Anda di halaman 1dari 10

ANJURAN UNTUK MENSYUKURI NIKMAT ALLAH

(Lukman ayat 7, An-Nahl ayat 114, Al-Isra ayat 27, An-Nahl ayat 40, Al-A’raf ayat 31)

Makalah ini Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Tafsir Ekonomi

Dosen pengampu:

H. Imam Masrur. M Th I, CH, CHt, CI

Disusun oleh :

1. Qotrun Nadia Rahmatii (931406216)


2. Evi Yolanda Arifin (931406316)
3. Vincensia Dellaya S (931406416)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus menerus,
dengan berbagai macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang kurang pandai
bersyukur, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan sesuatu pun oleh Allah. Karena ia tidak
pernah bersyukur kepada Allah sehingga mereka selalu merasa tidak puas dengan apa yang mereka
miliki .
Mensyukuri nikmat Allah adalah merupakan bagian dari bagian dari keimanan kita kepada
Allah Ta’ala. Dan nikmat yang sangat besar manfaatnya bagi manusia karena manusia akan merasa
tentram dengan apa yang mereka miliki . Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah
orang yang menggunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya,atau menggunakan nikmat Allah untuk
kemaksiatan. Untuk itulah kita perlu mengetahui akan hakikat dan cara mensyukuri nikmat Allah
atas limpahan karunia-Nya atas diri kita semuanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini permasalahan yang muncul
adalah bagaimana tafsir ayat ekonomi tentang mensyukuri nikmat yang terdiri dari surat (Lukman
ayat 7, An-Nahl ayat 114, Al-Isra ayat 27, An-Nahl ayat 40, Al-A’raf ayat 31).

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah pada hakikatnya merupakan sesuatu yang hendak dicapai, yang
dapat dijadikan materi pembahasan atas apa yang harus dilakukan dalam pembuatan makalah.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memaparkan mengenai
tafsir ayat-ayat ekonomi tentang mensyukuri nikmat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat Al-Qur’an
Ayat-ayat yang berkaitan dengan Mensyukuri Nikmat Allah adalah:
1. QS. Lukman: 7

ٍ ‫ب أَل‬
‫ِيم‬ ٍ ‫س َم ْعهَا َكأَنَّ فِي أُذُنَ ْي ِه َو ْق ًرا ۖ فَبَش ِْرهُ ِبعَذَا‬
ْ َ‫ست َ ْك ِب ًرا َكأ َ ْن لَ ْم ي‬ َ ‫َو ِإذَا تُتْلَ ٰى‬
ْ ‫علَ ْي ِه آيَاتُنَا َولَّ ٰى ُم‬

Artinya:Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan


menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua
telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.

2. QS. An-Nahl: 114


‫فكلوا مما رزقكم هللا حالال طيبا واشكروا نعمت هللا إن كنتم إياه تعبدون‬
Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rejeki yang telah Diberikan Allah
kapadamu,dan syukurilah nikmat Allah,jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”(QS. An-
Nahl :114)

3. QS. Al-Isra :27


‫إن المبذرين كانوا إخوان الشياطين وكان الشيطان لربه كفورا‬
Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu
sangat ingkar kepada Tuhan-nya.”(QS. Al-Isra :27)

4. QS. An-Nahl: 40
‫إنما قولنا لشيء إذا أردناه أن نقول له كن فيكون‬

Artinya: “Sesungguhnya ucapan Kami kepada sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami
hanya mengatakan,”Jadilah” Maka jadilah sesuatu itu.”(QS. An-nahl:40)
5. QS. Al-A’raf :31
‫يا بني آدم خذوا زينتكم عند كل مسجد وكلوا واشربوا وال تسرفوا إنه ال يحبالمسرفين‬

Artinya: ”Hai anak Adam,pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid,makan
dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al- A’raf:31)
B. Asbabun Nuzul

Berikut Asbabun nuzul ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Mensyukuri Nikmat Allah:

1. Al-luqman ayat 7

ٍ ‫ب أَل‬
‫ِيم‬ ٍ ‫س َم ْعهَا َكأَنَّ فِي أُذُنَ ْي ِه َو ْق ًرا فَبَش ِْرهُ بِعَذَا‬
ْ َ‫ست َ ْكبِ ًرا َكأ َ ْن لَ ْم ي‬ َ ‫َوإِذَا تُتْلَى‬
ْ ‫علَ ْي ِه آيَاتُنَا َولَّى ُم‬

Artinya : Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan
diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri
kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.

2. An-Nahl ayat 114

َّ َ‫شك ُُروا نِ ْع َمة‬


َ‫َّللاِ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم إِيَّاهُ ت َ ْعبُدُون‬ َّ ‫فَ ُكلُوا مِ َّما َر َزقَ ُك ُم‬
َ ‫َّللاُ حَالال‬
ْ ‫طيِبًا َوا‬

Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepada kalian;
dan syukurilah nikmat Allah, jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah.

 Tafsir Ibnu Katsir An-Nahl ayat 114


Allah Ya’ala berfirman seraya memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk
memakan rizki yang halal lagi baik yang telah diberikan-Nya serta mensyukurinya.1
Sesungguhnya dialah yang memberikan dan mengaruniakan nikmat yang hanya dia yang
berhak mendapatkan penghambaan, yang tiada sekutu bagi-Nya

3. Al- Isra’ ayat 27

‫ورا‬ َ ‫ش ْي‬
ً ُ‫طانُ ل َِر ِب ِه َكف‬ َّ ‫ين َوكَانَ ال‬ َّ ‫إِنَّ ا ْل ُمبَذ ِِرينَ كَانُوا إِ ْخ َوانَ ال‬
ِ ِ‫شيَاط‬

Artinya : Sesungguhnya pemhoros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah
sangat ingkar terhadap Tuhannya.

 Tafsir
Sesungguhnya para pemboros , yakni yang menghamburkan harta bukan pada
tempatnya adalah saudara-saudara, yakni sifat-sifatnya sama dengan sifat-sifat setan, sedang
setan ingkar terhadap Tuhannya.2

4. An-Nahl ayat 40

‫إِنَّ َما قَ ْولُنَا ِلش َْيءٍ إِذَا أ َ َر ْدنَاهُ أ َ ْن نَقُو َل لَهُ ك ُْن فَيَكُو ُن‬

1
Kadar M.Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta:AMZAH,2011. Hal 144
2
Kadar M.Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta:AMZAH,2011. Hal viii
“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya
mengatakan kepadanya, "Jadilah.” Maka jadilah ia”.

5. Al-a’raf ayat 31

ُّ ِ‫س ِرفُوا إِنَّهُ َال يُح‬


ْ ‫ب ا ْل ُم‬
‫س ِرفِين‬ ْ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخذُوا ِزينَت َ ُك ْم ِع ْن َد ك ُِل َم‬
ْ ُ ‫س ِج ٍد َوكُلُوا َواش َْربُوا َوال ت‬

“Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”.

Muslim meriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa pada masa jahiliyah seorang wanita berthawaf di
ka’bah dalam keadaan telanjang, hanyakemaluanya yang ditutupi dengan secarik kain. Sambil berthawaf
ia bersyair, “ Hari ini sebagian atau seluruhnya kelihatan, dan bagian yang kelihatan tidak aku halalkan”.
Maka turunlah ayat, “pakailah pakaian yang bagus pada setiap memasuki masjid, dan turun pula ayat,
“katakanlah (Muhammad), “siapakah yang meharamkan perhiasaan dari Allah.

C. Makna Mufradat3
Makna Mufradat yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an:
1. Al-Luqman Ayat 7
ً‫ ُم ْست َ ْك ِبر‬Menyombongkaan diri
َ ‫ يَ ْس َم ْعهًا‬Mendengarnya

2. An-Nahl Ayat 114


‫ فَ َك َّد بُ ْو‬Dusta
ً‫ حَلال‬Halal
َ‫ نِع َمت‬Nikmat

3
sumber: http://transliteration.org
3. An-Nahl ayat 40

ً‫ تَحْ ِرص‬Mengharapkan
‫ يَ ْهدًِي‬petunjuk

4.

5. Al-a’raf ayat 31

D. Penafsiran Mufasir
1. AL-Lukman Ayat 7

(Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami) ayat-ayat Alquran (dia berpaling dengan
menyombongkan diri) dengan rasa sombong (seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada
sumbatan di kedua telinganya) artinya kedua telinganya tersumbat; dan kedua jumlah tasybih menjadi
hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir yang terkandung di dalam lafal walla, atau tasybih yang
kedua menjadi bayan atau penjelasan bagi tasybih yang pertama (maka beri kabar gembiralah dia)
beritahukanlah kepadanya (dengan azab yang pedih) azab yang menyakitkan.

Disebutkannya lafal al-bisyaarah dimaksudkan sebagai tahakkum atau ejekan, dan orang yang
dimaksud adalah Nadhr bin Harits. Dia datang ke negeri Al-Hairah dengan tujuan berniaga, lalu ia
membeli kitab-kitab cerita orang-orang Ajam. Setelah itu ia menceritakan isinya kepada penduduk
Mekah seraya mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad telah menceritakan kepada kalian kisah-kisah
kaum Ad dan kaum Tsamud, dan sekarang saya akan menceritakan kepada kalian kisah-kisah tentang
kerajaan Romawi dan kerajaan Persia." Ternyata mereka menyenangi kisah Nadhr itu, karenanya mereka
meninggalkan Alquran serta tidak mau mendengarkannya lagi.

2. An-Nahl ayat 114


Maksud ayat ini adalah, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai manusia, makanlah dari apa yang telah
dikaruniakan Allah kepada kalian, yaitu binatang ternak yang dihalalkan Allah bagi kalian, baik,
disembelih dan tidak diharamkan”.
ْ ‫ “ َوا‬Dan syukurilah nikmat Allah”. Maksudnya adalah, bersyukurlah kepada Allah atas nikmat-
‫شك ُُرو‬
nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kalian, dengan menghalalkan apa yang halal bagi kalian, serta
nikmat-nikmat-Nya yang lain.
Inkuntumiyyahuta’budu “Jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”. Maksudnya adalah, jika
kalian benar-benar menyembah Allah, maka taatilah Allah dalam perintah dan larangan-Nya kepada
kalian.
Sebagian ulama mengatakan bahwa maksud firman Allah, “Maka makanlah yang halal lagi baik
dari rezeki yang telah duberikan Allah kepadamu”, adalah makanan yang dikirimkan Rasulullah SAW
kepada kaumnya yang musyrik pada masa paceklik karena rasa iba kepada mereka. Allah lalu berfirman
makanan yang halal dan baik yang dikirimkan Rasulullah SAW kepada kalian”. Takwil ini jauh dari
َ ‫“ ِإنَّ َما‬Sesungguhnya Allah hanya
indikasi tekstual ayat, karena setelah ayat ini Allah berfirman ‫ح َّر َم‬
mengharamkan atasmu (memakan) bangkai,darah....”. Jadi, jelas bahwa firman Allah, ‫َوال تَقُولُوا ِل َما‬
“Maka makanlah uang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu”. Merupakan
pemberitahuan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya bahwa bahirah,saibah dan washilah yang
diharamkan orang-orang musyrik, serta makanan-makanan lain yang telah kami jelaskan sebelumnya,
tidak berlaku, sebab semua itu merupakan ketetapannya syetan. Semua itu adalah halal, Allah tidak
mengharamkan sedikit pun darinya.

Al-Isra Ayat 27

Berdasarkan terjemahan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam ayat ini dijelaskan
bahwa orang-orang yang melakukan pemborosan dan berbuat mubadzir adalah saudara setan padahal
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Adapun ayat ini merupakan sambungan dari
ayat sebelumnya dimana disebutkan bahwa agar manusia tidak mengharburkan hartanya secara boros
serta memberikannya untuk hal-hal yang bermanfaat.

3. An-Nahl 40
Maksud ayat ini adalah, Allah Ta’ala berfirman, “Jika Kami hendak membangkitkan orang
yang mati, maka Kami tidak bersusah payah dalam menghidupkan mereka, dan tidak pula
dalam menciptakan dan mengadakan, karena jika Kami hendak menciptakan dan
mengadakan, karena jika Kami hendak menciptakan dan mengadakan sesuatu, maka Kami
cukup berkata, “Jadilah”, maka jadilah ia. Tidak perlu susah payah dan kerja keras bagi
Kami.”
Ulama qira’at berbeda pendapat dalam membaca lafazh ُ‫ فَيَكُون‬Mayoritas ulama qira’at
Hijaz dan Irak mendudukkanya sebagai permulaan kalimat, dan menganggap firman Allah,
َ ‫“إِنَّ َما قَ ْولُ َنا ِل‬Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami
‫ش ْيء‬
menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, ‘Kun(jadilah)’,”4 sebagai kalimat
yang sempurna dan tidak membutuhkan kata sesudahnya. Setelah itu Allah memulai kalimat
baru, ُ‫“فَيَكُون‬Maka jadilah ia”. Sebagaimana syair berikut ini:
“ Ia ingin mengarabkannya. Namun justru menjadikannya bukan Arab”.5
Sebagian ulama qira’at Syam dan Kufah generasi akhir membacanya ُ‫فَيَكُون‬sebagai
sambungan lafazh annakula “Kami hanya mengatakan kepadanya”. Seolah-olah makna
kalam ini menurut Kami menghendakinya adalah, “Jadilah”, maka jadilah ia.6 Dituturkan
secara lisan dari masyarakat Arab sebuah kalimat, yang artinya, aku ingin mendatangimu,
lalu hujan menghalangiku. Jadi, lafazh disambungka ‫ك ُْن فَيَكُو ُن‬n dengan lafazh .
4. AL A’RAF AYAT 31

Maksudnya surat ini ialah memakai pakaian yang dapat menutup auratnya7. Lebih sopan lagi
kalau pakaian itu selain bersih dan baik , juga indah yang dapat menambah keindahan seseorang dalam
beribadah menyembah Allah, seperti orang yang berdandan dengan memakai pakaian yang indah dikala
akan pergi ketempat – tempat undangan dan lain-lain, maka untuk pergi ke tempat- tempat beribadat
untuk menyembah Allah tentu lebih pantas lagi, bahkan lebih utama memakai pakaian yang indah dan

4
Mayoritas ulama membacanya fayakunu
Ibnu Amir dan Al Kisa’i membacanya fayakunu
Lihat Ibnu Athiyyah dalam Al Muharrar Al Wajiz (3/394).
5
Syair ini milik Ru’bah bin Ajjaj. Redaksi lengkapnya yaitu:
Wasa’ru
6
Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya (7/2242). Lihat Al Muharrar Al Wajiz karya Ibnu Athiyyah (3/394)
7
Kadar M.Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta:AMZAH,2011. Hal 309
baik, terutama di waktu berkumpul bersama orang banyak di waktu shalat Jum’at, shalat Id. Juga disunat
kan memakai wangi-wangian dan pakaian yang terbaik.Hukum menutup aurot di waktu sholat itu
termasuk wajib. Sebagai hiasan lahirnya adalah sikup khudu’ dan tawadhu’ , hiasan batinnya adalah
ikhlas dan khusyu’.

Larangan berlebih-lebihan mengandung beberapa arti , antara lain :

1. Jangan berlebih – lebihan dalam makan dan minum , sebab yang demikian dapat mendatangkan
penyakit. Makanlah kalau sudah merasa lapar dan minumlah kalau sudah merasa haus.8
2. Janganlah berlebih-lebihan dalam belanja untuk membeli makanan dan minuman. Aturlah
pengeluaran jangan lebih besar dari pendapatan.
3. Termasuk berlebih lebihan juga kalau sudah berani makan dan minum minuman yang di
haramkan Allah SWT.

5. Analisa

Dari penjelasan di atas dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas di temukan bahwa dizaman
Jahiliyah terdapat seorang wanita berthawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang bulat, dan hanya
kemaluannya lah yang ditutupi dengan secarik kain. Lalu ia berthawaf sambil bersyair, “Hari ini
sebagian atau seluruhnya kelihatan, dan bagian yang kelihatan tidak aku halalkan”. Maka turunlah ayat
itu , “… Pakailah pakaianmu yang bagus pada saat (memasuki) masjid,…. Dan turunlah pula ayat, “
katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah maksudnya adalah Allah
tidak melarang umatnya untuk memakai perhiasan bagi wanita asalkan tidak berlebihan9

8
Imas Rosyanti, Esensi Al-Qur’an, Pustaka Setia:Bandung, 2002. Hal 196
9
KH. Nurcholis,MA . Asbabun Nuzul. Pustaka Anda. Surabaya. 1997.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, jelas sekali dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat yang berkaitan
dengan mensyukuri nikmat Allah adalah QS. Lukman: 7, QS. Nahl: 40 dan 114, QS. Al-Isra: 27, dan
QS. Al-A’raf: 31.
Dari berbagai ayat yang telah dijelaskan di atas sebelumnya satu persatu dijelaskan dengan sebaik-
baik mungkin, dan dapat disimpulkan bahwa sebagai manusia kita wajib mensyukuri nikmat Allah SWT
karena dengan bersyukur kita bisa mendapatkan kenikmatanya yang begitu banyak dan tak terhitung.
Selain itu, kita juga dilarang untuk bersikap berlebihan/boros dalam menggunakan nikmat yang
diberikan oleh Allah SWT. Hal ini dikarenakan Allah tidak menyukai hamba-Nya yang bersikap
berlebihan.
Kita juga dilarang untuk kufur atau ingkar terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT,
sebagaimana kita diambilkan contoh pada orang-orang musyrik yang mengolok-ngolok Nabi terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA

M.Yusuf Kadar , Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta:AMZAH,2011.


sumber: http://transliteration.org
Rosyanti Imas, Esensi Al-Qur’an, Pustaka Setia:Bandung, 2002.

KH. Nurcholis. Asbabun Nuzul. Pustaka Anda. Surabaya. 1997.

Anda mungkin juga menyukai