Referat Gawat Janin 2 PDF
Referat Gawat Janin 2 PDF
REFERAT
GAWAT JANIN
Oleh:
Mirna Primasari
( 0210121)
BAB I
PENDAHULUAN
1
3
BAB II
GAWAT JANIN
2.1. Definisi
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada janin ( kadar
oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat terjadi baik pada
antepartum maupun intrapartum.3
2.2. Patofisiologi
2
4
2.3. Etiologi
- Hipotensi
Bila tekanan darah ibu menurun selama persalinan, jumlah aliran darah ke
fetus akan berkurang. Hipotensi dapat disebabkan oleh:
o anestesi epidural
o posisi supine
Hal tersebut terjadi karena adanya pengurangan jumlah aliran darah dari vena
cava ke jantung
- Masalah pernafasan janin
- Posisi dan presentasi abnormal dari fetus
- Kelahiran multipel
- Kehamilan prematur atau postmatur
- Distosia bahu
Penyebab yang paling utama dari gawat janin dalam masa antepartum adalah
insufisiensi uteroplasental. Faktor yang menyebabkan gawat janin dalam persalinan/
intrapartum adalah kompleks, contohnya seperti: penyakit vaskular uteroplasental,
perfusi uterus yang berkurang, sepsis pada janin, pengurangan cadangan janin, dan
kompresi tali pusat. Pengurangan jumlah cairan ketuban, hipovolemia ibu dan
pertumbuhan janin terhambat diketahui mempunyai peranan.4
Ada beberapa faktor resiko yang diduga berhubungan dengan kejadian gawat
janin:5
- Wanita hamil usia > 35 tahun
- Wanita dengan riwayat:
o Bayi lahir mati
o Pertumbuhan janin terhambat
o Oligohidramnion atau polihidramnion
6
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat
melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah
tendangan janin/ ’kick count’. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat
makan pagi sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan
janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya. Hal ini
dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutama
diminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yang
mengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlah
minimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang ke RS atau
pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.6
Tanda-tanda gawat janin:4,5
• Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala
• Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janin
Untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan pemantauan
menggunakan kardiotokografi
• Asidosis janin
Diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin.
7
2.5.1. Mekonium
2.5.2. Kardiotokografi
Gambar 1. Kardiotokograf9
• Pengukuran internal
Cara ini lebih invasif, alat pemantau dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu
dan membutuhkan dilatasi serviks, dan memasukkan kateter bertekanan serta
menempelkan elektroda spiral ke kulit kepala janin. Elektroda bipolar
diletakkan pada kulit janin bagian terdepan secara langsung. Pengukuran
internal lebih tepat dan mungkin lebih dipilih pada keadaan tertentu dimana
diperkirakan akan terjadi persalinan yang terkomplikasi.8
NST
OC
T
Admission Positif
Negatif Mencurigakan
Test
14
• Informed consent
Indikasi:
Semua kondisi yang dapat menyebabkan janin lahir dalam keadaan buruk,
antara lain:
Kondisi ibu:
• Hipertensi kronis
• Diabetes mellitus
• Anemia berat ( Hb < 8 gr % atau Ht < 26 %)
• Penyakit vaskuler kolagen
• Gangguan fungsi ginjal
• Penyakit jantung
• Pneumonia dan penyakit paru-paru berat
• Penyakit dengan kejang
Kondisi janin:
• Pertumbuhan janin terhambat
• Kelainan kongenital minor
• Aritmia jantung
• Isoimunisasi
• Infeksi janin
• Pernah mengalami kematian janin dalam rahim yang tidak diketahui
penyebabnya
Kondisi yang berhubungan dengan kehamilan:
• Kehamilan multipel
• Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan
• Polihidramnion
• Oligohidramnion
• Plasentasi abnormal
16
• Solusio plasenta
• Kehamilan lewat waktu
Prosedur:
• Pasien ditidurkan secara santai semi Fowler, 45o miring ke ke kiri
• Tekanan darah diukur tiap 10 menit
• Dipasang kardiotokografi
• Pada i;bu diberikan tombol penanda yang harus ditekan apabila ibu
merasakan gerak janin
• Frekuensi denyut jantung janin dicatat selama 10 menit pertama untuk
mendapat data dasar denyut jantung janin
• Pemantauan tidak boleh kurang dari 20 menit. Apabila pada 20 menit
pertama didapatkan hasil non reaktif, lanjutkan pemantauan 20 menit
lagi. Pastikan bahwa tidak ada hal-hal yang mempengaruhi hasil
pemantauan apabila hasilnya tetap nonreaktif
• Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil
NST secara individual
Komplikasi: supine hypotension
Hasil reaktif, bila:
• Denyut jantung janin basal antara 120-160 kali permenit
• Variabilitas denyut jantung janin 6 -25 permenit
• Ada gerakan janin, terutama gerakan multipel dan berjumlah 5
gerakan atau lebih dalam pemantauan 20 menit, dengan kenaikan
minimal 15 dpm selama minimal 15 detik
Hasil tidak reaktif, bila:
• Denyut jantung janin basal antara 120-160 kali permenit
• Variabilitas kurang dari 6 denyut/ menit
• Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
17
B. Uji Beban Kontraksi ( Contraction Stress Test/ CST) atau Uji Dengan
Oksitosin ( Oxytocin Challenge Test/ OCT)
CST/ OCT adalah pemeriksaan kesehatan janin dengan menggunakan
kardiotokografi yang menilai perubahan denyut jantung janin pada saat
kontraksi rahim. Tujuan dilakukannya tes ini adalah untuk memantau kondisi
janin pada kehamilan usia lanjut sebelum janin dilahirkan, menilai apakah
janin sanggup mentolerir beban persalinan normal serta menilai fungsi
plasenta.
Indikasi:
Bila terdapat dugaan insufisiensi plasenta:
• Uji beban yang tidak reaktif
18
• Diabetes mellitus
• Preeklamsia
• Hipertensi kronis
• Pertumbuhan Janin Terhambat
• Kehamilan lewat waktu
• Pernah mengalami lahir mati
• Ketagihan narkotika
• Hemoglobinopati akibat sel sickle
• Penyakit paru kronis
• Gangguan fungsi ginjal
Kontraindikasi:
• Luka parut pada rahim
• Kehamilan ganda sebelum 37 minggu
• Ketuban pecah sebelum 37 minggu
• Risiko tinggi untuk persalinan kurang bulan
• Perdarahan antepartum
• Serviks inkompeten atau paska operasi serviks
• Kelainan bawaan atau cacat janin berat
• Indikasi untuk seksio sesarea
Komplikasi: persalinan kurang bulan
Prosedur:
a. Pasien ditidurkan secara semi Fowler dan miring kiri
b. Tekanan darah diukur setiap 10 -15 menit, dicatat di kertas monitor
c. Kardiotokografi dipasang
d. Selama 10 menit pertama dicatat data dasar
e. Pemberian tetes oksitosin untuk mengusahakan terbentuknya 3
kontraksi rahim dalam 10 menit. Bila telah ada kontraksi uterus
19
spontan tapi kontraksi < 3 kali/ 10 menit, tetesan dimulai dengan 0.5
mU/ menit. Bila belum ada kontraksi rahim, tetesan dimulai dengan 1
mU/ menit ( 20 tetes/ menit). Bila kontraksi yang diinginkan belum
tercapai, setiap 15 menit tetesan dinaikkan 5 tetes/ menit, sampai
maksimal 60 tetes/ menit
Tetesan oksitosin dihentikan bila:
• Lima kontraksi atau lebih dalam 10 menit
• Dalam 10 menit terjadi 3 kontraksi yang lamanya lebih dari 50-60
detik
• Kontraksi uterus hipertonus
• Deselerasi yang memanjang
• Terjadi deselerasi lambat yang terus-menerus
• Selama 1 jam pemantauan, hasilnya tetap mencurigakan
Interpretasi hasil:
Negatif
• Tidak terjadi deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang nyata
• Denyut jantung janin normal, variabilitas 6-25 dpm
Bila hasil OCT negatif, maka kehamilan dapat diteruskan sampai 7 hari lagi,
selanjutnya dilakukan OCT ulangan, atau diartikan bahwa janin dapat mentolerir
beban persalinan normal.
Positif
• Terjadi deselerasi lambat yang menetap pada sebagian besar kontraksi rahim,
meskipun tidak selalu disertai dengan variabilitas yang menurun dan tidak ada
akselerasi pada gerakan janin
OCT positif menunjukkan adanya insufisiensi uteroplasenta. Kehamilan harus segera
diakhiri, kecuali bila paru-paru belum matang
Mencurigakan
20
• Terjadi deselerasi lambat yang tidak menetap, atau deselerasi variabel yang
terus-menerus
• Deselerasi lambat terjadi hanya bila ada kontraksi rahim hipertonus
• Bila dalam 10 menit meragukan ke arah positif atau negatif
• Adanya takikardi
Bila hasilnya mencurigakan, maka harus dilakukan pemeriksaan ulang 1-2 hari
kemudian
Tidak memuaskan
• Kontraksi rahim kurang dari 3 kali dalam 10 menit
• Pencatatan tidak baik, terutama pada akhir kontraksi
Bila demikian, pemeriksaan harus diulang pada hari berikutnya
Hiperstimulasi
• Terjadi 5 atau lebih kontraksi rahim dalam 10 menit
• Lama kontraksi 90 detik atau lebih
• Tonus basal uterus meningkat ( > 20 mmHg)
Bila demikian, tetesan oksitosin harus dikurangi atau dihentikan11
Seiring dengan maturasi janin, denyut jantung menurun. Penurunan denyut jantung
janin berkisar antara 1 denyut/ menit per minggu atau 24 denyut/ menit dari antara
usia 16 minggu sampai dengan aterm. Hal ini disebabkan karena respons terhadap
maturasi pusat pengaturan parasimpatis ( vagal) jantung. Denyut jantung normal
adalah antara 110 – 160 denyut/ menit. Denyut jantung diatur oleh keseimbangan
antara pusat akselerator ( saraf simpatis) dan deselerator ( saraf vagal parasimpatis)
pada sel pacemaker, selain itu juga dipengaruhi oleh kemoreseptor kimia yang dapat
mendeteksi adanya hipoksia dan hiperkapnia.
Denyut jantung janin dikatakan bradikardi bila baseline heart rate kurang dari 110
dpm. Jika antara 110 dan 100 dikatakan mencurigakan, sementara di bawah 100
dikatakan patologis. Penurunan bertahap yang terus-menerus adalah suatu tanda
gawat janin.
Suatu gambaran dikatakan mencurigakan takikardi bila denyut jantung janin berkisar
antara 150 dan 170 sementara bentuk yang patologis adalah bila denyut jantung janin
23
di atas 170. Takikardi dapat merupakan suatu tanda dari infeksi janin atau demam dan
juga gawat janin. Sebab yang paling sering terjadi adalah karena demam pada ibu
yang disebabkan oleh amnionitis, meskipun demam yang disebabkan oleh apapun
dapat meningkatkan denyut jantung. Takikardi yang disebabkan oleh infeksi ibu
biasanya tidak berhubungan dengan kompensasi janin kecuali terdapat perubahan
denyut jantung periodik atau sepsis janin. Penyebab lain dari takikardi janin termasuk
kompensasi janin, aritmia jantung, pemberian obat-obatan parasimpatetik ( atropin)
atau simpatomimetik ( terbutalin).Anestesi epidural juga dapat menyebabkan
takikardi pada janin. Cara untuk membedakan antara kompensasi janin dengan
takikardi adalah dengan deselerasi denyut jantung yang menyertai. Penghilangan hal-
hal yang membuat janin harus mengkompensasi, seperti pemulihan hipotensi ibu
yang disebabkan analgesia epidural dapat menyebabkan pemulihan keadaan janin
juga.8
Variabilitas adalah penanda penting dari fungsi kardiovaskuler dan diatur oleh sistem
saraf otonom, yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis, diperantarai oleh nodus
sinoartrial, yang menghasilkan osilasi denyut ke denyut dari denyut jantung dasar/
baseline. Iregularitas denyut jantung tersebut didefinisikan sebagai variabilitas.
Variabilitas dibagi menjadi variabilitas dini dan variabilitas lanjut.
Variabilitas dini : bila perubahan instan denyut jantung terjadi dari denyut
jantung
satu langsung ke denyut jantung atau gelombang R berikutnya
Variabilitas ini adalah interval waktu antara sistole jantung
Variabilitas lanjut : bila perubahan denyut jantung terjadi dalam waktu 1 menit.
Normal bila terdapat 3-5 perubahan dalam 1 menit
26
Variabilitas ini normal terdapat dengan batasan 6 – 25 denyut/ menit. Tidak adanya
variabilitas biasanya berhubungan dengan asidemia metabolik yang mendepresi
batang otak janin atau jantung itu sendiri.
Penyebab yang sering menyebabkan tidak adanya variabilitas adalah penggunaan
obat-obat analgesia, dan obat-obat yang mendepresi susunan saraf pusat ( narkotik,
barbiturat, fenotiazin, obat penenang).8
Gambaran di atas menunjukkan peningkatan transien dari denyut jantung yang lebih
besar dari 15 dpm untuk sekurangnya dari 15 detik. Dua akselerasi dalam 20 menit
dianggap hasil reaktif. Akselerasi adalah pertanda baik karena menunjukkan bahwa
janin responsif dan mekanisme pengontrolan jantungnya baik.
Deselerasi dapat normal atau patologis. Deselerasi awal timbul bersamaan dengan
kontraksi uterus dan biasanya berhubungan dengan dengan kompresi kepala janin,
oleh karena itu timbul pada persalinan seiring dengan turunnya kepala.
29
Deselerasi lambat bila deselerasi persisten setelah kontraksi selesai, hal ini mengarah
pada keadaan gawat janin. Deselerasi dikatakan variabel bila bervariasi dengan waktu
dan bentuk antara satu sama lain, gambaran ini mengarah pada keadaan hipoksia atau
kompresi tali pusat.
5. Periksa pH darah
6. Setelah insisi, hentikan perdarahan
Gambar 12. Teknik pengambilan sampel darah dari kulit kepala janin
menggunakan amnioskopi8
Semua perkiraan hasil sampel tersebut harus diinterpretasi bersama dengan hasil
pengukuran pH terdahulu, tingkat kemajuan dalam persalinan dan gambaran
klinis ibu dan janin.
Dalam interpretasi, dapat terjadi hasil yang abnormal atau normal palsu.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya hasil abnormal palsu:
• Asidosis ibu
• Respons susunan saraf pusat janin terhadap asidosis
• Kontaminasi sampel darah
• Sampel darah terlalu lama didiamkan sebelum dianalisis
Keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya hasil normal palsu:
• Narkose
• Infeksi
• Asfiksia saat pengambilan sampel
• Prematuritas
• Obstruksi jalan nafas neonatal
• Trauma persalinan
• Anomali kongenital
• Recovery incomplete asphyxia
33
Konsep dasar dari profil biofisik adalah penilaian beberapa variabel dari
kegiatan biofisik fetus yang lebih sensitif dan lebih dapat diandalkan daripada
pemeriksaan satu parameter saja. Pemantauan kegiatan biofisik fetus, memainkan
peranan dalam mengidentifikasi janin yang mengalami asfiksia.
Profil biofisik terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah standar tes non stress.
Empat parameter lainnya dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonik.
Adapun komponen profil biofisik meliputi:14
1. Reaksi jantung fetus
2. Pergerakan pernafasan
3. Pergerakan badan
4. Tonus
5. Kedalaman cairan amnion
Setiap komponen diberi nilai 0 sampai dengan 2, sehingga skor total minimal adalah
0 dan maksimal 10.13
Tabel 4. Kriteria Tata Laksana Untuk Pola Denyut Jantung Janin yang
Meragukan8
Tindakan berikut harus dicatat dalam rekam medis:
1. Reposisi pasien
2. Hentikan stimulansia uterus dan koreksi hiperstimulasi uterus
3. Pemeriksaan vaginal
4. Koreksi hipotensi ibu yang berhubungan dengan anestesi regional
5. Pemberitahuan tenaga anestesi dan perawat untuk kebutuhan persalinan
darurat
6. Monitor denyut jantung janin – dengan monitor janin elektronik atau
auskultasi – di ruang operasi sebelum menyiapkan kelahiran per abdominal
7. Adanya tenaga kompeten yang hadir untuk resusitasi dan penanganan
neonatus
8. Pemberian oksigen ke ibu
2.6.1. Tokolitik
2.6.2. Amnioinfusion
Hipertonus uterus 27
Denyut jantung janin abnormal 17 ( 9)
Amnionitis 7 ( 4)
Prolaps tali pusat 5 ( 2)
Ruptur uterus 4 ( 2)
Kompensasi respiratorius atau jantung 3 ( 2)
maternal
Abrupsi plasenta 2 ( 1)
Kematian ibu 2 ( 1)
o Jika serviks tidak terdilatasi penuh atau kepala janin lebih dari 1/5 di
atas simfisi pubis atau ujung tulang terendah dari kepala di atas stasion
0, lahirkan dengan seksio sesarea.
BAB III
Kesimpulan
37
39
1. Gawat janin merupakan suatu keadaan yang membahayakan bagi ibu dan
janin. Saat ini, kriteria diagnosis gawat janin adalah: mekonium berwarna
hijau kental, hasil NST non reaktif, asidemia janin
2. Penting untuk mengenali tanda-tanda gawat janin sedini mungkin, adapun
banyak pemeriksaan yang bisa dimanfaatkan
3. Penting bagi tenaga medis untuk memahami dan menangani pasien dengan
gawat janin sesuai prosedur yang berlaku.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
40
6. Steele, Wanda F., What are the signs of fetal distress? In: SheKnows
Pregnancy and Baby. Pennsylvania. 2007. Diakses tanggal 11 Agustus 2007 di
http://pregnancyandbaby.com/pregnancy/baby/What-are-the-signs-of-fetal-
distress-5960.htm
11. Sofie Rifayani Krisnadi, Johanes C. Mose, Jusuf S. Effendi. Pedoman Diagnosis
dan Terapi Obstetri dan Ginekologi. Bandung: Rumah Sakit Hasan Sadikin.
2005:7-1
12. Sean Kavanagh. Fetal Monitoring. UK: 29 Agustus 2006. Diakses tanggal 11
Agustus 2007 di http://www.patient.co.uk/showdoc/40000245/