meliputi os issium, isium, iscia dicum, sympisis pubis, hip
joint, dll
Kebijakan 1. Pemotretan dilakukan oleh radiografer jaga sesuai jadwal.
2. Ekspertisi foto oleh dokter spesialis radiology sesuia
jadwal
Prosedur 1. Posisi pasien berbaring (supine) diatas meja pemeriksaan.
2. Posisi obyek: MSP tubuh diposisikan tegak lurus dan tepat
garis tengah kaset, kedua bahu sejajar dan equadistrorage
terhadap meja pemeriksaan jarak SIAS (Spina Illioca
Anterior Superrior) ke arah garis tengah kaset adalah sama.
3. FFD: 90 cm, CR: vertikal tegak lurus terhadap kaset, CP:
pada titik setinggi 5 cm di atas sympisis pubis.
(Pertengahan garis yang menghubungkan trochanter mayor
kanan dan kiri) grid (+)
4. Kriteria yang dapat diterima: tampak gambaran aspek Ap
sistema tulang pelvis dan bagian proximal femur kanan dan
kiri.
Unit Terkait 1. IGD
2. IRJA
3. IRNA

Anda mungkin juga menyukai