DI SUSUN OLEH :
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kemampuan dan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Mata Kuliah Dinamika dan Stabilitas Sistem Tenaga yang berjudul
“Pengoperasian Gardu Induk”. Penulis menyusun makalah ini dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah yang berjudul “Perkembangan
Dunia Telekomunikasi” ini bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
Gardu induk (substations) berdasarkan dari sistem rel/ busbar yang digunakan
dapat diklasifikasikan menjadi bebarapa jenis, antara lain :
a. Gardu induk sistem ring busbar
Merupakan gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk
jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu dengan
lainnya dan membentuk ring (cincin).
b. Gardu induk sistem single busbar
Merupakan gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada umumnya
gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir) dari
suatu sistem transmisi.
c. Gardu induk sistem double busbar
Merupakan gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu induk
sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman
beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem). Jenis
gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.
d. Gardu induk sistem satu setengah (on half) busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya
gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau
gardu induk yang berkapasitas besar. Dalam segi operasional, gardu induk ini
sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan
perubahan system (manuver system). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam
satu diagonal yang terpasang secara deret (seri).
Tabel 1.1 Warna garis pada Single Line Diagram mengacu pada Grid Code P3B
Sumatera
Hal Warna
Begitu juga dengan simbol dan status dari peralatan untuk keseragaman
penggunaan dibuat dalam suatu aturan seperti pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 1.2 Simbol dan Status Peralatan mengacu pada Grid Code P3B
Sumatera
PMS-tanah
Berwarna sesuai warna rel
tertutup
PMS-tanah
Berwarna sesuai warna rel
terbuka
G
Generator
Trafo 2 belitan Berwarna sesuai warna rel
Trafo 3 belitan Berwarna sesuai warna rel
Status tegangan
Putih
“on”
Status tegangan
Tidak berwarna, blank
“off”
c. Transformator Instrument
Transformator instrument berfungsi untuk mencatu instrument ukur (meter)
dan relai serta alat-alat serupa lainnya. Transformator ini terdapat dua jenis yaitu
transformator arus (CT) dan transformator tegangan (PT). Transformator
instrument yang berazaskan induksi terdiri dari inti (core) dan kumparan
(winding). Inti berfungsi sebagai jalannya fluxi magnit sedangkan kumparan
berfungsi mentransformasikan arus dan tegangan. Kumparan primer dan sekunder
dapat lebih dari satu kumparan.
N1 / N2 = V1/ V2 = I2 /I1
Dimana :
metering
Trafo tegangan dibagi menjadi 2 (dua) jenis, trafo tegangan magnetik (magnetic
voltage transformer/VT) atau yang sering disebut trafo tegangan induktif, dan
trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer/CVT). Pada dasarnya,
prinsip kerja trafo tegangan sama dengan prinsip kerja pada trafo arus. Pada trafo
tegangan perbandingan transformasi tegangan dari besaran primer menjadi
besaran sekunder ditentukan oleh jumlah lilitan primer dan sekunder.Diagram
fasor arus dan tegangan untuk trafo arus juga berlaku untuk trafo tegangan.
Menurut prinsip kerjanya, trafo tegangan diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu:
Trafo Tegangan Induktif (inductive voltage transformer atau electromagnetic
voltage transformer). Trafo tegangan induktif adalah trafo tegangan yang
terdiri dari belitan primer dan belitan sekunder dengan prinsip kerja tegangan
masukan (input) pada belitan primer akan menginduksikan tegangan ke belitan
sekunder melalui inti.
Trafo Tegangan Kapasitor (capasitor voltage transformer)
Trafo tegangan kapasitif terdiri dari rangkaian kapasitor yang berfungsi sebagai
pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan menengah pada primer,
selanjutnya diinduksikan ke belitan sekunder.
d. Pemisah (PMS)
Pemisah adalah yang digunakan untuk menyatakan secara visual bahwa
suatu peralatan listrik sudah bebas dari tegangan kerja.
1. Menurut fungsinya:
Pemisah tanah
Pemisah peralatan
2. Menurut Penempatannya:
Pemisah Penghantar
Pemisah bus
Pemisah seksi (GI dengan 1-1/5 PMT)
Pemisah tanah
3. Menurut gerakan lengan:
Pemisah engsel
Pemisah putar
Pemisah siku
Pemisah luncur
Pemisah pantograph
4. Tenaga penggerak:
Secara manual
Dengan motor
Dengan pneumatic
Dengan hidrolik
Jenis-jenis arrester:
Type expulsion: terdiri dari dua elektroda dan satu fibre tube. Tabung fibre
menghasilkan gas saat terjadi busur api dan menghembuskan busur api kearah
bawah. Setelah busur hilang maka arrester bersifat isolator kembali.
Type Valve: bila tegangan surja petir menyambar jaringan dan dimana
terdapat arrester terpasang maka seri gap akan mengalami kegagalan
mengakibatkan terjadi arus yang besar melalui tahanan kran yang saat itu
mempunyai nilai kecil. Bila tegangan telah normal kembali maka tahanan kran
mempunyai nilai besar sehingga busur api akan padam pada saat tegangan
susulan sama dengan nol.
g. Reaktor
Suatu transmisi tegangan tinggi/tegangan ekstra tinggi yang panjang tanpa
berbeban maka tegangan penerima akan naik akibat adanya capasitansi di
sepanjang jaringan. Tegangan yang naik melebihi tegangan yang dijinkan tidak
diperkenangkan. Untuk mendapatkan tegangan yang diiginkan maka pada ujung
transmisi dipasang reactor yaitu suatu beban reaktif induktif (VAR). Besarnya
reaktif terpasang sangat tergantung pada kebutuhan. Perubahan beban juga dapat
mengakibatkan perubahan tegangan, bila pengaturan tegangan melalui tap trafo
tidak lagi memungkinkan maka reactor mempunyai peranan dalam pengaturan
tegangan.
h. Capasitor
Pada GI yang jauh dari sumber pembangkit atau beban yang besar dapat
mengakibatkan tegangan menjadi turun. Pengaturan melalui tap maupun lainnya
telah dilakukan namun tegangan tetap menunjukkan perubahan tegangan yang
signifikan maka dipasanglah capasitor. Pemasangan capasitor diharapkan dapat
memperbaiki tegangan sesuai yang diinginkan.
i. Pentanahan
Berdasarkan tujuan pentanahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pentanahan sistem (Pentanahan titik netral)
Pentanahan sistem yang dimaksud menghubungkan titik netral
peralatan (trafo) ke tanah. Pentanahan sistem bertujuan:
Rel TT
TD 150/
20 kV
TM
GI Rel tunggal
Gambar 2.1 Konfigurasi Rel Tunggal
Rel 1
TT
Rel 2
Kopel
TD 150/
20 kV
TM
GI Double bus bar
TD#1
A B 150/20 kV
Pht 1
A1 AB1 B1
Pht 2
TD#2
A2 AB2 B2
150/20 kV
Pada sistem double bus bar bila terjadi gangguan/pemeliharaan salah satu rel
maka pengaman relative tidak terlalu lama, karena konfigurasinya memungkinkan
untuk diadakan pemindahan rel. Pada sistem double bus bar dengan 1,5 PMT
lebih satu diameter bila terjadi gangguan/pemeliharaan salah satu rel atau PMT
maka dimungkinkan tidak terjadi pemadaman.
Proses Perintah Manuver Peralatan s.d. Pelaksanaan di Jaringan Gardu Induk
Proses perintah manuver peralatan s.d. pelaksanaan di jaringan gardu induk adalah
sebagai berikut:
1. Menerima perintah dari Area/UPB (JTT) atau UPD (JTM) atau pejabat yang
berwenang. Perintah tersebut dijadikan panduan dalam melaksanakan
manuver;
2. Mempersiapkan peralatan kerja dan peralatan keselamatan kerja yang sesuai
dengan tugas yang telah diperintahkan serta mengidentifikasi peralatan yang
akan dimanuver secara seksama;
3. Melaksanakan manuver peralatan dengan memperhatikan urutan manuver
PMT/PMS yang berlaku serta mengamati pelaksanaan secara teliti: kondisi
status peralatan yang dimanuver;
4. Memberikan laporan kepada pemberi perintah bahwa pelaksanaan manuver
telah selesai, baik dalam kondisi berhasil atau gagal/tidak sempurna.
Prosedur Manuver PMT Dan PMS Untuk Pengoperasian Dan
PembebasanPeralatan Di Jaringan Gardu Induk