Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

DINAMIKA DAN STABILITAS SISTEM TENAGA


“Pengoperasian Gardu Induk”

DI SUSUN OLEH :

DEVI MAULINA 03320160070

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kemampuan dan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Mata Kuliah Dinamika dan Stabilitas Sistem Tenaga yang berjudul
“Pengoperasian Gardu Induk”. Penulis menyusun makalah ini dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah yang berjudul “Perkembangan
Dunia Telekomunikasi” ini bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 01 Desember 2017

Penulis
BAB I

1.1 Pengertian Gardu Induk


Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan Ekstra
Tinggi), TT (Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang terdiri dari
bangunan dan peralatan listrik. Gardu induk disebut juga gardu unit pusat beban
yang merupakan gabungan dari transformer dan rangkaian switchgear yang
tergabung dalam satu kesatuan melalui sistem kontrol yang saling mendukung
untuk keperluan operasional. Pada dasarnya gardu induk bekerja mengubah
tegangan yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik menjadi tenaga
listrik menjadi tegangan tinggi atau tegangan transmisi dan sebaliknya mengubah
tegangan menengah atau tegangan distribusi.
Gardu Induk juga merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).
Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Berarti,
gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub
sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan
penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran
(transmisi) secara keseluruhan. Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lainnya
melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu induk distribusi melalui feeder tegangan
menengah.

1.2 Fungsi Gardu Induk


Fungsi Gardu Induk adalah untuk menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA)
sesuai dengan kebutuhan pada tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari
Pembangkit atau dari gardu induk lain. Gardu Induk merupakan sub sistem dari
sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari
sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari
sistem tenaga listrik. Fungsi gardu induk secara umum :
a. Mentransformasikan daya listrik :
1. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
2. Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
3. Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20
KV).
4. Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50/60 Hertz).
b. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari system tenaga
listrik.
c. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan
tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses
penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan
menengah yang ada di gardu induk.
d. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita
kenal dengan istilah SCADA.
e. Menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan kebutuhan pada
tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari gardu
induk lain.

1.3 Klasifikasi Gardu Induk


Gardu induk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam menurut dari
segi fungsi, segi pemasangan, dll.

Gardu induk (substations) berdasarkan dari pemasangan peralatan dapat


diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Pasang Luar (out door substation)
Gardu induk jenis pasangan luar terdiri dari peralatan tegangan tinggi pasangan
luar. Pasangan luar yang dimaksud adalah diluar gedung atau bangunan.
Walaupun ada beberapa peralatan yang lain berada di dalam gedung, seperti
peralatan panel kontrol, meja penghubung (switch board) dan baterai. Gardu
Induk jenis ini ini memerlukan tanah yang begitu luas namun biaya kontruksinya
lebih murah dan pendinginannya murah.
b. Gardu Induk Pasangan Dalam (indoor door substation)
Disebut Gardu induk pasangan dalam karena sebagian besar peralatannya
berada dalam suatu bangunan. Peralatan ini sepertihalnya pada gardu induk
pasangan luar. Dari transformator utama, rangkaian switchgear dan panel kontrol
serta batere semuanya. Jenis pasangan dalam ini dipakai untuk menjaga
keselarasan dengan daerah sekitarnya dan untuk menghindari bahaya kebakaran
dan gangguan suara.
c. Gardu Induk Semi-Pasangan Luar (semi-out door substation)
Sebagian peralatan tegangan tingginya terpasang di dalam gedung dan yang
lainnya dipasang diluar dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
lingkungan. Karena konstruksi yang berimbang antara pasangan dalam dengan
pasangan luar inilah tipe gardu induk ini disebut juga gardu induk semi pasangan
dalam.
d. Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah (underground substation)
Sesuai dengan namanya, gardu induk pasangan bawah tanah hampir semua
peralatanya terpasang dalam bangunan bawah tanah. Hanya alat pendinginan
biasanya berada diatas tanah, dan peralatan-peralatan yang tidak memungkinkan
untuk ditempatkan di bangunan bawah tanah. Gardu induk jenis ini umumnya
berada dipusat kota, karena tanah yang tidak memadai.

Gardu induk (substations) berdasarkan dari tegangan dapat diklasifikasikan


menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu induk transmisi
Yaitu gardu induk yang mendapat daya dari saluran transmisi untuk
kemudian menyalurkannya ke daerah beban (industri, kota, dan sebagainya).
Gardu induk transmisi yang ada di PLN adalah tegangan tinggi 150 KV dan
tegangan tinggi 30 KV.
b. Gardu induk distribusi
Yaitu gardu induk yang menerima tenaga dari gardu induk transmisi dengan
menurunkan tegangannya melalui transformator tenaga menjadi tegangan
menengah (20 KV, 12 KV atau 6 KV) untuk kemudian tegangan tersebut
diturunkan kembali menjadi tegangan rendah (127/220 V atau 220/380 V) sesuai
dengan kebutuhan.
Gardu induk (substations) berdasarkan dari fungsinya dapat diklasifikasikan
menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu
tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem. Gardu
Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage yang
dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada jarak yang jauh,
maka dengan pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan
ekstra tinggi atau tegangan tinggi.
b. Gardu Induk Penurun Tegangan
Merupakan gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari
tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau
tegangan distribusi. Gardu Induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di
gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
c. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga
listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage
drop) transmisi yang cukup besar. Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan,
seperti bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.
d. Gardu Induk Pengatur Beban
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang beban motor,
yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi
generator dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban, dengan
generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam
utama.
e. Gardu Induk Distribusi
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem ke tegangan
distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.

Gardu induk (substations) berdasarkan dari isolasi yang digunakan dapat


diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu induk dengan isolasi udara
Merupakan gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya. Gardu Induk ini
berupa gardu induk konvensional memerlukan tempat terbuka yang cukup luas.
b. Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF 6
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara bagian yang
bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun antara
bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan. Gardu induk ini
disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS), yang
memerlukan tempat yang sempit.

Gardu induk (substations) berdasarkan dari sistem rel/ busbar yang digunakan
dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu induk sistem ring busbar
Merupakan gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk
jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu dengan
lainnya dan membentuk ring (cincin).
b. Gardu induk sistem single busbar
Merupakan gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada umumnya
gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir) dari
suatu sistem transmisi.
c. Gardu induk sistem double busbar
Merupakan gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu induk
sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman
beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem). Jenis
gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.
d. Gardu induk sistem satu setengah (on half) busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya
gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau
gardu induk yang berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk ini
sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan
perubahan system (manuver system). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam
satu diagonal yang terpasang secara deret (seri).

1.4 Single Line Diagram


Diagram satu garis adalah suatu diagram listrik pada gardu induk yang
berisi penjelasan secara umum tentang letak, jenis peralatan gardu induk seperti
rel (busbar), pemisah (PMS), pemutus (PMT), PMS tanah, Trafo arus (CT), trafo
tegangan (PT), Lightning Arrester (LA), trafo tenaga dll. Warna garis pada single
line diagram menunjukkan level tegangan yang digunakan, dan untuk
keseragaman penggunaan warna maka dibuat suatu aturan yang dimuat dalam
aturan jaringan (grid code) P3B Sumatera.

Tabel 1.1 Warna garis pada Single Line Diagram mengacu pada Grid Code P3B
Sumatera

Hal Warna

Single line diagrams 275 kV Putih

Single line diagrams 150 kV Merah

Single line diagrams 66 kV Kuning

Single line diagrams 30 kV Hijau

Single line diagrams 20 kV Cokelat

Single line diagrams 12 kV Abu-abu

Single line diagrams 6 kV Oranye

Single line diagrams 0,4 kV Ungu

Semua komponen Warna Rel

Warna background Hitam

Begitu juga dengan simbol dan status dari peralatan untuk keseragaman
penggunaan dibuat dalam suatu aturan seperti pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 1.2 Simbol dan Status Peralatan mengacu pada Grid Code P3B
Sumatera

Item Simbol Keterangan

Berwarna penuh sesuai warna


PMT tertutup
Rel

PMT terbuka Kosong, tidak berwarna

Berwarna penuh sesuai warna


PMS tertutup Rel

Dalam single line diagram

Blank, tidak berwarna


PMS terbuka
Dalam single line diagram

PMS-tanah
Berwarna sesuai warna rel
tertutup

PMS-tanah
Berwarna sesuai warna rel
terbuka

Berwarna penuh sesuai warna


PMT racked in
rel

PMT racked out Blank, tidak berwarna

G
Generator


Trafo 2 belitan  Berwarna sesuai warna rel

Trafo 3 belitan   Berwarna sesuai warna rel

Reaktor Berwarna sesuai warna rel

Kapasitor Berwarna sesuai warna rel

Status tegangan
Putih
“on”

Status tegangan
Tidak berwarna, blank
“off”

1.5 Peralatan dan Perlengkapan Gardu Induk


a. Transformator Tenaga
Trafo tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
mentransformasikan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya. Bagian-bagian utama transformator tenaga:

 Inti besi : Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang


ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui
kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan
besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi
panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan
oleh Eddy Current

 Kumparan : Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang


membentuk suatu kumparan. Kumparan tersebut
terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi
maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi
padat seperti karton, pertinak dan lain-lain.
 Minyak Trafo : Seluruh kumparan dan inti besi transformator
direndam dalam minyak trafo. Minyak berfungsi
sebagai media pemindah panas trafo (pendingin)
serta berfungsi sebagai isolasi.

 Tangki dan Konservator : Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang


terendam minyak trafo berada (ditempatkan)
dalam tangki. Untuk menampung pemuaian
minyak trafo, tangki dilengkapi dengan
konservator.

 Bushing : Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan


luar melalui sebuah bushing yaitu sebuah
konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor tersebut dengan tangki trafo.

b. Peralatan bantu transformator:


 Pendingin : Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan
timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi
tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan
kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak
isolasi (di dalam transformator). Maka untuk
mengurangi kenaikan suhu transformator yang
berlebihan maka perlu dilengkapi dengan
alat/sistem pendingin untuk menyalurkan panas
keluar transformator. Media yang dipakai pada
sistem pendingin dapat berupa minyak dan
udara. Sedangkan dalam pengalirannya
(sirkulasi) dapat berupa alamiah (natural) dan
tekanan/paksaan.
 Tap changer : Alat perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang
lebih baik (diinginkan) dari tegangan
jaringan/primer yang berubah-ubah.
 Alat Pernapasan : Karena pengaruh naik turunnya beban
transformator maupun suhu udara luar, maka suhu
minyak pun akan berubah-ubah, sehingga
mengakibatkan adanya pemuaian dan penyusutan
minyak trafo. Menyusutnya minyak trafo
mengakibatkan permukaan minyak menjadi turun
dan udara akan masuk ke dalam tangki. Proses
demikian disebut pernapasan trafo. Akibat
pernafasan tersebut maka minyak trafo akan
bersinggungan dengan udara luar. Untu mencegah
hal ini maka ujung pipa penghubung udara luar
dilengkapi dengan alat pernapasan berupa tabung
berisi kristal zat hygrokopis (silicagel).
 Indikator : Untuk mendeteksi transformator yang beroperasi
maka dilengkapi dengan indikator suhu minyak,
indikator suhu kumparan, indikator level minyak,
indikator sistem pendingin serta indikator
kedudukan tap changer.
 Peralatan proteksi : Untuk mengamankan transformator yang
diakibatkan karena gangguan maka dipasang relai
pengaman seperti; Relai differensial, Buchloz,
tekanan lebih, relai tangki tanah, relai hubung
tanah, relai thermis, relai tekanan lebih, sudden
pressure, relai jansen, arus lebih dan Arrester.

c. Transformator Instrument
Transformator instrument berfungsi untuk mencatu instrument ukur (meter)
dan relai serta alat-alat serupa lainnya. Transformator ini terdapat dua jenis yaitu
transformator arus (CT) dan transformator tegangan (PT). Transformator
instrument yang berazaskan induksi terdiri dari inti (core) dan kumparan
(winding). Inti berfungsi sebagai jalannya fluxi magnit sedangkan kumparan
berfungsi mentransformasikan arus dan tegangan. Kumparan primer dan sekunder
dapat lebih dari satu kumparan.

N1 / N2 = V1/ V2 = I2 /I1

Dimana :

N1 : Jumlah lilitan primer N2 : Jumlah lilitan sekunder

V1 : Tegangan primer V2 : Tegangan sekunder

I1 : Arus primer I2 : Arus sekunder

Yang termasuk dalam trafo-trafo pengukuran adalah:


 Trafo arus (CT)
 Trafo tegangan (PT/CVT)
 Gabungan trafo arus dan trafo tegangan (combined current transformer and
potential transformer)

Fungsi trafo pengukuran (CT/PT/CVT) adalah:


 Mengkonversi besaran arus atau tegangan pada sistem tenaga listrik dari
besaran primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan sistem metering dan
proteksi.
 Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer.
 Standarisasi besaran sekunder, untuk arus 1 A, 2 A dan 5 A, tegangan 100,
100/√3, 110/√3 dan 110 volt

Transformator Arus (CT)


Berdasarkan penggunaan, trafo arus dikelompokkan menjadi dua kelompok dasar,
yaitu; trafo arus metering dan trafo arus proteksi.

 Trafo arus metering


Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah
kerja (daerah pengenalnya) antara 5% - 120% arus nominalnya, tergantung dari
kelas dan tingkat kejenuhan.
 Trafo Arus Proteksi
Trafo arus proteksi memiliki ketelitian tinggi sampai arus yang besar yaitu
pada saat terjadi gangguan, dimana arus yang mengalir mencapai beberapa kali
dari arus pengenalnya dan trafo arus proteksi mempunyai tingkat kejenuhan
cukup tinggi.
V
proteksi

metering

Gambar Error! No text of specified style in document..1


Kurva Tingkat Kejenuhan Trafo Arus Proteksi dengan Metering

Transformator tegangan (PT)

Trafo tegangan dibagi menjadi 2 (dua) jenis, trafo tegangan magnetik (magnetic
voltage transformer/VT) atau yang sering disebut trafo tegangan induktif, dan
trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer/CVT). Pada dasarnya,
prinsip kerja trafo tegangan sama dengan prinsip kerja pada trafo arus. Pada trafo
tegangan perbandingan transformasi tegangan dari besaran primer menjadi
besaran sekunder ditentukan oleh jumlah lilitan primer dan sekunder.Diagram
fasor arus dan tegangan untuk trafo arus juga berlaku untuk trafo tegangan.
Menurut prinsip kerjanya, trafo tegangan diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu:
 Trafo Tegangan Induktif (inductive voltage transformer atau electromagnetic
voltage transformer). Trafo tegangan induktif adalah trafo tegangan yang
terdiri dari belitan primer dan belitan sekunder dengan prinsip kerja tegangan
masukan (input) pada belitan primer akan menginduksikan tegangan ke belitan
sekunder melalui inti.
 Trafo Tegangan Kapasitor (capasitor voltage transformer)
 Trafo tegangan kapasitif terdiri dari rangkaian kapasitor yang berfungsi sebagai
pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan menengah pada primer,
selanjutnya diinduksikan ke belitan sekunder.

d. Pemisah (PMS)
Pemisah adalah yang digunakan untuk menyatakan secara visual bahwa
suatu peralatan listrik sudah bebas dari tegangan kerja.
1. Menurut fungsinya:
 Pemisah tanah
 Pemisah peralatan
2. Menurut Penempatannya:
 Pemisah Penghantar
 Pemisah bus
 Pemisah seksi (GI dengan 1-1/5 PMT)
 Pemisah tanah
3. Menurut gerakan lengan:
 Pemisah engsel
 Pemisah putar
 Pemisah siku
 Pemisah luncur
 Pemisah pantograph
4. Tenaga penggerak:
 Secara manual
 Dengan motor
 Dengan pneumatic
 Dengan hidrolik

e. Pemutus Tenaga (PMT)


Pemutus tenaga adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan
/memutuskan arus/daya listrik sesuai ratingnya. Oleh karena PMT digunakan
untuk memutus beban maka harus dilengkapi dengan pemadam busur api.
1. Jenis PMT berdasarkan media pemadam busur apinya
 PMT dengan menggunakan minyak banyak (Bulk Oil Circuit
Breaker)
 PMT dengan menggunakan minyak sedikit (Low Oil Content
Circuit Breaker)
 PMT dengan media hampa udara (Vacuum Circuit Breaker)
 PMT dengan udara hembus (Air Blast Circuit Breaker)
 PMT dengan media gas SF6
2. Jenis PMT berdasarkan mekanis penggeraknya
 Pegas
 Pneumatik
 Hidrolik

f. Lightning Arrester (LA)


Persoalan isolasi adalah salah satu dari beberapa persolakan yang penting
dalam teknik tenaga listrik tegangan tinggi. Isolasi yang dipakai dalam setiap
peralatan listrik tegangan tinggi adalah merupakan bagian besar biaya yang
diperlukan dalam pembuatan peralatan listrik. Oleh karenanya pembuatan isolasi
peralatan listrik harus rasional dan ekonomis tanpa mengurangi kemampuan
sebagau isolator. Alat pelindung peralatan listrik tersebut dari bahaya tegangan
lebih dari luar dan dalam mutlak diperlukan. Alat pelindung dimaksud adalah
Lightning Arrester (LA). LA berfungsi melindungi peralatan listrik terhadap
tegangan lebih akibat surja petir dan surja hubung serta mengalirkan arus surja ke
tanah. LA dilengkapi dengan:
 Sela bola api (Spark gap)
 Tahanan kran atau tahanan tidak linier (valve resistor)
 Sistem pengaturan atau pembagian tegangan (grading system)

Jenis-jenis arrester:

 Type expulsion: terdiri dari dua elektroda dan satu fibre tube. Tabung fibre
menghasilkan gas saat terjadi busur api dan menghembuskan busur api kearah
bawah. Setelah busur hilang maka arrester bersifat isolator kembali.
 Type Valve: bila tegangan surja petir menyambar jaringan dan dimana
terdapat arrester terpasang maka seri gap akan mengalami kegagalan
mengakibatkan terjadi arus yang besar melalui tahanan kran yang saat itu
mempunyai nilai kecil. Bila tegangan telah normal kembali maka tahanan kran
mempunyai nilai besar sehingga busur api akan padam pada saat tegangan
susulan sama dengan nol.

g. Reaktor
Suatu transmisi tegangan tinggi/tegangan ekstra tinggi yang panjang tanpa
berbeban maka tegangan penerima akan naik akibat adanya capasitansi di
sepanjang jaringan. Tegangan yang naik melebihi tegangan yang dijinkan tidak
diperkenangkan. Untuk mendapatkan tegangan yang diiginkan maka pada ujung
transmisi dipasang reactor yaitu suatu beban reaktif induktif (VAR). Besarnya
reaktif terpasang sangat tergantung pada kebutuhan. Perubahan beban juga dapat
mengakibatkan perubahan tegangan, bila pengaturan tegangan melalui tap trafo
tidak lagi memungkinkan maka reactor mempunyai peranan dalam pengaturan
tegangan.

h. Capasitor
Pada GI yang jauh dari sumber pembangkit atau beban yang besar dapat
mengakibatkan tegangan menjadi turun. Pengaturan melalui tap maupun lainnya
telah dilakukan namun tegangan tetap menunjukkan perubahan tegangan yang
signifikan maka dipasanglah capasitor. Pemasangan capasitor diharapkan dapat
memperbaiki tegangan sesuai yang diinginkan.

i. Pentanahan
Berdasarkan tujuan pentanahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pentanahan sistem (Pentanahan titik netral)
Pentanahan sistem yang dimaksud menghubungkan titik netral
peralatan (trafo) ke tanah. Pentanahan sistem bertujuan:

 Melindungi peralatan/saluran dari bahaya kerusakan yang


diakibatkan oleh adanya gangguan fasa ke tanah;
 Melindungi peralatan/saluran terhadap bahaya kerusakan
isolasi yang diakibatkan oleh tegangan lebih;
 Untuk keperluan proteksi jaringan;
 Melindungi makhluk hidup terhadap tagangan langkah (step
voltage);
2. Pentanahan statis (pentanahan peralatan)
Pentanahan ini dilakukan dengan menghubungkan semua kerangka
peralatan (metal work) yang dalam keadaan normal tidak dialiri
arus sistem ke sistem pentanahan switchyard (mess atau rod)

 Melindungi makhluk hidup terhadap tegangan sentuh;


 Melindungi peralatan tegangan rendah terhadap tegangan
lebih.
2.1 Pengoperasian Gardu Induk
Wewenang dan Tanggung Jawab
Wewenang dan tanggung jawab dibedakan atas:
 Wewenang dan tanggung jawab operator dalam pengoperasian GI
 Wewenang dan tanggung jawab unit GI dalam sistem
Wewenang dan Tanggung Jawab Operator dalam Pengoperasian GI
 Bertanggung jawab kelangsungan operasi GI dengan menjaga keandalan
penampilan peralatan dalam setiap saat;
 Bertanggung jawab keamanan peralatan listrik yang terpasang;
 Mencatat dan melaporkan hasil penunjukan meter ke piket system secara
periodik;
 Melaksanakan perintah piket yang sesuai dengan prosedur dan melaporkan
pelaksanaannya ke piket sistem;
 Mencatat dan meriset alarm yang muncul, annunciator yang muncul, relai
yang kerja bila terjadi gangguan;
 Mengambil tindakan penyelamatan bila kondisi darurat tanpa terlebih dahulu
member tahu kepada piket;
 Menolak perintah bila tidak sesuai prosedur yang berlaku.
Wewenang dan Tanggung Jawab Unit GI dalam Sistem
 Menjamin keandalan suplai daya yang kontinu kepada konsumen;
 Mengatur sistem aliran daya dengan menjamin kapasitas kemapuan GI dari
daya yang masuk dengan daya yang dikirim ke GI atau ke konsumen;
 Menjaga keseimbangan/kestabilan sistem suplai daya pada area/daerah
operasi GI melalui pengaturan piket sistem;
 Menjaga kondisi sistem dalam kondisi tetap baik agar tidak terjadi gangguan
yang diakibatkan: beban lebih, kesalahan manuver dan kesalahan internal
lainnya.
Macam-Macam Kondisi Operasi Gardu Induk
 Operasi GI Kondisi Normal
 Operasi GI Kondisi tidak normal
 Operasi GI Kondisi baru
Operasi GI Kondisi Normal
Operasi kondisi normal adalah dimana GI beroperasi sesuai SOP normal,
konfigurasi normal dan peralatan dalam kondisi baik serta mampu sesuai
ratingnya
Operasi GI Kondisi Tidak Normal
Operasi GI kondisi tidak normal adalah GI beroperasi dimana salah satu
atau beberapa peralatan yang beroperasi sedang keluar akibat adanya
pemeliharaan atau gangguan. Gangguan di GI dapat berasal dari dalam (manusia
dan peralatan) dan dari luar (alam dan benda lain yang dapat mengakibatkan
terganggunya peralatan) yang sifatnya biasa sementara (sentuhan pohon, sentuhan
benang laying-layang dan lain-lain) atau permanent (penghantar putus, tower
roboh dan lain-lain). Sedangkan jenis gangguan dapat berupa gangguan antar
phasa dan phasa netral. Gangguan yang berat dan dapat mengancam keselamatan
lingkungan, peralatan dan atau manusia maka sering disebut keadaan/kondisi
darurat.

Untuk menekan jumlah gangguan, upaya-upaya yang dilakukan antara lain:

 Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan sesuai dengan


buku petunjuk;
 Membuat rencana operasi yang mencakup butir di atas;
 Mengadakan pemeliharaan relai secara periodik dan insidentil bila terdapat
kecurigaan atas unjuk kerja relai;
 Dalam melaksanakan operasi real time selalu mengikuti perkembangan
cuaca
 Mengadakan analisa gangguan untuk menemukan penyebab gangguan agar
gangguan serupa tidak terulang lagi;
 Mengembangkan sistem seirama dengan pertumbuhan beban agar tidak
terjadi beban lebih dalam sistem;
 Mengadakan pemeliharaan daerah bebas (ROW) sekitar SUTT, SUTM dan
SUTR secara periodik;
 Mengadakan pendidikan secara berkesinambungan.
Operasi GI Kondisi Baru
Operasi kondisi baru adalah dimana GI beroperasi dalam keadaan
semua/sebagian peralatan baru pertama kali dioperasikan. Peralatan baru yang
dimaksud adalah peralatan yang baru dari pabrik atau yang baru
dimodifikasi/dialihtempatkan. Dalam pengoperasian baru demikian dibutuhkan
pengamatan dan pemeriksaan yang lebih dari kondisi normal.

Pada pengoperasian instalasi baru biasanya terdapat beberapa masalah, yaitu:

 Masalah kontrak pembangunan dan pengoperasian (prosedur pemberian


tegangan dan pembebanannya);
 Masalah kelayakan operasi dan kesiapan perangkat proteksi dan
operatornya;
 Masalah yang timbul akibat adanya pemasangan alat baru (contoh
diperlukan tidak mereseting relai karena arus gangguan yang berubah);
 Kesiapan peralatan penunjang seperti telemetering, telekomunikasinya.

Pengoperasian Bay Penghantar, Trafo, Kopel, Kapasitor dan Kubikel


Dalam pengoperasian GI diperlukan suatu ketentuan/petunjuk/pedoman
tentang tata cara pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian operasi suatu
peralatan agar berfungsi secara baik dan benar, baik dalam kondisi normal,
gangguan, darurat dan blackout. Ketentuan tersebut disusun bersama oleh pihak-
pihak terkait (sector, distribusi, dan UPB) yang selanjutnya disebut SOP (Standing
Operation Prosedure). Di dalam SOP telah memuat prosedur teknis pengoperasian
dan prosedur kewenangan dan tanggung jawab pengoperasian peralatan.
Ketentuan tersebut wajib ditaati oleh operator dalam pengoperasian GI. SOP dapat
berubah/diubah sewaktu terjadi perubahan konfigurasi GI atau bila perlu
perubahan karena suatu perkembangan.

Sebelum mengoperasikan GI terlebih dahulu operator mengetahui


konfigurasi GI, nama, peralatan, lokasi peralatan dan batasan pengusahaannya.
Adapun konfigurasi GI yang ada di PLN saat ini biasanya:

1. Gardu Induk dengan rel tunggal (single bus bar)


Konfigurasi rel tunggal biasanya dipakai pada daerah yang mempunyai
prioritas terakhir. Pengoperasiannya sederhana, bila terjadi
gangguan/pemeliharaan rel atau trafo atau penghantar maka akan terjadi
pemadaman yang relative lama.
Pht 1

Rel TT

TD 150/
20 kV

TM

GI Rel tunggal
Gambar 2.1 Konfigurasi Rel Tunggal

2. Gardu Induk dengan rel ganda (double bus bar)


Pht 1 Pht 2

Rel 1
TT
Rel 2

Kopel

TD 150/
20 kV

TM
GI Double bus bar

Gambar 2.2 Konfigurasi Double Bus bar


3. Gardu Induk dengan rel ganda dengan 1,5 PMT (One and half circuit
breaker)

TD#1
A B 150/20 kV
Pht 1
A1 AB1 B1

Pht 2
TD#2
A2 AB2 B2
150/20 kV

Gambar 2.3 Konfigurasi Double Dengan 1,5 PMT

Pada sistem double bus bar bila terjadi gangguan/pemeliharaan salah satu rel
maka pengaman relative tidak terlalu lama, karena konfigurasinya memungkinkan
untuk diadakan pemindahan rel. Pada sistem double bus bar dengan 1,5 PMT
lebih satu diameter bila terjadi gangguan/pemeliharaan salah satu rel atau PMT
maka dimungkinkan tidak terjadi pemadaman.
Proses Perintah Manuver Peralatan s.d. Pelaksanaan di Jaringan Gardu Induk
Proses perintah manuver peralatan s.d. pelaksanaan di jaringan gardu induk adalah
sebagai berikut:

1. Menerima perintah dari Area/UPB (JTT) atau UPD (JTM) atau pejabat yang
berwenang. Perintah tersebut dijadikan panduan dalam melaksanakan
manuver;
2. Mempersiapkan peralatan kerja dan peralatan keselamatan kerja yang sesuai
dengan tugas yang telah diperintahkan serta mengidentifikasi peralatan yang
akan dimanuver secara seksama;
3. Melaksanakan manuver peralatan dengan memperhatikan urutan manuver
PMT/PMS yang berlaku serta mengamati pelaksanaan secara teliti: kondisi
status peralatan yang dimanuver;
4. Memberikan laporan kepada pemberi perintah bahwa pelaksanaan manuver
telah selesai, baik dalam kondisi berhasil atau gagal/tidak sempurna.
Prosedur Manuver PMT Dan PMS Untuk Pengoperasian Dan
PembebasanPeralatan Di Jaringan Gardu Induk

Urutan pengoperasian dan pembebasan peralatan:


 Urutan pengoperasian dari sumber ke beban sedang urutan
pembebasannya sebaliknya
 Urutan pembukaan dan penutupan PMT dan PMS:
Pengoperasian : PMS masuk kemudian PMT masuk
Pembebasan : PMT keluar kemudian PMS keluar

Anda mungkin juga menyukai