Pada suatu hari Sayidina Ali Karamallaahu Wajhah, berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ketika beliau
hendak mengakhiri khutbahnya, tiba-tiba berdirilah seseorang ditengah-tengah jamaah sambil berkata,
Ya Amirul Muminin, mengapa doa kami tidak diijabah? Padahal Allah berfirman dalam Al Quran,
Uduuni astajiblakum (berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu).
Sayidina Ali menjawab, Sesungguhnya hatimu telah berkhianat kepada Allah dengan delapan hal, yaitu :
1. Engkau beriman kepada Allah, mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-
Nya. Maka, tidak ada mamfaatnya keimananmu itu.
2. Engkau mengatakan beriman kepada Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan
mematikan syariatnya. Maka, apalagi buah dari keimananmu itu?
3. Engkau membaca Al Quran yang diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan.
4. Engkau berkata, Samina wa aththana (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau tentang ayat-
ayatnya.
5. Engkau menginginkan syurga, tetapi setiap waktu melakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari
syurga. Maka, mana bukti keinginanmu itu?
6. Setiap saat sengkau merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah, tetapi tetap engkau tidak
bersyukur kepada-Nya.
7. Allah memerintahkanmu agar memusuhi syetan seraya berkata, Sesungguhnya syetan itu adalah
musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh bagi(mu) karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya
mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yang nyala-nyala (QS. Al Faathir [35] :
6). Tetapi kau musuhi syetan dan bersahabat dengannya.
8. Engkau jadikan cacat atau kejelekkan orang lain di depan mata, tetapi kau sendiri orang yang
sebenarnya lebih berhak dicela daripada dia.
Nah, bagaimana mungkin doamu diterima, padahal engkau telah menutup seluruh pintu dan jalan doa
tersebut. Bertaqwalah kepada Allah, shalihkan amalmu, bersihkan batinmu, dan lakukan amar maruf
nahi munkar. Nanti Allah akan mengijabah doamu itu.
Dalam riwayat lain, ada seorang laki-laki dating kepada Imam Jafar Ash Shiddiq, lalu berkata, Ada dua
ayat dalam Al Quran yang aku paham apa maksudmu?
Bagaimana dua bunyi ayat itu? Tanya Imam Jafar. Yang pertama berbunyi Uduuni astajib lakum
(Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mumin [40] : 60). Lalu aku
berdoa dan aku tidak melihat doaku diijabah, ujarnya.
Apakah engkau berpikir bahwa Allah akan melanggar janji-Nya? tanya Imam Jafar.
Ayat yang kedua berbunyi Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun raaziqin
(Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizki
yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] : 39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya,
ujarnya.
Apakah kamu berpikir Allah melanggar janji-Nya? tanya Imam Jafar lagi.
Tidak, jawabnya.
Imam Jafar kemudian menjelaskan, Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau
menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdoa kepada-Nya, maka
Allah akan mengijabah doamu. Adapun engkau berinfak tidak melihat hasilnya, kalau engkau mencari
harta yang halal, kemudian engkau infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu
dirham pun, niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak. Kalau engkau berdoa kepada Allah,
maka berdoalah kepada-Nya dengan Jihad Doa. Tentu Alah akan menjawab doamu walaupun engkau
orang yang berdosa.
Apabila engkau melakukan yang fardhu maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa
yang telah ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan bersungguh-
sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang memberi petunjuk. Setelah
engkau membaca shalawat kepada Nabi, kenanglah nikmat Allah yang telah dicurahkan-Nya kepadamu.
Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah engkau peroleh.
Kemudian engkau ingat-ingat sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa. Akuilah dosa itu
dihadapan Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang tak
kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau perbuat dan niatkan bahwa engkau
tidak akan kembali melakukannya. Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan
serta rasa takut tetapi juga dipenuhi harapan.
Kemudian bacalah, Ya Allah, aku meminta maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku. Aku meminta ampun
dan taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk melakukan apa yang
Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau ridhai. Karena aku tidak melihat seseorang bisa
menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali dengan kenikmatan yang Engkau berikan. Setelah itu,
ucapkanlah hajatmu. Aku berharap Allah tidak akan menyiakan doamu, papar Imam Jafar.
******************************************
Dengan membaca surat Yasin pada malam Jum'at saat dikepung oleh orang2 kafir termasuk Iblis
yang menyamar sebagai manusia, Nabi lolos dari kepungan mereka dan hijrah ke Madinah. Jadi
membaca surat Yasin pada malam Jum'at adalah sunnah Nabi yang penting agar kita mendapat
perlindungan Allah dari musuh2 kita.
Sebagai tambahan:
Estafet perjuangan Rasulullah SAW terus berlanjut. Para ulama pun berusaha agar dakwah yang
mereka lakukan berlangsung dengan damai. Ada hal penting: mereka juga memahami
asbabunnuzul (sebab-sebab turunnya) surat Yasin khususnya ayat ke-9 yang pernah dibaca
Rasulullah SAW dalam berbagai kesempatan saat dikepung oleh musuh hingga beliau dapat lolos,
termasuk pada malam menjelang hijrah. Oleh karena itu, para ulama terutama yang berdakwah ke
Nusantara berijtihad dengan mengadakan pembacaan surat Yasin berjama'ah tiap malam Jum'at.
Berkah pembacaan surat ini berdampak pada islamisasi yang tidak dapat dilihat oleh mata hati
nonmuslim hingga Nusantara jadi kawasan berpenduduk mayoritas muslim.
http://wakalanusantara.com//Hijrah.dari.Sistem.Ekonomi/130
Maka pada malam hari yang telah ditentukan merekapun berkumpul di depan pintu kamar
Rasulullah. Secara kasar dan tiba-tiba mereka mendobrak pintu. Namun yang mereka dapati di atas
pembaringan kamar tersebut ternyata hanya Ali bin Abu Thalib ! Karena tanpa mereka ketahui,
menjelang magrib Rasulullah telah menyelinap keluar kamar dan menuju rumah Abu Bakar ra.
Berdua mereka meninggalkan Mekah dengan mengendarai dua ekor unta terbaik yang telah
dipersiapkan sebelumnya oleh sahabat baik nabi tersebut. Beberapa riwayat menceritakan bahwa
ketika Rasulullah meninggalkan kamar, beliau menaburkan sejumlah pasir ke muka orang-orang
Quraisy yang ketika itu berjaga di depan kamar beliau sambil membaca ayat berikut :
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami
tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS.Yasin(36):9 ).
Tak seorangpun yang mengetahui kepergian Rasulullah kecuali Ali dan anak-anak Abu Bakar, yaitu
Abdullah, Asma dan Aisyah serta pembantu setia Abu Bakar.
http://vienmuhadi.com/2010/10/
Jefri Nofendi
setelah aku selidiki, teliti dan kaji ternyata membaca surah YASIN dimalam jum'at lah yang
merupakan SUNNAH NABI MUHAMMAD SAW dan RASULULLAH SAW sendiri yang pertama kali
melaksanakannya , sedangkan membaca SURAH AL KAHFI dimalam jum'at adalah ANJURAN
NABI namun tidak pernah dilakukan NABI MUHAMMAD SAW , apa buktinya ??? buktinya adalah
sejarah dan ASBABUN NUZUL atau turunnya wahyu tersebut
dalam sejarah kisah NABI MUHAMMAD SAW , disebutkan bahwa pada saat RASULULLAH SAW
dikepung oleh kaum KAFIR QURAISY dan diantara mereka ada IBLIS yang menyamar menjadi
manusia, peristiwa itu terjadi pada malam jum'at , RASULULLAH SAW saat itu berada didalam
rumah bersama SAHABAT SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB, maka pada malam jumat saat
peristiwa itu lalu wahyu ALLAHU pun turun berupa surah YASIN, RASULULLAH SAW berulang kali
membaca SURAH YASIN sambil terus memikirkan rahasia dan makna yang terkandung pada surah
YASIN tersebut , dan ketika RASULULLAH SAW berhenti membaca surah YASIN tersebut
RASULULLAH SAW melihat ke jendela ... SUBHANALLAHU sebuah keajaiban pun terjadi satu
pasukan KAFIR QURAISY dan juga IBLIS yang mengepung RASULULLAH SAW mendadak
TERTIDUR !!! lalu RASULULLAH SAW berkata kepada sayyidina ALI agar ia tetap berada dirumah
itu sebab ada barang-barang titipan orang, jika ALI ikut bersama RASULULLAH SAW dikhawatirkan
para KAFIR QURAISY malah merusak dan menjarah barang-barang titipan orang, ALI pun
mematuhi RASULULLAH SAW kemudian menutupi dirinya dengan selimut, kemudian
RASULULLAH SAW bergegas keluar menghampiri para pasukan KAFIR QURAISY yang tertidur
tersebut lalu mengambil segenggam pasir dan menaburkan nya kepada pasukan KAFIR QURAISY
tersebut maka yang terjadi maka semakin lelaplah para KAFIR QURAISY dan juga IBLIS dalam
tidurnya,
keesokan paginya IBLIS lah yang pertama kali bangun , IBLIS yang selama ini tidak pernah tidur
dan tidak pernah lalai menggoda manusia merasa dirinya malu dan terhina , IBLIS marah-marah
sambil mencak-mencak membangunkan para pasukan KAFIR QURAISY yang tertidur , lalu para
pasukan itu bergegas menuju rumah yang mereka kepung tersebut tapi mereka tidak mendapati
RASULULLAH SAW disana melainkan ALI , karena kesal dan marah mereka pun menghajar ALI
kemudian segera bergegas pergi menyusul dan mengejar NABI MUHAMMAD SAW yang pada
malam jum'at lolos dari pengepungan mereka
=======================================
dari kisah asbabun nuzulnya surah YASIN maka didapati :
1. surah YASIN turun pada malam jum'at
2. ketika wahyu surah YASIN turun , RASULULLAH SAW lah yang pertama sekali membaca surah
YASIN dan bahkan berulang-ulang kali membacanya
3. sebuah peristiwa ajaibpun terjadi yaitu tertidurnya satu pasukan KAFIR QURAISY dan juga IBLIS
4. IBLIS laknatullah yang tidak pernah tertidur dan tidak pernah lalai merasa marah, malu dan
terhina sebab kejadian itu
5. kisah RASULULLAH SAW yang menabur pasir pada pasukan KAFIR QURAISY yang membuat
mereka semakin tertidur lelap menjadi inspirasi dongeng terkenal yaitu "PRIA PENABUR PASIR"
jadi membaca surah YASIN dimalam jum'at adalah yang jelas mengikuti SUNNAH NABI
MUHAMMAD SAW , RASULULLAH SAW lah yang pertama kali membaca surah YASIN pada
malam jum'at
So .. jadi wajar saja IBLIS dan antek-anteknya membenci surah YASIN , sebab mereka tidak mau
tertidur dan tidak mau lalai untuk kedua kalinya dalam menggoda dan menyesatkan manusia, smile
emoticon
sungguh lucu rasanya mereka yang membid'ahkan dan menuduh membaca surah YASIN dimalam
jum'at selama ini takut mereka tertidur lagi,
************
Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul ayat ini (QS. 36 Yasiin : 1-10) Menurut Kitab Lubabun Nuqul Fii Asbabin
Nuzul karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi :
166 / 1 (- )
10 - 1 [ ] .
Diriwayatkan oleh Abu Naim di dalam Kitab Ad-Dalail yang bersumber dari Ibnu Abbas ra :
Bahwa ketika Rasulullah saw membaca Surat As-Sajdah dengan nyaring, orang-orang Qurays
merasa terganggu, dan mereka bersiap-siap untuk menyiksa Rasulullah tetapi tiba-tiba tangan
mereka terbelenggu di pundak-pundaknya dan mereka menjadi buta sama sekali. Mereka sangat
mengharapkan pertolongan Nabi saw dan berkata : Kami sangat mengharapkan bantuanmu
atas nama Allah dan atas nama keluarga. Kemudian Rasulullah saw berdoa dan mereka pun
sembuh, akan tetapi tak seorang pun diantara mereka yang beriman. Sehubungan dengan
kejadian ini, maka turunlah ayat-ayat ini (QS. 36 Yasiin : 1-10).Tetapi tidak ada yang beriman
diantara orang-orang tersebut
Uraian Tafsirnya :
Terdapat dalam al Quran, beberapa surat yang dimulai ayat ke-1 dengan huruf yang terputus-
putus Ya dan siin - , yang tentu hanya Allah saja yang mengetahui maknanya, juga hakikat
dibalik huruf-huruf tersebut. Dalam surat-surat lain seperti (kaf ha ya `ain shaad awal surat
Maryam, asy syu`ara dan al qashash tha sin mim awal surat an Naml- ha mim, `ain sin qaf,
awal surat asy Syura) (Adlwaul Bayan, Syaikh asy Syanqithi, 4 hal. 317).
Huruf terputus-putus yang tak memiliki makna secara bahasa. Sebab di ayat lain Allah
menegaskan, Dia dibawa turun oleh ar Ruh al Amin (Jibril as), ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan dengan
bahasa Arab yang jelas, QS Asy Syu`ara: 193-195). Pendapat inilah yang dipilih oleh jumhur
`ulama Salaf, dari shahabat, tabi`in, tani`ut tabi`in dan para Imam Ahlus sunnah, Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah mengatakan, Huruf-huruf hijaiyah ini disebutkan dengan tujuan untuk
memperlihatkan ketidakmampuan bangsa Arab untuk melawan al Quran ini, padahal ia tidak
datang dengan kata-kata baru di dalam kosa kata (perkataan) mereka. (Lautan Hikmah Tafsir
Yasin, oleh Syaikh Muhamamd Shalih ibnu Utsaimin, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Jakarta, hal.
15-16).
Ayat-2, Allah bersumpah terhadap al Quran yang penuh hikmah. Penuh hikmah maknanya. Al
Quran disini adalah al Quran yang kit abaca. Al Quran berasal dari kata Qaraa yang artinya
membaca, atau Qaraa yang artinya mengumpulkan, karena ia merupakan kumpulan yang
mencakup segala sesuatu. Dengan demikian al Quranm merupakan gabungan dua makna, yaitu:
Bacaan dan Kumpulan, dimana ia merupakan kitab yang dibaca (al qiroah atau tilaawah) dan
yang menghimpun (jaami`un) serta kumpulan (majmuu`un). Kata-kata yang terhimpun satu
dengan yang lainnya, firman yang mencakup segala sesuatu yang mengandung kebaikan dan
perbaikan. (Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 18).
Al Quranul Hakim juga suatu kitab yang tidak mengandung kebatilan dalam segala sisinya
(Tafsir Ibnu Katsir, Mukhtashor, oleh Syaikh Muhammad Nasib ar Rifa`ie, 3 hal. 980, GIP
Jakarta).
Makna Al Quran al Hakim . Al Hakiim disebut muhkim, karena ia sempurna bagi segala
sesuatu, Lihat QS 6: 115
{
}
(Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al Quran), sebagai kalimat yang benar dan adil).
Disebut juga muhkam: juga karena Allah telah menyusunnya secara baik dan sempurna,
sehingga tidak ada yang saling bertolak belakang dan tidak pula bertentangan. Al Quran juga
disebut al haakim, karena (1) ia sarat dengan hikmah dalam penyusunannya, maka setiap ayat
akan berdampingan dengan ayat-ayat lainnya, sekalipun kita mengira bahwa antara keduanya
tidak terdapat hubungan. Ini terjadi semata karena ketidak mampuan kita atau kelengahan kita.
(2) Mengandung hikmah dalam semua hokum-hukumnya, dimana semua ketetapan hukumnya
adil, sesuai dengan fitrah dan akal sehat. (3) penuh hikmah dalam gaya bahasanya, terkadang
menggunakan nada keras, sedang, dan lembut, sesuai dengan tuntutannya dan kondisi serta
obyeknya. Secara keseluruhan maka makna al Quran al hakim adalah al Quran yang memiliki
hikmah, muhkim, muhkam dan haakim. Sehingga dapat dikatakan bahwa al Quran itu pemberi
keputusan (al haakim), memiliki hikmah (dzu hikmah), hokum (al hukm), dan mencegah
(ihkam).Demikiahlah Syaikh Utsaimin menyebutkan (hal. 20).
Ayat berikutnya: 3-4: penegasan Allah tentang kebenaran Muhammad saw sebagai salah seorang
rasul dari rasul-rasulm yang Allah utus ke muka bumi, dan dia saw adalah rasul penutup (sabda
Nabi: ana al labinah wa ana khatamun nabiyyin).Berjalan di atas jal;an yang lurus, yaitu al
Islam. Dan ini ikuatkan oleh ayat lain:
}
. {
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Yaitu) jalan
Allah Yang kepunyaan-NYa segala apa yang ada di langit dan apa yang ad adi bumi QS Asy
Syuura: 52-53).
`Ala shirathin mustaqim, adalah jalan nabi-nabi sebelummu berupa tauhid dan petunjuk.
Penggunaan kata sumpah dll adalah untuk membantah tuduhan orang-orang kafir kepada beliau,
Engkau bukan seorang rasul seperti firman Allah ini:
} {
Rasulullah saw menempuh jalan lurus, karena ia merupakan jalan yang sangat luas yang
mencakup semua umat, dari sejak beliau diutus hingga hari kiamat kelak, yang tidak akan
menyempit. Dia juga merupakan jalan yang sangat luas yang tidak mungkin mempersempit
ruang lingkup hokum-hukum syariat. Oleh karena itu syariat yang ada di dalam al Quran dan as
sunnah sudah sempurna dan tidak memerlukan penyempurnaan lagi. Dan ia juga sangat luas,
tidak mungkin menyempit oleh segala macam parsial yang terjadi sampai hari kiamat kelak
(Syaikh Utsaimin, hal. 24).
Shirothun mustaqim, sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qayyim al Jauziyah (Dalam kitabnya :
Tafsir al Qayyim dan Madarijus Salikin), ketika menjelaskan QS 6: 153: ia disebut lurus karena
ia sebagai jalan satu-satunya yang bisa menyampaikan kita kepada Allah. Yang dengan nya
Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitabNya, dan seseorang tak akan sampai
kepada-Nya kecuali melalui jalan lurus ini. Dan andaikan ada orang yang mencoba menempuh
jalan-jalan lain, membuka pintu-pintu dan gang-gang serta lorong-lorong, niscaya ia akan
mendapatinya kebuntuan dan dan pintu-pintunya tertutup, kecuali dari jalan lurus ini. Jalan lurus
ini mempunyai lima criteria: lurus menyampaikan pada tujuan jarak terdekat luas bisa
dilalui orang banyak (semua umat) dan memang sebagai jalan tembus menuju tujuan.
(Madarijus salikin, 1: 10).
Ayat: 5 [sebagai wahyu yang diturunkan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang).
}{
Al Quran itu munazzal artinya turun sedikit demi sedikit (najman bi najmin), dimana Allah
berfirman: Dan al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacanya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian
}
{
Ayat 6 12:
1. Al Quran diturunkan sebagai Hujjah bagi kaum yang bapak-bapak dan nenek moyang mereka
belum didatangi peringatan (masa fatrah dari risalah kenabian), sehingga wajar apabila mereka
lalai (Ayat: 6). Inilah keadilan Allah yang paling sempurna, dimana Dia tidak akan menyiksa
siapapun dari makhlukNya, sebelum datang kepada mereka peringatan. Perhatikan QS 17: 15.
Imam Ahmad meriwayatkan hadits tentang 4 golongan manusia yang memiliki hujjah di akhirat
kelak di hadapan Allah, yang menyebabkan kelalaian mereka itu tidak diadzab, bahkan jika
masuk neraka maka mereka akan merasakan dingin dan selamat. 4 Golongan itu : orang yang
bisu tuli (al ashom), orang dungu (al ahmaq), orang tua pikun (al harim), dan yang mati pada
masa fatrah. Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa adzab Allah tidak dijatuh kan pada
orang (mukmin) yang keliru dalam perkara wajib / pokok sehingga seharusnya membuat mereka
fatal hukumj nya (bias kufur), namun karena ia bodoh (jahil) yang dimaafkan, sehingga Allah
mengampuni kesalahannya. (Ingat hadits kisah seorang mukmin bodoh dalam pokok-pokok
tertentu, dimana ia tak ada amal-amal kebaikan yang bisa dibanggakan dan bahkan penuh dengan
dosa, lalu ia meminta kepada keluarganya apabila ia mati dibakar saja, sebagian abunya di tabor
kan di muka bumi dan sebagiannya lagi dimasukkan ke lautan. Ia dengan kejahilannya, menduga
Allah tidak mampu mengembalikan jasadnya utuh kembali kemudian Allah menyiksanya.
Namun Allah mengampuni kejahilannya itu. Kaum yang nenek moyang nya belum diberi
peringatan itu adalah kaum tertentu, yaitu bangsa Arab. Dan sekali-kali mereka itu bukan bangsa
Yahudi dan Nashrani, karena nenek moyang mereka telah didatangkan peringatan (hujjah
syari`iyah, risalah kenabian). Mereka (Yahudi dasn nashrani ketika datang Rasul Muhammad
saw kepada mereka, dan mereka tetap tidak mau mengikuti dan tak mau mengimaninya, bahkan
tetap ingkar, maka ketetapan Allah (Adzab) sudah pasti akan turun kepada mereka. Inilah
maksud ayat 7.
2. Namun Allah berketetapann untuk menyiksa (mengadzab) mereka yang tetap membangkang-
ingkar setelah datangnya per8ingatan (hujjah syar`iyah, risalah kenabian), karena mereka tetap
tidak mau beriman. (ayat: 7). Tentang kepastian adzab ini diperkuat oleh ayat lain, seperti QS
Yunus: 33 (Demikianlah telah tetap hukuman Rabb-mu terhadap orang-orang fasik, karena
seungguhnya mereka tidak beriman), Al Mukmin: 6 (Dan demikianlah telah pasti berlaku
ketetapan adzab Rabbmu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah
penghuni Neraka), Az Zumar: 19 (Apakah [kamu hendak mengubah nasib] orang-orang yang
telah pasti ketentuan adzab atasnya. Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada di
dalam api Neraka).
33 : { } 7 : }
{
6 :{ }
.19 :}
3. Pada leher-leher mereka, Allah memasang belenggu, lalu tangan mereka (diangkat ) ke dagu,
sampai mereka dibuat menengadah (simak ayat: 8). Imam Jalaluddin as Suyuti
menafsirkannya sebagai tangan diangkat ke dagu, terangkat kepalanya sehingga tidak dapat
menurunkannya kembali (Tafsir al jalalaian), maksudnya adalah mereka itu tidak mau tunduk
kepada keimanan dan tidak pula mau menundukkan kepala mereka kepada keimanan.
4. Di hadapan mereka Allah adakan dinding (membatasi kebenaran), dan di belakang mereka juga
ada dinding. Dinding- dinding itulah yang menutup (mata hati mereka) sehingga enggan
menerima kebenaran dan tetap dalam kesesatan dan kekafiran mereka. Dengan demikian
karena sikap mereka itu maka mereka tidak dapat meraih kebaikan dan tidak beroleh petunjuk
kepada Islam. Ikrimah meriwayatkan bahwa Abu Jahal pernah berkata, Jika aku melihat
Muhammad, aku akan melakukan begini dan begitu. Kemudian turunlah ayat, (ayat: 8 surat
Yasin ini). Ikrimah melanjutkan, Orang-orang berkata kepada Abu Jahal, Inilah Muhammad.
Lalu Abu Jahal berkata, Dimana dia ? Abu Jahal tak mampu melihatnya. Inilah riwayat Ibnu
Jariri. (Syaikh Muhamamd Nasib ar Rifa`ie dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, GIP, 3 hal.981).
5. Pada ayat berikutnya (ayat: 9) Allah menegaskan bahwa bagi mereka itu sama saja, diberi
peringatan ataukah tidak diberi, mereka tetap saja tidak akan beriman. Allah telah mengunci
mereka dalam kesesatan. Ayat ini dikupas juga pada awal surat al Baqarah. Bahwa ada dan
tidaknya peringatan yang datang dari siapapun (dari Rasul Nabi maupun rasul Tabligh) tetap saja
ingkar. Dalam hal ini Allah menjelaskan tentang fungsi Nabi Muhammad saw, bahwa dia hanya
lah sebagai penyampai peringatan, dan tentu akan bermanfaat bagi orang-orang yang
mengikutinya. Disini Muhammad saw sebagai Rasul Nabi yang membawa hujjah bagi umat
manusia, namun mereka yang mengikutinya akan selamatlah kelak di akhirat, dan yang menolak
serta membangkang maka qaulul haq (adzab) Allah akan tegak atas mereka karena hujjah telah
sampai, dan mereka menolak. Orang-orang yang mengikuti beliau saw, mereka lah yang dapat
mengambil manfaat dari peringatannya, dan mereka itu orang-orang beriman dan mengikuti al
Quran yang agung, dan yang takuta kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walau pun dia tidak
melihat-Nya. Maka berita gembira bagi mereka, berupa pahala yang mulia (besar) dan ampunan
dari dosa-dosanya
6. Pada ayat berikutnya, ayat : 10-11, Allah berfirman, Sesungguhnya Kami menghidupkan
orang-orang yang mati, pada hari kiamat, dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan,
berupa amal-ama kebaikan. Ada dua pengertian: (Pertama): Allah menuliskan amal-amal yang
mereka lakukan sendiri semasa hidupnya dan jejak langkah yang mereka tinggalkan. Sabda Nabi
saw: Barangsiapa yang menciptakan jalan yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dari
rintisannya itu dan pahala orang yang mengerjakannya sepeninggalnya tanpa dikurangi
sedikitpun dari pahala mereka barangsiapa yang menciptakan jalan yang buruk dalam Islam,
maka baginya dosa dari ruintisannya itu dan dosa dari orang-orang yang mengikuti
sepeninggalkannya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka (HR Muslim dari Jabir bin
Abdullah al Bajali secara marfu`), juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jarir ra sexara
marfu` pula. (Kedua): Yang dimaksud jejak ialah jejak langkah kaki mereka ketika menuju
kepada ketaatan atau kemaksiatan. Sehubungan dengan makna ini, terdapat sejumlah hadits.
(Begitu tutu Syaikh Muhamamd Nasib ar Rifa`ie, 3 hal. 982-983). Imam Ahmad meriwayatkan
hadits dari jalan Jabir bin Abdullah ra, dia berkata, Daerah sekitar masjid kosong. Bani Salamah
bermaksud pindah ke dekatnya. Berita itu sampai kepada Rasulullah saw. Lalu beliau saw
bersabda kepada mereka, Aku mendapat berita bahwa kamu akan pindah ke dekat masjid,
benarkah ? Mereka berkata, Benar, ya Rasulullah, kami bermaksud demikian. Rasulullah saw
kemudian bersabda:
}
{
Hai Bani Salamah, perumahanmu mencatat jejakmu. Perumahamanmu mencatat
jejakmu (HR Muslim).
Ayat 12 ditutup dengan firmanNya Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk
yang nyata. Ibnu Katsir berkata, Segala yang ada ditulis di dalam Kitab, digariskan, dan
ditetapkan di dalam Lauh Mahfuzh. Yang dimaksud dengan (al Imam al Mubiin) ialah ummul
kitab. Kitab amal merupakan tempat data kalkulasi amal kaum mukallaf, apakah ia baik
ataukah buruk. Hal ini didukung oleh ayat lain dalam QS al kahfi: 49:
{
}
(Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar melainkan ia
mencatat semuanya).
}{
(Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada rabbnya Yang Tidak tampak, mereka akan
memperoleh ampuan dan pahala yang besar), QS al Mulk: 12.
2.Imam Ahmad mengatakan bahwa telah bercerita kepada kami Abdul Mughirah,
Telah bercerita kepada kami Shafwan berkata bahwa para syeikh telah mengatakan,Apabila
dibacakansurat yasinterhadap orang yang menjelang kematian maka akan diringankan
bebannya. (Tafsir al Quranil Azhim juz VI hal 562)
3.Hadits-hadits lain tentang keutamaan surat yasin seperti sabda Rasulullah saw,
Barangsiapa yang membaca yasin maka Allah akan tuliskan pembacaannya itu sama dengan
membaca al quran sepuluh kali selain yasin. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini
gharib yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.
Sabda Rasulullah saw,Barangsiapa yang membaca yasin pada suatu malam dengan mengharapkan
wajah Allah maka dia akan diampuni. (HR. Malik, Ibnus Sunni dan dishahihkan oleh Ibnu
Hibban) dan hadits dinyatakan lemah oleh Imam al Haitsami. WALLAH ALAM BISHAWAH
Rujukan
1. Taisirul `Aliyyil Kabir Li ikhtishor Tafsir Ibni Katsir, Syaikh Muhamamd Nasib ar Rifa`ie,
Maktabah Ma`arif Riyadl
2. Lautan Hikmah Tafsir Surat Yasin, Syaikh Muhammad b. Shalih al-Utsaimin, Pustaka Ibnu
Katsir Jakarta.
3. Aisarut tafasir Li Kalamil `Aliyyil Kabir, Syaikh Abu Bakar Jazairi.
4. Adlwaul Bayan, Syaikh Amin Asy Syanqithi.
5. Taisirul Karimir Rahman fi Tafsir Karimirrahman, Syaikh Abdurrahman as Sa`di.
*****
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia;
dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan
niscaya dia berputus asa. (QS. Al Israa 83)
Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan sifat manusia terhadap kesenangan
terlebih dahulu karena ujian terhadap kesenangan adalah lebih berat.
Dari Amr bin Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin al-
Jarrah r.a. ke Bahrain untuk menagih pajak penduduk. Kemudian ia kembali
dari Bahrain dengan membawa harta yang sangat banyak dan kedatangan
kembali Abu Ubaidah itu terdengar oleh sahabat Anshar maka mereka pun
shalat Shubuh bersama Rasulullah saw. Kemudian setelah selesai shalat
mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau tersenyum melihat mereka
kemudian bersabda, Mungkin kamu telah mendengar kedatangan Abu Ubaidah
yang membawa harta banyak? Jawab mereka, Benar, ya Rasulullah. Lalu Nabi
saw bersabda, Sambutlah kabar baik dan tetaplah berpengharapan baik untuk
mencapai semua cita-citamu. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan
atas kamu, tetapi aku khawatir kalau terhampar luas dunia ini bagimu, sebagaimana
telah terhampar untuk orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-
lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga membinasakan kamu
sebagaimana telah membinasakan mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada saat inipun bisa kita lihat. Seorang miskin apabila dia tidak sabar maka
yang dicuri adalah hape atau sepeda motor. Sedang orang yang menjadi
tersangka KPK telah didakwa dengan korupsi sampai miliard rupiah. Hal ini
menunjukkan orang tidak tahan dengan kesenangan dan kemewahan. Atau
hal ini tersebut dalam Al Quran tentang orang yang mendapat musibah di
lautan akan berdoa kepada Allah, tetapi lupa ketika sudah sampai darat.
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu
seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu
berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih (QS. Al Israa 67)
Secara psikologis, seorang muslim apabila ditimpa musibah maka dia akan
mendekat kepada Allah SWT dan bersabar, sedang orang yang berhasil
biasanya memiliki ego bahwa keberhasilan itu adalah karena hasil jerih
payahnya.
Kembali kepada sifat manusia jika mendapat kebahagian seperti yang tertera
pada QS. Al Israa 83. Jika mendapatkan kesenangan maka dia memiliki dua
kecenderungan yaitu berpaling dari Allah SWT dan sombong terhadap
manusia. Jika kesuksesan terjadi pada orang yang tidak beriman maka akan
memperkuat keyakinannya bahwa tidak perlu percaya kepada Allah SWT
untuk meraih kesuksesan. Mereka akan mencibirkan kaum Muslim yang rajin
sholat tapi kehidupannya masih miskin. Sedang bila keberhasilan pada orang
munafik, maka mereka berkata Buat apa sholat? Toh saya masih bisa
mendapatkan rizki dari Allah. Memang Allah SWT melimpahkan rizqi pada
setiap manusia di dunia ini tanpa pandang bulu apakah mereka beriman atau
mengingkari.
Bagi seorang muslim, keberhasilan masih membuat dia melaksanakan sholat
dan ibadah lain. Tapi ada hal lain yang mungkin tidak kalah bahayanya, yaitu
adanya perasaan sombong terhadap apa yang didapatkannya. Apa sombong
itu? Rasulullah SAW pernah bersabda:
Demikianlah, kita semoga kita selalu bisa menjaga hati dalam setiap keadaan.
Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: Barang siapa yang beramal tanpa didasari
ilmu, maka unsur merusaknya lebih banyak daripada mashlahatnya (Sirah wa
manaqibu Umar bin Abdul Azis, oleh Ibnul Jauzi).
Orang yang ikhlas beramal, tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dapat
merusak amalannya dan bahkan dapat memberikan madhorot kepada orang lain.
Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa adalah orang yang sesat padahal
mereka melaksanakan sholat, puasa, dan amalan lainnya yang sangat banyak.
Terkadang pelaksanaan ibadah dibuat untuk rutinitas saja. Ada pelaksanaan sholat
Jumat berjamaah dengan khutbah yang berisi nasihat dari beberapa ayat Quran dan
doa yang sudah tertulis pada beberapa lembar kertas. Dan cara ini sudah dilakukan
bertahun-tahun. Tentu saja sangat disayangkan jamaah yang sholat Jumat di masjid
tersebut. Tidak ada nasehat atau taujih yang dapat dipahami dan amal yang dapat
dilaksanakan.
Terdapat cerita nyata pada suatu perumahan dimana beberapa ibu rumah tangga
terjerat hutang dengan rentenir yang memberikan pinjaman uang dengan bunga yang
mencekik. Ternyata para rentenir terebut adalah ibu-ibu yang terlibat aktif dalam
pengajian pekanan. Kisah ini menunjukkan bahwa kegiatan pengajian rutin yang
dilaksanakan tidak memberikan dampak positif pada aktifitas muamalah yang
dilakukan.
Keutamaan seseorang bukan didasarkan pada banyaknya ilmu, hafalan atau amalan,
akan tetapi dilihat dari benar dan dalamnya pemahaman terhadap agama Islam secara
menyeluruh. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW pernah bersabda, Satu orang faqih itu
lebih berat bagi setan daripada seribu ahli ibadah. HR. Tirmidzi.
Sahabat Umar bin Khathab ra juga pernah berkata, Kematian seribu ahli ibadah
yang selalu sholat di waktu malam dan berpuasa di siang hari itu lebih ringan
daripada kematian orang cerdas yang mengetahui halhal yang dihalalkan dan
diharamkan oleh Allah.
Oleh karena itu berusahalah kita mendapatkan pemahaman yang benar terhadap Islam
yaitu pemahaman yang jernih, murni, integral dan universal. Hal ini akan
menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan akhirat. Ibnul Qayyim pernah
berkata,Benarnya kepahaman dan baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yang
Allah berikan kepada hamba-Nya. Tiada nikmat yang lebih utama setelah nikmat
Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Karena nikmat itulah seseorang memahami
Islam dan komitmen pada Islam. Dengannya seorang hamba dapat terhindar dari
jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu orang yang buruk tujuannya. Juga terhindar
dari jalan orang-orang yang sesat, yaitu orang yang buruk pemahamannya, serta
akan menjadi orang-orang yang baik tujuan dan pemahamannya.
Wallahu alam.
Memberikan peringatan kepada hati
ceramah singkat Bila hati baik maka semua anggota tubuh akan dibawa
kepada kebaikan, sebaliknya bila hati ini tidak baik maka sekujur tubuh akan berbuat kerusakan,
begitulah isi hadits Nabi saw, atas dasar itulah menata hati menjadi aktifitas yang sangat vital dalam
kaitannya dengan ibadah kepada Allah swt. Adapun caranya adalah dengan sesering
mungkin memberikan peringatan kepada hati, bentuk peringatannya adalah memerintahkan hati
agar selalu berjalan di koridor agama yang benar, sesuai petunjuk Allah swt.
Pertanyaan selanjutnya kepada adalah, benarkah kita sudah sering memperingatkan kepada hati
untuk berbuat yang sebaik baiknyay secara fithrah, jawabnya jelas tidak, terbukti masih banyaknya
kemungkaran yang terjadi, dan kebaikan yang masih ingin diakui oleh orang lain, demikian ini terjadi
disebabkan terhalang oleh tabir yang merupakan bawaan sejak lahir, yakni ujian dan hiasan yang
dibuat sedemikian rupa oleh Allah untuk menguji kemampuan setiap individu sufi dalam menjaga
kefithrahan dirinya.
.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). (Ali Imran: 14)
Dijadikan indah atau sebuat saja hiasan, hiasan adalah sesuatu yang menutupi barang aslinya,
seumpama kecantikan, sesungguhnya kecantikan bukanlah dari perhiasan bedak, gincu dan lain
sebagainya, karena bedak dan gincu tidak akan bertahan lama tapi hanya untuk sesaat saja, ketika
perhiasan itu terkikis maka kecantikannya akan menjadi habis. Orang yang cerdas tentu orang yang
tidak tertipu dengan hiasan, bisa membedakan antara hiasan dan hakekat aslinya, bukan sekedar
bayangannya saja tetapi benda aslinya. Pendek kata hiasan tidak akan bisa bertahan lama.
Hiasan tersebut bersifat menipu karena menutupi hakikat yang sebenarnya, hakekat sesungguhnya
manusia adalah diciptakan dengan tabiat yang fithrah, berdasarkan hadits Nabi saw,
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih (fithrah), maka kedua orang tuanya yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi
Pada dasarnya semua orang dengan fithrahnya ia menginginkan kehidupan yang selamat di dunia
dan akhirat, jangankan berbuat baik hatta orang orang yang berbuat maksiat sekalipun pasti akan
mengharapkan selamat. Seorang koruptor pun ingin selamat dari jeratan hukum, meskipun pada
saat melakukan tindak korupsi ia sadar bahwa perbuatanya adalah salah, apalagi orang orang yang
berbuat baik, tentu akan sangat berharap untuk mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat.
Keinginan selamat itu tidak lain adalah atas dasar dorongan fithrah yang diciptkan sejak lahir. Jadi
pencitaannya manusia ini sejak lahir memang sudah bercampur aduk, pada saat bertemunya ruh
dengan jasad, bercampur antararuh yang fithrah dan nafsu. Untuk mengembalikannya kepada
fithrah yang sesungguhnya maka kita harus berupaya semaksimal mungkin memberikan peringatan
kepada hati agar selalu ingat kepada Allah (dzikrullah) dalam setiap langkah. Terkait dengan
campuran penciptaan tersebut, Allah berfirman di dalam QS. Al-Insan: 2;
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami
hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan
melihat.
Kalau kita merenungi awal penciptaan manusia berdasarkan ayat di atas, maka kita akan
menemukan penyebab tabir menuju fithrah seperti permulaan penciptaan Allah kepada manusia
adalah bercampur dengan ujian, nafsu, syahwat. Campuran inilah yang membuat tabir hati
menghalangi nur diri kepada Allah.
Oleh karena itu, silahkan kita memiliki apapun termasuk jabatan tapi semua itu adalah ujian dari
Allah, silahkan kita mempunyai, silahkan kita bernafsu untuk memperkaya diri dan lain sebagainya
atau cinta terhadap lawan jenis, tetapi jangan sekali kali penampakan lahiriyah tersebut tembus
hingga menutupi hati yang asalnya bersih (fithrah) karena semua itu adalah hanya hiasan
duniawiyah saja. Semoga manfaat dan kita bisa menjauhkan diri dari setiap yang merusak
kejernihan hati, sehingga kita kembali kepada Allah dalam keadaan suci, intinya utnuk menciptakan
kejernihan hati adalah dengan cara maksimalisasi memberikan peringatan kepada hati
Marga Batak, Asal-usul / Sejarahnya
Anda pasti tahu, orang Batak yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia terkenal dengan marganya (simbol
keluarga). Saking banyaknya marga Batak, kita yang bukan orang Batak sulit menghapalnya. Marga didapat dari
dari garis keturunan ayah, yang diturunkan kepada penerusnya.
Menurut kepercayaan, induk marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang punya dua anak yakni Guru Tatea Bulan
dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatea mempunyai istri bernama Si Boru Baso Burning dan memiliki 5 putra dan 4
putri.
Putra :
1. Si Raja Biak-Biak.
2. Tuan SaribuRaja.
3. Limbong Mulana.
4. Sagala Raja.
5. Malau Raja.
Putri :
Sementara itu Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yaitu, Tuan SorimangaRaja, Si Raja Asiasi, dan
Sangkar Somalindang.
SaribuRaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si
Boru Pareme dilahirkan marpohas (anak kembar berlainan jenis).
Mula-mula SaribuRaja kawin dengan Nai Margiring Laut, dan melahirkan seorang putra yang bernama Raja
Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Si Boru Pareme menggoda abangnya SaribuRaja, sehingga antara mereka
terjadi perkawinan incest. Karena saudara-saudara yang lainnya tidak suka, maka
SaribuRaja pergi mengembara ke hutan dengan meninggalkan Si Boru Pareme dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru
Pareme akan melahirkan, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara. Di sana dia bertemu dengan
SaribuRaja yang sudah mempunyai istri seekor harimau betina.
Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang bernama Si Raja Lontung. Dari istrinya sang harimau, SaribuRaja
memperoleh putra yang bernama Si Raja Babiat. di kemudian hari Si Raja Babiat mempunyai banyak keturunan di
daerah Mandailing. Mereka bermarga BayoAngin.
A. Si Raja Lontung
Putra pertama dari Tuan SaribuRaja ini mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu :
Putra :
Putri :
Dari keturunan SITUMORANG, lahir marga-marga cabang Lumban Pande, Lumban Nahor, SuhutNihuta,
SiringoRingo, Sitohang, Rumapea, Padang, Solin.
Dari keturunan SINAGA, lahir marga-marga cabang Simankorang, Simandalahi, Barutu.
Dari keturunan PANDIANGAN, lahir marga-marga cabang Samosir, Gultom, PakPahan, Sidari, Sitinjak, Harianja.
Dari keturunan NAINGGOLAN, lahir marga-marga cabang Rumahombar, Parhusip, Bautbara, Lumabn Tungkup,
Lumban Siantar, Hutabalian, Lumban Raja, Pusuk, Buaton, Nahulae.
Dari keturunan SIMATUPANG lahir marga-marga cabang Togatorop (SiTogatorop), Sianturi, Siburian.
Dari keturunan ARITONANG, lahir marga-marga cabang Ompu Sunggu, RajaGukguk. Simaremare.
Dari keturunan SIREGAR, lahir marga-marga cabang Silo, Dongaran, Silali, Siagian, Ritonga, Sormin.