Laporan Aplikasi Evidence Based Nursing
Laporan Aplikasi Evidence Based Nursing
PEMINATAN KADIOVASKLER
OLEH:
SYAPUTRA ARTAMA
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 Dokument
iv
SECTION 1
PROBLEM IDENTIFICATION & CRITICAL APPRAISAL
A. Latar Belakang
Dari data didapatkan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) menyebabkan lebih
dari 36 juta orang meninggal dunia (63% dari seluruh kematian). Secara global,
penyakit kardiovaskuler merupakan PTM penyebab kematian nomor satu setiap
tahunnya. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
tahun 2014 diperoleh bahwa penyakit jantung merupakan salah satu penyakit terbanyak
pada pasien rawat jalan dan rawat inap yang menggunakan Jamkesmas pada tahun
2012. Berdasarkan hasil survei buku indeks di ruang perawatan Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin diperoleh data selama tiga bulan terakhir (September-
November 2015), penyakit jantung terbanyak adalah pasien gagal jantung (CHF).
Dalam North American Nursing Diagnoses Association (NANDA-International)
terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin terdapat pada pasien gagal
jantung. Pada Domain 4 (aktivitas/istirahat), Kelas 4 (respon kardiovaskuler/pulmonal)
seperti intoleransi aktivitas dan penurunan cardiac output. Selain itu, pada Domain 2
(nutrisi), Kelas 5 (hidrasi), terdapat diagnosa kelebihan volume cairan (Herdman &
Kamitsuru, 2014). Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC), self-
management: heart failure adalah outcomes yang dapat digunakan untuk diagnosa
tersebut (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013). Cardiac care adalah intervensi
yang direkomendasikan berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC),
diantaranya adalah monitoring keseimbangan cairan (intake/output dan berat badan
harian), monitoring toleransi aktivitas pasien, dan perubahan perilaku yang dapat
memperberat kondisi penyakit (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2013).
Penatalaksanaan yang efektif adalah kombinasi antara pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi dengan metode health promotion/edukasi.
Program edukasi memiliki peranan penting dalam perawatan pasien dengan gagal
jantung. Beberapa penelitian telah mengevaluasi efek dari pemberian edukasi pada
pasien gagal jantung dikombinasikan dengan berbagai program dukungan pasca-
discharge. Studi ini telah menunjukkan hasil klinis yang lebih baik, penurunan
kunjungan rawat inap, dan mengurangi biaya dibandingkan dengan kelompok kontrol
tanpa program edukasi (Kommuri, 2012).
1
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Domingues, Clausell, Aliti, Dominguez,
dan Rabelo (2011), bahwa strategi edukasi yang berbeda dan follow-up intensif meliputi
kunjungan rumah dan kontak via telepon menunjukkan efektivitas dalam pencegahan
rehospitalisasi dan menurunkan biaya perawatan gagal jantung. Begitu pula dengan
strategi edukasi yang berbeda menurut Gazquez, Holguin, dan Corles (2012) misalnya
edukasi tatap muka, menggunakan materi edukasi yang telah dicetak dan didistribusikan
ke semua pasien, kunjungan rumah, dan follow up via telepon. Menurut Otsu dan
Moriyama (2011), evidence-based clinical guidelines memberikan prosedur seragam
seperti menurunkan ketegangan jantung, obat untuk meningkatkan fungsi jantung,
kontrol cairan dan asupan natrium, latihan, merokok, dan kontrol berat badan.
Berdasarkan hasil wawancara beberapa perawat di rawat jalan dan rawat inap
diperoleh data bahwa program edukasi pasien sudah dilaksanakan tetapi belum
maksimal (pendokumentasian dan media edukasi). Sementara untuk follow up pasien
memang belum dilaksanakan. Dari hasil observasi, lembar edukasi pasien mayoritas
diisi oleh disiplin ilmu lain (dokter, dietisien), dan edukasi yang dilakukan perawat
tidak menggunakan media.
B. Tujuan Penulisan
Untuk menerapkan kegiatan Evidence-Based Nursing Practice (EBNP) berdasarkan
konsep dan model teori keperawatan.
C. Clinical Problem
Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada latar belakang, penyakit jantung
merupakan salah satu penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dan rawat inap dan di
ruang perawatan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (September-November 2015),
penyakit jantung terbanyak adalah pasien gagal jantung (CHF).
Program edukasi memiliki peranan penting dalam perawatan pasien dengan gagal
jantung. Studi menunjukkan hasil klinis yang lebih baik, penurunan kunjungan rawat
inap, dan mengurangi biaya dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa program
edukasi, namun program edukasi pada pasien gagal jantung masih belum dilakukan
secara maksimal oleh perawat, di dalam Nursing Intervention Classification (NIC)
diantaranya adalah monitoring keseimbangan cairan (intake/output dan berat badan
harian), monitoring toleransi aktivitas pasien, dan perubahan perilaku yang dapat
memperberat kondisi penyakit.
2
D. Clinical Question (PICOT)
Adapun pertanyaan penelitiannya “pada pasien dewasa dan lansia dengan penyakit
gagal jantung di ruang rawat inap dan rawat jalan di RS UNHAS (P), apakah edukasi
dan follow up pasien (I) lebih efektif daripada standar discharge RS (C) terhadap
peningkatan pengetahuan pasien, kepatuhan minum obat, dan penurunan risiko readmisi
(O) selama 1 bulan (T)?”
E. Type of Question
Tipe pertanyaan yang digunakan adalah efektivitas dari suatu intervensi.
F. Search Strategy
Teknik pencarian menggunakan tiga database, yaitu PubMed, ProQuest, dan EBSCO
Host (Lihat Lampiran 1). Kata, frase, dan istilah dikombinasikan menggunakan sistem
Boolean, yaitu AND, NOT, seperti “heart failure education AND discharge”, “heart
failure education NOT pharmacist”, dan kombinasi kata lainnya yang dapat dilihat lebih
detail pada Lampiran 1.
Setelah dilakukan pencarian dari tiga database, artikel duplikasi dikeluarkan.
Pengecekan abstrak dilakukan untuk menemukan penelitian yang relevan. Flow chart
(Lihat Lampiran 2) menunjukkan tahapan pencarian. Penelitian yang dipilih untuk
dilakukan review menggunakan bahasa Inggris dari tahun 2010-2015.
3
seminggu) dan menurunkan risiko readmisi. Follow up dilakukan pada periode
3 bulan dan 6 bulan.
2. Apakah penempatan pasien untuk percobaan dilakukan secara acak? Ya.
Pasien yang memenuhi syarat ditempatkan secara acak pada kelompok intervensi
(usual care ditambah 1 jam program edukasi gagal jantung oleh perawat edukator)
atau kelompok kontrol (usual care).
3. Apakah semua pasien dalam percobaan dihitung secara tepat untuk
kesimpulan? Ya.
a. Apakah tindak lanjut lengkap? Ya.
Jumlah sampel pada kelompok kontrol sebanyak 137 dan di akhir penelitian
tersisa 114 (83%) sedangkan pada kelompok inervensi sebanyak 128 dan di
akhir penelitian tersisa 113 (88%). Adapun alasan berkurangnya sampel pada
kedua kelompok, yaitu kematian dan hospitalisasi sebelum tiga bulan serta
menolak kuesioner.
b. Apakah pasien dianalisis dalam kelompok mereka diacak? Ya.
Sebanyak 23 pasien pada kelompok kontrol dan 15 pasien pada kelompok
intervensi yang telah dikeluarkan, tetap dimasukkan ke dalam analisis.
4. Apakah pasien, petugas kesehatan, dan personil penelitian ‘buta’ terhadap
perawatan? Tidak dapat dijelaskan.
Meskipun di artikel tidak dijelaskan tentang blinding, menurut penulis baik pasien,
petugas kesehatan dan personil penelitian tidak blinded. Pasien diberikan informed
consent. Peneliti tentunya mengetahui pasien pada kelompok intervensi karena
diberikan edukasi. BMJ Clinical Evidence (2011) menjelaskan bahwa intervensi
yang melibatkan perawatan fisik atau pembedahan atau terdapat efek samping dari
percobaan, maka blinding perlu dipertimbangkan.
5. Apakah kelompok sama pada awal percobaan? Ya.
Karakteristik klinis ditampilkan di dalam tabel berupa mean, standar deviasi, dan p
value dari 265 pasien. Misalnya untuk data sosio-demografik, baik kelompok
intervensi maupun kontrol rata-rata usia 67 tahun, NYHA 3, hospitalisasi setahun
terakhir 2 kali, dan karakteristik lainnya kurang lebih sama. Namun, hanya mean
arterial blood pressure yang nilai p nya < 0,05. Artinya, karakteristik lainnya
homogen. Apfelbaum, Phillips, dan Richeson (2014) menjelaskan bahwa
heterogenitas kelompok dapat membuat hasil penelitian menjadi kurang objektif
atau kurang akurat.
4
6. Selain perlakuan pada kelompok intervensi, apakah kelompok diperlakukan
sama? Ya. Tidak ada penambahan perlakuan pada kedua kelompok.
Kesimpulan: valid
Apa hasilnya?
7. Berapa besar efek perawatan?
Pada follow up setelah tiga bulan, nilai p signifikan (p < 0,001) untuk monitoring
berat badan harian, restriksi sodium dan cairan, serta p < 0,009 untuk laporan
rencana jika gejala memburuk.
8. Bagaimana ketepatan perkiraan efek perawatan?
Multivariat linear regression pada kelompok edukasi (p < 0,004; 95% CI 1,33-4,31)
dan durasi gagal jantung kurang dari 3 bulan (p < 0,003; 95% CI 1,41-5,73); total
skor HFKQ dalam 3 bulan berhubungan dengan kejadian klinis dimana p < 0,007;
95% CI 0,827-0,970). CI tidak mengandung angka 0 dan tidak luas, sehingga
secara statistik hasilnya signifikan.
Kesimpulan: reliabel
Apakah hasil penelitian dapat membantu lingkungan setempat?
9. Dapatkah hasil diterapkan di tempat Anda? Ya. Edukasi dapat dilakukan
langsung pada pasien saat dirawat di rumah sakit atau saat kontrol di poli
kardiologi.
10. Apakah semua hasil klinis penting untuk dipertimbangkan? Ya. Edukasi
selama 1 jam secara tatap muka meningkatkan pengetahuan pasien tentang gagal
jantung dan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
11. Apakah penelitian seimbang antara manfaat yang diperoleh dengan bahaya
dan biaya yang dikeluarkan? Ya. Setelah 3 bulan, pasien melaporkan kepatuhan
dalam monitoring berat badan harian, retriksi sodium dan cairan, melaporkan gejala
yang buruk, sehingga menurunkan risiko readmisi. Follow up dapat dilakukan
ketika pasien kontrol berkala di rumah sakit sehingga biaya yang dikeluarkan
melalui telepon dapat ditekan.
KESIMPULAN: Secara keseluruhan, dapat dianggap valid dan reliabel sehingga
dapat digunakan sebagai referensi dalam aplikasi EBP di setting klinik.
5
SECTION 2
CRITICAL REVIEW OF LITERATURE
6
pada kebanyakan pasien yang dirawat di rumah sakit yang tidak resisten dengan
diuretik atau hiponatremia signifikan namun selama periode retensi cairan, asupan
cairan yang dianjurkan 1,5 liter/hari (American Heart Association, 2013; White,
Kirschner, & Hamilton, 2014; Sekarsari, 2012; National Heart Foundation of
Australia, 2011).
3. Monitoring tanda dan gejala
Jurgens (2010), menjelaskan bahwa dasar dari monitoring tanda dan gejala adalah
melaporkan berat badan harian pasien, pengecekan adanya pembengkakan, dan
mengevaluasi tanda dan gejala setelah beraktifitas. Perawatan diri dimulai dari
dengan menyadari adanya perubahan dalam tanda dan gejala. Mengingat kesulitan
dalam penilaian tanda dan gejala yang tepat, hal ini akan membantu pasien dewasa
dalam menidentifikasi tanda dan gejala mereka yang spesifik pada gagal jantung
memberikan konteks untuk label gejala dengan benar. Untuk dapat melakukan hal
tersebut penilaian gejala gagal jantung termasuk juga di dalamnya menyelidiki
dengan sempurna potensial tanda dan gejala pasien gagal jantung. Tanda dan gelaja
tersebut misalnya: anoreksia, kecemasan, dispnea, susah tidur, kelelahan, edema
pada ekstermitas bawah, peningkatan BB, mual, orthopnea, somnolence dan
wheezing.
4. Aktifitas fisik
Sejumlah penelitian dalam jumlah besar menunjukkan bukti yang
mendukung manfaat dan keselamatan yang diperoleh dari olahraga yang stabil pada
pasien yang mengalami gagal jantung sistolik. Kapasitas fungsional yang membaik,
gejala dispnea dan kelelahan berkurang, pasien juga melaporkan manfaatnya untuk
kualitas hidup pasien. Beberapa latihan olaraga kecil secara acak menunjukkan
tidak hanya pelatihan kapasitas puncak, tetapi modifikasi beberapa dari fungsi
metabolisme, tonus pembuluh darah, produksi sitokin dan aktifitas saraf.
Semuanya menunjukkan peran latihan aktifitas fisik yang positif dan penting untuk
gangguan aktivitas, dan perbaikan yang utama dalam mengatasi gejala gagal
jantung yaitu intoleransi aktifitas (Downing & Balaldy, 2011).
Hal ini didukung juga oleh Chrysohou et al. (2015) yang melakukan
penelitian klinik dengan tujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari latihan intensitas
tinggi dengan interval (yaitu, 30 detik pada 100% dari beban kerja maksimal,
diikuti 30 detik saat istirahat, dalam 3 hari/ minggu, dalam pembagian jadwal kerja
45 menit dalam waktu 12 minggu) pada fungsi ventrikel kiri dan sifat elastis aorta
7
pada pasien gagal jantung kronis. Hasilnya menunjukkan bahwa latihan aerobik
intensitas tinggi dengan interval, dikombinasikan dengan olahraga kekuatan
menunjukkan manfaat pada kapasitas aorta dan tekanan sistolik ditambah
peningkatan secara paralel fungsi diastolik ventrikel kiri dan kualitas hidup.
Adapun tips mengenai aktivitas/olahraga, sebagai berikut (Bornstein et al., 2011;
University Heart, n.d., Sekarsari, 2012; National Heart Foundation of Australia,
2011):
a. Lakukan aktivitas secara perlahan-lahan dan hati-hati sehingga tidak
menimbulkan cedera. Berjalan adalah latihan yang baik dan dapat dimulai
selama 5 menit, kemudian dinaikkan mencapai 30 menit setiap hari.
b. Hentikan aktivitas jika terasa nyeri atau sakit.
c. Lakukan aktivitas pada waktu yang sama setiap hari.
d. Jangan melakukan olahraga/latihan lebih dari satu jam maupun setelah makan.
8
dalam perawatan diri pasien seperti kurangnya kepercayaan diri dalam kemampuan
perawatan diri. Literatur yang ada menunjukkan bahwa penyedia layanan
menggunakan video tape atau buku ajar untuk mendidik pasien gagal jantung
dikombinasikan dengan konseling melalui telepon atau telemonitoring secara
efektif dapat meningkatkan perawatan diri dan mengurangi kunjungan kembali dan
pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan pasien secara keseluruhan. Promosi
kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan dan aktualisasi
diri sebagai individu dan kelompok. Contoh aktifitas promosi kesehatan termasuk
aktifitas fisik dan nutrisi yang sehat, monitor tanda dan gejala.
2. Teori Konservasi Energi oleh Myra E. Levine
Salah satu teori keperawatan yang mendukung efektifitas olahraga secara
bertahap dan teratur adalah teori konservasi oleh Levine yang menyatakan inti dan
konsep sentral tujuan dari konservasi adalah ketika seseorang dalam keadaan
konservasi, itu berarti bahwa setiap perubahan menyesuaikan tanggapan adaptif
produktif dan dengan pengeluaran energi seminimal mungkin, sambil menjaga
fungsi optimal dan identitas. Konservasi berhasil dicapai melalui pengaktifan jalur
adaptif dan perilaku yang sesuai untuk berbagai tanggapan yang diperlukan oleh
fungsi manusia (Levine, 1973 dalam Alligood, 2014).
Levine menggambarkan empat prinsip konservasi. Prinsip-prinsip ini
berfokus pada pemeliharaan keseimbangan individu. Levine menganjurkan bahwa
perawatan adalah suatu interaksi manusia dan mengusulkan empat prinsip-prinsip
konservasi keperawatan yang terkait dengan keutuhan dan integritas individu.
Kerangkanya meliputi konservasi energi, konservasi integritas struktural,
konservasi integritas pribadi, dan konservasi integritas social (Levine, 1973 dalam
Alligood, 2014).
Dari keeempat kerangka konsep tersebut di atas, konservasi energi
mendukung pentingnya pengelolaan energi melalui aktivitas/latihan yang bertahap
dan teratur dalam mengatasi salah satu masalah yang disebabkan oleh gagal
jantung kronis yaitu intoleransi aktivitas. Konservasi energi (conservation of
energy) merupakan dasar dari teori konservasi dalam praktik keperawatan.
Konservasi energi dapat dipergunakan untuk mempertahankan keseimbangan
energi pasien serta menghindari kelelahan yang berlebihan, menjaga keseimbangan
energi sehingga input dan output sesuai atau seimbang untuk menghindari
9
kelelahan berlebihan. Contoh: istirahat yang cukup, pemenuhan gizi dan olah raga
(Levine, 1973, dikutip dalam Alligood, 2014).
C. Instrumen
Setelah dilakukan screening dari 9 artikel (Lihat Lampiran 3), akhirnya terpilih artikel
utama dari Kommuri, et al. (2012) yang telah dilakukan kritisi pada Section 1. Artikel
ini menggunakan instrumen kuesioner yang berisi 30 pertanyaan tentang pengetahuan
pasien terhadap penyakit gagal jantung, namun belum dilakukan uji validitas dan
reliabilitas, sehingga instrumen yang akan digunakan yaitu 19 pertanyaan tentang
pengetahuan pasien terhadap penyakit gagal jantung dari artikel Bonin et al. (2014)
yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Meski demikian, karena artikel dalam
bahasa Inggris (Lihat Lampiran 4), sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
(Lihat Lampiran 5) dan selanjutnya diberikan kepada 11 perawat dan 5 pasien CHF di
ruang rawat inap. Kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas dari 16 responden
tersebut dengan hasil sebagai berikut:
1. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas item pada penelitian ini melalui perhitungan korelasi masing-
masing item dengan skor dari masing-masing dimensi di instrumen yang
bersangkutan. Perhitungan dengan menggunakan pearson product moment
correlation dengan bantuan SPSS.16. Uji validitas menggunakan uji faktor/r kritis
sesuai. Syarat yang digunakan adalah pearson correlation lebih besar dari r kritis (r
tabel) pada penggunaan sampel 16 orang, dengan signifikan 0,05 yaitu 0,4973.
Dimana jika kurang dari 0,4973 maka poin instrument yang r correlatinya kurang
dari 0,4973 kita anggap gugur atau tidak dipakai.
10
Tabel Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen
Nilai Keterangan
No. Nilai r tabel (n=16, α =
Korelasi (r Kesimpulan
Soal 0,05)
Hitung)
1 0.778* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
2 0.570* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
3 0.902* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
4 0.679* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
5 0,892* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
6 0.845* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
> 0,4973 r Positif, rhitung < rtabel Item soal belum
7 0.378
valid
> 0,4973 r Positif, rhitung < rtabel Item soal belum
8 0.445
valid
9 0.776* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
10 0.683* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
11 0.724* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
12 0.718* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
13 0.902* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
14 0.887* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
15 0.750* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
16 0.811* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
17 0.596* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
18 0.741* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
19 0.601* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
*Signifikan pada level 0,05
11
Tabel Hasil Uji Reliabilitas Internal Instrumen CHF
berdasakan Dimensinya/Areanya
Dari penjelasan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan nomor 7 dan 8
tidak valid, namun seluruh pertanyaan dalam kuesioner reliabel. Oleh karena itu,
redaksional pertanyaan untuk nomor 7 dan 8 diubah, sehingga lebih mudah dipahami.
12
SECTION 3
PLAN OF ACTION & OUTCOME MEASURED
13
(rehospitalization) selama 1 bulan?
Validitas: valid
Reliabilitas: reliabel
Applikabilitas: aplikabel
4. Mengaplikasikan Menyusun proposal EBNP Sosialisasi proposal EBNP on progress
EBP Mengimplementasikan EBNP Edukasi pasien dengan menggunakan
berupa edukasi dan follow up media (leaflet dan flipchart)
pasien. Follow up pasien melalui kunjungan
rumah dan via telepon
5. Mengevaluasi Melakukan evaluasi hasil Kognitif: pre-post test on progress
hasil EBP dan penerapan EBNP Perilaku: observasi
Merekomendasikan rencana
14
rencana perubahan Readmission/rehospitalization:
perubahan observasi data kunjungan
15
Sistem monitoring follow up pasien Diskusi
pelayanan Analisis internal
Sistem audit mutu stakeholders
pelayanan Analisis biaya
Manajemen
Top Manager: Audit mutu keperawatan
mutu
Ketua Komite CPG update
keperawatan
Keperawatan
Sosial:
Interprofesional Komitmen Peningkatan Brain storming
Collaboration Kewenangan Kognitif pemahaman dan Focused-group discussion
(Kolaborasi Kebijakan dan Perilaku pengetahuan (FGD)
Antar Profesi Sosialisasi Guidelines Komunikasi Perubahan perilaku
Kesehatan: Sistem antar profesi (evidence-based
dokter, dietisien, practice)
interprofessional
apoteker)
collaboration Keikutsertaan dalam
program PKMRS
16
SECTION 4
IMPLEMENTATION
Evidence yang diangkat dalam proposal ini berasal dari randomized controlled trial
patient disease specific knowledge and clinical event as part of a randomized controlled
trial. Studi ini bertujuan untuk menguji hubungan antara peningkatan pengetahuan pasien
tentang penyakit gagal jantung (heart failure) dengan kondisi klinis. Ini merupakan suatu
RCT, dimana pasien diacak yang menjalani perawatan untuk diberikan discharge standard
dan intervensi pendidikan kesehatan pada pasien dengan gagal jantung oleh perawat
dilakukan di ruang rawat inap Sandeq dan Katinting RSP. Universitas Hasanuddin, selama
1 minggu, dalam rentang waktu tanggal 13 sampai 20 Januari 2016. Program pendidikan
kesehatan dilakukan selama 2 kali selama 30 menit, dalam satu minggu, sehingga pasien
total sampling terhadap partisipan sesuai dengan memperhatikan kriteria inklusi dan tetap
terlebih dahulu melakukan skrining walaupun jumlah partisipan yang sangat terbatas.
Partisipan yang dipilih untuk diberikan pendidikan kesehatan atau pengetahuan tentang
penyakit gagal jantung adalah pasien gagal jantung yang dirawat di RSP. Universitas
- Kriteria inklusi : pasien gagal jantung tanpa komplikasi, yang masa rawatnya 3
pasien kondisi stabil, TTV normal, tidak dyspnea; pasien tidak mengalami penyakit
komplikasi, tidak udem dan nyeri (kepala, bahu, leher, dada); pasien bersedia
17
mengikuti intervensi dan mengisi informed consent; pasien mampu berkomunikasi
dengan baik
- Kriteria eksklusi: pasien gagal jantung dengan disetai komplikasi, pasien dalam
kondisi penurunan kesadaran, kritis (keadaan umum jelek) dan terpasang monitor
semuanya menjalani sesi selama 1 minggu dengan total pemberian pendidikan sebanyak 1
kali atau 2 kali dalam seminggu. Rendahnya jumlah partisipan, hal tersebut dikarenakan
jumlah populasi pasien pada awal skrining yang sangat minim di RSP. Universitas
perawat ruangan dengan mempertimbangkan kriteria inklusi, hanya 3 pasien yang bisa
Dari kedua pasien, setelah fase introduksi, semua pasien menerima dan bersedi
memerikan pengetahuan secara face to face kepada pasien lansung dengan menggunakan
Pasien kelolaan, Tn. “NS” diberikan pendidikan kesehatan dan mengikuti semua
sesi secara prosedural, pendidikan kesehatan yang diberikan bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan mengurangi ketegangan atas penyakit gagal jantung yang dialami oleh
pasien. Dengan demikian total pasien EBN dua orang menjalani sesi penuh selama 2 kali.
Jenis pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu pengetahuan tentang: pengenallan gejala
penyakit, monitoring berat badan, pembatasan cairan, pembatasan garam, dan aktivitas
bertahap secara anjuran. Pendidikan kesehatan tersebut dapat diberikan kepada pasien
menggunakan waktu yang lama untuk mencegah ketidaknyamanan atau kebosanan pasien
18
kesehatan harus selalu memberikan sesi pendidikan untuk pasien gagal jantung karena
dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik terhadap pasien.
19
SECTION 5
EVALUATION
Partisipan dalam penerapan EBN ini semua laki-laki, dengan rentang usia 55 dan
dan pemahaman pasien serta menurunkan cemas pasien, serta dapat meningkatkan kualitas
hidup pada pasien dengan gagal jantung. Respon pasien setelah menjalani sesi melaporkan
pengetahuan dan pemahamannya tentang penyakit gagal jantung bertambah dan cemas
lebih mulai berkurang. Pada pasien yang sebelumnya masih merasakan cemas dan bingung
mengurangi cemas dan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan sehingga pasien dapat
Pembahasan
tahun dan 65 tahun, dengan penyakit gagal jantung (CHF). Telah banyak literatur dan studi
pengetahuan pada pasien gagal jantung. berdasarkan pendidikan intervensi kesehatan yang
dikemukakan oleh Gazquez (2012), bahwa pendidikan intervensi yang melibatkan pasien
gagal jantung dengan menggunakan strategi yang tepat tidak hanya meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit, tetapi juga mempengaruhi manajemen diri dari
penyakit pasien.
Pendidikan kesehatan pada pasien gagal jantung dapat memperbaiki kualitas hidup
pemberian pendidikan kesehatan merupakan tindakan yang paling efektif dalam membantu
20
pasien dalam mengenali penyakitnya. Darisemua partisipan yang memperoleh pendidikan
kesehatan, secara langsung dapat mengetahui beberapa hal tentang penyakit gagal jantung,
gagal jantung serta penurunan level cemas. Cemas yang dirasakan pada pasien ini pada
awalnya sedang hingga berat. Pengetahuan yang dimiliki pada masing-masing pasien
berbeda-beda, ada yang mengetahui kondisi penyakitnya dari aspek pengenalan gejala
penyakit, pengaturan komsumsi cairan dan garam serta pemonitoringan peningkatan berat
badan. Selain pengetahuan tersebut, pasien juga kadang mengeluhkan sesak dan nyeri dada
akibat dari keluhan gejala penyakitnya. Sesak dan nyeri dada yang dirasakan karena
adanya proses dan progress dari penyakit gagal jantung itu sendiri. Dari semua partisipan
Pemberiaan pendidikan kesehatan pada pasien gagal jantung secara berkala dan
pasien. Keadaan partisipan yang didapatkan paling banyak adalah ketidaktahuaan akan
penyakitnya, dimana dengan pemberian pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam 1-2
kali sesi, pengetahuan pada pasien semakin bertambah dan pada 2 sesi berikutnya, untuk
keluhan penyakit gagal jantung yang dialami pasien menunjukkan perubahan yang lebih
baik setelah diberikan pendidikan kesehatan, walaupun kadang kala keluhan tersebut masih
kembali muncul esok harinya, oleh karena penyebabnya progresifitas penyakit gagal
jantung. Hal ini sesuai dengan penelitian Kommuri et al (2011), dan Mehralian (2014)
partisipan yang menerima pendidikan kesehatan secara komprehensif dan berkala dalam
periode lebih dari 1 kali, mendapatkan penurunan gejala dan peningkatan kualitas hidup
21
Pada awal pembuatan proposal, pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan telah
direncanakan dilakukan pada pasien gagal jantung atau pasien dengan CHF yang
pendidikan kesehatan ini sudah dikenal juga oleh banyak orang sebagai suatu intervensi
yang dapat memberikan pengetahuan yang lebih terhadap pasien gagal jantung. Ternyata
1. Dari diri terapis sendiri (penulis), terkait dengan bahasa dan kebiasaan, pendidikan
kesehatan yang secara prosedurnya diberikan dengan menggunakan bahasa yang jelas
dan mudah dimengerti serta pahami oleh pasien, memberikan sedikit kesulitan kepada
terapis dikarenakan pemahaman pasien akan bahasa yang kurang. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh keadaan umum pasien, usia, tingkat pengetahuan dan pendidikan
pasien.
2. Dari segi pasien. Kebiasaan pasien yang sering dilakukan yang kadang bertentangan
dengan kondisi penyakitnya yaitu terlihat dari kesalahan pola hidup dan kebiasaan
makan pasien yang masih sulit dihindari, oleh karena factor kebiasaan dan budaya
3. Kurang tersedianya fasilitas dan waktu yang memadai untuk pelaksanaan pemberian
pendidikan kesehatan. secara teori, dengan penggunaan media yang tepat dan
Namun demikian sisi positifnya pemberian pendidikan kesehatan ini dapat dengan
mudah dipahami oleh siapa saja, baik oleh perawat ruangan ataupun keluarga disaat pasien
merasakan gejala dan memonitorin berat badannya serta mengontrol cairan, komsumsi
garam dan aktivitasnya. Intervensi ini tidak memerlukan biaya, tidak invasif dan tenaga
22
maksimal, hanya butuh waktu saja bagi pelaksananya untuk meluangkan waktu
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien. Pemikiran kedepan bagi RS, mengingat
proses pendidikan kesehatan ini sangat bermanfaat dalam mengurangi kondisi readmission
pada, RSP. Universitas Hasanuddin sebagai pusat rumah sakit pendidikan perlu
pengetahuan dan keterampilan komunikasi yang baik sehingga pasien yang mendapat
intervensi tersebut dapat lebih mengenl tentang penyakit gagal jantung. Dengan melihat
dampak positif dari penerapan EBN ini, maka intervensi pendidikan kesehatan yang
diberikan kepada pasien gagal jantung ini perlu dikembangkan dan sering dapat dilakuakn
23
SECTION 6
PENUTUP
A. Kesimpulan
distres sehingga pasien lebih siap mencegah keluhan berulang dari penyakitnya.
Pendidikan kesehatan dapat menjadi pilihan intervensi non farmakologi serta non
invasif yang aplikatif dalam mengurangi distres pasien, serta dapat menangkatkan
kualitas hidup pasien yang dapat dilakukan oleh perawat ruangan dengan melalui
pelatihan singkat tentang pengetahuan dan pendidikan kesehatan pada pasien gagal
pasien, hendaklah pihak rumah sakit menyediakan fasilitas dan aturan prosedur
terhadap pasien gagal jantung, sehingga perawat dapat menjalankan fungsi intervensi
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R. (2014), Nursing theorists and their work (8th ed.). St. Louis: Mosby, an
Imprint of Elsevier Inc.
Alves, F. D., Souza, G. C., Brunetto, S., Perry, S., & Biolo, A. (2012). Nutritional
orientation, knowledge and quality of diet in heart failure; randomized clinical trial.
Nutr Hosp, 27, 441-448. doi:10.3305/nh.2012.27.2.5503
American Heart Association. (2013). 2013 ACCF/AHA guideline for the management of
heart failure: A report of the American college of cardiology foundation/American
Heart Association task force on practice guidelines. Circulation, 1-375.
Apfelbaum, E. P., Phillips, K. W., & Richeson, J. A. (2014). Rethinking the baseline in
diversity research: Should we be explaining the effects of homogeneity?.
Perspectives on Psychological Science, 9(3), 235-244. doi:
10.1177/1745691614527466
Basoor, A., Doshi, N. C., Cotant, J. F., Saleh, T., Todorov, M., Choksi, N., ...Halabi, A. R.
(2013). Decreased readmissions and improved quality of care with the use of an
inexpensive checklist in heart failure. Congest Heart Fail, 19(4), 200-206. doi:
10.1111/chf.12031
Black, J. T., Romano, P. S., Sadeghi, B., Auerbach, A. D., Ganiats, T. G., Greenfield, S.,
...Ong, M. K. (2014). A remote monitoring and telephone nurse coaching
intervention to reduce readmissions among patients with heart failure: Study
protocol for the Better Effectiveness After Transition-Heart Failure (BEAT-HF)
randomized controlled trial. Trials, 15, 124-134. doi:10.1186/1745-6215-15-124
BMJ Clinical Evidence. (2011). Appraisal of an RCT using a critical appraisal checklist.
Diakses dari website http://www.clinicalevidence.bmj.com/x/mmo/ce/en-
gb/checklist-2-armed-rct_default.ppt tanggal 28 Mei 2015.
Bonin, C. D. B., Santos, R. Z., Ghisi, G. L., Vieira, A. M., Amboni, R., & Benetti, M.
(2014). Construction and validation of a questionnaire about heart failure patients’
knowledge of their disease. Arq Bras Cardiol, 102(4), 364-373. doi:
10.5935/abc.20140032
Bornstein, T., Brown, B., Goodell, D., Gutierrez, M., John, J., Matutes-Eckhardt, A., ...
Stubbs, F. (2011). Calendar companion living with heart failure: A patient
teaching guide. Washington: The George Washington University.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (Ed.). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed.). Missouri: Elsevier Mosby.
CASP UK. (2013). CASP randomized controlled trial checklist. Diakses dari website
http://www.casp-uk.net/#!casp-tools-checklists/c18f8 tanggal 28 Mei 2015.
25
CEBM. (2014). Critical appraisal tools. Diakses dari website
http://www.cebm.net/critical-appraisal/ tanggal 26 Mei 2015.
Chrysohou et al. (2015). Cardiovaskuler effects of high- intensity interval aerobic training
combined with strenght exercise in patient with cronic heart failure: A randomize
phase III clinical trial. JACC, 65(10).
Craig, J. V., & Smyth, R. L. S. (2002). The EBP manual for nurses. Churchill Livingstone,
Edinburgh
Domingues, F. B., Clausell, N., Aliti, G. B., Dominguez, D. R., & Rabelo, E. R. (2011).
Education and telephone monitoring by nurses of patients with heart failure:
Randomized clinical trial. Arq Bras Cardiol, 96(3), 233-239.
Downing, J & Balady J. G. (2011). The role of exercise training in heart failure. JACC, 58(6).
doi:10.1016/j.jacc.2011.04.020
Gazquez, M., Holguin, E., & Corles, R. (2012). Effectiveness of an educational program in
nursing in the self care of patients with heart failure: Randomized controlled trial.
Rev. Latino-Am. Enfermagem, 20(2), 296-306.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (Ed.). (2014). NANDA international nursing diagnoses:
Definitions & classification 2015-2017 (10th ed.). Oxford: Wiley-Blackwell.
Jurgens, et al. (2010). Challenges and strategies for heart failure symptom management in older
adults. Journal of Gerontological Nursing, 36(11).
Mehralian, H., Salehi, S., Moghaddasi, J., Amiri, M., & Rafiei, H. (2014). The comparison
of the effects of education provided by nurses on the quality of life in patients with
Congestive Heart Failure (CHF) in usual and home-visit cares in Iran. Global
Journal of Health Science, 6(3), 256-260. doi:10.5539/gjhs.v6n3p256
Meng, K., Musekamp, G., Seekatz, B., Glatz, J., Karger, G., Kiwus, U., ...Faller, H. (2013).
Evaluation of self-management patient education program for patient with chornic
heart failure undergoing inpatient cardiac rehabilitation: Study protocol of a cluster
randomized controlled trial. BMC Cardiovascular Disorders, 13(60), 1-7.
doi:10.1186/1471-2261-13-60
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (Ed.). (2013). Nursing outcomes
classifocation (NOC): Measurement of health outcomes (5th ed.). Missouri:
Elsevier Mosby.
26
National Heart Foundation of Australia. (2011). Guidelines for the prevention, detection
and management of chronic heart failure in Australia. National Heart Foundation
of Australia.
Philippson, et al. (2013). Salt and fluid restriction is effective in patients with chronic heart
failure. European Journal of Heart Failure, 15(11), 1304-1310.
Sekarsari, R. (2012). Petunjuk praktis perawatan mandiri: Manajemen diri pada gagal
jantung. Depok: FIK UI.
Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2010). Nursing Theorists and Their Works (7th ed.). St.
Louis: Mosby Elsevier, Inc.
University Heart. (n.d.). Heart failure patient education. University of Mississippi Health
Care. Diakses dari website
http://www.ummchelath.com/uploadedfiles/umhccom/health_care_services/heart/a
dult/cardiac_wellness_and_management/heart%20failure%20patient%20education
%20booklet.pdf tanggal 5 Januari 2016.
White, M. F., Kirschner, J., & Hamilton, M. A. (2014). Self-care guide for the heart failure
patient. Circulation, 129, e293-e294. doi:
10.1161/CIRCULATIONAHA.113.003991
27
Lampiran 1: Strategi Pencarian
Pubmed (2010-2015)
No Pencarian Hasil
1 Heart failure education 4474
2 LIMIT 1 to free full text 1328
3 LIMIT 2 to last 5 years 693
4 3 AND randomized controlled trial 184
5 4 NOT diabetes 167
6 5 AND discharge 19
ProQuest (2010-2015)
No Pencarian Hasil
1 Heart failure education 47325
2 LIMIT to 2010-2019 17499
3 Randomized controlled trial 233126
4 2 AND 3 6175
5 LIMIT to full text 871
6 5 AND discharge 262
7 6 NOT pharmacist 197
8 7 AND adult 162
9 8 AND information 131
10 9 NOT infection 61
28
Lampiran 2: Flow chart
Duplikasi di dalam
dan di antara
databases N = 8
Screening judul
N = 129
Citation ditolak
berdasarkan judul
N = 102
Screening abstrak
N = 27
Penelitian ditolak
berdasarkan
abstrak N = 7
Screening full
studies N = 20
Ditolak setelah
membaca full text
N = 11
Selected studies
for review N = 9
29
Lampiran 3: Study Appraisal (RCT)
Appraisal Checklist Black et Mehralian Basoor, Meng et Alves, et Gazquez, Kommuri, Domingues. Otsu, et
al. et al. et al. al. al. (2012) et al. et al. et al. (2011) al. (2011)
(2014) (2014) (2013) (2013) (2012) (2012)
A. Apakah hasil dari percobaan
valid?
Pertanyaan skrining
1. Apakah percobaan √ √ √ √ √ √ √ √ √
membahas pertanyaan
dengan jelas?
2. Apakah penempatan √ √ √ √ √ √ √ √ √
pasien untuk percobaan
dilakukan secara acak
3. Apakah semua pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √
dalam percobaan dihitung
secara tepat untuk
kesimpulan?
Pertanyaan detail
4. Apakah pasien, petugas X X X X Tidak X Tidak X X
kesehatan, dan personil dijelaskan dijelaskan
penelitian ‘buta’ terhadap
perawatan?
5. Apakah kelompok sama √ √ √ √ √ √ √ √ √
pada awal percobaan?
6. Selain perlakuan pada √ √ √ √ √ √ √ √ √
kelompok intervensi,
apakah kelompok
diperlakukan sama?
Kesimpulan Point A: Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
31
Lampiran 4: Kuesioner (article terlampir)
32
c. Neither monitoring nor measurement, because physical exercise practice is not
recommended for patients with HF due to the high risk of the disease.
d. I do not know.
6. The symptoms of HF are classified into classes I, II, III and IV, whose purpose is to
assess:
a. The difficulties and limitations caused by the disease on daily activities of
patients with HF.
b. The quality of life of patients with HF.
c. The amount of medication used by patients with HF.
d. I do not know.
7. Which alternative indicates the most used tests for HF diagnosis (knowledge) and
prognosis (outcome)?
a. Catheterization and tomography.
b. Chest X-ray and electrocardiography.
c. Treadmill test, echocardiography and biochemical analysis.
d. I do not know.
8. The most indicated nutritional guidance for patients with HF is:
a. Use of nutritional supplement for patients who ingest few calories.
b. Diet is not a factor that worsens the disease.
c. Control of sodium (salt) intake.
d. I do not know.
9. Which item indicates worsening of the disease prognosis (outcome)?
a. Low exercise capacity and several hospitalizations.
b. Weight loss.
c. Gastrointestinal complications.
d. I do not know.
10. The treatment of HF includes:
a. Stopping working.
b. Nutritional diet and psychological support.
c. Use of drugs in association with cardiac rehabilitation and prevention of factors
that aggravate the disease.
d. I do not know.
11. The practice of physical exercise prescribed to patients with HF is related to:
a. A reduction in the risk for other cardiac diseases.
33
b. Favorable adaptations of the body to reduce the disease symptoms and improve
quality of life.
c. Patients with HF should not practice physical exercises because of the high risk
of death.
d. I do not know.
12. Physical exercise for patients with HF should:
a. Respect the patient’s individual needs that should be analyzed via medical
assessment.
b. Consist of walking and begin right after the diagnosis.
c. Be standardized to individuals of the same sex, age and symptoms.
d. I do not know.
13. Which interventions used to treat HF can prolong the patients’ life and improve its
quality?
a. Drug treatment + prolonged rest + surgical treatment.
b. Drug treatment + surgical treatment in some cases.
c. Drug treatment + change in lifestyle + surgical treatment in some cases.
d. I do not know.
14. One of the consequences of untreated HF is:
a. Risk of acute myocardial infarction.
b. Progressive cardiac muscle weakening with aggravation of symptoms and risk
of death.
c. Increased serum levels of fat.
d. I do not know.
15. Regarding the HF patient’s self-care, the following is important:
a. Knowledge of the disease by HF patients and family members improves the
quality of life of individuals with HF.
b. Hospitalization of patients with HF is more frequent among those most severely
ill.
c. Physical exercise increases depression and anxiety of individuals with HF.
d. I do not know.
16. The recommendation of physical exercise for patients with HF should include:
a. Aerobic exercise (walking) associated with resistance exercise (muscle
strengthening), in addition to stretching.
b. Stretching exercise associated with flexibility exercise.
34
c. Localized exercise for weight reduction.
d. I do not know.
17. What are the possible side effects of drugs used to treat HF?
a. Arterial hypotension (decrease in blood pressure) and sexual dysfunction.
b. Cough and dehydration.
c. Dermatitis (skin disease) and intestinal disorders.
d. I do not know.
18. What should someone with HF know?
a. Individuals with HF have depression, and psychological support is
recommended.
b. Knowing about the disease helps people to identify HF signs and symptoms.
c. Follow-up and treatment of non-cardiac diseases, such as diabetes, are not
important to the health of HF patients.
d. I do not know.
19. What drugs can be used in the treatment of HF?
a. Diuretics (furosemide, lasix and hydrochlorothiazide).
b. Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEI), such as captopril and
enalapril; beta-blockers (carvedilol, propranolol, atenolol, selozok and
nebivolol); diuretics (furosemide, lasix and hydrochlorothiazide).
c. Nitrates (isordil and monocordil).
d. I do not know.
35
Lampiran 5: Kuesioner (Terjemahan)
36
b. Tekanan darah dan pengukuran denyut jantung, dan observasi tanda-tanda
(edema) dan gejala (sesak napas) dari gangguan jantung saat latihan fisik.
c. Tidak dilakukan pemantauan ataupun pengukuran, karena praktek latihan fisik
tidak dianjurkan untuk pasien dengan gagal jantung karena berisiko tinggi
d. Saya tidak tahu.
6. Gejala gagal jantung diklasifikasikan ke dalam kelas I, II, III dan IV yang
tujuannya adalah untuk menilai:
a. Kesulitan dan keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit pada kegiatan
sehari-hari pasien dengan gagal jantung.
b. Kualitas hidup pasien dengan gagal jantung.
c. Jumlah obat yang digunakan oleh pasien dengan gagal jantung.
d. Saya tidak tahu.
7. Apa pemeriksaan diagnostik yang paling sering digunakan untuk pasien gagal
jantung?
a. Kateterisasi dan tomografi.
b. Foto dada dan elektrokardiografi.
c. Tes treadmill, ekokardiografi dan analisis biokimia (laboratorium)
d. Saya tidak tahu.
8. Panduan gizi yang paling dianjurkan untuk pasien gagal jantung adalah:
a. Penggunaan suplemen gizi untuk pasien yang mengkonsumsi sedikit kalori.
b. Diet bukan merupakan faktor yang memperburuk penyakit.
c. Pengendalian asupan natrium (garam).
d. Saya tidak tahu.
9. Yang mana menunjukkan memburuknya proses perjalanan penyakit (hasil)?
a. Kapasitas latihan rendah dan dirawat pada beberapa rumah sakit.
b. Penurunan berat badan.
c. Komplikasi saluran pencernaan.
d. Saya tidak tahu.
10. Pengobatan gagal jantung meliputi:
a. Berhenti bekerja.
b. Diet gizi dan dukungan psikologis.
c. Gunakan obat yang berhubungan dengan rehabilitasi penyakit jantung dan
pencegahan faktor yang memperburuk penyakit jantung.
d. Saya tidak tahu.
37
11. Praktek latihan fisik yang ditentukan untuk pasien dengan gagal jantung berkaitan
dengan:
a. Penurunan risiko untuk penyakit jantung lainnya.
b. Adaptasi tubuh untuk mengurangi gejala penyakit dan meningkatkan kualitas
hidup.
c. Pasien dengan gagal jantung tidak harus melakukan latihan fisik karena risiko
tinggi terjadinya kematian.
d. Saya tidak tahu.
12. Latihan fisik untuk pasien dengan gagal jantung harus:
a. Memperhatikan kebutuhan pasien yang harus dianalisis melalui penilaian
medis.
b. Terdiri dari: jalan kaki dan dilakukan setelah didiagnosa
c. Menjadi standar bagi individu dengan jenis kelamin, usia dan gejala yang sama.
d. Saya tidak tahu.
13. Intervensi mana yang digunakan untuk mengobati gagal jantung yang dapat
memperpanjang hidup pasien dan meningkatkan kualitas hidup?
a. Terapi obat + istirahat lama + perawatan bedah.
b. Terapi obat + perawatan bedah pada beberapa kasus.
c. Terapi obat + perubahan gaya hidup + perawatan bedah pada beberapa kasus.
d. Saya tidak tahu.
14. Salah satu konsekuensi dari gagal jantung yang tidak diobati adalah:
a. Risiko kerusakan otot jantung
b. Melemahnya otot jantung yang cepat dengan bertambahnya gejala dan risiko
kematian.
c. Peningkatan kadar lemak di dalam darah.
d. Saya tidak tahu.
15. Mengenai perawatan diri pasien gagal jantung, yang penting berikut:
a. Pengetahuan tentang penyakit pasien gagal jantung dan anggota keluarga dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kondisi gagal jantung.
b. Rawat inap lebih sering dilakukan pada pasien dengan gagal jantung yang
mengalami kondisi berat
c. Latihan fisik meningkatkan depresi dan kecemasan individu yang mengalami
gagal jantung.
38
d. Saya tidak tahu.
16. Rekomendasi dari latihan fisik untuk pasien dengan gagal jantung harus meliputi:
a. Latihan aerobik (berjalan) terkait dengan latihan resistensi (penguatan otot),
selain latihan peregangan.
b. Latihan peregangan yang berhubungan dengan latihan flexibiltas (kelenturan)
c. Olahraga untuk penurunan berat badan.
d. Saya tidak tahu.
17. Apa kemungkinan efek samping dari obat yang digunakan untuk mengobati gagal
jantung?
a. Hipotensi (penurunan tekanan darah) dan disfungsi (gangguan) seksual.
b. Batuk dan dehidrasi (kekurangan cairan)
c. Dermatitis (penyakit kulit) dan gangguan usus.
d. Saya tidak tahu.
18. Apa yang harus diketahui seseorang dengan gagal jantung?
a. Individu dengan gagal jantung mengalami depresi dan diberikan dukungan
psikologis.
b. Mengetahui tentang penyakit ini membantu orang lain untuk mengidentifikasi
tanda dan gejala gagal jantung.
c. Tindak lanjut dan pengobatan penyakit non-jantung, seperti diabetes, tidak
penting untuk kesehatan pasien gagal jantung.
d. Saya tidak tahu.
19. Obat apa yang bisa digunakan dalam pengobatan gagal jantung?
a. Diuretik (furosemid, lasix dan hidroklorotiazid).
b. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-inhibitor), seperti captopril
dan enalapril; beta-blocker (carvedilol, propranolol, atenolol, selozok dan
nebivolol); diuretik (furosemid, lasix dan hidroklorotiazid).
c. Nitrat (isordil dan monocordil).
d. Saya tidak tahu.
39
Lampiran 6 Leafleat dan flipchart
40
41
42
43
44
45
46
47
Lampiran 7 Dokumentasi
48
49
50
51