Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KU4182 KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

KELOMPOK 6
ANALISIS RESPON KOGNITIF PENGGUNA TOL TERHADAP
KOMUNIKASI INFORMATIF PT JASA MARGA TERKAIT
PERUBAHAN SISTEM PEMBAYARAN DI GERBANG TOL PASTEUR
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KU4182 Komunikasi Pembangunan yang diberikan oleh
Dr. Chairil Nur Siregar, M.S.

Oleh:
Reza Trikurnia Setiabekti 13213093
Fachrie Muhammad Arifin 10512069
Rio Chandra Rajagukguk 13514082
Naufal Ismail Kreshnaviyanto 10214051
Gideon Nicolas 15115011
Luh Wayan Ari Sawitri 10614030
Oki Marsela 11615026
Arvy Naufal 15115014
Muhammad Dzaki Ibrahim 12014033

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


E-toll adalah kartu elektronik yang dikeluarkan oleh kerjasama antara PT Jasa Marga
Tbk, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, Bank Mandiri, dan PT Marga Mandala Sakti
yang digunakan untuk membayar biaya masuk jalan tol di sebagian daerah Indonesia.
Pengguna e-toll hanya perlu menempelkan kartu untuk membayar uang tol dalam waktu 4
detik, lebih cepat dibandingkan bila membayar secara tunai yang membutuhkan waktu 7
detik.
Pemberlakuan transaksi elektronik ini dilakukan untuk mengurangi kepadatan antrean
di gerbang tol yang selama ini kerap terjadi. Selain menjadi langkah awal dalam modernisasi
pengumpulan uang, penggunaan e-toll juga dimaksudkan untuk mengurangi pelanggaran
(moral hazard) karena petugas tol tidak menerima pembayaran secara langsung. Di beberapa
negara maju di kawasan Asia, transaksi nontunai sudah 50 persen. Meski demikian,
persentase penetrasi transaksi elektronik sudah di atas 93 persen. Kartu ini dikeluarkan oleh
kerjasama
Penerapan sistem e-toll sudah mulai banyak diterapkan di gerbang-gerbang tol, salah
satunya adalah di Gerbang Tol Pasteur sebagai gerbang dengan lalu lintas tertinggi, 26 ribu
sampai 30 ribu kendaraan per hari yang akan dimulai 24 Oktober 2017.
Adanya e-toll ini menuai berbagai pandangan dari pengguna tol antara lain, pengguna
tol cenderung malas untuk melakukan top-up, masyarakat awam yang cenderung belum
paham dengan sistem top-up, kekhawatiran masyarakat pengguna tol jika mesin e-toll atau
pun kartu e-toll mengalami masalah serta masalah-masalah lain yang mungkin timbul
dikemudian hari.
Oleh karena latar belakang tersebut, penulis mengadakan sebuah penelitian untuk
mengetahui apakah sistem e-toll memberikan kemudahan atau kesulitan terhadap pengguna
tol.

1.2. Identifikasi Masalah


Dalam pergantian sistem pembayaran ini, terdapat beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. adanya pro dan kontra tentang perubahan sistem pembayaran tol;
2. adanya pro dan kontra terkait pembayaran menggunakan e-toll;

1
3. kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terkait penggunaan e-money pada semua
gerbang tol.

1.3. Rumusan Masalah


Berikut ini adalah beberapa rumusan masalah yang dapat ditarik dari masalah
masalah di atas:
1. Apa respon kognitif yang diberikan oleh pengguna tol terhadap perubahan sistem
pembayaran tol?
2. Apa sebab-akibat dari perubahan sistem pembayaran tol kepada pengguna tol?
3. Bagaimana komunikasi informatif yang digunakan Jasa Marga dalam upaya
sosialisasi perubahan sistem pembayaran tol?

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun penelitian ini dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:
1. mengetahui respon kognitif yang diberikan oleh masyarakat terhadap sistem
perubahan pembayaran tol;
2. mengetahui sebab-akibat dari perubahan sistem pembayaran tol kepada
masyarakat;
3. mengetahui komunikasi informatif yang digunakan Jasa Marga dalam upaya
sosialisasi perubahan sistem pembayaran tol.

1.5. Manfaat Penelitian


Setiap penelitian yang dilakukan dapat memberikan suatu manfaat tersendiri. Berikut
ini adalah manfaat manfaat dari penelitian ini:
1. dapat memberikan informasi kepada PT Jasa Marga mengenai respon kognitif
pengguna tol terhadap sistem perubahan pembayaran tol;
2. dapat mengetahui sebab-akibat dari perubahan sistem pembayaran tol kepada
masyarakat;
3. dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai sistem pembayaran
baru.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dicari teori-teori terkait sebagai landasan untuk
melakukan penelitian. Teori-teori tersebut digunakan untuk membuat pedoman wawancara
dan disesuaikan untuk menjawab rumusan rumusan masalah di atas. Berikut ini adalah
teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

2.1. Rumusan Masalah 1


2.1.1. Teori Respon Kognitif
Teori Respon Kognitis dari David Aaker ini memiliki asumsi dasar bahwa khalayak
secara aktif terlibat dalam proses penerimaan informasi dengan cara mengevaluasi informasi
yang diterima berdasarkan pengetahuan dan sikap yang dimiliki sebelumnya, yang akhirnya
mengarah pada perubahan sikap (Aaker, 1985 :255). Teori ini mengasumsikan bahwa ketika
informasi mengubah tingkah laku konsumen secara kuat, hal ini disebabkan konsumen
mempelajarai isi pesan yang dilihatnya yang kemudian akan mengarah ke perubahan tingkah
laku terhadap brand. Pemasar perlu mendesain pesannya secara tepat, agar konsumen dapat
mempelajari isi pesannya secara maksimal.

2.1.2. Teori Perbedaan Individual


Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini lengkapnya adalah
Individual Differences Theory of Mass Communication Effect. Jadi teori ini menelaah
perbedaan-perbedaan diantara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka
diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.
Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi
psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara
biologis. Tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang
dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan
yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka
menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan
psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.
Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang
menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak.
Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu, maka

3
secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan
individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian
(yakni menganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap
akan memprediksi keseragaman tanggapan terehadap pesan tertentu. (jika variabel antara
bersifat seragam).

2.2. Rumusan Masalah 2


2.2.1. Teori Sebab Akibat
Teori Sebab Akibat (Kausalitas atau Dampak) merupakan tiap-tiap syarat yang
menjadi penyebab suatu akibat yang tidak dapat dihilangkan (weggedacht) dari rangkaian
faktor-faktor yang menimbulkan akibat harus dianggap causa (akibat). Tiap faktor tidak
diberi nilai, jika dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-faktor penyebab serta tidak ada
hubungan kausal dengan akibat yang timbul. Tiap faktor diberi nilai, jika tidak dapat
dihilangkan (nier weggedacht) dari rangkaian faktor-faktor penyebab serta memiliki
hubungan kausal dengan timbulnya akibat. (Von Buri, conditio sine qua non, 1873) Teori
conditio sine qua non disebut juga teori ekuivalen (equvalent theorie), karena tiap faktor yang
tidak dapat dihilangkan diberi nilai sama dan sederajat, dengan demikian teori Von Buri ini
menerima beberapa sebab (meervoudige causa). Sebutan lain dari teori Van Buri ini adalah
bedingungs theorie (teori syarat) disebut demikian karena dalam teori ini antara syarat
(bedingung) dengan sebab (causa) tidak ada perbedaan.

2.2.2. Teori Connectionism (Thorndike)


Teori ini disebut juga dengan teori Trial and Error. Menurut teori ini, masing
masing organisme apabila bertemu dengan situasi yang baru akan melakukan beberapa
tindakan yang bersifat cobacoba secara terus menerus. Kemudian, jika dalam usaha coba
coba tersebut secara tidak sengaja timbul perbuatan yang dirasa memenuhi situasi, maka
perbuatan tersebut akan terus diterapkan sebagai salah satu tindakan yang dinilai cocok dalam
situasi tersebut. Dengan percobaan yang dilakukan secara berkelanjutan, maka perbuatan
tersebut menjadi suatu kebiasaan dan semakin efisien untuk diterapkan.

2.3. Rumusan Masalah 3


2.3.1. Teori Komunikasi Informatif
Teori ini dikembangkan oleh Sannon dan Weaver (1949). Teori informasi merupakan
salah satu teori klasik, dimana teori ini menitikberatkan pada komunikasi sebagai suatu

4
transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan media dalam berkomunikasi.
Dalam hal ini, jika sinyal media yang digunakan baik, maka komunikasi akan berjalan
efektif, begitu pula sebaliknya. Apabila sinyal media tidak baik, maka komunikasi tidak akan
berjalan dengan lancar.

2.3.2. Teori Behaviorisme


Teori Behaviorisme mencakup semua perilaku, termasuk tindakan balasan atau respon
terhadap suatu rangsangan atau stimulus. Artinya bahwa selalu ada kaitan antara stimulus
dengan respon pada perilaku manusia. Jika suatu stimulus atau rangsangan yang diterima
seseorang telah teramati, maka dapat diprediksikan pula respon dari orang tersebut.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang menekankan pada aspek pemahaman
secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian dilakukan melalui wawancara, serta
observasi sehingga diperoleh data yang representatif. Wawancara dilakukan kepada dua
pihak narasumber yaitu antara lain:
1. Pihak Jasa Marga
2. Masyarakat pengguna tol
a. Supir Travel (Bapak Asep)
b. Supir Taxi (Bapak Agus)
c. Pengguna mobil pribadi (Ibu Ripka Syalia)
d. Pengguna mobil pribadi (Bapak Charles)
e. Pengguna mobil pribadi (Ibu Febi)
f. Pengguna mobil pribadi (Ibu Lita Natassa)
g. Pengguna mobil pribadi (Bapak Lukman)

6
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Adapun pertanyaan yang diajukan kepada masing-masing 2 macam narasumber dan


jawaban dari narasumber yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Rumusan Masalah 1: Teori Respon Kognitif


a) Pengguna Tol
1. Informasi apa yang telah anda terima dari pihak Jasa Marga mengenai perubahan
sistem pembayaran tol ini?
Jawaban:
Informasi berupa papan pengumuman di gerbang tol.

2. Apa respon yang Anda berikan dengan adanya perubahan sistem pembayaran tol?
Jawaban:
Respon yang diberikan narasumber yaitu bahwa mereka lebih baik melakukan
pembayaran tol secara tunai.

3. Sikap apa yang Anda berikan dengan adanya perubahan sistem pembayaran tol?
Jawaban:
Sikap yang diberikan dengan adanya perubahan sistem pembayaran tol adalah
narasumber mau tidak mau mengikuti aturan, namun tetap merasa lebih baik
melakukan pembayaran secara tunai.

b) Jasa Marga
1. Upaya apa yang telah dilakukan Jasa Marga dalam memasarkan e-toll agar terjadi
perubahan tingkah laku masyarakat menjadi menggunakan e-toll?
Jawaban:
Upaya yang dilakukan Jasa Marga dalam memasarkan e-toll agar terjadi
perubahan tingkah laku masyarakat menjadi menggunakan e-toll adalah
memaksakan masyarakat untuk menggunakan pembayaran menggunakan e-
Toll dengan menghilangkan sistem pembayaran tunai pada semua gardu pada
gerbang tol.

7
2. Apa yang menjadi asumsi dasar Jasa Marga dalam membuat sistem pembayaran tol
menggunakan e-toll?
Jawaban:
Yang menjadi asumsi dasar Jasa Marga dalam membuat sistem pembayaran tol
menggunakan e-toll adalah untuk mengurangi kemacetan di gardu tol.

3. Informasi apa saja yang sudah Jasa Marga berikan mengenai perubahan sistem
pembayaran tol?
Jawaban:
Informasi yang sudah diberikan Jasa Marga mengenai perubahan sistem
pembayaran tol adalah tanggal diberlakukannya pembayaran non-tunai di
masing-masing gerbang tol di Bandung dan pemberitahuan bahwa semua gardu
pada gerbang tol sudah memberlakukan pembayaran menggunakan e-toll.

4. Respon apa yang diberikan masyarakat dengan adanya perubahan sistem pembayaran
tol?
Jawaban:
Ada yang memberikan respon positif terhadap sistem pembayaran tol yang baru
dan ada juga yang memberikan respon negatif. Respon tersebut diperoleh dari
hasil wawancara dengan beberapa pengguna tol yang dilaksanakan tiap 1 tahun
1 kali.

Rumusan Masalah 1: Teori Perbedaan Individual


a) Pengguna Tol
1. Melalui media apa saja Anda mendapatkan informasi tentang adanya perubahan
sistem pembayaran tol?
Jawaban:
Narasumber mendapatkan informasi tentang adanya perubahan sistem
pembayaran tol melalui papan pengumuman di gerbang tol, pengeras suara di
gerbang tol dan melalui media cetak seperti koran.

2. Apakah Anda sebagai pengguna tol memberikan dukungan dengan adanya perubahan
sistem pembayaran tol? Alasannya?
Jawaban:

8
Tidak, karena narasumber merasa masih lebih mudah dan lebih baik
menggunakan sistem pembayaran tunai

3. Interaksi seperti apa yang Anda dapatkan dari pihak Jasa Marga terkait pemberian
informasi perubahan sistem pembayaran tol?
Jawaban:
Narasumber tidak mendapatkan interaksi secara langsung dari pihak Jasa
Marga, informasi yang didapatkan hanya informasi tertulis yang ada di gerbang
tol.

b) Jasa Marga
1. Media apa saja yang digunakan oleh Jasa Marga dalam memberikan informasi tentang
perubahan sistem tol?
Jawaban:
Media yang digunakan oleh Jasa Marga dalam memberikan informasi tentang
perubahan sistem tol adalah media sosial (seperti Youtube dan Twitter), radio,
media cetak (seperti koran dan majalah), melalui Bank yang bekerja sama
dengan Jasa Marga, dan pengumuman di setiap gerbang tol, baik berupa
spanduk maupun layar LCD.

2. Apakah masyarakat memberikan dukungan terhadap perubahan sistem pembayaran


tol? Jika ya, dukungan apa yang sudah diberikan dari masyarakat dengan adanya
perubahan sistem pembayaran tol?
Jawaban:
Iya, masyarakat memberikan dukungan terhadap perubahan sistem
pembayaran tol. Di antaranya sebagian besar pengguna tol sudah memiliki e-toll
dan masyarakat turut memberikan saran-saran kepada Jasa Marga terkait
kekurangan sistem yang mereka miliki.

3. Interaksi seperti apa saja yang dilakukan oleh Jasa Marga untuk memberikan
informasi kepada pengguna tol terkait perubahan sistem pembayaran tol?
Jawaban:
Interaksi secara langsung yang dilakukan oleh Jasa Marga di antaranya adalah
talkshow mengenai penggunaan e-toll yang dilakukan di Car Free Day Dago,

9
Bandung. Selain itu melalui beberapa event lain yang dilaksanakan di Kota
Bandung.

Rumusan Masalah 2: Teori Sebab-Akibat


a) Pengguna Tol
1. Apakah Anda mengetahui penyebab adanya perubahan sistem pembayaran tol?
Jawaban:
Kedua narasumber tidak mengetahui penyebab adanya perubahan sistem
pembayaran tol.

2. Apakah perubahan sistem pembayaran tol menimbulkan akibat tertentu pada


pengguna tol?
Jawaban:
Akibat yang ditimbulkan dari adanya perubahan sistem pembayaran tol adalah
ada narasumber (Pak Agus) yang merasa transaksi yang terjadi lebih cepat
namun ada narasumber (Pak Asep) yang merasa tidak merasakan akibat dari
perubahan sistem pembayaran tol ini.

b) Jasa Marga
1. Apa penyebab Jasa Marga melakukan perubahan pada sistem pembayaran tol?
Jawaban:
Penyebab Jasa Marga melakukan perubahan pada sistem pembayaran tol
adalah untuk membantu pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar
(gerakan non-tunai) dan mengurangi macet di setiap gardu tol.

2. Apakah perubahan sistem pembayaran tol memberikan akibat positif terhadap


pengguna tol?
Sejauh ini, sistem pembayaran e-toll memberikan akibat yang positif terhadap
pengguna tol karena pengguna tol dapat melakukan pembayaran tol secara
cepat dan meminimalisir kesalahan pada pembayaran maupun pengembalian
uang di gardu tol.

Rumusan Masalah 2: Teori Connectionism (Thorndike)


a) Pengguna Tol

10
1. Tindakan apa saja yang sudah Anda lakukan dalam menyesuaikan diri dengan sistem
pembayaran tol yang baru (situasi yang baru)?
Jawaban:
Narasumber yang bekerja pada perusahaan travel, dari kantornya sendiri telah
memberikan e-toll pada setiap supir yang akan berangkat, dan setiap kali akan
berangkat e-toll akan diisi. Sedangkan narasumber yang bekerja sebagai supir
taxi mau tidak mau akan melakukan top up pengisian e-toll saat akan bekerja.

2. Apa efek positif yang timbul dengan kebiasaan-kebiasaan (penggunaan e-toll) yang
telah Anda lakukan untuk sistem pembayaran tol saat ini (pembayaran dengan e-toll)?
Jawaban:
Ada narasumber yang merasa transaksi yang dilakukan menjadi lebih cepat

b) Jasa Marga
1. Tindakan apa yang dilakukan Jasa Marga untuk menyesuaikan pengguna tol dengan
sistem pembayaran tol yang baru (situasi yang baru)?
Jawaban:
Tindakan yang dilakukan Jasa Marga yaitu memberikan pengumuman atau
penyuluhan kepada pengguna tol melalui media sosial dan interaksi secara
langsung.

2. Apakah Jasa Marga menemukan pengguna tol yang memberikan respon positif
(dinilai cocok) dalam menggunakan sistem pembayaran tol baru (e-toll)?
Jawaban:
Respon positif ditemukan oleh pihak Jasa Marga saat melakukan wawancara
secara langsung terhadap pengguna tol dalam rangka survey yang dibantu oleh
badan konsultan yang bekerja sama dengan Jasa Marga.

Rumusan Masalah 3: Teori Komunikasi Informatif


a) Pengguna Tol
1. Apakah media komunikasi yang digunakan oleh Jasa Marga sudah cukup baik dan
efektif dalam memberitahu informasi mengenai sistem pembayaran tol menggunakan
e-toll di gerbang tol Pasteur ke masyarakat?
Jawaban:

11
Media komunikasi yang digunakan Jasa Marga belum efektf untuk memberikan
informasi mengenai sistem pembayaran tol, karena menurut narasumber masih
banyak pengguna yang awam.

2. Jika media komunikasi yang digunakan belum baik dan efektif, media komunikasi apa
yang menurut Anda lebih efektif untuk digunakan?
Jawaban:
Media komunikasi yang efektif menurut narasumber, yaitu pada media
komunikasi tersebut dijelaskan mengenai tata cara pembayaran e tol. Karena
menurut narasumber informasi yang mereka terima hanya tanggal
diberlakukannya e toll saja.

b) Jasa Marga
1. Sampai sejauh ini media komunikasi apa yang paling efektif digunakan oleh Jasa
Marga dalam memberitahu informasi mengenai perubahan sistem pembayaran tol?
Alasannya?
Jawaban:
Media komunikasi yang paling efektif digunakan oleh Jasa Marga dalam
memberitahu informasi mengenai perubahan sistem pembayaran tol adalah
spanduk dan layar LCD yang dipasang beberapa meter di depan gerbang tol
yang berisikan tanggal diberlakukannya sistem pembayaran non-tunai di semua
gardu pada gerbang tol tersebut. Alasannya adalah karena pengguna tol dapat
langsung melihat informasinya ketika hendak memasuki jalan tol, sedangkan
media lain belum tentu diperhatikan oleh setiap pengguna tol.

Rumusan Masalah 3: Teori Behaviorisme


a) Pengguna Tol
1. Apa respon Anda terhadap informasi yang beredar bahwa pembayaran tol kini harus
menggunakan e-toll di gerbang tol Pasteur?
Jawaban:
Respon yang diberikan oleh narasumber adalah narasumber berharap masih
ada gerbang tol yang diberlakukan dengan sistem tunai, apabila ingin semua
gerbang tol diberlakukan GTO maka perlu adanya perbaikan-perbaikan sistem

12
seperti mesin e-toll, hal ini dikarenakan salah satu narasumber pernah
mengalami kejadian, dimana saat menempelkan kartu e-toll portal gerbang tol
tidak terbuka namun saldo yang ada pada kartu berkurang.

b) Jasa Marga
1. Respon apa yang bisa Anda prediksikan yang dimiliki oleh pengguna tol ketika Anda
mengumumkan sistem pembayaran baru di gerbang tol Pasteur?
Jawaban:
Respon pengguna tol yang diprediksikan oleh Jasa Marga, yaitu akan menuai
pro dan kontra. Pro terhadap sistem penggunaan tol karena hal tersebut
merupakan perubahan yang memberikan sistem yang lebih praktis dan cepat,
sedangkan kontra terhadap sistem penggunaan tol karena masih ada sebagian
masyarakat yang kurang mau beradaptasi terhadap perubahan sistem.

13
BAB V
HASIL ANALISIS

5.1 Respon Kognitif yang Diberikan oleh Masyarakat terhadap Perubahan Sistem
Pembayaran Tol
Adanya perubahan sistem pembayaran tol memberikan respon kognitif pada
pengguna tol. Informasi mengenai perubahan sistem pembayaran tol sendiri lebih banyak
diketahui pengguna tol melalui pengumuman tertulis maupun melalui pengeras suara di
gerbang tol. Dari informasi tersebut terdapat adanya respon, baik itu respon positif maupun
respon negatif dari pengguna tol. Namun dari kebanyakan respon yang di dapatkan bahwa
pengguna tol merasa lebih baik melakukan pembayaran secara tunai. Hal ini sesuai dengan
Teori Respon Kognitif karena teori ini mengkaji tentang asumsi dasar bahwa khalayak
secara aktif terlibat dalam proses penerimaan informasi dengan cara mengevaluasi informasi
yang diterima berdasarkan pengetahuan dan sikap yang dimiliki sebelumnya. Bagi pengguna
tol yang sudah terbiasa dengan sistem pembayaran tunai, merasa bahwa perubahan sistem
pembayaran non tunai ini dianggap cukup menyulitkan dan masih banyak memiliki
kelemahan pada sistem terbaru ini. Beberapa hal yang dirasa menyulitkan yaitu, informasi
yang diberikan mengenai sistem pembayaran e-toll yang dirasakan oleh sebagian pengguna
tol kurang lengkap, selain itu pengguna kartu ini tidak bertuan dalam artian jika kartu ini
hilang maka tidak ada sistem pemblokiran terhadap kartu sehingga siapapun yang mengambil
kartu dapat langsung menggunakannya. Di lain pihak, adanya respon positif yang diberikan
kepada masyarakat terhadap sistem baru ini yaitu sistem pembayaran yang dinilai cepat pada
gardu tol dan mengurangi human error pada proses pembayaran di gardu tol. Adanya
perbedaan-perbedaan dan berbagai efek yang timbul yang disebabkan oleh perubahan pada
pembayaran tol ini sesuai dengan Teori Perbedaan Individual yang mengjaki tentang
adanya perbedaan-perbedaan diantara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika
mereka diterpa hingga menimbulkan efek tertentu. Pun hal ini menimbulkan adanya interkasi
antara masing-masing individu berdasarkan perbedaan watak perorangan.

5.2 Sebab dan Akibat dari Perubahan Sistem Pembayaran Tol kepada Pengguna Tol
Perubahan pada sistem pembayaran tol tentunya memiliki sebab dan akibat kepada
pengguna tol. Menurut Teori Sebab Akibat, ada suatu syarat yang menjadi penyebab suatu
akibat. Hal tersebut dapat dilihat dari akibat yang dirasakan oleh beberapa pengguna tol,
contohnya adalah Pak Agus yang merasa transaksi yang terjadi menjadi lebih cepat. Namun,

14
ada juga beberapa pengguna tol yang tidak merasakan akibat dari perubahan sistem
pembayaran tol. Penyebab dari perubahan sistem pembayaran tol sendiri adalah gerakan
non-tunai yang direncanakan oleh pemerintah, lamanya transaksi pembayaran secara tunai di
gardu tol yang menjadi penyebab kemacetan di jalan tol dan terjadinya kesalahan pada
pembayaran di gardu tol. Pada Teori Connectionism dijelaskan bahwa setiap orang akan
melakukan tindakan yang bersifat coba-coba secara terus menerus ketika bertemu dengan
situasi baru. Hal tersebut dapat dilihat pada kantor perusahaan travel yang memberikan e-toll
pada setiap supir yang berangkat dan supir taksi yang melakukan top up pengisian e-toll saat
akan bekerja sejak mereka menerima pengumuman mengenai perubahan sistem pembayaran
tol. Agar pengguna tol dapat menyesuaikan dengan sistem pembayaran tol yang baru, Jasa
Marga terus memberikan pengumuman dan penyuluhan kepada pengguna tol melalui media
sosial dan interaksi secara langsung.

5.3 Komunikasi Informatif yang Digunakan Jasa Marga dalam Upaya Sosialisasi
Perubahan Sistem Pembayaran Tol
Respon pengguna tol dalam menyikapi adanya perubahan dari sistem pembayaran tol
ini sangat berkaitan dengan informasi yang diberikan oleh pihak Jasa Marga. Hal ini sesuai
dengan Teori Komunikasi Informatif, dimana teori ini mengkaji bahwa jika sinyal media
yang digunakan baik, maka komunikasi akan berjalan efektif. Namun pada kenyataannya
pengguna tol merasa informasi yang diberikan oleh pihak Jasa Marga kurang efektif,
sehingga pengguna tol masih merasa awam dalam menggunakan sistem yang baru ini.
Respon yang diberikan oleh pengguna tol ini juga berkaitan juga dengan Teori
Behaviorisme, teori ini mencakup semua perilaku termasuk tindakan balasan atau respon
terhadap rangsangan atau stimulus. Stimulus yang dimaksud dalam hal ini adalah informasi
yang diberikan Jasa Marga ke pengguna tol. Pengguna tol kemudian memberikan respon
berupa tindakan. Karena dalam hal ini stimulus yang diberikan kurang efektif maka dapat
diprediksikan pula respon yang diberikan oleh pengguna tol yakni masih banyak pengguna
yang merasa kesulitan dalam melakukan pembayaran dengan menggunakan sistem yang baru
dan merasa pembayaran secara tunai lebih baik dibandingkan dengan menggunakan e-toll.

15
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Respon kognitif yang diberikan oleh masyarakat terhadap perubahan sistem
pembayaran tol yaitu masyarakat masih banyak yang merasa lebih baik melakukan
pembayaran secara tunai.
2. Penyebab dari perubahan sistem pembayaran tol kepada pengguna tol yaitu gerakan
non-tunai oleh pemerintah, lamanya transaksi pembayaran secara tunai di gardu tol
dan terjadinya kesalahan pada pembayaran di gardu tol. Sedangkan akibat dari
perubahan sistem pembayaran tol, yaitu transaksi yang terjadi menjadi lebih cepat.
3. Komunikasi informatif yang digunakan Jasa Marga dalam upaya sosialisasi
perubahan sistem pembayaran tol adalah komunikasi melalui media sosial seperti
twitter, radio, youtube, interaksi secara langsung di Car Free Day Dago, dan melalui
pengumuman pada gerbang tol. Namun, sebagian besar pengguna tol hanya menerima
komunikasi informatif yang dilakukan Jasa Marga melalui pengumuman pada
gerbang tol dan dirasa kurang efektif bagi pengguna tol.

6.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan sesuai dengan rumusan masalah yang kami buat adalah
sebagai berikut:
1. Teknis penyelenggaraan e-tol harus dilakukan dengan matang agar tercapai tujuan
diadakannya perubahan teknik pembayaran ini dan tidak menimbulkan masalah baru.
2. Pihak jasa marga harus membuat sosialisasi yang lebih baik dan efektif untuk
mengenalkan system penggunaan e-tol agar tujuan perubahan ini tercapai.
3. Info yang disosialisasikan harus lengkap dan terstruktur agar mudah dipahami dan
bila perlu adakan simulasi di rest area tol untuk menjamin pengguna e-tol telah
mengerti dengan baik cara menggunakan e-tol.
4. Kartu e-tol harus memiliki identitas dan system pemblokiran untuk mengantisipasi
kehilangan kartu e-tol.

16
DAFTAR PUSTAKA

[1] https://news.detik.com/berita/d-3505640/seluruh-gerbang-tol-tak-layani-transaksi-
tunai-mulai-oktober-2017, diakses pada 14 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB.
[2] https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3681734/mulai-hari-ini-e-toll-
diberlakukan-di-gerbang-tol-buahbatu-bandung, diakses pada 14 Oktober 2017 pukul
16.30 WIB.
[3] https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-menurut-para-ahli, diakses pada 14
Oktober 2017 pukul 16.59 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai