Hingga saat ini belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli radiologi,
ahli patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman
klasifikasi tuberkulosis. Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964,
diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah dengan kuman Mycobacterium tuberculosis
(MTB) dalam sputum atau jaringan paru secara biakan. Tidak semua pasien
memberikan biakan sputum positif Menurut WHO tahun 1991, kriteria pasien TB
paru adalah sebagai berikut:
b. Kasus kambuh
Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA
negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif atau
perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan:
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan, dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten
menangani kasus tuberkulosis.
e. Kasus khronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan
ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
f. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat
akan lebih mendukung.
Luas lesi yang tampak pada foto thorax untuk kepentingan pengobatan dinyatakan
sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif):
- Lesi minimal
Bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih
dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrosternal
junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4
atau korpus vertebra torakalis 5, serta tidak dijumpai kaviti.
- Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal