Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN APLIKASI I

PEMINATAN KADIOVASKLER

OLEH:
SYAPUTRA ARTAMA

APLIKASI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

i
KATA PENGANTAR

Assalaamu Alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini walaupun dengan waktu yang sangat terbatas.
Tanpa pertolongan dan rahmat-Nya maka penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat pada mata kuliah
Aplikasi I Keperawatan Medikal Bedah yang diharapkan agar mahasiswa dapat
memperoleh dan meningkatkan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada klien.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, oleh karena
itu sebagai penyusun kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca. Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Terima kasih

Makassar, Januari 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ....................................................................................................................................ii


Daftar isi .............................................................................................................................................iii
Daftar lampiran .................................................................................................................................. iv
SECTION 1 PROBLEM IDENTIFICATION & CRITICAL APPRAISAL .......................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 2
C. Clinical Problem .................................................................................................................... 2
D. Clinical Question (PICOT) .................................................................................................... 3
E. Type of Question..................................................................................................................... 3
F. Search Strategy ...................................................................................................................... 3
G. Critical Appraisal of Primary Study ....................................................................................... 3
SECTION 2 CRITICAL REVIEW OF LITERATURE......................................................................... 6
A. Edukasi pada Pasien CHF ...................................................................................................... 6
B. Teori yang Mendukung Aplikasi EBN.................................................................................. 8
C. Instrumen.............................................................................................................................. 10
SECTION 3 PLAN OF ACTION & OUTCOME MEASURED ........................................................ 13
A. Tahapan Proses Evidence-Based Practice ........................................................................... 13
B. Analisis Proses Implementasi Ebnp Pasca Praktik Aplikasi I .............................................. 15
SECTION 4 IMPLEMENTATION .................................................................................................... 17
SECTION 5 EVALUATION .............................................................................................................. 20
SECTION 6 PENUTUP.................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Strategi pencarian

Lampiran 2 Flow chart

Lampiran 3 Study appraisal

Lampiran 4 Questionaire About Heart Failure Patients’ Knowledge of Their Disease

Lampiran 5 Questionaire (terjemahan)

Lampiran 6 Leafleat dan flipchart

Lampiran 7 Dokument

iv
SECTION 1
PROBLEM IDENTIFICATION & CRITICAL APPRAISAL

A. Latar Belakang
Dari data didapatkan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) menyebabkan lebih
dari 36 juta orang meninggal dunia (63% dari seluruh kematian). Secara global,
penyakit kardiovaskuler merupakan PTM penyebab kematian nomor satu setiap
tahunnya. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
tahun 2014 diperoleh bahwa penyakit jantung merupakan salah satu penyakit terbanyak
pada pasien rawat jalan dan rawat inap yang menggunakan Jamkesmas pada tahun
2012. Berdasarkan hasil survei buku indeks di ruang perawatan Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin diperoleh data selama tiga bulan terakhir (September-
November 2015), penyakit jantung terbanyak adalah pasien gagal jantung (CHF).
Dalam North American Nursing Diagnoses Association (NANDA-International)
terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin terdapat pada pasien gagal
jantung. Pada Domain 4 (aktivitas/istirahat), Kelas 4 (respon kardiovaskuler/pulmonal)
seperti intoleransi aktivitas dan penurunan cardiac output. Selain itu, pada Domain 2
(nutrisi), Kelas 5 (hidrasi), terdapat diagnosa kelebihan volume cairan (Herdman &
Kamitsuru, 2014). Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC), self-
management: heart failure adalah outcomes yang dapat digunakan untuk diagnosa
tersebut (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013). Cardiac care adalah intervensi
yang direkomendasikan berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC),
diantaranya adalah monitoring keseimbangan cairan (intake/output dan berat badan
harian), monitoring toleransi aktivitas pasien, dan perubahan perilaku yang dapat
memperberat kondisi penyakit (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2013).
Penatalaksanaan yang efektif adalah kombinasi antara pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi dengan metode health promotion/edukasi.
Program edukasi memiliki peranan penting dalam perawatan pasien dengan gagal
jantung. Beberapa penelitian telah mengevaluasi efek dari pemberian edukasi pada
pasien gagal jantung dikombinasikan dengan berbagai program dukungan pasca-
discharge. Studi ini telah menunjukkan hasil klinis yang lebih baik, penurunan
kunjungan rawat inap, dan mengurangi biaya dibandingkan dengan kelompok kontrol
tanpa program edukasi (Kommuri, 2012).

1
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Domingues, Clausell, Aliti, Dominguez,
dan Rabelo (2011), bahwa strategi edukasi yang berbeda dan follow-up intensif meliputi
kunjungan rumah dan kontak via telepon menunjukkan efektivitas dalam pencegahan
rehospitalisasi dan menurunkan biaya perawatan gagal jantung. Begitu pula dengan
strategi edukasi yang berbeda menurut Gazquez, Holguin, dan Corles (2012) misalnya
edukasi tatap muka, menggunakan materi edukasi yang telah dicetak dan didistribusikan
ke semua pasien, kunjungan rumah, dan follow up via telepon. Menurut Otsu dan
Moriyama (2011), evidence-based clinical guidelines memberikan prosedur seragam
seperti menurunkan ketegangan jantung, obat untuk meningkatkan fungsi jantung,
kontrol cairan dan asupan natrium, latihan, merokok, dan kontrol berat badan.
Berdasarkan hasil wawancara beberapa perawat di rawat jalan dan rawat inap
diperoleh data bahwa program edukasi pasien sudah dilaksanakan tetapi belum
maksimal (pendokumentasian dan media edukasi). Sementara untuk follow up pasien
memang belum dilaksanakan. Dari hasil observasi, lembar edukasi pasien mayoritas
diisi oleh disiplin ilmu lain (dokter, dietisien), dan edukasi yang dilakukan perawat
tidak menggunakan media.

B. Tujuan Penulisan
Untuk menerapkan kegiatan Evidence-Based Nursing Practice (EBNP) berdasarkan
konsep dan model teori keperawatan.

C. Clinical Problem
Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada latar belakang, penyakit jantung
merupakan salah satu penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dan rawat inap dan di
ruang perawatan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (September-November 2015),
penyakit jantung terbanyak adalah pasien gagal jantung (CHF).
Program edukasi memiliki peranan penting dalam perawatan pasien dengan gagal
jantung. Studi menunjukkan hasil klinis yang lebih baik, penurunan kunjungan rawat
inap, dan mengurangi biaya dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa program
edukasi, namun program edukasi pada pasien gagal jantung masih belum dilakukan
secara maksimal oleh perawat, di dalam Nursing Intervention Classification (NIC)
diantaranya adalah monitoring keseimbangan cairan (intake/output dan berat badan
harian), monitoring toleransi aktivitas pasien, dan perubahan perilaku yang dapat
memperberat kondisi penyakit.

2
D. Clinical Question (PICOT)
Adapun pertanyaan penelitiannya “pada pasien dewasa dan lansia dengan penyakit
gagal jantung di ruang rawat inap dan rawat jalan di RS UNHAS (P), apakah edukasi
dan follow up pasien (I) lebih efektif daripada standar discharge RS (C) terhadap
peningkatan pengetahuan pasien, kepatuhan minum obat, dan penurunan risiko readmisi
(O) selama 1 bulan (T)?”

E. Type of Question
Tipe pertanyaan yang digunakan adalah efektivitas dari suatu intervensi.

F. Search Strategy
Teknik pencarian menggunakan tiga database, yaitu PubMed, ProQuest, dan EBSCO
Host (Lihat Lampiran 1). Kata, frase, dan istilah dikombinasikan menggunakan sistem
Boolean, yaitu AND, NOT, seperti “heart failure education AND discharge”, “heart
failure education NOT pharmacist”, dan kombinasi kata lainnya yang dapat dilihat lebih
detail pada Lampiran 1.
Setelah dilakukan pencarian dari tiga database, artikel duplikasi dikeluarkan.
Pengecekan abstrak dilakukan untuk menemukan penelitian yang relevan. Flow chart
(Lihat Lampiran 2) menunjukkan tahapan pencarian. Penelitian yang dipilih untuk
dilakukan review menggunakan bahasa Inggris dari tahun 2010-2015.

G. Critical Appraisal of Primary Study


 Apakah hasil dari percobaan valid?
1. Apakah percobaan membahas pertanyaan dengan jelas? Ya.
a. Populasi: Pasien yang tercatat di Rumah Sakit Universitas Michigan, dengan
diagnosis gagal jantung dan ejection fraction ≤ 0,40. Dari 667 pasien, 402
pasien dieksklusikan sehingga tersisa 265 pasien.
b. Intervensi yang diberikan: edukasi dan follow up pasien
c. Pembanding yang diberikan: usual care (standar discharge information)
d. Hasil pengukuran dan kapan: meningkatkan pengetahuan pasien (monitoring
berat badan harian, pembatasan natrium dan cairan, tidak merokok, melaporkan
rencana untuk gejala yang buruk, dan melakukan latihan ≥ 3 kali dalam

3
seminggu) dan menurunkan risiko readmisi. Follow up dilakukan pada periode
3 bulan dan 6 bulan.
2. Apakah penempatan pasien untuk percobaan dilakukan secara acak? Ya.
Pasien yang memenuhi syarat ditempatkan secara acak pada kelompok intervensi
(usual care ditambah 1 jam program edukasi gagal jantung oleh perawat edukator)
atau kelompok kontrol (usual care).
3. Apakah semua pasien dalam percobaan dihitung secara tepat untuk
kesimpulan? Ya.
a. Apakah tindak lanjut lengkap? Ya.
Jumlah sampel pada kelompok kontrol sebanyak 137 dan di akhir penelitian
tersisa 114 (83%) sedangkan pada kelompok inervensi sebanyak 128 dan di
akhir penelitian tersisa 113 (88%). Adapun alasan berkurangnya sampel pada
kedua kelompok, yaitu kematian dan hospitalisasi sebelum tiga bulan serta
menolak kuesioner.
b. Apakah pasien dianalisis dalam kelompok mereka diacak? Ya.
Sebanyak 23 pasien pada kelompok kontrol dan 15 pasien pada kelompok
intervensi yang telah dikeluarkan, tetap dimasukkan ke dalam analisis.
4. Apakah pasien, petugas kesehatan, dan personil penelitian ‘buta’ terhadap
perawatan? Tidak dapat dijelaskan.
Meskipun di artikel tidak dijelaskan tentang blinding, menurut penulis baik pasien,
petugas kesehatan dan personil penelitian tidak blinded. Pasien diberikan informed
consent. Peneliti tentunya mengetahui pasien pada kelompok intervensi karena
diberikan edukasi. BMJ Clinical Evidence (2011) menjelaskan bahwa intervensi
yang melibatkan perawatan fisik atau pembedahan atau terdapat efek samping dari
percobaan, maka blinding perlu dipertimbangkan.
5. Apakah kelompok sama pada awal percobaan? Ya.
Karakteristik klinis ditampilkan di dalam tabel berupa mean, standar deviasi, dan p
value dari 265 pasien. Misalnya untuk data sosio-demografik, baik kelompok
intervensi maupun kontrol rata-rata usia 67 tahun, NYHA 3, hospitalisasi setahun
terakhir 2 kali, dan karakteristik lainnya kurang lebih sama. Namun, hanya mean
arterial blood pressure yang nilai p nya < 0,05. Artinya, karakteristik lainnya
homogen. Apfelbaum, Phillips, dan Richeson (2014) menjelaskan bahwa
heterogenitas kelompok dapat membuat hasil penelitian menjadi kurang objektif
atau kurang akurat.

4
6. Selain perlakuan pada kelompok intervensi, apakah kelompok diperlakukan
sama? Ya. Tidak ada penambahan perlakuan pada kedua kelompok.
Kesimpulan: valid
 Apa hasilnya?
7. Berapa besar efek perawatan?
Pada follow up setelah tiga bulan, nilai p signifikan (p < 0,001) untuk monitoring
berat badan harian, restriksi sodium dan cairan, serta p < 0,009 untuk laporan
rencana jika gejala memburuk.
8. Bagaimana ketepatan perkiraan efek perawatan?
Multivariat linear regression pada kelompok edukasi (p < 0,004; 95% CI 1,33-4,31)
dan durasi gagal jantung kurang dari 3 bulan (p < 0,003; 95% CI 1,41-5,73); total
skor HFKQ dalam 3 bulan berhubungan dengan kejadian klinis dimana p < 0,007;
95% CI 0,827-0,970). CI tidak mengandung angka 0 dan tidak luas, sehingga
secara statistik hasilnya signifikan.
Kesimpulan: reliabel
 Apakah hasil penelitian dapat membantu lingkungan setempat?
9. Dapatkah hasil diterapkan di tempat Anda? Ya. Edukasi dapat dilakukan
langsung pada pasien saat dirawat di rumah sakit atau saat kontrol di poli
kardiologi.
10. Apakah semua hasil klinis penting untuk dipertimbangkan? Ya. Edukasi
selama 1 jam secara tatap muka meningkatkan pengetahuan pasien tentang gagal
jantung dan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
11. Apakah penelitian seimbang antara manfaat yang diperoleh dengan bahaya
dan biaya yang dikeluarkan? Ya. Setelah 3 bulan, pasien melaporkan kepatuhan
dalam monitoring berat badan harian, retriksi sodium dan cairan, melaporkan gejala
yang buruk, sehingga menurunkan risiko readmisi. Follow up dapat dilakukan
ketika pasien kontrol berkala di rumah sakit sehingga biaya yang dikeluarkan
melalui telepon dapat ditekan.
KESIMPULAN: Secara keseluruhan, dapat dianggap valid dan reliabel sehingga
dapat digunakan sebagai referensi dalam aplikasi EBP di setting klinik.

5
SECTION 2
CRITICAL REVIEW OF LITERATURE

A. Edukasi pada Pasien CHF


Keberhasilan aplikasi pemberian pendidikan kesehatan pada pasien CHF dapat dilihat
dari beberapa outcome seperti monitoring berat badan yang baik, kepatuhan terhadap
pembatasan garam dan cairan, perubahan perilaku untuk berhenti merokok dan
toleransi aktivitas yang baik.
1. Monitoring berat badan
Pemantauan berat badan secara regular sangat direkomendasikan untuk pasien CHF
untuk mendeteksi prognosis dan kemumgkinan tindakan pencegahan untuk
readmission. Beberapa jurnal penelitian mendukung hal ini, seperti Wang (2014)
dalam penelitiannya Reduction of heart failure rehospitalization using
a weight management education intervention menyatakan bahwa monitoring berat
badan mempunyai efek positif terhadap tingkat NYHA dan tingkat readmission.
Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Jones (2012) bahwa kepatuhan terhadap
monitoring berat badan berkaitan dengan menurunnya angka readmission pasien
CHF dan juga dapat menurunkan angka morbiditas, dengan nilai CI 0,19-0,98
(signifikan). Kenaikan berat badan mencapai 2 pounds (sekitar 1 kg) dalam 1 hari
atau 5 pounds (sekitar 2,2 kg) dalam 1 minggu perlu dilaporkan kepada dokter atau
petugas kesehatan (White, Kirschner, & Hamilton, 2014; Bornstein et al., 2011;
University Heart, n.d.).
2. Pembatasan garam dan cairan
Secara konsep patomekanisme, garam dan cairan dapat memperberat gejala dari
CHF. Oleh karena itu salah satu poin penting dalam pemberian edukasi kesehatan
adalah pentingnya pembatasan garam dan cairan. Seperti yang dikemukakan oleh
Alves, (2012) bahwa orientasi nutrisi merupakan salah satu treatment
nonfarmakologi yang dapat meningkatkan pengetahuan sehingga berdampak pada
peningkatan kualitas hidup pasien CHF. Selain itu, konsep ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Phillipson (2013) yang menyatakan bahwa
pembatasan garam dan cairan pada pasien CHF dapat menurunkan edema dan
kelelahan serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Garam yang dianjurkan untuk pasien CHF yaitu ≤ 2 gram/hari (Sekarsari, 2012;
Bornstein et al., 2011; University Heart, n.d.). Adapun asupan cairan ≤ 2 liter/hari

6
pada kebanyakan pasien yang dirawat di rumah sakit yang tidak resisten dengan
diuretik atau hiponatremia signifikan namun selama periode retensi cairan, asupan
cairan yang dianjurkan 1,5 liter/hari (American Heart Association, 2013; White,
Kirschner, & Hamilton, 2014; Sekarsari, 2012; National Heart Foundation of
Australia, 2011).
3. Monitoring tanda dan gejala
Jurgens (2010), menjelaskan bahwa dasar dari monitoring tanda dan gejala adalah
melaporkan berat badan harian pasien, pengecekan adanya pembengkakan, dan
mengevaluasi tanda dan gejala setelah beraktifitas. Perawatan diri dimulai dari
dengan menyadari adanya perubahan dalam tanda dan gejala. Mengingat kesulitan
dalam penilaian tanda dan gejala yang tepat, hal ini akan membantu pasien dewasa
dalam menidentifikasi tanda dan gejala mereka yang spesifik pada gagal jantung
memberikan konteks untuk label gejala dengan benar. Untuk dapat melakukan hal
tersebut penilaian gejala gagal jantung termasuk juga di dalamnya menyelidiki
dengan sempurna potensial tanda dan gejala pasien gagal jantung. Tanda dan gelaja
tersebut misalnya: anoreksia, kecemasan, dispnea, susah tidur, kelelahan, edema
pada ekstermitas bawah, peningkatan BB, mual, orthopnea, somnolence dan
wheezing.
4. Aktifitas fisik
Sejumlah penelitian dalam jumlah besar menunjukkan bukti yang
mendukung manfaat dan keselamatan yang diperoleh dari olahraga yang stabil pada
pasien yang mengalami gagal jantung sistolik. Kapasitas fungsional yang membaik,
gejala dispnea dan kelelahan berkurang, pasien juga melaporkan manfaatnya untuk
kualitas hidup pasien. Beberapa latihan olaraga kecil secara acak menunjukkan
tidak hanya pelatihan kapasitas puncak, tetapi modifikasi beberapa dari fungsi
metabolisme, tonus pembuluh darah, produksi sitokin dan aktifitas saraf.
Semuanya menunjukkan peran latihan aktifitas fisik yang positif dan penting untuk
gangguan aktivitas, dan perbaikan yang utama dalam mengatasi gejala gagal
jantung yaitu intoleransi aktifitas (Downing & Balaldy, 2011).
Hal ini didukung juga oleh Chrysohou et al. (2015) yang melakukan
penelitian klinik dengan tujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari latihan intensitas
tinggi dengan interval (yaitu, 30 detik pada 100% dari beban kerja maksimal,
diikuti 30 detik saat istirahat, dalam 3 hari/ minggu, dalam pembagian jadwal kerja
45 menit dalam waktu 12 minggu) pada fungsi ventrikel kiri dan sifat elastis aorta

7
pada pasien gagal jantung kronis. Hasilnya menunjukkan bahwa latihan aerobik
intensitas tinggi dengan interval, dikombinasikan dengan olahraga kekuatan
menunjukkan manfaat pada kapasitas aorta dan tekanan sistolik ditambah
peningkatan secara paralel fungsi diastolik ventrikel kiri dan kualitas hidup.
Adapun tips mengenai aktivitas/olahraga, sebagai berikut (Bornstein et al., 2011;
University Heart, n.d., Sekarsari, 2012; National Heart Foundation of Australia,
2011):
a. Lakukan aktivitas secara perlahan-lahan dan hati-hati sehingga tidak
menimbulkan cedera. Berjalan adalah latihan yang baik dan dapat dimulai
selama 5 menit, kemudian dinaikkan mencapai 30 menit setiap hari.
b. Hentikan aktivitas jika terasa nyeri atau sakit.
c. Lakukan aktivitas pada waktu yang sama setiap hari.
d. Jangan melakukan olahraga/latihan lebih dari satu jam maupun setelah makan.

B. Teori yang Mendukung Aplikasi EBN


1. Teori Health Promotion Model oleh Nola. J. Pender
Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu penyakit kronik dengan
jumlah penderita yang semakin bertambah tiap tahunnya. Dalam pengelolaan
penyakit kronik sangatlah dibutuhkan peranan pemberi pelayanan, termasuk
perawat. Perawat memainkan peran untuk membantu pasien mencapai
keseimbangan dalam hidupnya dengan pendidikan kesehatan dan intervensi
keperawatan. Salah satu teori keperawatan yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan ini adalah teori Health Promotion Model dari Nola. J. Pender.
Dalam teori ini, Pender’s meyatakan bahwa perawat sebagai peran utama
untuk menyediakan informasi yang akurat bagi pasien sehingga dapat
meningkatkan self efficacy, yang berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri
dan pengetahuan pasien. Health Promotion Model melihat 3 fokus utama, yaitu
pengalaman dan karakteristik individu, kognisi dan tingkah laku, serta perubahan
tingkah laku yang diharapkan, dimana semuanya ini dipengaruhi oleh keadaan
biologi, psikologi dan sosial kultural pasien. Menurut Pender’s, hal ini dapat
dicapai dengan meningkatkan pengetahuan pasien (health education) (Sakraida,
2014).
Kurangnya pengetahuan yang memadai dan kesalahpahaman oleh penderita
gagal jantung (HF) dapat menyebabkan penggunaan keterampilan yang tidak tepat

8
dalam perawatan diri pasien seperti kurangnya kepercayaan diri dalam kemampuan
perawatan diri. Literatur yang ada menunjukkan bahwa penyedia layanan
menggunakan video tape atau buku ajar untuk mendidik pasien gagal jantung
dikombinasikan dengan konseling melalui telepon atau telemonitoring secara
efektif dapat meningkatkan perawatan diri dan mengurangi kunjungan kembali dan
pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan pasien secara keseluruhan. Promosi
kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan dan aktualisasi
diri sebagai individu dan kelompok. Contoh aktifitas promosi kesehatan termasuk
aktifitas fisik dan nutrisi yang sehat, monitor tanda dan gejala.
2. Teori Konservasi Energi oleh Myra E. Levine
Salah satu teori keperawatan yang mendukung efektifitas olahraga secara
bertahap dan teratur adalah teori konservasi oleh Levine yang menyatakan inti dan
konsep sentral tujuan dari konservasi adalah ketika seseorang dalam keadaan
konservasi, itu berarti bahwa setiap perubahan menyesuaikan tanggapan adaptif
produktif dan dengan pengeluaran energi seminimal mungkin, sambil menjaga
fungsi optimal dan identitas. Konservasi berhasil dicapai melalui pengaktifan jalur
adaptif dan perilaku yang sesuai untuk berbagai tanggapan yang diperlukan oleh
fungsi manusia (Levine, 1973 dalam Alligood, 2014).
Levine menggambarkan empat prinsip konservasi. Prinsip-prinsip ini
berfokus pada pemeliharaan keseimbangan individu. Levine menganjurkan bahwa
perawatan adalah suatu interaksi manusia dan mengusulkan empat prinsip-prinsip
konservasi keperawatan yang terkait dengan keutuhan dan integritas individu.
Kerangkanya meliputi konservasi energi, konservasi integritas struktural,
konservasi integritas pribadi, dan konservasi integritas social (Levine, 1973 dalam
Alligood, 2014).
Dari keeempat kerangka konsep tersebut di atas, konservasi energi
mendukung pentingnya pengelolaan energi melalui aktivitas/latihan yang bertahap
dan teratur dalam mengatasi salah satu masalah yang disebabkan oleh gagal
jantung kronis yaitu intoleransi aktivitas. Konservasi energi (conservation of
energy) merupakan dasar dari teori konservasi dalam praktik keperawatan.
Konservasi energi dapat dipergunakan untuk mempertahankan keseimbangan
energi pasien serta menghindari kelelahan yang berlebihan, menjaga keseimbangan
energi sehingga input dan output sesuai atau seimbang untuk menghindari

9
kelelahan berlebihan. Contoh: istirahat yang cukup, pemenuhan gizi dan olah raga
(Levine, 1973, dikutip dalam Alligood, 2014).

C. Instrumen
Setelah dilakukan screening dari 9 artikel (Lihat Lampiran 3), akhirnya terpilih artikel
utama dari Kommuri, et al. (2012) yang telah dilakukan kritisi pada Section 1. Artikel
ini menggunakan instrumen kuesioner yang berisi 30 pertanyaan tentang pengetahuan
pasien terhadap penyakit gagal jantung, namun belum dilakukan uji validitas dan
reliabilitas, sehingga instrumen yang akan digunakan yaitu 19 pertanyaan tentang
pengetahuan pasien terhadap penyakit gagal jantung dari artikel Bonin et al. (2014)
yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Meski demikian, karena artikel dalam
bahasa Inggris (Lihat Lampiran 4), sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
(Lihat Lampiran 5) dan selanjutnya diberikan kepada 11 perawat dan 5 pasien CHF di
ruang rawat inap. Kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas dari 16 responden
tersebut dengan hasil sebagai berikut:
1. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas item pada penelitian ini melalui perhitungan korelasi masing-
masing item dengan skor dari masing-masing dimensi di instrumen yang
bersangkutan. Perhitungan dengan menggunakan pearson product moment
correlation dengan bantuan SPSS.16. Uji validitas menggunakan uji faktor/r kritis
sesuai. Syarat yang digunakan adalah pearson correlation lebih besar dari r kritis (r
tabel) pada penggunaan sampel 16 orang, dengan signifikan 0,05 yaitu 0,4973.
Dimana jika kurang dari 0,4973 maka poin instrument yang r correlatinya kurang
dari 0,4973 kita anggap gugur atau tidak dipakai.

10
Tabel Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen
Nilai Keterangan
No. Nilai r tabel (n=16, α =
Korelasi (r Kesimpulan
Soal 0,05)
Hitung)
1 0.778* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
2 0.570* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
3 0.902* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
4 0.679* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
5 0,892* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
6 0.845* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
> 0,4973 r Positif, rhitung < rtabel Item soal belum
7 0.378
valid
> 0,4973 r Positif, rhitung < rtabel Item soal belum
8 0.445
valid
9 0.776* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
10 0.683* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
11 0.724* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
12 0.718* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
13 0.902* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
14 0.887* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
15 0.750* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
16 0.811* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
17 0.596* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
18 0.741* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
19 0.601* > 0,4973 r Positif, rhitung > rtabel Item soal valid
*Signifikan pada level 0,05

2. Hasil Uji Reliabilitas


Pengujian reliabilitas pada instrumen penelitian yang dilakukan di RS. Pendidikan
Unhas melalui perhitungan koefisien reliabilitas dengan menggunakan Coefficient
Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS.16.0. dan hasil uji reliabilitas instrumen sebesar
Cronbach Alpha = 0,930. Berdasarkan Crocker dan Algina (1986). Nilai Reliabilitas
yang dapat diterima adalah sebesar 0,7. Kriteria dari nilai Croanbach Alpha adalah
apabila didapatkan nilai Croanbach Alpha kurang dari 0,600 berarti buruk, sekitar
0,700 diterima dan lebih dari atau sama dengan 0,800 adalah baik. Adapun nilai uji
reliabilitas instrumen ini adalah sebesar 0,930, sehingga dapat di interpretasikan bahwa
tes tersebut cukup reliabel dalam menunjukkan internal consistency. Hal ini berarti
bahwa item-item yang ada dalam tes tersebut adalah homogen satu dengan yang
lainnya.

11
Tabel Hasil Uji Reliabilitas Internal Instrumen CHF
berdasakan Dimensinya/Areanya

Item Dimensi/Area Cronbach Alfa


Pertanyaan
1 Concept – Pathophysiology 0,924
2 Concept – Risk factors 0,928
3 Sign and symptoms – Self care 0,927
4 Self care – Sign and symptoms – Risk factors 0,926
5 Treatment – Physical exercise 0,922
6 Concept – Sign and symptoms 0,921
7 Treatment – Diagnosis 0,933
8 Treatment – Self care – Life style 0,931
9 Self care – Life style – Risk factors 0,923
10 Treatment – Risk factors – Life style 0,928
11 Treatment – Physical exercise 0,925
12 Physical exercise - Treatment 0,927
13 Treatment 0,927
14 Pathophysiology 0,922
15 Self care 0,924
16 Physical exercise - Treatment 0,922
17 Treatment – Drug – Self care 0,931
18 Self care 0,924
19 Treatment – Drug 0,928

Dari penjelasan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan nomor 7 dan 8
tidak valid, namun seluruh pertanyaan dalam kuesioner reliabel. Oleh karena itu,
redaksional pertanyaan untuk nomor 7 dan 8 diubah, sehingga lebih mudah dipahami.

12
SECTION 3
PLAN OF ACTION & OUTCOME MEASURED

A. TAHAPAN PROSES EVIDENCE-BASED PRACTICE

TAHAPAN PELAKSANAAN METODE HASIL


1. Merumuskan Melakukan identifikasi  Survey Berdasarkan hasil survei buku indeks di
permasalahan/ permasalahan klinik/fenomena ruang perawatan RS. Unhas diperoleh
pertanyaan klinis diruangan fokus bagian data selama tiga bulan terakhir
kardiovaskular (September-November 2015), penyakit
jantung terbanyak adalah pasien gagal
jantung (CHF).
 Wawancara Berdasarkan hasil wawancara beberapa
perawat di rawat jalan dan rawat inap
diperoleh data bahwa program edukasi
pasien sudah dilaksanakan tetapi belum
maksimal (pendokumentasian dan
media edukasi). Sementara untuk follow
up pasien memang belum dilaksanakan.
 Observasi Lembar edukasi pasien mayoritas diisi
oleh disiplin ilmu lain (dokter,
dietisien), edukasi yang dilakukan
perawat tidak menggunakan media.
 Perumusan pertanyaan klinik (PICOT) Apakah edukasi dan follow up pada
pasien dewasa dan lansia dengan
penyakit gagal jantung di ruang rawat
inap dan rawat jalan RS.Unhas lebih
efektif daripada standar discharge RS
terhadap peningkatan pengetahuan
pasien, kepatuhan minum obat dan
penurunan risiko readmisi

13
(rehospitalization) selama 1 bulan?

TAHAPAN PELAKSANAAN METODE HASIL


2. Mencari, Melakukan pencarian artikel  Search strategies: Berdasarkan search strategies dan flow
mengidentifikasi penelitian pada 3 database: Kombinasi kata kunci (sistem chart dari 3 database diperoleh 10
dan PubMed, ProQuest, EBSCO Host Boolean) artikel penelitian yang sesuai dengan
mengumpulkan Filterisasi (bahasa dan tahun topik (terlampir)
bukti-bukti publikasi)

 Flow chart hasil pencarian


3. Berpikir kritis, Melakukan kritisi beberapa artikel  Kritisi artikel penelitian dengan Relationship between improvements in
mengkritisi penelitian yang sesuai dengan topik menggunakan format checklist CASP heart failure patient disease specific
artikel penelitian dan memilih satu artikel penelitian randomized controlled trial knowledge and clinical events as part of
terkait yang paling sesuai untuk dikritisi  Screening artikel penelitian randomized controlled trial (Kommuri et
lebih mendalam. al., 2012).

 Validitas: valid
 Reliabilitas: reliabel
 Applikabilitas: aplikabel
4. Mengaplikasikan Menyusun proposal EBNP  Sosialisasi proposal EBNP on progress
EBP Mengimplementasikan EBNP  Edukasi pasien dengan menggunakan
berupa edukasi dan follow up media (leaflet dan flipchart)
pasien.  Follow up pasien melalui kunjungan
rumah dan via telepon
5. Mengevaluasi Melakukan evaluasi hasil  Kognitif: pre-post test on progress
hasil EBP dan penerapan EBNP  Perilaku: observasi
Merekomendasikan rencana

14
rencana perubahan  Readmission/rehospitalization:
perubahan observasi data kunjungan

B. ANALISIS PROSES IMPLEMENTASI EBNP PASCA PRAKTIK APLIKASI I

Konteks Tahapan Proses Hambatan/Kemudahan Model Perubahan Outcomes Strategi Intervensi


Individual-  Peningkatan  Brain storming
profesional:  Pengetahuan pengetahuan  Pemilihan “champion”
(Perawat Primer Orientasi dan  Kognitif  Training /Mini workshop
 Awareness  Perubahan perilaku
& Perawat Sosialisasi  Perilaku  Focused-group discussion
 Agreement (evidence-based
Pelaksana) (FGD)
practice)
 Peningkatan  Edukasi menggunakan
pemahaman dan media
Pasien &  Pengetahuan  Kognitif pengetahuan  Follow up via telepon atau
Implementasi
Keluarga  Perilaku  Perilaku  Perubahan perilaku kunjungan rumah
 Penurunan risiko
readmisi
Stakeholders:  Komitmen  Dukungan admiistratif:
Middle  Kewenangan  Pengaktifan kembali draft, agenda pertemuan,
Manager:  Kepemimpinan bagian PKMRS
 Waktu yang timeline implementasi,
 Inisiatif
Kepala Ruangan
mendesak  Kebijakan tentang budgeting
 Nilai dan pilihan edukasi  Alat pengukuran dan
Sosialisasi
yang dianut pasien  Kebijakan tentang monitoring kegiatan
follow up pasien
 Komitmen  Kepemimpinan  Standar Operational  Penyusunan kebijakan
Top Manager:  Kewenangan (SOP) dan Guidelines
Kepala Bidang  Inisiatif Procedures (SOP)
 Kebijakan dan tentang edukasi dan  Pembentukan tim EBN
Keperawatan
Guidelines  Pertemuan

15
 Sistem monitoring follow up pasien  Diskusi
pelayanan  Analisis internal
 Sistem audit mutu stakeholders
pelayanan  Analisis biaya
 Manajemen
Top Manager:  Audit mutu keperawatan
mutu
Ketua Komite  CPG update
keperawatan
Keperawatan

Sosial:
Interprofesional  Komitmen  Peningkatan  Brain storming
Collaboration  Kewenangan  Kognitif pemahaman dan  Focused-group discussion
(Kolaborasi  Kebijakan dan  Perilaku pengetahuan (FGD)
Antar Profesi Sosialisasi Guidelines  Komunikasi  Perubahan perilaku
Kesehatan:  Sistem antar profesi (evidence-based
dokter, dietisien, practice)
interprofessional
apoteker)
collaboration  Keikutsertaan dalam
program PKMRS

16
SECTION 4
IMPLEMENTATION

Evidence yang diangkat dalam proposal ini berasal dari randomized controlled trial

(RCT) Kommuri et al (2011) berjudul relationship between improvements in heart failure

patient disease specific knowledge and clinical event as part of a randomized controlled

trial. Studi ini bertujuan untuk menguji hubungan antara peningkatan pengetahuan pasien

tentang penyakit gagal jantung (heart failure) dengan kondisi klinis. Ini merupakan suatu

RCT, dimana pasien diacak yang menjalani perawatan untuk diberikan discharge standard

dan intervensi pendidikan kesehatan pada pasien dengan gagal jantung oleh perawat

selama satu jam lamanya.

Dalam penerapan intervensi EBN ini, penulis melaksanakan pendidikan kesehatan

dilakukan di ruang rawat inap Sandeq dan Katinting RSP. Universitas Hasanuddin, selama

1 minggu, dalam rentang waktu tanggal 13 sampai 20 Januari 2016. Program pendidikan

kesehatan dilakukan selama 2 kali selama 30 menit, dalam satu minggu, sehingga pasien

mendapatkan program pendidikan kesehatan tentang penyakit gagal jantung secara

komprehensif. Dalam penentuan jumlah partisipan, penulis dengan menggunakan teknik

total sampling terhadap partisipan sesuai dengan memperhatikan kriteria inklusi dan tetap

terlebih dahulu melakukan skrining walaupun jumlah partisipan yang sangat terbatas.

Partisipan yang dipilih untuk diberikan pendidikan kesehatan atau pengetahuan tentang

penyakit gagal jantung adalah pasien gagal jantung yang dirawat di RSP. Universitas

Hasanuddin dengan kriteria:

- Kriteria inklusi : pasien gagal jantung tanpa komplikasi, yang masa rawatnya 3

hari. intervensi; kesadaran compos mentis, mampu berkomunikasi dengan baik;

pasien kondisi stabil, TTV normal, tidak dyspnea; pasien tidak mengalami penyakit

komplikasi, tidak udem dan nyeri (kepala, bahu, leher, dada); pasien bersedia

17
mengikuti intervensi dan mengisi informed consent; pasien mampu berkomunikasi

dengan baik

- Kriteria eksklusi: pasien gagal jantung dengan disetai komplikasi, pasien dalam

kondisi penurunan kesadaran, kritis (keadaan umum jelek) dan terpasang monitor

Penulis mendapatkan pasien untuk pendidikan kesehatan sebanyak 2 orang, dan

semuanya menjalani sesi selama 1 minggu dengan total pemberian pendidikan sebanyak 1

kali atau 2 kali dalam seminggu. Rendahnya jumlah partisipan, hal tersebut dikarenakan

jumlah populasi pasien pada awal skrining yang sangat minim di RSP. Universitas

Hasanuddin. Mempertimbangkan kefektifan waktu, penulis meminta masukan dari

perawat ruangan dengan mempertimbangkan kriteria inklusi, hanya 3 pasien yang bisa

diberikan intervensi pendidikan kesehatan.

Dari kedua pasien, setelah fase introduksi, semua pasien menerima dan bersedi

diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang penyakit gagal jantung dengan

memerikan pengetahuan secara face to face kepada pasien lansung dengan menggunakan

media leafleat dan pamfleat dan lembar kontrol pasien.

Pasien kelolaan, Tn. “NS” diberikan pendidikan kesehatan dan mengikuti semua

sesi secara prosedural, pendidikan kesehatan yang diberikan bertujuan untuk memberikan

pengetahuan dan mengurangi ketegangan atas penyakit gagal jantung yang dialami oleh

pasien. Dengan demikian total pasien EBN dua orang menjalani sesi penuh selama 2 kali.

Jenis pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu pengetahuan tentang: pengenallan gejala

penyakit, monitoring berat badan, pembatasan cairan, pembatasan garam, dan aktivitas

bertahap secara anjuran. Pendidikan kesehatan tersebut dapat diberikan kepada pasien

gagal jantung secara berkala. Hindari pemberian pendidikaan kesehatan yang

menggunakan waktu yang lama untuk mencegah ketidaknyamanan atau kebosanan pasien

dalam menerima intervensi. Dari berbagai penelitian, menjelaskan bahwa petugas

18
kesehatan harus selalu memberikan sesi pendidikan untuk pasien gagal jantung karena

dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik terhadap pasien.

19
SECTION 5
EVALUATION

Partisipan dalam penerapan EBN ini semua laki-laki, dengan rentang usia 55 dan

65 tahun,. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan yang dikemukakan Mehralian, et al,

(2014) didapatkan pemberian pendidikan kesehatan mampu meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman pasien serta menurunkan cemas pasien, serta dapat meningkatkan kualitas

hidup pada pasien dengan gagal jantung. Respon pasien setelah menjalani sesi melaporkan

pengetahuan dan pemahamannya tentang penyakit gagal jantung bertambah dan cemas

lebih mulai berkurang. Pada pasien yang sebelumnya masih merasakan cemas dan bingung

dengan kondisi penyakitnya, diketahui dengan pemberian pendidikan kesehatan mampu

mengurangi cemas dan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan sehingga pasien dapat

beradaptasi dengan kondisinya dan koping pasien lebih konstruktif.

Pembahasan

Partisipan dengan gagal jantung yang mengikuti pendidikan kesehatan beusia 55

tahun dan 65 tahun, dengan penyakit gagal jantung (CHF). Telah banyak literatur dan studi

yang menunjukkan pendidikan kesehatan dapat memberikan efek positif terhadap

pengetahuan pada pasien gagal jantung. berdasarkan pendidikan intervensi kesehatan yang

dikemukakan oleh Gazquez (2012), bahwa pendidikan intervensi yang melibatkan pasien

gagal jantung dengan menggunakan strategi yang tepat tidak hanya meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit, tetapi juga mempengaruhi manajemen diri dari

penyakit pasien.

Pendidikan kesehatan pada pasien gagal jantung dapat memperbaiki kualitas hidup

pasien, meningkatkan pengetahuan dan mengurangi kecemasan. Oleh karena itu,

pemberian pendidikan kesehatan merupakan tindakan yang paling efektif dalam membantu

20
pasien dalam mengenali penyakitnya. Darisemua partisipan yang memperoleh pendidikan

kesehatan, secara langsung dapat mengetahui beberapa hal tentang penyakit gagal jantung,

dimana semua partisipan melaporkan peningkatan pengetahuan dan pemahanan tentang

gagal jantung serta penurunan level cemas. Cemas yang dirasakan pada pasien ini pada

awalnya sedang hingga berat. Pengetahuan yang dimiliki pada masing-masing pasien

berbeda-beda, ada yang mengetahui kondisi penyakitnya dari aspek pengenalan gejala

penyakit, pengaturan komsumsi cairan dan garam serta pemonitoringan peningkatan berat

badan. Selain pengetahuan tersebut, pasien juga kadang mengeluhkan sesak dan nyeri dada

akibat dari keluhan gejala penyakitnya. Sesak dan nyeri dada yang dirasakan karena

adanya proses dan progress dari penyakit gagal jantung itu sendiri. Dari semua partisipan

menyatakan dengan pemberian pendidikan kesehatan tersebut dapat meningkatan

pengetahuan dan pemahaman pasien tentang kondisi penyakitnya.

Pemberiaan pendidikan kesehatan pada pasien gagal jantung secara berkala dan

komprehensif membuktikan dapat menghilangkan beberapa kecemasan pasien terhadap

penyakitnya, menambah pengetahuan pasien serta dapat meningkatkan kualitas hidup

pasien. Keadaan partisipan yang didapatkan paling banyak adalah ketidaktahuaan akan

penyakitnya, dimana dengan pemberian pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam 1-2

kali sesi, pengetahuan pada pasien semakin bertambah dan pada 2 sesi berikutnya, untuk

keluhan penyakit gagal jantung yang dialami pasien menunjukkan perubahan yang lebih

baik setelah diberikan pendidikan kesehatan, walaupun kadang kala keluhan tersebut masih

kembali muncul esok harinya, oleh karena penyebabnya progresifitas penyakit gagal

jantung. Hal ini sesuai dengan penelitian Kommuri et al (2011), dan Mehralian (2014)

partisipan yang menerima pendidikan kesehatan secara komprehensif dan berkala dalam

periode lebih dari 1 kali, mendapatkan penurunan gejala dan peningkatan kualitas hidup

pasien sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

21
Pada awal pembuatan proposal, pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan telah

direncanakan dilakukan pada pasien gagal jantung atau pasien dengan CHF yang

sementara menerima perawatan dan pengobatan di RSP. Universitas Hasanuddin. Dimana

pendidikan kesehatan ini sudah dikenal juga oleh banyak orang sebagai suatu intervensi

yang dapat memberikan pengetahuan yang lebih terhadap pasien gagal jantung. Ternyata

pelaksanaannya dilapangan, dalam konteks RS mengalami cukup banyak kendala. Kendala

tersebut antara lain:

1. Dari diri terapis sendiri (penulis), terkait dengan bahasa dan kebiasaan, pendidikan

kesehatan yang secara prosedurnya diberikan dengan menggunakan bahasa yang jelas

dan mudah dimengerti serta pahami oleh pasien, memberikan sedikit kesulitan kepada

terapis dikarenakan pemahaman pasien akan bahasa yang kurang. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh keadaan umum pasien, usia, tingkat pengetahuan dan pendidikan

pasien.

2. Dari segi pasien. Kebiasaan pasien yang sering dilakukan yang kadang bertentangan

dengan kondisi penyakitnya yaitu terlihat dari kesalahan pola hidup dan kebiasaan

makan pasien yang masih sulit dihindari, oleh karena factor kebiasaan dan budaya

yang dianut oleh pasien,

3. Kurang tersedianya fasilitas dan waktu yang memadai untuk pelaksanaan pemberian

pendidikan kesehatan. secara teori, dengan penggunaan media yang tepat dan

pemberian pendidikan kesehatan yang berkesinambungan dapat memberikan efek

yang lebih baik terhadap pengingkatan pengetahuan pasien.

Namun demikian sisi positifnya pemberian pendidikan kesehatan ini dapat dengan

mudah dipahami oleh siapa saja, baik oleh perawat ruangan ataupun keluarga disaat pasien

merasakan gejala dan memonitorin berat badannya serta mengontrol cairan, komsumsi

garam dan aktivitasnya. Intervensi ini tidak memerlukan biaya, tidak invasif dan tenaga

22
maksimal, hanya butuh waktu saja bagi pelaksananya untuk meluangkan waktu

memberikan pendidikan kesehatan pada pasien. Pemikiran kedepan bagi RS, mengingat

proses pendidikan kesehatan ini sangat bermanfaat dalam mengurangi kondisi readmission

pada, RSP. Universitas Hasanuddin sebagai pusat rumah sakit pendidikan perlu

menyediakan fasilitas informasi dan tenaga-tenaga keperawatan yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan komunikasi yang baik sehingga pasien yang mendapat

intervensi tersebut dapat lebih mengenl tentang penyakit gagal jantung. Dengan melihat

dampak positif dari penerapan EBN ini, maka intervensi pendidikan kesehatan yang

diberikan kepada pasien gagal jantung ini perlu dikembangkan dan sering dapat dilakuakn

dikemudian hari di RSP. Universitas Hasanuddin.

23
SECTION 6
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian pendidikan kesehatan pada pasien gagal jantung mampu meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap penyakitnya, serta dapat mengurangi

distres sehingga pasien lebih siap mencegah keluhan berulang dari penyakitnya.

Pendidikan kesehatan dapat menjadi pilihan intervensi non farmakologi serta non

invasif yang aplikatif dalam mengurangi distres pasien, serta dapat menangkatkan

kualitas hidup pasien yang dapat dilakukan oleh perawat ruangan dengan melalui

pelatihan singkat tentang pengetahuan dan pendidikan kesehatan pada pasien gagal

jantung. Demi terlaksananya pemberian pendidikan kesehatan yang efektif pada

pasien, hendaklah pihak rumah sakit menyediakan fasilitas dan aturan prosedur

terhadap pasien gagal jantung, sehingga perawat dapat menjalankan fungsi intervensi

pendidikan kesehatannya secara berkala dan efektif.

B. Saran

1. Diharapkan agar menggunakan waktu seefisien mungkin untuk penerapan EBNP

2. Diharapkan meminimalkan keterbatasan pada penerapan EBNP

3. Diharapkan untuk menambah jumlah sampel pada penerapan EBNP

24
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014), Nursing theorists and their work (8th ed.). St. Louis: Mosby, an
Imprint of Elsevier Inc.

Alves, F. D., Souza, G. C., Brunetto, S., Perry, S., & Biolo, A. (2012). Nutritional
orientation, knowledge and quality of diet in heart failure; randomized clinical trial.
Nutr Hosp, 27, 441-448. doi:10.3305/nh.2012.27.2.5503

American Heart Association. (2013). 2013 ACCF/AHA guideline for the management of
heart failure: A report of the American college of cardiology foundation/American
Heart Association task force on practice guidelines. Circulation, 1-375.

Apfelbaum, E. P., Phillips, K. W., & Richeson, J. A. (2014). Rethinking the baseline in
diversity research: Should we be explaining the effects of homogeneity?.
Perspectives on Psychological Science, 9(3), 235-244. doi:
10.1177/1745691614527466

Basoor, A., Doshi, N. C., Cotant, J. F., Saleh, T., Todorov, M., Choksi, N., ...Halabi, A. R.
(2013). Decreased readmissions and improved quality of care with the use of an
inexpensive checklist in heart failure. Congest Heart Fail, 19(4), 200-206. doi:
10.1111/chf.12031

Black, J. T., Romano, P. S., Sadeghi, B., Auerbach, A. D., Ganiats, T. G., Greenfield, S.,
...Ong, M. K. (2014). A remote monitoring and telephone nurse coaching
intervention to reduce readmissions among patients with heart failure: Study
protocol for the Better Effectiveness After Transition-Heart Failure (BEAT-HF)
randomized controlled trial. Trials, 15, 124-134. doi:10.1186/1745-6215-15-124

BMJ Clinical Evidence. (2011). Appraisal of an RCT using a critical appraisal checklist.
Diakses dari website http://www.clinicalevidence.bmj.com/x/mmo/ce/en-
gb/checklist-2-armed-rct_default.ppt tanggal 28 Mei 2015.

Bonin, C. D. B., Santos, R. Z., Ghisi, G. L., Vieira, A. M., Amboni, R., & Benetti, M.
(2014). Construction and validation of a questionnaire about heart failure patients’
knowledge of their disease. Arq Bras Cardiol, 102(4), 364-373. doi:
10.5935/abc.20140032

Bornstein, T., Brown, B., Goodell, D., Gutierrez, M., John, J., Matutes-Eckhardt, A., ...
Stubbs, F. (2011). Calendar companion living with heart failure: A patient
teaching guide. Washington: The George Washington University.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (Ed.). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed.). Missouri: Elsevier Mosby.

CASP UK. (2013). CASP randomized controlled trial checklist. Diakses dari website
http://www.casp-uk.net/#!casp-tools-checklists/c18f8 tanggal 28 Mei 2015.

25
CEBM. (2014). Critical appraisal tools. Diakses dari website
http://www.cebm.net/critical-appraisal/ tanggal 26 Mei 2015.

Chrysohou et al. (2015). Cardiovaskuler effects of high- intensity interval aerobic training
combined with strenght exercise in patient with cronic heart failure: A randomize
phase III clinical trial. JACC, 65(10).

Craig, J. V., & Smyth, R. L. S. (2002). The EBP manual for nurses. Churchill Livingstone,
Edinburgh

Domingues, F. B., Clausell, N., Aliti, G. B., Dominguez, D. R., & Rabelo, E. R. (2011).
Education and telephone monitoring by nurses of patients with heart failure:
Randomized clinical trial. Arq Bras Cardiol, 96(3), 233-239.

Downing, J & Balady J. G. (2011). The role of exercise training in heart failure. JACC, 58(6).
doi:10.1016/j.jacc.2011.04.020

Gazquez, M., Holguin, E., & Corles, R. (2012). Effectiveness of an educational program in
nursing in the self care of patients with heart failure: Randomized controlled trial.
Rev. Latino-Am. Enfermagem, 20(2), 296-306.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (Ed.). (2014). NANDA international nursing diagnoses:
Definitions & classification 2015-2017 (10th ed.). Oxford: Wiley-Blackwell.

Jurgens, et al. (2010). Challenges and strategies for heart failure symptom management in older
adults. Journal of Gerontological Nursing, 36(11).

Jones, et al. (2012). Is adherence to weight monitoring or weight-based diuretic self-


adjustment associated with fewer heart failure-related emergency department visits
or hospitalizations?, 18(7), 576–584. doi: 10.1016/j.cardfail.2012.05.004

Kommuri, N. V. A., Johnson, M. L., & Koelling, T. M. (2012). Relationship between


improvements in heart failure patient disease specific knowledge and clinical
events as part of randomized controlled trial. Patient Education and Counseling,
86, 233-238.

Mehralian, H., Salehi, S., Moghaddasi, J., Amiri, M., & Rafiei, H. (2014). The comparison
of the effects of education provided by nurses on the quality of life in patients with
Congestive Heart Failure (CHF) in usual and home-visit cares in Iran. Global
Journal of Health Science, 6(3), 256-260. doi:10.5539/gjhs.v6n3p256

Meng, K., Musekamp, G., Seekatz, B., Glatz, J., Karger, G., Kiwus, U., ...Faller, H. (2013).
Evaluation of self-management patient education program for patient with chornic
heart failure undergoing inpatient cardiac rehabilitation: Study protocol of a cluster
randomized controlled trial. BMC Cardiovascular Disorders, 13(60), 1-7.
doi:10.1186/1471-2261-13-60

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (Ed.). (2013). Nursing outcomes
classifocation (NOC): Measurement of health outcomes (5th ed.). Missouri:
Elsevier Mosby.

26
National Heart Foundation of Australia. (2011). Guidelines for the prevention, detection
and management of chronic heart failure in Australia. National Heart Foundation
of Australia.

Otsu, H., & Moriyama, M. (2011). Effectiveness of an educational self-management


program for outpatients with chronic heart failure. Japan journal of Nursing
Science, 8, 140-152. doi:10.1111/j.1742-7924.2010.00166.x

Philippson, et al. (2013). Salt and fluid restriction is effective in patients with chronic heart
failure. European Journal of Heart Failure, 15(11), 1304-1310.

Sakraida, T. J. (2014). Health promotion model. In M. R. Alligood (Ed.), Nursing theorists


and their work . (pp. 396-416). St. Louis, MO: Elsevier/Mosby.

Sekarsari, R. (2012). Petunjuk praktis perawatan mandiri: Manajemen diri pada gagal
jantung. Depok: FIK UI.

Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2010). Nursing Theorists and Their Works (7th ed.). St.
Louis: Mosby Elsevier, Inc.

University Heart. (n.d.). Heart failure patient education. University of Mississippi Health
Care. Diakses dari website
http://www.ummchelath.com/uploadedfiles/umhccom/health_care_services/heart/a
dult/cardiac_wellness_and_management/heart%20failure%20patient%20education
%20booklet.pdf tanggal 5 Januari 2016.

Wang, et al. (2014). Reduction of heart failure rehospitalization using


a weight management education intervention. Journal Cardiovascular Nurses, 29(6
), 528-34. doi: 10.1097/JCN.0000000000000092

White, M. F., Kirschner, J., & Hamilton, M. A. (2014). Self-care guide for the heart failure
patient. Circulation, 129, e293-e294. doi:
10.1161/CIRCULATIONAHA.113.003991

27
Lampiran 1: Strategi Pencarian
Pubmed (2010-2015)
No Pencarian Hasil
1 Heart failure education 4474
2 LIMIT 1 to free full text 1328
3 LIMIT 2 to last 5 years 693
4 3 AND randomized controlled trial 184
5 4 NOT diabetes 167
6 5 AND discharge 19

ProQuest (2010-2015)
No Pencarian Hasil
1 Heart failure education 47325
2 LIMIT to 2010-2019 17499
3 Randomized controlled trial 233126
4 2 AND 3 6175
5 LIMIT to full text 871
6 5 AND discharge 262
7 6 NOT pharmacist 197
8 7 AND adult 162
9 8 AND information 131
10 9 NOT infection 61

EBSCO Host (2010-2015)


No Pencarian Hasil
1 Heart failure education 6912
2 LIMIT to full text 1956
3 LIMIT to 2010-2015 907
4 4 AND randomized controlled trial 57

28
Lampiran 2: Flow chart

Total referensi yang


diambil dari tiga
database N = 137

Duplikasi di dalam
dan di antara
databases N = 8

Screening judul
N = 129
Citation ditolak
berdasarkan judul
N = 102

Screening abstrak
N = 27
Penelitian ditolak
berdasarkan
abstrak N = 7

Screening full
studies N = 20
Ditolak setelah
membaca full text
N = 11

Selected studies
for review N = 9

29
Lampiran 3: Study Appraisal (RCT)
Appraisal Checklist Black et Mehralian Basoor, Meng et Alves, et Gazquez, Kommuri, Domingues. Otsu, et
al. et al. et al. al. al. (2012) et al. et al. et al. (2011) al. (2011)
(2014) (2014) (2013) (2013) (2012) (2012)
A. Apakah hasil dari percobaan
valid?
Pertanyaan skrining
1. Apakah percobaan √ √ √ √ √ √ √ √ √
membahas pertanyaan
dengan jelas?
2. Apakah penempatan √ √ √ √ √ √ √ √ √
pasien untuk percobaan
dilakukan secara acak
3. Apakah semua pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √
dalam percobaan dihitung
secara tepat untuk
kesimpulan?
Pertanyaan detail
4. Apakah pasien, petugas X X X X Tidak X Tidak X X
kesehatan, dan personil dijelaskan dijelaskan
penelitian ‘buta’ terhadap
perawatan?
5. Apakah kelompok sama √ √ √ √ √ √ √ √ √
pada awal percobaan?
6. Selain perlakuan pada √ √ √ √ √ √ √ √ √
kelompok intervensi,
apakah kelompok
diperlakukan sama?
Kesimpulan Point A: Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Study Appraisal (RCT)


30
Appraisal Checklist Black et Mehralian Basoor. et Meng et Alves, et Gazquez, Kommuri, Domingu Otsu, et al.
al. (2014) et al. al., (2011) al. al. (2012) et al. et al. es. et al. (2011)
(2014) (2013) (2012) (2012) (2011)
B. Apa hasilnya?
7. Berapa besar efek X √ X √ X √ √ X √
perawatan?
8. Bagaimana ketepatan X X X X Tidak √ √ X Tidak
perkiraan efek dijelaska dijelaskan
perawatan? n
Kesimpulan Point B: Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Reliabel Reliabel Tidak Tidak
reliabel reliabel reliabel reliabel reliabel reliabel reliabel
C. Apakah hasil penelitian dapat
membantu lingkungan setempat?
9. Dapatkah hasil diterapkan X X X √ √ √ √ √ √
di tempat Anda?
10. Apakah semua hasil √ √ √ √ √ √ √ √ √
klinis penting untuk
dipertimbangkan?
11. Apakah penelitian √ √ X √ √ √ √ √ √
seimbang antara manfaat
yang diperoleh dengan
bahaya dan biaya yang
dikeluarkan?
Kesimpulan Akhir: Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Aplikabe Aplikabel Tidak Tidak
aplikabel aplikabel aplikabel aplikabel aplikabel l aplikabel aplikabel
Instrument kritisi artikel penelitian menggunakan format checklist CASP khusus untuk jenis penelitian randomized controlled trial, UK (2013)
dan Oxford (CEBM, 2014).

31
Lampiran 4: Kuesioner (article terlampir)

Questionaire About Heart Failure Patients’ Knowledge of Their Disease


(retrieved from original article by Bonin et al., 2014)

1. Heart failure (HF) is:


a. A disease that affects the elderly and results from heart weakness.
b. A heart problem that reduces the amount of blood delivered to the tissues, and
can cause pulmonary and vascular changes.
c. A change in cardiac arteries that manifests since childhood.
d. I do not know.
2. What group of factors influences most the development of HF?
a. Environmental factors (climate) and age (younger than 65 years).
b. Changes in diet: overweight/obesity.
c. Coronary artery disease, arterial hypertension and Chagas disease.
d. I do not know.
3. Regarding the symptoms of HF, check the correct alternative:
a. Headache during physical exercise.
b. Palpitations during exertion.
c. Chest pain, shortage of breath and fatigue (tiredness).
d. I do not know.
4. Still about HF:
a. Excessive ingestion of sodium (salt) and fluids can worsen the disease
symptoms and the HF patient condition.
b. Shortage of breath is associated with the presence of fluid in the lungs.
c. The symptoms of HF can be prevented with only changes in lifestyle.
d. I do not know.
5. Regarding the supervised practice of physical exercise by patients with cardiac
changes, such as HF, the following is indicated:
a. Blood pressure and heart rate measurement during physical exercise practice.
b. Blood pressure and heart rate measurement, and observation of signs (edema)
and symptoms (shortage of breath) of cardiac problems during physical exercise
practice.

32
c. Neither monitoring nor measurement, because physical exercise practice is not
recommended for patients with HF due to the high risk of the disease.
d. I do not know.
6. The symptoms of HF are classified into classes I, II, III and IV, whose purpose is to
assess:
a. The difficulties and limitations caused by the disease on daily activities of
patients with HF.
b. The quality of life of patients with HF.
c. The amount of medication used by patients with HF.
d. I do not know.
7. Which alternative indicates the most used tests for HF diagnosis (knowledge) and
prognosis (outcome)?
a. Catheterization and tomography.
b. Chest X-ray and electrocardiography.
c. Treadmill test, echocardiography and biochemical analysis.
d. I do not know.
8. The most indicated nutritional guidance for patients with HF is:
a. Use of nutritional supplement for patients who ingest few calories.
b. Diet is not a factor that worsens the disease.
c. Control of sodium (salt) intake.
d. I do not know.
9. Which item indicates worsening of the disease prognosis (outcome)?
a. Low exercise capacity and several hospitalizations.
b. Weight loss.
c. Gastrointestinal complications.
d. I do not know.
10. The treatment of HF includes:
a. Stopping working.
b. Nutritional diet and psychological support.
c. Use of drugs in association with cardiac rehabilitation and prevention of factors
that aggravate the disease.
d. I do not know.
11. The practice of physical exercise prescribed to patients with HF is related to:
a. A reduction in the risk for other cardiac diseases.

33
b. Favorable adaptations of the body to reduce the disease symptoms and improve
quality of life.
c. Patients with HF should not practice physical exercises because of the high risk
of death.
d. I do not know.
12. Physical exercise for patients with HF should:
a. Respect the patient’s individual needs that should be analyzed via medical
assessment.
b. Consist of walking and begin right after the diagnosis.
c. Be standardized to individuals of the same sex, age and symptoms.
d. I do not know.
13. Which interventions used to treat HF can prolong the patients’ life and improve its
quality?
a. Drug treatment + prolonged rest + surgical treatment.
b. Drug treatment + surgical treatment in some cases.
c. Drug treatment + change in lifestyle + surgical treatment in some cases.
d. I do not know.
14. One of the consequences of untreated HF is:
a. Risk of acute myocardial infarction.
b. Progressive cardiac muscle weakening with aggravation of symptoms and risk
of death.
c. Increased serum levels of fat.
d. I do not know.
15. Regarding the HF patient’s self-care, the following is important:
a. Knowledge of the disease by HF patients and family members improves the
quality of life of individuals with HF.
b. Hospitalization of patients with HF is more frequent among those most severely
ill.
c. Physical exercise increases depression and anxiety of individuals with HF.
d. I do not know.
16. The recommendation of physical exercise for patients with HF should include:
a. Aerobic exercise (walking) associated with resistance exercise (muscle
strengthening), in addition to stretching.
b. Stretching exercise associated with flexibility exercise.

34
c. Localized exercise for weight reduction.
d. I do not know.
17. What are the possible side effects of drugs used to treat HF?
a. Arterial hypotension (decrease in blood pressure) and sexual dysfunction.
b. Cough and dehydration.
c. Dermatitis (skin disease) and intestinal disorders.
d. I do not know.
18. What should someone with HF know?
a. Individuals with HF have depression, and psychological support is
recommended.
b. Knowing about the disease helps people to identify HF signs and symptoms.
c. Follow-up and treatment of non-cardiac diseases, such as diabetes, are not
important to the health of HF patients.
d. I do not know.
19. What drugs can be used in the treatment of HF?
a. Diuretics (furosemide, lasix and hydrochlorothiazide).
b. Angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEI), such as captopril and
enalapril; beta-blockers (carvedilol, propranolol, atenolol, selozok and
nebivolol); diuretics (furosemide, lasix and hydrochlorothiazide).
c. Nitrates (isordil and monocordil).
d. I do not know.

35
Lampiran 5: Kuesioner (Terjemahan)

Kuesioner tentang Pengetahuan Pasien terhadap Penyakit Gagal Jantung

1. Gagal jantung adalah:


a. Suatu penyakit yang mempengaruhi orang tua dan akibat dari kelemahan
jantung.
b. Permasalahan pada jantung yang mengurangi jumlah darah yang dibawa ke
jaringan tubuh dan dapat menyebabkan perubahan pada paru-paru dan
pembuluh darah.
c. Perubahan pembuluh darah jantung yang terlihat sejak kecil.
d. Saya tidak tahu.
2. Faktor-faktor apa yang paling mempengaruhi terjadinya gagal jantung?
a. Faktor lingkungan (iklim) dan usia (lebih muda dari 65 tahun).
b. Perubahan dalam diet: kelebihan berat badan/kegemukan
c. Penyakit arteri koroner, hipertensi, dan penyakit Chagas (penyakit inflamasi
menular yang disebabkan oleh parasit)
d. Saya tidak tahu
3. Mengenai gejala gagal jantung, pilihan yang benar:
a. Sakit kepala selama latihan fisik.
b. Berdebar-debar selama beraktivitas
c. Nyeri dada, sesak napas, dan kelemahan (kelelahan)
d. Saya tidak tahu.
4. Masih tentang gagal jantung:
a. Konsumsi berlebihan natrium (garam) dan cairan dapat memperburuk gejala
penyakit dan kondisi pasien gagal jantung.
b. Sesak napas berhubungan dengan adanya cairan di paru-paru.
c. Gejala-gejala gagal jantung dapat dicegah hanya dengan perubahan gaya hidup.
d. Saya tidak tahu.
5. Terkait latihan fisik di bawah pengawasan petugas kesehatan yang dilakukan oleh
pasien yang mengalami gangguan jantung, seperti gagal jantung, akan terlihat pada:
a. Tekanan darah dan pengukuran denyut jantung selama latihan latihan fisik.

36
b. Tekanan darah dan pengukuran denyut jantung, dan observasi tanda-tanda
(edema) dan gejala (sesak napas) dari gangguan jantung saat latihan fisik.
c. Tidak dilakukan pemantauan ataupun pengukuran, karena praktek latihan fisik
tidak dianjurkan untuk pasien dengan gagal jantung karena berisiko tinggi
d. Saya tidak tahu.
6. Gejala gagal jantung diklasifikasikan ke dalam kelas I, II, III dan IV yang
tujuannya adalah untuk menilai:
a. Kesulitan dan keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit pada kegiatan
sehari-hari pasien dengan gagal jantung.
b. Kualitas hidup pasien dengan gagal jantung.
c. Jumlah obat yang digunakan oleh pasien dengan gagal jantung.
d. Saya tidak tahu.
7. Apa pemeriksaan diagnostik yang paling sering digunakan untuk pasien gagal
jantung?
a. Kateterisasi dan tomografi.
b. Foto dada dan elektrokardiografi.
c. Tes treadmill, ekokardiografi dan analisis biokimia (laboratorium)
d. Saya tidak tahu.
8. Panduan gizi yang paling dianjurkan untuk pasien gagal jantung adalah:
a. Penggunaan suplemen gizi untuk pasien yang mengkonsumsi sedikit kalori.
b. Diet bukan merupakan faktor yang memperburuk penyakit.
c. Pengendalian asupan natrium (garam).
d. Saya tidak tahu.
9. Yang mana menunjukkan memburuknya proses perjalanan penyakit (hasil)?
a. Kapasitas latihan rendah dan dirawat pada beberapa rumah sakit.
b. Penurunan berat badan.
c. Komplikasi saluran pencernaan.
d. Saya tidak tahu.
10. Pengobatan gagal jantung meliputi:
a. Berhenti bekerja.
b. Diet gizi dan dukungan psikologis.
c. Gunakan obat yang berhubungan dengan rehabilitasi penyakit jantung dan
pencegahan faktor yang memperburuk penyakit jantung.
d. Saya tidak tahu.

37
11. Praktek latihan fisik yang ditentukan untuk pasien dengan gagal jantung berkaitan
dengan:
a. Penurunan risiko untuk penyakit jantung lainnya.
b. Adaptasi tubuh untuk mengurangi gejala penyakit dan meningkatkan kualitas
hidup.
c. Pasien dengan gagal jantung tidak harus melakukan latihan fisik karena risiko
tinggi terjadinya kematian.
d. Saya tidak tahu.
12. Latihan fisik untuk pasien dengan gagal jantung harus:
a. Memperhatikan kebutuhan pasien yang harus dianalisis melalui penilaian
medis.
b. Terdiri dari: jalan kaki dan dilakukan setelah didiagnosa
c. Menjadi standar bagi individu dengan jenis kelamin, usia dan gejala yang sama.
d. Saya tidak tahu.
13. Intervensi mana yang digunakan untuk mengobati gagal jantung yang dapat
memperpanjang hidup pasien dan meningkatkan kualitas hidup?
a. Terapi obat + istirahat lama + perawatan bedah.
b. Terapi obat + perawatan bedah pada beberapa kasus.
c. Terapi obat + perubahan gaya hidup + perawatan bedah pada beberapa kasus.
d. Saya tidak tahu.
14. Salah satu konsekuensi dari gagal jantung yang tidak diobati adalah:
a. Risiko kerusakan otot jantung
b. Melemahnya otot jantung yang cepat dengan bertambahnya gejala dan risiko
kematian.
c. Peningkatan kadar lemak di dalam darah.
d. Saya tidak tahu.
15. Mengenai perawatan diri pasien gagal jantung, yang penting berikut:
a. Pengetahuan tentang penyakit pasien gagal jantung dan anggota keluarga dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kondisi gagal jantung.
b. Rawat inap lebih sering dilakukan pada pasien dengan gagal jantung yang
mengalami kondisi berat
c. Latihan fisik meningkatkan depresi dan kecemasan individu yang mengalami
gagal jantung.

38
d. Saya tidak tahu.
16. Rekomendasi dari latihan fisik untuk pasien dengan gagal jantung harus meliputi:
a. Latihan aerobik (berjalan) terkait dengan latihan resistensi (penguatan otot),
selain latihan peregangan.
b. Latihan peregangan yang berhubungan dengan latihan flexibiltas (kelenturan)
c. Olahraga untuk penurunan berat badan.
d. Saya tidak tahu.
17. Apa kemungkinan efek samping dari obat yang digunakan untuk mengobati gagal
jantung?
a. Hipotensi (penurunan tekanan darah) dan disfungsi (gangguan) seksual.
b. Batuk dan dehidrasi (kekurangan cairan)
c. Dermatitis (penyakit kulit) dan gangguan usus.
d. Saya tidak tahu.
18. Apa yang harus diketahui seseorang dengan gagal jantung?
a. Individu dengan gagal jantung mengalami depresi dan diberikan dukungan
psikologis.
b. Mengetahui tentang penyakit ini membantu orang lain untuk mengidentifikasi
tanda dan gejala gagal jantung.
c. Tindak lanjut dan pengobatan penyakit non-jantung, seperti diabetes, tidak
penting untuk kesehatan pasien gagal jantung.
d. Saya tidak tahu.
19. Obat apa yang bisa digunakan dalam pengobatan gagal jantung?
a. Diuretik (furosemid, lasix dan hidroklorotiazid).
b. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-inhibitor), seperti captopril
dan enalapril; beta-blocker (carvedilol, propranolol, atenolol, selozok dan
nebivolol); diuretik (furosemid, lasix dan hidroklorotiazid).
c. Nitrat (isordil dan monocordil).
d. Saya tidak tahu.

39
Lampiran 6 Leafleat dan flipchart

40
41
42
43
44
45
46
47
Lampiran 7 Dokumentasi

48
49
50
51

Anda mungkin juga menyukai