PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Influenza burung, atau Avian influenza,merupakan penyakit infeksi akibat
virus influenza tipe A yang biasa mengenai unggas. Semua subtipe dari virus
influenza A ini dapat menginfeksi burung unggas yang merupakan penjamu
alaminya. Subtipe yang lazim dijumpai manusia adalah dari kelompok H1, H2,
H3, serta N1 dan N2 disebut human influenza. (Sudoyo,2009) Penyebab
kehebohan influenza atau avianin fluenza adalah virus influenza A subtipe
H5N1 yang secara ringkas disebut H5N1. Di Indonesia telah ditemukan kasus
flu burung pada manusia, dengan demikian Indonesia merupakan negara
kelima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan Kamboja. Hingga
pada tanggal 5 agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus H5N1 pada manusia
yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau PCR.
Sementara itu mengenai penularan dari manusia ke manusia masih mungkin
didasrkan adanya laporan 3 kasus konfirmasi pada kasusu influenza pada satu
keluarga. Hingga paa agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian
influenza. Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan ungags
yang terkena wabah. ( Sudoyo, 2009).
Diawal kurun waktu 2004-2005 hingga berlangsung terus sampai saat ini,
dunia dengan perantara media masa diributkan oleh pengembangan wabah flu
burung yang terjadi hampir secara merata diseluruh penjuru dunia dengan
wabah flu musiman misalnya yang menyerang sekelompok entitas tertentu
seperti wabah flu yang mengyerang para penghuni panti jompo. salah satu sifat
utama virus avian influenza adalah airbone infection,penularan melalui udara
dengan cepat mencapai selaput lendir disaluran pernafasan . ketika virus sudah
berada di selaput lendir hidung, tenggorokan, paru-paru ia akan cepat
memperbanyak diri dan mengeluarkan partikel-partikel halus yang siap untuk
dilepaskan keluar ketika penderita bersin,batuk, bicara. Salah satu penelitian
menemukan bahwa kecepatan pelepasan partikel itu dapat mencapai 80 ml/jam
(setara dengan 120 km/jam). (Tamher, 2008)
Pencegahan yang dilakukan dengan jalan pemberian vaksin (vaksinasi) atau
imunisasi. Mengenai vaksin ini, telah dibuat, dikembangkan dan digunakan
beberapa jenis vaksin untuk mencegah berjangkitnya Flu Burung, khususnya
vaksin unggas. Mengenai vaksin flu burung ditemukan dan di kembangkannya
vaksin baru oleh para ahli dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB (Institusi
Pertanian Bogor) bekerja sama dengan ahli dari Shigeta Pharmaceutical,
perusahaan farmasi jepang. Vaksin pertama di dunia menggunakan
bioteknologi rekayasa genetika yang dikenal dengan reserse genetic. Yakni
vaksin untuk unggas dan kucing. Vaksin temuan IPB-SHIGETA diklaim
sebagai vaksin paling aman dan efektif untuk digunakan di Indonesia dan di
dunia saat ini (Atmawinata, 2006).
Oleh karena ini berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut mengenai penyakit flu burung dalam mata kuliah KMB I agar
penulis dan rekan-rekan tenaga kesehatan lainnya mampu mencegah terjadinya
penularan penyakit oleh Avian Influenza membahayakan kesehatan dan
keselamatan manusia.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang penularan flu burung.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa/i
mampu:
a. Menjelaskan definisi flu burung.
b. Menjelaskan etiologi flu burung.
c. Menjelaskan patofisiologi flu burung.
d. Menjelaskan manifestasi flu burung.
e. Menjelaskan komplikasi flu burung.
f. Menjelaskan penatalaksanaan medis flu burung.
g. Menjelaskan asuhan keperawatan flu burung.
C. Ruang Lingkup
Asuhan Keperawatan pada klien Ny. A dengan avian influenza diruang mawar
RS. Pertamina Jakarta dari tanggal 28 Juli sampai dengan 01 Agustus tahun
2016.
D. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah :
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data
dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun
informasi di internet
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara langsung kepada Dosen
Pembimbing Konsultasi dan teman teman yang mengetahui informasi yang
diperlukan.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Sistem Pernafasan
Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas.
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfir, kemudian
oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut,
faring, laring dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti
trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Prgan pernapasan bagian atas
berfungsi selain untuk jalan masuknya udara ke organ pernapasan bagian
bawah juga untuk pertukaran gas dan berperan dalam proteksi terhadap benda
asing yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi
dan melembabkan gas. Sedangkan, fungsi organ pernapasan bagian bawah
disamping tempat untuk masuknya oksigen juga berperandalam proses difusi
gas (Aryani, Tarwoto, & Wartonah, 2009).
1. Hidung
Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang berfungsi sebagai
jalan masuk dan keluarnya udara melalui proses pernapasan. Selain itu hidung
juga berfungsi untuk mempertahankan dan menghangatkan udara yang masuk,
sebagai filter dalam membersihkan benda asing yang masuk dan berperan untuk
resonansi suara, sebagai tempat reseptor alfaktorius (Aryani, Tarwoto, &
Wartonah, 2009).
a. Struktur hidung
Menurut Syaifuddin (2011) tulang rawan epithelium dan lamina propia
keduanya saling berkaitan, dianggap sebagai bagian fungsional mukosa
terbanyak yang berasal dari rongga hidung. Lamina propia mengandung
banyak arteri, vena, dan kapiler yang membawa nutrisi dan air yang
dikeluarkan oleh sel. Rangka hidung dibentuk oleh :
1) Bagian atas oleh lamina kribosa ossis etmoidalis dan parsnasalis kavis
frontalis
2) Dinding lateral oleh tulang keras dan tulang rawan
3) Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang karang dan tulang rawan
2. Faring
Menurut Syaifuddin (2011) faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput
kedudukannya tegak lurus antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI .
a. Struktur faring
Diantara basis kranii dan esofagus berisi jaringan ikat digunakan untuk
tempat lewat alat-alat di daerah faring. Daerah faring dibagi atas tiga bagian
:
1) Nasofaring, terdapat di dorsal kavum nasi berhubungan dengan kavum
nasi melalui konka dinding lateral.
2) Orofaring, terletak di belakang rongga mulut anatara langit-langit lunak
dan dasar lidah sampai tulang hioid. Pada daerah ini terdapat tonsil-
tonsil yaitu tonsil palatina, faringeal, dan tonsil lingual.
3) Laringofaring
Merupakan bagian laring bawah dari faring, terletak antara tulang hioid
dan laring. Pada daerah ini terdapat pertemuan antara saluran
pernapasan dan saluran pencernaan melalui peran epiglotis.
Gambar 2. anatomi faring
Sumber : http://sites.google.com/a/mtlstudents.net/homepage/home/pharynx-and-
esophagus/
3. Laring
Laring atau tenggorok merupakan jaringan tulang rawan yang dilengkapi
dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum.Sebelah atas pintu masuk
laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari piglotis aritenoid dan pinterari
tenoid, dan sebelah bawah tepi bawah kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita
suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian atas disebut
supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis (Syaifuddin, 2011).
Fungsi utama laring mirip dengan fungsi sfingter, dan ini yang dijalankan oleh
pita suara, sejati dan semua. Ketika menelan sfingter menutup dan epiglotis
jatuh kebelakang diatas pita suara dan bertindak sebagai penyalir makanan dan
minuman kearah sinus priformis. Laring juga bertindak sebagai sfingter ketika
batuk dan mengedan, yaitu sebagai katup yang membuka keluar. Mengangkat
benda berat, memanjat pohon, dan tarikan bahu terhadap toraks akan
mengakibatkan ekspansi rongga toraks. Dalam hal ini laring bertindak sebagai
katup yang menutup kedalam, membatasi masuknya udara sehingga toraks
menjadi stabil. Selain itu, laring bertindak sebagai sumber suara pada waktu
bicara. Nada dasar dihasilkan oleh gerakan pita suara akibat udara ekspirasi.
Nada dasar tersebut dimodifikasi oleh artikulator yang terdiri atas faring,
palatum, lidah, gigi, dan bibir membentuk bunyi tertentu (Sjamsuhidajat,2010).
a. Struktur Laring
Menurut Dwisang (2013), laring tersusun atas beberapa tulang rawan hialin
yang bertumpuk-tumpuk sehingga menyerupai kotak. Tulang rawan ini ikat
antara yang satu dan yang lain oleh ligamen. Tulang rawan penting yang
terdapat di laring, yaitu :
1) Tulang rawan tiroid
Tulang rawan ini berpasangan dan merupakan tulang rawan terbesar di
laring.
2) Tulang rawan krikoid
Tulang rawan ini menyerupai cincin mohor.Dibelakang laring, tulang
rawan ini berbentuk segi empat.
3) Epiglotis
Tulang rawan ini berbentuk daun, dengan pangkal tertanam didalam
lekukan tulang rawan tiroid, sedangkan bagian tepinya bebas.
4) Tulang rawan aritenoid
Tulang rawan ini berukuran kecil, berpasangan berbentuk pyramid, dan
terdapat di permukaan belakang laring
5) Tulang rawan hyoid
Tulang rawan ini berbentuk tapal kuda dan terletak di bagian atas laring,
di bawah mandibula.
4. Trakea
Merupakan organ tabung anatara laring sampai dengan puncak paru.
Panjangnya sekitar 10-12 cm, setinggi servikal 6 sampai torakal 5. Pada ujung
trakea bercabang 2 kanan dan kiri yang disebut bronkus primer. Daerah
persimpangan bronkus kanan dan kiri disebut karina daerah ini sangat sensitif
terhadap benda asing yang masuk sehingga berespon menjadi reflek batuk.
Trakea tersusun atas 15-20 cicin kartilago berbentuk huruf C yang berperan
untuk mempertahankan lumen trakea tetap terbuka (Aryani, Tarwoto, &
Wartonah, 2009).
Gambar 6. Bronkus
Sumber : http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/08//8-organ-pernapasan-pada-
manusia.html?m=1/
6. Paru-paru
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi
rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri, dipisahkan oleh jantung serta
pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam
mediastinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks
(puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari pada klavikula di dalam
dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, di atas
diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga,
permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang
menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan
jantung. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus.
(Pearce, 2010).
Gambar 7. Paru-paru
Sumber : http://respiratorytherapycave.blogspot.co.id/2010/08/modern-inhalers-may-equal-
better-asthma.html?m=1/
B. Fisiologi Pernapasan
Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastic, dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis (pleura) antara paru dan dinding dada. Paru dengan
mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru dan
dinding dada di bawah tekanan atmosfer. Menurut Syaifuddin (2009),
mekanisme pernapasan yaitu :
1. Inspirasi
Inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot inspirasi yang menaikan
volume intratoraks. Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura
dan paru berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru bersamaan bergerak
mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan pernapasan, volume sebuah
paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh dorongan
keluar pada system pernapasan.
2. Ekspirasi
Pernapasan tenang bersifat pasif (tidak ada otot-otot yang menurunkan
volume untuk toraks berkonsentrasi).
Gambar 8. Mekanisme pernapasan
Sumber : http://genggaminternet.com/mekanisme-pernapasan-dada-dan-perut/
2. VAKSINASI
2. Radiologi
a) Petugas Instalasi Radiologi telah mempersiapkan diri dengan Standar
Universal Precaution sebelum melaksanakan tugasnya.
b) Pemeriksaan akan dilakukan selama 24 jam dengan menggunakan dua
pesawat radiologi, satu pada ruang instalasi radiologi dan satu lagi
pesawat radiologi yang bergerak dan berada di dalam ruangan
perawatan ( untuk kasus rawat inap).
c) Pemeriksaan foto thorax dengan gambaran infiltrat yang tersebar
diparu adalah menunjukan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
3. Pengobatan
a) Oksigenasi, jika terdapat sesak napas dan cenderung ke arah gagal
napas dengan mempertahankan oksigen >90%.
b) Hidrasi yaitu pemberian cairan parenteral (infus).
c) Dapat diberikan obat antivirus yaitu olseltamivil 75 mg dosis tunggal
2x sehari selama 7 hari
d) Pada kasus respiratorik distress maka dilakukan pengobatan sesuai
prosedur RDS sebagaimana lazimnya dan penderita dimasukan
keruang perawatan intensif (ICU)
e) Amantadine rimintidine diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin
dalam 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg/bb/hari
dibagi dalam 2 dosis. bila BB >45 kg diberikan 100 mg 2x sehari. pada
orang lanjut usia dan penderita dan penurunan fungsi hati atau ginjal
dosis harus diturunkan
f) Oseltamivir diberikan untuk anak <15 kg adalah 30 mg 2x sehari, BB>
15-23 kg adalah 45 mg 2x sehari, BB >23-40 kg adalah 60 mg 2x sehari
dan BB >40 kg adalah 75 mg 2x sehari. Dosis untuk penderita berusia
> 13 tahun adalah 75 mg 2x sehari.
2. Data Obyektif
a. Tampak pucat
b. Tampak nyeri bagian otot
c. Kemerahan ada mata
d. Demam 2-5 hari
e. Batuk selama 1-2 minggu
f. Tampak meringis
g. Batuk mengeluarkan sputum
h. Sesak
3. Tes Diagnosik
a. Pemeriksaan darah lengkap : hemoglobin, hitung leukosit, hitung jenis
leukosit, trombosit dan laju endap darah.
b. Albumin/ globulin
c. SGOT dan SGPT
d. Ureum dan kreatinin
e. Kreatine kinase
f. Analisis gas darah
g. Mikrobiologi : pemeriksaan gram dan basil tahan asam dan kultur
sputum. Pemeriksaan serologi : dapat dilakukan rapid test terhadap
virus influenza walaupun mungkin hasilnya tidak terlalu tepat dan
deteksi antibodi (ELISA) serta deteksi antigen (III,IF/FA).
I. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
meningkatnya peristaltik usus ditandai dengan mual muntah.
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebih ditandai dengan demam.
J. INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
a. Berikan psioterapi dada dan batuk efektif
Rasional : Dengan batuk efektif bersihan jalan napas klien menjadi
lancar.
b. Kolaborasi dalam pemberian tindakan nebulizer
Rasional : Membantu mengecerkan dahak.
K. EVALUASI
a. Sekret dapat dikeluarkan.
b. Pola nafas menjadi efektif RR 16-20x/menit.