ALZHEIMER
MAKALAH
Oleh :
NIM 1123101010
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Penyakit Alzheimer. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.5 Patofisiologi.............................................................................................. 4
iii
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 27
iv
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian dari penyakit Alzheimer
2. Mengetahui etiologi dari penyakit Alzheimer
3. Mengetahu patofisiologi dari penyakit Alzheimer
4. Memahami manifestasi klinis dari penyakit Alzheimer
5. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang tepat untuk
diberikan kepada pasien dengan penyakit Alzheimer
2.1 Pengertian
Alzheimer adalah proses degeneratif yang terjadi pertama-tama pada sel
yang terletak pada dasar dari otak depan yang mengirim informasi ke korteks
serebral dan hipokampus. Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan
merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir
bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil.
2.2 Epidemiologi
Penyakit alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara
epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia
kurang 58 tahun disebut sebagai early onset sedangkan kelompok yang menderita
pada usia lebih dari 58 tahun disebut sebagai late onset. Penyakit alzheimer dapat
timbul pada semua umur, 96% kasus dijumpai setelah berusia 40 tahun keatas.
Schoenburg dan Coleangus (1987) melaporkan insidensi berdasarkan umur:
4,4/1000.000 pada usia 30-50 tahun, 95,8/100.000 pada usia > 80 tahun. Angka
prevalensi penyakit ini per 100.000 populasi sekitar 300 pada kelompok usia 60-
69 tahun, 3200 pada kelompok usia 70-79 tahun, dan 10.800 pada usia 80 tahun.
Diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 2 juta penduduk penderita penyakit
alzheimer. Sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlah usia lanjt berkisar 18,5
juta orang dengan angka insidensi dan prevalensi penyakit alzheimer belum
diketahui dengan pasti. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak
tiga kali dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup
wanita lebih lama dibandingkan laki-laki. Dari beberapa penelitian tidak ada
perbedaan terhadap jenis kelamin.
2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti dari penyakit Alzheimer belum diketahui. Beberapa
alternatif penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan
fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter,
defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi
penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik
jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan
3
daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam
amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel
tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium
intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer
adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran
faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan
hanya sebagai pencetus faktor genetika.
2.5 Patofisiologi
a. Neuropatologi
Karakteristik penyakit Alzheimer adalah hilangnya neuron dan sinap di
cerebral cortex dan daerah subkortikal. Oleh karena itu, daerah tersebut
menjadi atropi dan terjadi degenerasi pada temporal lobe dan parietal lobe,
serta bagian dari frontal cortex dan cingulate gyrus.Amyloid plaques dan
neurofibrillary tangles secara jelas terlihat pada otak pasien Alzheimer di
bawah mikroskop. Plaques terlihat tebal, tidak larut, terdapat deposit dari
amyloid-beta protein dan cellular material di luar dan di sekitar neuron. Mereka
akan berkembang menjadi gumpalan serat yang tidak larut dengan sel saraf
yang sering disebut tangles. Pada pasien Alzheimer, tempat berkumpulnya
plaques dan tangles berada pada tempat-tempat yang spesifik seperti temporal
lobe.
b. Biokimia
Alzheimer diidentifikasi sebagai protein misfolding disease (proteopathy),
ini disebabkan oleh akumulasi folded A-beta yang abnormal dan tau proteins
pada otak. Plaques terbuat dari peptida kecil, 39-43 asam amino yang disebut
beta-amyloid (A beta atau Aβ). Beta-amyloid merupakan fragmen dari protein
5
c. Mekanisme Penyakit
Hipotesis tradisional amyloid menyebutkan akumulasi beta amyloid
peptides yang mencetuskan terjadinya degenerasi neuron. Akumulasi dari
aggregated amyloid fibrils dipercaya menjadi bentuk toksik dari protein yang
berespon untuk mengacaukan cell’s calsium ion homeostasis, yang
menyebabkan sel menjadi mati (apoptosis). Selain itu mereka juga berkembang
menjadi Aβ selectively di mitokondria sel otak pasien Alzheimer, menghambat
fungsi enzim dan penggunaan glukosa oleh neuron. Proses inflamasi dan
sitokin mungkin juga berperan pada patologi penyakit Alzheimer. Inflamasi
secara umum sebagai marker dari kerusakan jaringan dan kerusakan jaringan
merupakan marker dari respon imun.
d. Genetik
Bentuk onset awal dari penyakit Alzheimer sebenarnya disebabkan oleh
mutasi tiga gen yang berbeda yaitu amyloid precursor protein (APP),
presenilins 1, dan presenilins 2. Mutasi pada gen APP dan presenilins dapat
meningkatkan produksi protein kecil yang disebut Aβ yang merupakan
6
adalah penyebab umum dari cedera kepala serius, seperti gegar otak atau
perdarahan di otak.
c. Inkontinensia adalah gejala umum dari tengah dan penyakit tahap akhir
Alzheimer. Pada saat seseorang menderita kerugian total dari fungsi
kandung kemih, kateter urin kadang-kadang digunakan. Kateter dapat
memperkenalkan bakteri ke dalam tubuh menyebabkan infeksi saluran
kemih(ISK). Pasien dengan penyakit Alzheimer juga tidak bisa ke toilet
sendirisebagai sering atau dengan penggunaan yang tepat dari kebersihan,
yang menghasilkan pembentukan ISK. Gejala ISK termasuk urin gelap
berwarna kuning, bau yang kuat dari urin, sedimen dalam urin dan
penurunan buang air kecil. Pasien Alzheimer tidak dapat berkomunikasi
rasa sakit atau ketidak nyamanan umumnya terkaitdengan ISK. Tanda
pasien sebuah Alzheimer memiliki ISK termasuk kebingungan, lesu dan
gelisah menurut Dr Monika Karlekar dari VanderbiltUniversity. Penyakit
Alzheimer adalah tidak umum penyebab spesifik kematian berbagai
komplikasi dan kondisi sekunder terjadi menyebabkan kesehatan menurun
dengan cepat dalam tahap akhir dari penyakit.
2.7 Pengobatan
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena
penyebab dan patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dan
suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dankeluarga.
8
a. Inhibitor kolinesterase
b. Thiamin
c. Nootropik
d. Klonidin
e. Haloperiodol
2.8 Pencegahan
Meskipun tidak ada bukti tentang kemungkinan mencegah penyakit
Alzheimer, ada beberapa praktek yang mungkin bermanfaat untuk dimasukkan ke
dalam rutinitas sehari-hari, terutama apabila Anda memiliki sejarah keluarga
demensia. Bicarakan dengan dokter tentang pendekatan-pendekatan ini, terutama
yang melibatkan penggunaan obat-obatan atau suplemen.
BAB 3. PATHWAYS
Terlampir
12
4.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status
perkawinan, golongan darah, dan hubungan pasien dengan penanggung
jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah diderita
pasien, baik penyakit yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
penyakit Alzheimer, maupun yang tidak.
2) riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien saat ini,
dalam kasus ini penyakit Alzheimer.
3) riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya penyakit Alzheimer maupun yang tidak.
c. Pengkajian PsikoSosial Spiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien menglami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep
diri didapatkan pasien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan mudah
marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang terpenting pada pasien
dengan penyakit Alzheimer adalah penurunan kognitif dan memori
(ingatan).
d. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,
ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti
acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal
yang telah biasa yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
13
e. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode
emboli (merupakan faktor predisposisi).
f. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan
persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan
orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah
penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh
dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alasan tidak mampu
untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun
tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama
mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil, gerakan
berulang (melipat membuka lipatan melipat kembali kain),
menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.
g. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan
diare.
h. Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi)
perubahan dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan,
mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak
makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan
tampak semakin kurus (tahap lanjut).
i. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal
yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar
mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan
kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan:
14
B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :
Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau
saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
a) Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaan otot Bantu nafas.
b) Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
c) Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
d) Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor,
ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada
klien dengan inaktivitas.
B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem
persarafan otonom.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi umum,
didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa pasien sering mengalami inkontinensia
urin biasanya dengan penurunan status kognitif dari pasien Alzeimer.
Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat progresif dan pasien
mungkin mengalami inkontinensia urin, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
16
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan intake nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif.
Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.
B6 (Bone)
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada
seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik jika melakukan
aktivitas.
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada
perubahan status kognitif klien.
3) Pengkajian fungsi serebral
Status Mental
Biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan
memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pengkajian Saraf Kranial.
Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :
a) Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada
kelaianan fungsi penciuman
b) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu
sesuai dengan keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer
mengalami keturunan ketajaman penglihatan
c) Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan
pada saraf ini
d) Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
f) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan
proses senilis serta penurunan aliran darah regional
g) Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang
berhubungan dengan perubahan status kognitif
17
4.2 Diagnosa
1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration neuron
iriversibel.
2. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi memori.
3. Defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, Hygine)
berhubungan dengan perubahan proses berfikir.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iskemia lobus
temporal atau frontal sekunder akibat penyakit Alzheimer.
18
4.3 Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1 Perubahan Setelah diberikan Mandiri Mandiri
proses pikir asuhan keperawatan 1. Kaji derajat 1. Memberikan
berhubungan selama 3x24 jam gangguan dasar untuk
dengan diharapkan gangguan kognitif, seperti evaluasi /
degeneration proses pikir tidak perubahan perbandingan
neuron bertambah buruk, orientasi yang akan datang
iriversibel. dengan kriteria hasil : terhadap orang, dan
•Klien mampu tempat waktu, mempengaruhi
menginterpretasikan rentang pilihan terhadap
stimulus sedikit demi perhatian dan intervensi.
sedikit kemampuan
•Klien mampu berpikir 2. Keramaian
mengakomodasikan 2. Pertahankan biasanya
sedikit demi sedikit lingkungan yang merupakan
suatu ide/perintah menyenangkan sensori yang
•Klien dan tenang. berlebihan yang
mampu mengenali meningkatkan
orang-orang gangguan neuron
19
4. Pasang 4. Untuk
pegangan menghindari
tangan di kamar terpleset di kamar
mandi. mandi.
5. Pertimbangkan 5. Untuk
penggunaan memudahkan
sistem alarm. klien
menginstruksikan
keadaan bahaya
pada dirinya.
3 Defisit Setelah diberikan Mandiri Mandiri
perawatan asuhan keperawatan 1. Identifikasi 1. Memahami
diri (makan, selama 2 x 24 jam, kesulitan penyebab yang
minum, diharapkan terdapat berpakaian/pera mempengaruhi
berpakaian, perilaku peningkatan watan diri, pilihan
Hygine) dalam pemenuhan seperti intervensi/
berhubungan perawatan diri dengan keterbatasan strategi
dengan kriteria hasil : fisik; depresi
perubahan •Klien tampak bersih atau temperatur 2. Sesuai dengan
proses dan segar ruangan. perkembangan
berfikir, 2. Identifikasi penyakit,
defisit kebutuhan akan kebutuhan akan
kognitif. kebersihan diri kebersihan dasar
dan berikan mungkin
bantuan sesuai dilupakan.
kebutuhan
dengan
perawatan 3. Mempertahankan
rambut/kuku/kul kebutuhan rutin
it, dan gosok dapat mencegah
gigi. kebingungan
3. Gabungkan yang semakin
22
4.4 Implementasi
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi Formatif
keperawatan
1 Perubahan proses 1. Mengkaji derajat gangguan 1. Pasien kooperatif
pikir kognitif, seperti perubahan
berhubungan orientasi terhadap orang, tempat
dengan waktu, rentang perhatian dan
degeneration kemampuan berpikir 2. Pasien menerima
neuron 2. Mempertahankan lingkungan dengan baik
iriversibel. yang menyenangkan dan tenang. 3. Pasien kooperatif
3. Melakukan pendekatan dengan
cara perlahan dan tenang. 4. Pasien berespon
4. Menatap wajah ketika bercakap- dengan baik
24
4.5 Evaluasi
DIAGNOSA
NO EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Perubahan proses pikir S : Klien mengatakan ingat dimana tempat tinggalnya
berhubungan dengan O : Klien mampu mengenali sebagian besar keluarganya
degeneration neuron A : masalah teratasi sebagian
iriversibel P : Intervensi dilanjutkan
2 Risiko cedera S : Ibu klien mengatakan klien sudah mulai beraktivitas
berhubungan dengan normal
kerusakan fungsi O : Klien mengerti dan menerapkan apa yang
memori. diinstruksikan perawat
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 Defisit perawatan diri S : pasien mengatakan nafsu makan bertambah, namun
(makan, minum, kesulitan BAB, pasien masih tampak lemah, BB : 42
berpakaian, Hygine) KG
berhubungan dengan O : pasien menghabiskan ¾ porsi makan
perubahan proses A : masalah teratasi sebagian
berfikir, P : Intervensi dilanjutkan
defisit kognitif.
27
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Alzheimer adalah proses degeneratif yang terjadi pada sel yang terletak
pada dasar dari otak depan. Secara epidemiologi penyakit Alzheimer terbagi 2
kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang 58 tahun disebut
sebagai early onset sedangkan kelompok yang menderita pada usia lebih dari 58
tahun disebut sebagai late onset. Penyebab yang pasti dari penyakit Alzheimer
belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa adalah
intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri,
trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer.
5.2 Saran
Saran dari beberapa kesimpulan diatas dengan melaksanakan asuhan
keperawatan pada penyakit alzheimer, maka perlu adanya saran untuk
memperbaiki dan meingkatkan mutu asuhan keperawatan, adapun saran sebagai
berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Corwin, J. Elisabet. 2004. Patofisiologi untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.
Jakarta:EGC
Lumbantobing, Prof.DR.dr.SM. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan
Demensia. Jakarta : FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC
Internet
LAMPIRAN
Alzheimer
Kurang
pengetahuan
39
30