DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
Dosen Pengampu:
MADEIN
Oswati Hasanah, M. Kep., Sp. An
OLEH :
KELOMPOK 5
P a s t eFeby
lGusmeldawati
PFitri
r e Darmadi
s e n t a ti o n
Defenisi Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari
normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl. Jadi,
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai
normal bilirubin serum.
Your Title Here
More..
Metabolisme Hiperbilirubinemia
Eritrosit
Hemoglobin
Hem Globin
Bilirubin Indirek
Besi/FE Terjadi pada Limpha, Makrofag
(tidak larut dalam air)
Melalui hati
1. Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat-alat tubuh lainnya. Bila ditekan akan timbul kuning.
2. Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan keruh pada ikterus berat.
3. Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning terang pada ikterus berat.
4. Bayi menjadi lesu.
94%
5. Bayi menjadi malas minum.
6. Tanda-tanda klinis ikterus jarang muncul.
80%
7. Letargi.
8. Tonus otot meningkat.
9. Leher kaku.
10. Opistotonus.
11. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.
(Mitayani, 2012 : 192)
Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan
adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan
bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini
dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang
Your Title Here
memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus
yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Komplikasi Hiperbilirubinemia
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara lambat, tidak ada
koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
Pemeriksaan Diagnostik Hiperbilirubinemia
Pengkajian
1. Riwayat orang tua : Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi, Hematoma,
Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik : Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui yang lemah,
Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial : Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah,
masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi : Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal
keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith
Greenberg. 1988)
Diagnosa Keperawatan
1) Cedera, risiko tinggi terhadap keterlibatan sistem saraf pusat berhubungan dengan prematuritas, penyakit
hemolitik, asfiksia, asidosis, hipoproteinemia, dan hipoglikemia.
2) Cedera, risiko tinggi terhadap efek samping tindakan fototerapi berhubungan dengansifat fisik dari
intervensi terapeutik dan efek mekanisme regulasi tubuh.
3) Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan prosedur invasif, profil
darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
4) Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan tindakan
berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi
dibuktikan dengan pernyataan masalah/kesalahan konsep, meminta informasi, ketidaktepatan mengikuti
instruksi.
Diagnosa Keperawatan
1) Cedera, risiko tinggi terhadap keterlibatan sistem saraf pusat berhubungan dengan prematuritas, penyakit
hemolitik, asfiksia, asidosis, hipoproteinemia, dan hipoglikemia.
2) Cedera, risiko tinggi terhadap efek samping tindakan fototerapi berhubungan dengansifat fisik dari
intervensi terapeutik dan efek mekanisme regulasi tubuh.
3) Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan prosedur invasif,
profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
4) Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan tindakan
berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi
dibuktikan dengan pernyataan masalah/kesalahan konsep, meminta informasi, ketidaktepatan mengikuti
instruksi.
Intervensi Keperawatan
1. Cedera, risiko tinggi terhadap keterlibatan sistem saraf pusat berhubungan dengan prematuritas, penyakit
hemolitik, asfiksia, asidosis, hipoproteinemia, dan hipoglikemia.
Kriteria hasil :
a. Menunjukan kadar bilirubin indirek di bawah 12 mg/dl pada bayi cukup bulan pada usia 3 hari.
b. Resolusi ikterik pada akhir minggu pertama kehidupan
c. Bebas dari keterlibatan SSP
2. Cedera, risiko tinggi terhadap efek samping tindakan fototerapi berhubungan dengansifat fisik dari intervensi
terapeutik dan efek mekanisme regulasi tubuh.
Kriteria hasil :
BBL akan :
a. mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas normal.
b. Bebas dari cedera kulit/ jaringan.
c. Mendemonstrasika pola interaksi yang di harapkan.
d. Menunjukan penurunan kadar bilirubin serum.
Intervensi Keperawatan
3. Cedera, risiko tinggi terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan dengan prosedur invasif,
profil darah abnormal, ketidakseimbangan kimia.
Kriteria hasil :
a. Bayi baru lahir akan:
b. Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi.
c. Menunjukan penurunan kadar bilirubin serum.
4. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar], mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan tindakan
berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi
dibuktikan dengan pernyataan masalah/kesalahan konsep, meminta informasi, ketidaktepatan
mengikuti instruksi.
Kriteria hasil:
a. Mengungkapkan pemahaman tentang penyebab, tindakan, dan kemungkinan hasil
hiperbilirubinemia.
b. Mendemonstrasikan perawatan bayi yang tepat.
Implementasi
Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun.
Evaluasi
a. Cedera terhadap keterlibatan sistem saraf pusat tidak terjadi.
b. Cedera terhadap efek samping tindakan fototerapi dapat dicegah.
c. Cedera terhadap komplikasi dari transfusi tukar tidak terjadi.
d. Pengetahuan klien bertambah.