DISUSUN OLEH :
DAYANA FRILIANOVA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Stroke adalah suatu gangguan peredaran darah di otak. Organisasi kesehatan dunia, WHO
mendefinisikan stroke sebagai suatu sindrom klinis dengan “Gangguan fokal atau global dari
fungsi otak yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang bertahan lebih dari 24 jam
atau lebih atau dapat menyebabkan kematian, dengan penyebab yang tidak lain berasal dari
gangguan sirkulasi otak”. Ganggun sirkulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa
patofisiologi, diantaranya trombosis, emboli dan perdarahan.
hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah diotak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak
mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
Beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan gejala stroke diantaranya adalah
hipertensi, diabetes, transient ischaemic attack (TIA), gangguan kardiovaskuler dan
kebiasaan merokok. Perjalanan penyakit stroke beragam. Ada penderita stroke yang pulih
sempurna, tapi ada pula yang sembuh dengan cacat ringan, atau cacat sedang, atau cacat
berat. Paralisis adalah diabilitas yang paling sering terjadi akibat stroke. Paralisis atau
kelumpuhan biasanya terjadi pada sisi tubuh yang berlawanan dengan sisi otak yang
mengalami kerusakan akibat stroke. Paralisis ini dapat terjadi pada wajah, lengan, tungkai
atau satu sisi tubuh secara keseluruhan (hemiplegia). Penderita yang mengalami kelumpuhan
akan mengalami gangguan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari dan mengalami
penurunan kualitas hidup.1 Tujuan panatalaksaan stroke secara umum adalah menurunkan
morbiditas dan menurunkan tingkat kematian serta menurunnya angka kecacatan. Salah satu
upaya yang berperan penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengenalan gejala-gejala
stroke dan penanganan stroke secara dini yang dimulai dari penanganan prahospital yang
cepat dan tepat. Filosofi yang harus dipegang adalah time is brain and the golden hour.
Dengan penanganan stroke yang benar pada jam-jam pertama, angka kecacatan stroke paling
tidak akan berkurang sebesar 30%.
1.2.Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah :
1.3.Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa masalah yang
akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Definisi Stroke Hemoragik
2. Etiologi Stroke Hemoragik
3. Patofisiologi Stroke Hemoragik
4. Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik
5. Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik
6. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah diotak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang
menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
2.2 Etiologi
Penyebab stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Beberapa
faktor yang dapat memicu antara lain adalah;
a. Tingginya tekanan darah (Hipertensi)
b. Terjadinya cedera parah dan trauma pada kepala
c. Ketidaknormalan pada pembuluh darah diotak sejak lahir (cacat bawaan)
d. Penyakit aneurisma
e. Penyakit hati
f. Penyakit anemia sel sabit
g. Penyakit hemophilia
h. Penyakit diabetes
i. Penyakit aritmia (ketidakteraturan detak jantung)
j. Pernah mengalami penyakit jantung sebelumnya yang disebut TIA (Transiet
Ischemik Stroke)
k. Efek samping penggunaan obat antikoagulan (pencegah pembekuan darah)
l.
2.3 Patofisiologi
Perdarahan intra cerebral:
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa dan hematom yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan oedema disekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan subarachnoid:
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang sub arakhnoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri sehingga timbul
nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput
otak lainnya. Perdarahan subarachnoid dapat mengakibatkan vasopasme pembuluh darah
serebral. Vasopasme ini seringkali terjadi 3 – 5 hari setelah timbulnya perdarahan,
mencapai puncaknya hari ke 5 – 9 dan dapatmenghilang setelah minggu ke 2 – 5.
2.4 Pathway
2.7 Penatalaksanaan
a. Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
b. Bebaskan jalan napas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
oksigen sesuai kebutuhan.
c. TTV diusahakan stabil
d. Bedrest
e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan
intraserebral
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase/hemiplagia
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengankehilangan control otot
fasial ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara dengan jelas
3. Intervensi
a. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral
berikan penjelasan kepada klien dan keluarganya tentang sebab
peningkatan TIK dan akibatnya
anjurkan kepada klien untuk bedrest total
observasi dan catat TTV dan kelainan tekanan intracranial tiap 2 jam
ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
berikan posisi kepala lebih tinggi 15 – 30 dari letak jantung
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase/hemiplagia
Kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal
dengan cara yang teratur
Ubah posisi minimal setiap 2 jam
Observasi pada daerah yang terkena termasuk warna, oedema, atau
tanda lain dari gangguan sirkulasi
Ajarkan pasien untuk latihan ROM
Kolaborasi pemberian obat relaksasi otot
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengankehilangan control otot
fasial ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara dengan jelas
kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata
atau mengalami kesulitan bicara atau membuat pengertian sendiri
mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana seperti “buka
mata”, “tunjuk ke pintu”. Dan ulangi dengan kata/kalimat yang
sederhana
katakan secara langsung dengan pasien bicara perlahan dan dengan
tenang. Gunakan pertanyaan yang lebih kompleks sesuai dengan
respon pasien
hargai kemampuan pasien sebelum terjadinya penyakit, dan jangan
merendahkan pasien
kolaborasi dengan ahli teraphy
BAB III
LAPORAN KASUS
BAB III
PEMBAHASAN
Stroke adalah penyebab kematian yang utama pola penyebab kematian yang utama. Pola
penyebab kematian yang utama dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang
menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah
sakit. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker
secara global.
Penulis melakukan tahap pengkajian antara lain: identitas pasien, riwayat keperawatan,
keluhan utama, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan suatu
diagnosa.
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan dan
dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Kemudian penulis menentukan
dan menegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena, defisit perawatan diri total berhubungan
dengan kelemahan, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontraktur,
Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi berhubungan dengan penyakit kronis (stroke).
Dalam tinjauan teoritis perencanaan keperawatan ditujukan pada setiap masalah yang
muncul, sedangkan pada kasus, penulis menambahkan jangka waktu pencapaian tujuan. Hal ini
juga penting untuk melakukan evaluasi tindakan yang diberikan pada klien untuk mengetahui
perkembangan status kesehatan klien.
Pada tahap perencanaan dalam di dalam tindakan yang nyata yang diharapkan dari
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan intervensi yang disusun, walaupun ada
sebagian yang tidak bisa dilaksanakan karna minimnya waktu yang diberikan dan sarana yang
kurang memadai. Walaupun demikian dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis
mendapat hambatan dan kesulitan yang berupa intervensi yang diberikan hanya 3 hari saja.
Pada kasus Tn. AS dilakukan pelaksanaan ROM. Pelaksanaan ROM dapat diaplikasikan
minimal 2 kali sehari, hal ini sesuai dengan jurnal Sri Puguh Kristiyawati dan Febrina
Sukmaningrum (2011) dengan judul Efektivitas Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif :
spherical Grip terhadap peningkatan Kekuatan Otot Ekstermitas Atas pada pasienStroke di
RSUD Tugerejo Semarang. Berdasarkan penelitian,latihan ROM dapat dilakukan kerena sangat
efektif bagi pemulihan pasien stroke yang mengalami hemiparesis. Latihan gerak secara berulang
membuat konsentrasi untuk melakukan gerakan berulang dengan kualitas sebaik mungkin.
Jurnal dari Diana C. Haryono1, Andreanus A. Soemardji1, Felesia Fanty peranan terapi
akupuntur UPT Kesehatan Institut Teknologi Bandung. Akupuntur “GI” merupakan teknik
penusukan jarum yang menggabungkan ilmu pengobatan timur dan ilmu kedokteran barat
berdasarkan prinsip pemijitan dengan titik utma 2 di leher, 3 di perut dan 2 di tungkai bawah.
WHO (World Health Organization) menyatakan akupuntur sebagai pengobatan efektif dalam
menangani kasus stroke. Penelitian ini
Dalam pembahasan Asuhan Keperawatan Pada Tn. AS dengan Diagnosa Medis Stroke
Hemoragik diruangan Flamboyan Rumah Sakit Arifin Ahmad Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya,
pada tanggal 28 April 2013 melalui pendekatan kesengajaan secara teori dan kenyataan di
lapangan, pembahasan di bahas melalui langkah - langkah keperawatan sebagai berikut:
A. Pengkajian
Penulis dapat melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa medis stroke yang dapat
meliputi pengumpulan data, analisa data, dan penegakan diagnosa keperawatan.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut tinjauan analisa data pada diagnosa keperawatan terdapat beberapa masalah di
antaranya:
1. Gangguan peningkatan ketidakseimbangan suhu tubuh
2. Gangguan mobilisasi
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygine
C. Perencanaan
Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi di dukung oleh sikap keluarga dan klien yang
kooperator. Perencanaan yang sehat berdasarkan teori yang di peroleh dari beberapa literatur
yang mendukung.
D. Implementasi
Pada tahap ini penulisan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah di susun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung terlaksananya
implementasi keperawatan di antaranya peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat -
alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan, CI ruangan, pembimbing akademik, serta
adanya peran dokter yang menentukan diagnosa menurut medis.
E. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan di laksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah di
tetapkan dengan melibatkan kerjasama klien, keluarga dan tim kesehatan yang lain dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang di sediakan oleh institusi pendidikan yang ada di rumah
sakit.
F. Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi asuhan keperawatan. Evaluasi di laksanakan secara
langsung melalui observasi / catatan keperawatan yang ada, karena keterbatasan penulis dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan maka penulis menanyakan kepada keluarga dan perawat
ruangan sebagai perkembangan klien dapat di ketahui.