Pembimbing :
dr. Edy Priyanto, Sp.OG, M.Kes
Disusun Oleh :
Mada Oktav Cakradwipa G1A212123
Fuad azizi G1A212124
Ary suhendra G1A212125
2013
1
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian kepaniteraan Klinik di Bagian Kebidanan dan
Kandungan RS Margono Soekardjo Purwokerto.
Mengetahui,
Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
ditemukan sekitar 4-6% dari semua wanita usia subur (Norwitz et al., 2006)
(DeCherney et al., 2007) dan obesitas (Wood et al., 2003). Adanya hubungan
antara amenore dengan polikistik ovarian dan obesitas pertama kali dijelaskan
tahun 1935 oleh Stein dan Leventhal, yang kemudian dalam beberapa dekade
dikenal sebagai sindrom Stein-leventhal (Lord et al., 2003). Saat ini gangguan
ditemukan sekitar 70% pada pasien PCOS, berbeda halnya dengan di Negara
Jepang kondisi ini hanya ditemukan sekitar 10-20% dari seluruh pasien PCOS
3
Menurut William et al. (2007) PCOS berhubungan dengan adanya
resistensi insulin yang juga berkaitan dengan obesitas. Hal serupa dikuatkan
oleh Wood et al. (2003) yang menyatakan bahwa sekitar lebih dari 50% pasien
meningkat pada wanita non obes yang mengalami PCOS (10% dengan
toleransi glukosa terganggu, dan 1,5% dengan diabetes) dan jika dibandingkan
wanita dengan PCOS adalah berupa menses abnormal mulai dari pubertas
dengan akne dan hirsutisme semasa remaja. Hal ini mungkin terjadi hingga
Lemak tubuh biasanya mengalami deposit secara sentral atau obesitas android.
et al., 2007).
Lipoprotein abnormal juga umum ditemukan pada penderita PCOS,
yang meliputi peningkatan kolesterol total, trigliserid, dan LDL (low densitiy
4
lipoprotein); serta HDL (high density lipoprotein) dan apoprotein A I
dengan kadar yang rendah. Hal ini sesuai dengan laporan tentang perubahan
Penemuan lain mengungkapkan bahwa pada wanita dengan PCOS juga terjadi
hipertensi sekitar 40% pada saat perimenopause, prevalensi yang lebih besar
beresiko 7 kali lipat untuk mengalami infark miokard (William et al., 2007).
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) adalah suatu kelainan heterogen
B. ETIOLOGI
Etiologi PCOS masih belum diketahui, dan tidak ada gen atau
C. PATOLOGI
Secara makroskopis, ovarium pada wanita dengan PCOS berukuran 2
hingga 5 kali lipat dari ukuran normal (Wood et al., 2003). Pada potongan
6
melintang permukaan ovarium tampak adanya penebalan korteks dan
ditemukan kista yang multipel yang secara tipikal dengan diameter kurang
tampak folikel atretik yang lebih kecil, dimana dijumpai peningkatan jumlah
folikel dengan luteinisasi teka interna, dan mungkin juga ditemukan luteinisasi
D. PATOFISIOLOGI
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) merupakan tahap akhir dari suatu
dari banyak titik yang berbeda. Masih belum jelas apakah patologi primernya
7
diakibatkan oleh peningkatan produksi estrogen perifer (umpan balik positif)
secara kronik dan kadar FSH yang tertekan secara kronik, meskipun terdapat
peningkatan dan penurunan yang bersifat siklik yang terlihat dalam siklus
kronik. Sedangkan akibat dari FSH yang tertekan, pertumbuhan folikel baru
penuh (korpus luteum dan korpus albikan jarang terdeteksi). Androgen yang
8
Gangguan fungsi
neuroendokrin
pada sistem saraf Hipotalamo-hipofisis Obesitas
pusat
GnRH
sekresi LH LH
Hiperinsulinemia
sekresi FSH
estrogen
inhibin FSH
aromatisasi Stimulasi stroma
peripheral Anovulasi kronik dan polikistik ovarium dan teka
(ekstraglandular)
androgen maturasi folikel
estrogen
Hiperandrogenisme
androstenedion
Obesitas
sekresi
Glandula androgen
adrenal adrenal
E. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis harus difokuskan pada pola menstruasi, kehamilan
kronik, dan beberapa ditemukan memiliki gejala sisa pada jangka panjang.
9
tergantung insulin (DM tipe 2); hiperplasia endometrium atau
al., 2006).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita PCOS harus ditujukan pada
(muka, di atas bibir, dada, linea alba) [POGI, 2006], pengecilan payudara,
kadang seperti veruka pada leher, selangkangan dan aksila. Oleh sebab itu,
10
disebut sebagai Sindrom HAIR-AN (hiperandrogenisme, resistensi
ovarium atau kelenjar adrenal juga selalu disertai dengan kadar androgen
dalam sirkulasi yang meningkat, tetapi tidak terdapat kadar absolut yang
bersifat patognomonik untuk suatu tumor atau kadar minimum yang dapat
T yang tinggi selalu berasal dari ovarium (> 1,5 ng/ml), sedangkan kadar
DHEAS yang tinggi selalu berasal dari suprarenal (> 5-7ng/ml) [POGI,
2006].
Indikasi pemeriksaan T maupun DHEAS dapat di lihat dari ringan
kelenjar supra renal yang dapat berupa hiperplasia, atau tumor (POGI,
2006).
USG dan atau laparoskopi merupakan alat utama untuk diagnosis
11
7-10 mm. Baik dengan USG, maupun dengan laparoskopi, ke dua, atau
tiroid). Jika tidak ditemukan dua kriteria mayor atau klinis kurang
minor yaitu rasio LH dan FSH yang meningkat, adanya resistensi insulin,
12
oligo-ovulasi, onset perimenarke pada hirsutisme dan obesitas, serta
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Sindroma cushing
Korteks adrenal memproduksi tiga kelas hormon tiroid yaitu
2007].
2. Hyperplasia adrenal congenital
Hyperplasia adrenal congenital merupakan suatu penyakit yang
mengalami virilisasi dan maskulinisasi pada usia 3-7 tahun. Pada 39%
13
Kejadian neoplasma ovarii yang memperoduksi androgen,
misalnya pada tumor sel granulosa lebih banyak ditemukan pada wanita
untuk penyakit ini. Salah satu tumor penghasil androgenik lainnya adalah
kurang dari 30 tahun. Manifestasi klinis pada penyakit ini tampak sebagai
G. TATALAKSANA
Penatalaksanaan pada PCOS diarahkan pada interupsi siklus
2002). Penurunan berat badan dapat mengurangi sekresi androgen pada wanita
14
b. Progestin terlihat dapat menekan LH dan FSH hipofisis serta androgen
terjadi.
c. Agen yang mesensitisasi insulin (metformin) menurunkan kadar
ini belum disetujui untuk digunakan dalam PCOS (Ibanez et al., 2004).
d. Klomifen sitrat secara umum telah menjadi pengobatan lini pertama
kelainan metabolik.
b. Pengangkatan rambut secara mekanik [vaporasi laser, elektrolisis
terapi hirsutisme.
Menurut POGI (2006) pengobatan PCOS harus disesuaikan dengan
keinginan dan kemampuan suami istri untuk memiliki anak atau tidak. Jika
15
(agonis/antagonis) sampai nisbah LH/FSH 1, dan baru kemudian diberikan
induksi ovulasi. Dewasa ini tindakan pembedahan reseksi baji tidak dilakukan
menurun. Selain itu, pil kontrasepsi menekan sekresi LH, sehingga sintesis
testosteron pun berhenti. Estrogen sintetik memicu sintesis SHBG di hati, dan
SHBG ini akan mengikat lebih banyak lagi testosteron dalam darah (POGI,
2006).
Pada wanita dengan hirsutismus yang tidak ingin memiliki anak lebih
menghambat kerja androgen langsung pada target organ. SPA yang termasuk
di suprarenal. Bila belum tersedia sediaan SPA, maka dapat di gunakan pil
tergantung dari 1) Wanita dengan kadar T yang tinggi, memiliki respon yang
memiliki respon baik; 5) SPA diberikan 1-2 tahun. Bila ternyata hirsustismus
tetap juga tidak hilang, maka perlu di pikirkan adanya kelainan kongenital
16
adrenal. Dianjurkan untuk pemeriksaan hormon 17 alfa hidroksiprogesteron.
Dewasa ini mulai di gunakan Gn-RH Analog (agonis atau antagonis) untuk
H. KOMPLIKASI
meskipun telah melakukan hubungan seksual yang teratur (2-3 kali seminggu)
kelainan metabolik pada penderita PCOS yang berupa resistensi insulin akibat
2006), infark miokard (William et al., 2007), dan infertilitas (Bulun et al.,
2011).
I. PROGNOSIS
PCOS meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular dan
17
18
BAB III
KESIMPULAN
klinis dari hiperandrogenisme, dan tidak ada penyebab lain (etiologi lain
DHEAS).
2. Etiologi PCOS masih belum jelas, namun diduga berhubungan dengan
19
DAFTAR PUSTAKA
Norwitz, Errol., Schorge, John. 2006. Obstetric dan Ginekologi At Glance Edisi
kedua. Erlangga medical series (EMS), Jakarta
William, Lippincott., Wilkins. 2007. Berek & Novak's Gynecology, 14th Edition.
California, Johns Hopkins University School of Medicine.
Wood, JR., Nelson, VL., Ho, C. 2003. The molecular phenotype of polycystic
ovary syndrome (PCOS) theca cells and new candidate PCOS genes
defined by microarray analysis. J Biol Chem;278:2638026390.
Lord, JM., Flight, IH., Norman, RJ. 2003. Metformin in polycystic ovary
syndrome: systematic review and metaanalysis. BMJ;327:951953.
Hardiman, P., Pillay, OC., Atiomo, W. 2003. Polycystic ovary syndrome and
endometrial carcinoma. Lancet. 361 (9371):1810-2.
Bulun, SE., Adashi,EY. 2011. The physiology and pathology of the female
reproductive axis. Saunders Elseviers, Philadelpia.
DeCherney, Alan H., Nathan, Lauren., Goodwin, T. Murphy., Laufer, Neri. 2007.
Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition.
The McGraw-Hill Companies, United States of America
20