SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Sulistiyadi
08205244012
2013
i
MOTTO
Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar,
biarkan ia menggantung, mengambang 5 cm di depan kening kamu. Kamu bawa
mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya
bahwa kamu bisa.
(Donny Dhirgantoro)
v
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
viii
Sulistiyadi
NIM 08205244012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………… i
PERSETUJUAN…………………………………………………………….. ii
PENGESAHAN ........................................................................................ iii
PERNYATAAN …………………………………………………………… iv
MOTTO ..…………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN …………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………… vii
DAFTAR ISI……………………………………………………...………… ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
ABSTRAK ………………………………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….... 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………….. 4
C. Batasan Masalah ……………………………………………….... 5
D. Rumusan Masalah …………………………………….………….. 5
E. Tujuan Penelitian ………………………………….……………... 6
F. Manfaat Penelitian …………………………………....………….. 6
G. Batasan Istilah ………………………………….….…………….. 6
BAB II KAJIAN TEORI …………………………………………………… 9
A. Pengertian Pragmatik ………........…………………………….... 9
B. Aspek-aspek Situasi Ujaran ..….................…………………...... 10
C. Tindak Tutur ............................................................................. 12
D. Tindak Lokusi .......................................……………………….. 13
E. Tindak Ilokusi ........................................................................... 14
F. Tindak Perlokusi ....................................................................... 17
G. Tindak Tutur Asertif ................................................................. 18
1. Pengertian Tindak Tutur Asertif .......................................... 18
2. Fungsi Tindak Tutur Asertif ................................................ 19
ix
x
H. Kalimat ..................................................................................... 24
I. Penelitian yang Relevan ........................................................... 26
J. Kerangka Pikir .......................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………….. 29
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 29
B. Data dan Sumber Data Penelitian .….……………………..….... 29
C. Teknik Pengumpulan Data ........…………………..................... 30
D. Instrumen Penelitian ............……………………...................... 31
E. Metode Analisis Data ……………………....………..……......... 32
F. Validitas dan Reliabilitas …………………...………………..…. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............…….……... 34
A. Hasil Penelitian ...............…..………………………………....... 34
B. Pembahasan Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Asertif dalam
Novel Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata .................. 39
BAB V PENUTUP………………………………………………………….. 87
A. Simpulan. ……………………………………………………….... 87
B. Implikasi….………………………………………………………. 88
C. Saran……………………………………………………………… 88
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 90
LAMPIRAN .................................................................................................... 91
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Tabel Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Asertif dalam novel
Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata ......................... 31
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Tabel Analisis Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Asertif dalam Novel
Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata........................................... 90
xii
TINDAK TUTUR ASERTIF DALAM NOVEL PAWESTRI TANPA
IDHENTITI KARYA SUPARTO BRATA
Oleh :
Sulistiyadi
NIM 08205244012
ABSTRAK
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
yang kaitannya dengan bentuk dan pemilihan ragam bahasa yaitu antara lain :
siapa yang berbicara, dengan siapa, tentang apa, dalam situasi yang bagaimana,
tujuan apa, dengan jalur apa dan ragam bahasa yang mana, semua itu
mempengaruhi dalam proses komunikasi. Bahasa inilah yang menjadi ciri khas
penutur inilah yang memiliki makna dalam berbahasa. Bahasa itulah yang
komunikasi.
kepada orang lain untuk memberitahu, berpendapat, baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui media. Bentuk komunikasi itu secara pragmatik disebut
1
2
tindak tutur yang perlu dipahami. Tindak tutur muncul karena di dalam
Tindak tutur terdiri tiga jenis yaitu, tindak lokusi, tindak ilokusi, dan
tindak perlokusi (Nababan, 1987: 18). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang
ilokusi terdapat tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.
Tindak tutur asertif merupakan tindak tutur yang melibatkan penutur pada
hari, juga dapat ditemui dalam karya sastra salah satunya adalah novel Pawestri
Tanpa Idhentiti. Novel yang merupakan salah satu media komunikasi secara
tertulis. Hal inilah yang menjadikan novel sebagai media penyampaian yang
efektif dan layak untuk dikaji lebih jauh pada kajian tindak tutur. Tidak hanya
dalam bahasa lisan saja, para pengarang novel yang menggunakan bahasa tulis
dalam komunikasi.
3
memiliki konteks sesuai dengan situasi yang terdapat dalam novel tersebut.
Percakapan itu oleh penutur tokoh dalam bentuk narasi, dialog, saling mendukung
dan menghidupkan dalam sebuah novel, percakapan itu dapat dianalisis dengan
pendekatan pragmatik. Selain itu salah satu hal yang paling penting dalam
makna percakapan dengan konteks adalah konsep tindak tutur (speech act).
menunjukan suatu hubungan antar penutur dengan lawan tutur dalam berbagai
bentuk kalimat. Hal ini tampak dalam kalimat sebagai berikut ini.
Polisi :“Wong wedok iki kita takoni ora wangsulan apa-apa. Ketara wedi
banget. Marga nglakoni salah.” (D.4/PTI/Hlm. 12)
„Perempuan ini kita tanyai tidak menjawab apa-apa. Terlihat takut
sekali. Karena melakukan kesalahan.‟
Tuturan yang berbunyi Wong wedok iki kita takoni ora wangsulan apa-
apa. Ketara wedi banget. Marga nglakoni salah.. „Perempuan ini kita tanyai tidak
merupakan bentuk tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang
muncul saat itu adalah suatu pemberitahuan yang diucapkan oleh Polisi. Apabila
dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan tersebut merupakan kalimat berita.
Secara tertulis tuturan berita ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat
dan terdapat tanda baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat.
4
Data (4) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
diucapkan oleh Polisi (O1) kepada teman polisi (O2) untuk memberitahukan
sesuatu kepada teman polisi. Tujuan tuturan adalah untuk memberitahukan kepada
temannya bahwa wanita yang dirazia tidak berkata apa-apa. Kata-kata yang
digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang
Tuturan tersebut merupakan bagian dari penelitian pragmatik dan tidak hanya
berfungsi memberitahukan tetapi masih banyak fungsi dan bentuk tindak tutur
Keunikan tindak tutur asetif dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti adalah
banyaknya bentuk dan jenis tindak tutur asertif sehingga menarik untuk diteliti
dan dideskripsikan secara jelas. Judul pada penelitian ini adalah “Analisis Tindak
Tutur Asertif dalam Novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata”.
Peneliti memilih judul ini, karena dalam novel ini banyak digunakan kalimat-
kalimat yang syarat dengan makna dan pemakaian bahasa yang menekankan pada
aspek konteks kalimat dengan suasana atau kondisi pembicara yang terdapat
B. Identifikasi Masalah
1. Tindak tutur asertif apa sajakah yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa
2. Makna tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa
3. Fungsi tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa
4. Bentuk tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa
C. Batasan Masalah
1. Bentuk tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa
2. Fungsi tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa
D. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah bentuk tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri
2. Bagaimanakah fungsi tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Tindak tutur asertif dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata
khususnya ilmu bahasa yang berkenaan tentang bentuk tindak tutur asertif
G. Batasan Istilah
1. Kajian Pragmatik
konteks situasi pada saat suatu ujaran digunakan. Pragmatik menurut Soeparno
2. Tindak Tutur
Tindak tutur (speec act, language event) merupakan perilaku ujaran yang
Tarigan, 1986: 37) mengemukakan bahwa tindak ujar dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu : tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak
Suparto Brata sudah terkenal dari tahun 1960 sampai dengan 1900an di kalangan
sastra Jawa modern, salah satunya adalah berjudul Pawestri Tanpa Idhentiti.
yang populer dan mudah dimengerti, dan tetap menggunakan ejaan sesuai tata
8
bahasa. Novel tersebut diterbitkan oleh Penerbit Narasi tahun 2010 dengan jumlah
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Pragmatik
1. Pengertian Pragmatik
Morris (dalam Tarigan 1938: 6). Filosof ini memang mempunyai perhatian besar
terhadap ilmu yang mempelajari sistem tanda (semiotik). Dalam semiotik ini
Charles Morris membedakan tiga konsep dasar, yaitu sintaksis, semantik, dan
dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang
ujaran pertama-tama sebagai suatu kegiatan sosial yang ditata oleh aneka ragam
lawan tutur.
memiliki 2 pengertian. Pertama, kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks
9
10
kepada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan atau ujaran bahasa diperlukan
tentang makna kalimat yang dituturkan oleh penutur disesuaikan dengan konteks
menurut Tarigan (1986: 34) bahwa telaah umum mengenai bagaimana caranya
tersebut lebih menekankan pada makna dan situasi ujar. Oleh karena itu,
pengertian pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna tuturan
penutur pada situasi ujar tertentu. Penelitian ini mengkaji tentang tindak tutur
Menurut Leech (dalam Tarigan, 1986: 35) kegunaan yang nyata dari
Dalam setiap ujaran haruslah ada pihak pembicara dan pihak penyimak.
Keterangan ini mengandung implikasi bahwa pragmatik tidak hanya terbatas pada
bahasa lisan tetapi juga mencakup bahasa tulis. Aspek aspek yang berkaitan
dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi,
jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya. Dalam hal ini biasanya penutur
b. Konteks tuturan
fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Konteks
yang bersifat fisik wajib disebut koteks, sedangkan konteks setting sosial disebut
konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar
belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.
maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang
sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.
dalam situasi tertentu. Dalam hubungan itu pragmatik menangani bahasa dalam
tingkatannya yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai
12
entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu, dan tempat
pengutaraannya.
dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh
menganalisis tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel yang berjudul
B. Tindak Tutur
Tindak tutur adalah tindak komunikasi dengan tujuan khusus, cara khusus,
memberikan informasi kepada lawan tutur (atau pembaca) dengan maksud dan
menginformasikan sesuatu. Tindak tutur adalah sesuatu yang benar kita lakukan
saat kita berbicara. Selain itu beberapa unit tuturan minimal dapat berfungsi
sebagai kalimat.
Chaer (1995: 65) berpendapat bahwa tindak tutur adalah makna dari
situasi dalam penetuan makna bahasa. Teori tindak tutur memusatkan perhatian
Tindak tutur terdapat tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh
penutur (Nababan, 1987: 18), yaitu; tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak
yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak
sebagai berikut.
1. Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur
ini disebut sebagai The Act of Saying Something. (Wijana, 1996: 17). Tuturan
sesuatu. Dalam hal ini maksud dan fungsi ujaran yang merupakan perluasan
lokusi adalah mengaitkan suatu topik dengan sesuatu keterangan dalam suatu
ungkapan, serupa dengan hubungan “pokok” dengan “predikat” atau “topik” dan
tertentu.
2. Tindak Ilokusi
dilakukan dengan menuturkan suatu tuturan yang memiliki daya (force) tertentu
yang menampilkan fungsi tuturan sesuai dengan konteks tuturan tersebut, seperti
dipergunakan untuk melakukan sesuatu (Wijana, 1996: 18). Tindak tutur ilokusi
merupakan sentral untuk memahami tindak tutur. Hal tersebut dikarenakan harus
mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur
tersebut terjadi, dan sebagainya (Wijana, 1996: 19). Sebagai contoh adalah
kalimat berikut.
kalimat (1) ini mungkin dimaksudkan untuk menasihati agar lawan tutur tidak
seorang ibu kepada anak laki-lakinya, atau oleh seorang istri kepada suaminya,
kalimat ini dimaksudkan untuk menyuruh atau memerintah agar sang suami
memotong rambutnya.
15
Selain itu, tindak tutur ilokusi adalah tuturan yang ditekankan melalui
pernyataan, tawaran, janji, dan lain-lain dalam pengajaran. Nababan (1987: 18)
Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak
tindakan yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu
Contoh : “Udan saawan wingi pancen deres tenan.” „Hujan siang kemarin
mengatakan sesuatu berupa pernyataan, tawaran, janji, dan lain-lain. Tindak tutur
dikarenakan harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan
dimana tindak tutur tersebut terjadi, dan sebagainya. Searle (dalam Leech, 1993:
164) membagi tindak ilokusi menjadi 5 kategori yaitu ; asertif, direktif, komisif,
16
a. Asertif (assertives)
b. Direktif
sesuatu atau menimbulkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur.
memperingatkan.
c. Komisif
Ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada suatu tindakan di masa
depan atau yang akan datang. Tindak ilokusi ini misalnya menjanjikan,
d. Ekspresif
karena itu secara intrinsik ilokusi ini sopan, kecuali ilokusi ekspresif mengancam,
menyesal, menyalahkan.
e. Deklarasi
3. Tindak Perlokusi
yang sering kali mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi yang mendengarnya
(Wijana, 1996: 19). Nababan (1987: 18) menyatakan bahwa tindak perlokusi
adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai
dengan “situasi” dan “kondisi” pengucapan kalimat itu. Austin (Cahyono, 1995:
224) menyatakan bahwa tindak tutur perlokusi adalah pengaruh yang dihasilkan
pada pendengar karena pengujaran kalimat itu dan pengaruh itu berkaitan dengan
Chaer dan Leonie (2010: 53) menjelaskan tindak perlokusi adalah tindak
tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap
dan perilaku non linguistik dari orang lain. Sebuah tuturan yang diutarakan oleh
18
Kalimat di atas diutarakan oleh seseorang yang telat menghadiri rapat, kalimat
tersebut tindak ilokusi untuk memohon maaf, dan perlokusi yang diharapkan
Penelitian ini akan dibahas mengenai tindak tutur asertif sehingga kajian
teori menjadi acuan adalah menyinggung mengenai seluk beluk tindak tutur
asertif. Menurut Leech (dalam Sudaryat, 2009: 140) kalimat asertif adalah kalimat
memiliki tiga macam perwujudan, yakni kalimat analitis, yang kebenaran isinya
sintesis, yang kebenaran isi kalimatnya bergantung kepada fakta yang ada di luar
bahasa.
pernyataan tentang suatu keadaan di dunia, dalam hal ini apa yang dinyatakan
memberi penjelasan.
Menurut Yule (2006: 92) Representatif atau asertif adalah jenis tindak
tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan
suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian, seperti ujaran Bumi itu
datar, merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur yang
Menurut Searle (dalam Tarigan, 1979: 46) ilokusi ini penutur terikat pada
a) Menyatakan
berikut.
“Aku bengi-bengi nyang Pasar Jatinegara ijen kuwi ora kluyuran golek
mangsan, nanging butuh obat. Obat manjur sing jare tanggaku ces pleng
kanggo nambani penyakit lumpuhe anakku, sing jarene obat mau diedol
ing Pasar Jatinegara!” (D.7/PTI/Hlm. 15)
„Saya malam-malam pergi ke Pasar Jatinegara itu bukan untuk mencari
mangsa, tetapi mencari obat. Obat yang kata tetanggaku bagus untuk
menyembuhkan penyakit lumpuh anakku, yang katanya obat itu dijual di
Pasar Jatinegara.‟
20
sesuatu informasi ketika Polisi memeriksa Pawestri. Hal ini tampak pada kalimat
“Aku bengi-bengi nyang Pasar Jatinegara ijen kuwi ora kluyuran golek mangsan,
nanging butuh obat.” Bentuk tuturan dalam kalimat tersebut merupakan bentuk
kalimat berita karena kalimat terakhir ditandai dengan tanda baca titik.
b) Memberitahukan
“Wong wedok iki kita takoni ora mangsuli apa-apa. Ketara wedi banget.
Marga nglakoni salah.” (D.4/PTI/Hlm. 12)
„Wanita ini kita tanyai tidak menjawab apa-apa. Kelihatan takut sekali.
Karena melakukan kesalahan.‟
Tuturan tersebut merupakan fungsi memberitahukan kepada lawan
tuturnya bahwa wanita (Pawestri) ditanya diam saja, tidak menjawab apa-apa.
Bentuk tuturan dalam kalimat tersebut merupakan bentuk kalimat berita. Hal ini
tampak pada kalimat “Wong wedok iki kita takoni ora mangsuli apa-apa.”
c) Menyarankan
memberikan saran atau pendapat kepada seseorang untuk melakukan apa yang
“Dicathet ing kene wae, lo. Aja dikontak liwat HP. Nomer telpune wong
loro wae cukup. Jenenge pembantu sing ana ndalem sapa?” pulisi kuwi
karo nyetitekake nomer telpun ing kartunama. (D.14/PTI/Hlm. 18)
21
„Dicatat disini saja, lo. Jangan dikontak lewat HP. Nomer telpon dua orang
juga sudah cukup. Nama pembantu yang ada disitu siapa?” polisi sambil
menyatat nomer telpon di kartunama.‟
Tuturan tersebut merupakan fungsi menyarankan yang diucapkan Polisi
dalam kalimat tersebut merupakan bentuk kalimat berita. Fungsi dan bentuk
d) Membanggakan
digunakan untuk menyatakan rasa bangga. Ilokusi yang seperti ini tidak masuk
dalam kategoti netral dari segi kesopanan dan dianggap tidak sopan yang secara
“Enakmu! La bojomu arep kok kapake? Ya angur diparingke aku, sing isih
bujang. Tumrapku, kalaha tuwa kae, wong Bu Vresti pancen ya isih kinyis-
kinyis ngono. Aku iya wae,” ujare Agus.” (D.96/PTI/Hal. 185)
berfungsi membanggakan atas dirinya sendiri yang masih perjaka. Bentuk tuturan
dalam kalimat tersebut merupakan bentuk kalimat berita yang ditandai dengan
tanda titik pada akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada kalimat “Ya angur
e) Menyombongkan
kategori tuturan yang tidak sopan. Berdasarkan penjelasan di atas, berikut contoh
mobil. Bentuk tuturan dalam kalimat tersebut merupakan bentuk kalimat berita
karena diakhir kalimat ditandai dengan tanda titik. Hal ini tampak pada kalimat
f) Mengeluh
kesakitan, kekecewaan, dsb. Berikut ini contoh fungsi tuturan mengeluh yang
putranya Pawestri karena merasa perunya tidak enak saat melakukan latihan
menyetir mobil. Bentuk tuturan di atas merupakan bentuk kalimat berita, karena
terdapat tanda baca titik (.) dalam kalimat “Embuh wetengku mungkuk-mungkuk,
g) Menuntut
“Dheweke iki mau ora nganggo celdam, lo. Yakin tenan yen kuwi
sekretaris panjenengan? Ora mung ethok-ethok marga kepengin tetulung?
Dudu wong palanyahan sing kudu kita rasia? Panjenengan tetep wani
tanggung perkarane? (D.19/PTI/Hlm. 20)
„Dia itu tidak memakai celana dalam, lo. Benar kalau dia sekretaris anda?
Bukan pura-pura karena ingin menolong? Bukan pelacur yang seharusnya
kita razia? Anda tetap berani tanggung perkaranya?‟
Tuturan tersebut merupakan fungsi menuntut yang diucapkan polisi wanita
kepada Panuluh. Fungsi menuntut ini tampak dalam kalimat “Panjenengan tetep
dalam kalimat tersebut merupakan bentuk kalimat tanya karena dalam kalimat
h) Melaporkan
merupakan bentuk kalimat berita karena kalimat diakhiri dengan tanda titik.
D. Kalimat
terjemahan Soetikno, 1995: 169). Dalam bahasa tulis kalimat diawali dengan
spasi, huruf awal yang berupa huruf kapital, dan diakhiri dengan pungtuasi atau
tanda baca yang berupa tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!) di
samping diikuti oleh spasi (Wedhawati, 2006: 31). Tanda titik (.), tanda tanya (?),
dan tanda (!) sepadan dengan intonasi selesai. Adapun kesenyapan diwujudkan
sebagai ruang kosong sebelum huruf kapital permulaan. Alunan titik nada pada
Kalimat adalah satuan bahasa yang relatif dapat berdiri sendiri, terdiri atas
rangkaian kata-kata yang ditandai oleh intonasi akhir dan terdiri atas klausa. Dari
batasan ini, dapat diambil beberapa ciri kalimat, yaitu : satuan bahasa, rangkaian
kata-kata, relatif dapat berdiri sendiri, ada intonasi akhir dan terdiri atas klausa
(Nurhayati, 2006: 122). Menurut pendapat Cook (dalam Tarigan, 1986: 8) kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai
dalamnya bisa diadakan analisis gramatikal yang lengkap. Menurut Chaer (1994:
240) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari
25
konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
jenis responsi yang diharapkan dibagi menjadi 3 yaitu; kalimat berita, kalimat
1. Kalimat Berita
adalah bernada akhir turun. Kalimat berita ini ditandai dengan huruf kapital di
berupa kalimat berita. Secara tertulis tuturan berita ditandai dengan adanya tanda
baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) dan merupakan suatu bentuk
2. Kalimat Tanya
responsi yang berupa jawaban. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda
dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama terletak pada nada
akhirnya. Pola intonasi kalimat tanya bernada naik, di samping nada suku terakhir
yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada terakhir pola intonasi kalimat
berupa kalimat tanya. Secara tertulis kalimat pertanyaan ditandai dengan adanya
3. Kalimat Perintah
responsi yang berupa tindakan atau perbuatan. Kalimat ini memiliki pola intonasi
yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita dan kalimat tanya. Pola intonasi
berupa kalimat perintah. Secara tertulis tuturan perintah ditandai dengan adanya
tanda baca yaitu tanda titik (!) dan merupakan suatu bentuk perintah supaya
mendengarkan.
judul “Tindak Tutur dalam Produk Iklan Berbahasa Jawa di Radio Suara Kanca
Tani Yogyakarta”. Penelitian ini mengkaji tentang bentuk tindak tutur, fungsi
tindak tutur dalam Iklan Produk Berbahasa Jawa di Radio Suara Kanca Tani
Yogyakarta.
berjudul “Tindak Tutur dalam Produk Iklan Berbahasa Jawa di Radio Suara
27
penelitian ini. Persamaan pada penelitian tersebut adalah pada bentuk dan fungsi
mengkaji secara lengkap bentuk dan fungsi tindak tutur. Penelitian ini meneliti
fungsi dan bentuk tindak tutur asertifnya saja dan sasarannya yaitu berupa novel
F. Kerangka Pikir
Bertolak pada rumusan masalah, yaitu tindak tutur asertif dalam novel
Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata, maka dalam pembahasan skripsi ini
adalah tentang bentuk dan fungsi tindak tutur asertif dalam novel Pawestri Tanpa
Idhentiti karya Suparto Brata. Soeparno (1993: 22) menyatakan pragmatik adalah
pembicaraan, dan status lawan tutur. Konteks tutur berhubungan dengan siapa
penutur dan lawan tutur, kapan terjadi tuturan, dimana, apa maksud, dan tujuan
tuturan.
Secara pragmatik tindak tutur dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tindak
tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam tindak ilokusi terdapat tindak tutur
asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Namun dalam hal ini peneliti
hanya memfokuskan permasalahan tindak tutur asertif bentuk dan fungsi asertif.
Bentuk tindak tutur asertif ditujukan dengan pemakaian kalimat yakni, kalimat
berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Fungsi tindak tutur asertif adalah
mengkaji bentuk dan fungsi dari tindak tutur asertif dalam novel Pawestri Tanpa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
hasil penelitian yang telah dilakukan. Dikatakan deskriptif karena data yang
lebih jelas (Nasution, 2003: 24). Penelitian ini akan mendiskripsikan bentuk dan
fungsi tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti
berdasarkan bentuk tuturan asertif yaitu bentuk berita, tanya, dan perintah serta
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pawestri Tanpa Idhentiti
Karya Suparto Brata. Cerita Karya Suparto Brata sudah terkenal dari tahun 1960
sampai dengan 1900an di kalangan sastra Jawa modern, salah satunya adalah
anyar, menggunakan bahasa Jawa yang populer dan mudah dimengerti, dan tetap
menggunakan ejaan sesuai tata bahasa. Novel tersebut diterbitkan oleh Penerbit
Narasi tahun 2010 dengan jumlah halaman 392 halaman ukuran 15 x 23 cm.
29
30
Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data penelitian ini adalah teknik
baca dan teknik catat yaitu pengambilan data kebahasaan yang dilakukan dengan
membaca secara cermat untuk menemukan tuturan yang merupakan tindak tutur
asertif. Setelah itu tuturan dilihat dari modus kalimatnya dapat ditemukan kalimat
berita, tanya, dan perintah. Dalam sebuah kalimat selalu mengaitkan dengan
konteksnya, hal ini untuk mengetahui fungsi dan bentuk dari tindak tutur asertif
dalam setiap wacana novel. Hasil pembacaan/ pengamatan terhadap bagian yang
berkaitan dengan tindak tutur asertif, jenis ungkapan tindak tutur asertif kemudian
dicatat dalam kartu data, setelah itu dilanjutkan pengklasifikasian data tuturan
asertif berdasarkan jenisnya kedalam tabel analisis data yang telah disiapkan.
Sumber Data
Konteks : Peristiwa terjadi pada siang hari di dalam mobil Innova. Tuturan
diucapkan oleh Kuncahya (O1) kepada Pawestri (O2) dengan
memperagakan keahliannya mengemudi mobil.
Hal :138
Data : “Wis kulina ngene...,” wangsulane Kuncahya sing nyetir mung tangan
kiwane sing nyekel stir, kuwi wae ing sisih ngisor, dene tangan tengen
sikute diseleh ing lawange mobil.” „Sudah terbiasa seperti ini...,” jawaban
Kuncahya yang mengemudi dengan tangan kiri yang memegang stir, itu
saja yang sebelah bawah, sedangkan tangan kanan lengannya ditaruh di
pintu mobil.‟
Analisis tuturan Asertif
Modus : tuturan berita, ditandai dengan tanda baca (.) di akhir kalimat.
Fungsi : tuturan asertif menyombongkan, ditandai pada kalimat „Wis kulina ngene..”
Kartu data ini memuat nomor, halaman data, data tuturan, dan analisis
D. Instrumen Penelitian
adalah manusia, yang dalam hal ini peneliti untuk mengetahui tentang hal-hal
yang berkaitan dengan tindak tutur, peneliti dalam mengambil data harus peka,
mampu, logis, dan kritis, karena peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana,
pengambil data, penganalisis, penafsiran, sampai pada yang terakhir yaitu tahap
pelaporan hasil penelitian. Selain itu, peneliti memanfaatkan kartu data dan tabel
analisis data, kartu data digunakan untuk mencatat semua data yang diperoleh dan
tentang bentuk dan fungsi tindak tutur asertif dalam novel Pawestri Tanpa
Berikut ini adalah tabel analisis data yang digunakan oleh peneliti.
B T P a b c d e f g
Keterangan :
Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan bentuk dan fungsi tindak tutur asertif yang
terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. Data yang
telah dikumpulkan dan dicatat dalam kartu data selanjutnya dianalisis. Novel yang
menjadi subjek penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang menjadi bahan
analisis. Data yang diambil harus sesuai dengan masalah yang akan diteliti.
ditentukan, yaitu mendeskripsikan bentuk dan fungsi tindak tutur asertif yang
dinyatakan pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata. Adapun
2. Data diklasifikasikan secara urut dalam lembar analisis data yaitu bentuk
3. Klasifikasi bentuk tindak tutur asertif dalam novel itu berdasarkan kalimat
yang digunakan yaitu, kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
reliabilitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2003: 74), yaitu alat
pengukur keabsahan data harus memenuhi syarat utama, yaitu harus valid (sahih)
dan harus reliable (dapat dipercaya). Penelitian ini ditempuh untuk cara mengukur
validitas menggunakan validitas semantis yaitu dengan melihat sejauh mana data-
data mengenai tindak tutur asertif dalam novel dimaknai sesuai konteksnya.
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang dalam penelitian
disini adalah proses bentuk dan fungsi dari tindak tutur asertif dalam novel
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa data bentuk dan fungsi tuturan asertif dalam
novel Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini cukup banyak, sehingga data tidak mungkin disajikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini hanya akan disajikan
rangkuman perwujudan bentuk dan fungsi tuturan asertif dalam bentuk tabel,
sedangkan data-data secara lengkap tentang bentuk dan fungsi tuturan asertif
dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata disajikan dalam
halaman lampiran.
Tabel 1 : Bentuk dan fungsi tindak tutur asertif dalam novel Pawestri Tanpa
Idhentiti Karya Suparto Brata
Bentuk
No. Fungsi tuturan Indikator
tuturan
1 2 3 4
1. Kalimat 1. Menyatakan Panuluh : “Aku bengi-bengi nyang Pasar
berita Jatinegara ijen kuwi ora kluyuran golek
mangsan, nanging butuh obat. Obat manjur
sing jare tanggaku ces pleng kanggo nambani
penyakit lumpuhe anakku, sing jarene obat
mau diedol ing Pasar Jatinegara!”.
(D.7/PTI/Hlm.15)
Bentuk : Kalimat berita untuk memberi
berita
Fungsi : Menyatakan Panuluh Barata
menyatakan kepada Polisi bahwa Panuluh
malam-malam pergi ke Pasar Jatinegara
untuk mencari obat.
2. Memberitahu- Prayoga : “Wonten mobil ingkang tumuju
kan badhe dhateng bandhara, mobil minicab
menapa ngaten, nggoling kasempyok bena,
kerem”. (D.1/ PTI/ Hlm.6)
Bentuk tuturan : Kalimat berita untuk
34
35
Tabel lanjutan
1 2 3 4
memberi berita.
Fungsi : Memberitahukan Prayoga
memberitahukan kepada Panuluh Barata
bahwa mobil minicab terguling terkena
banjir.
3. Menyarankan Wartawan: “Sajake putrine mau cahyane
pucet banget. Gek nglentruk lemes. Bisa uga
lara maras apa jantungen. Kira-kira gerah
nemen. Prayoga gage dipriksakake dhokter,
Pak. Dhokter praktek bengi yah mene adate
wis tutup. Terus nyang gawat darurat rumah
sakit wae.“ (D.16/PTI/Hlm.19)
Bentuk tuturan : Kalimat berita untuk
memberi berita.
Fungsi : Menyarankan Wartawan
menyarankan kepada Panuluh Barata
sebaiknya wanita itu segera dipriksa oleh
dokter.
4.Membangga- Agus: “Enakmu! La bojomu arep kok
kan kapake? Ya angur diparingke aku, sing isih
bujang. Tumrapku, kalaha tuwa kae, wong
Bu Vresti pancen ya isih kinyis-kinyis ngono.
Aku iya wae,” ujare Agus?”. (D.96/PTI/Hlm.
185)
Bentuk tuturan : Kalimat berita untuk
memberi berita.
Fungsi : Membanggakan Agus
membanggakan kepada temannya bahwa
dirinya masih bujang dan pantas untuk Bu
Vresti.
5. Mengeluh Pawestri: “Embuh, wetengku mungkuk-
mungkuk, kudu mutah wae. Hoek!
(D.91/PTI/Hal. 166)
Bentuk tuturan : Kalimat berita untuk
memberi berita.
Fungsi : Mengeluh Pawestri
mengeluhkan perutnya yang mual-mual
ingin muntah
6. Menuntut Pangestu : “Pokoke prekarane iki gage
diurus. Kenapa ndandak nggawa wong
wedok hotelan barang menyang Waluyajati?
(D.25/PTI/Hlm.25)
Bentuk tuturan : Kalimat berita untuk
memberi berita.
Tabel lanjutan
36
1 2 3 4
Fungsi : Mengeluh Pangestu menuntut
perkaranya segera diurus.
7. Melaporkan Resepsionis : “Kula lapuraken dhumateng
Ibu Langenutami, pangarsa administrasi RS
rumiyin,” tanggape sing nampa tamu.”
(D.31/PTI/Hlm.32)
Bentuk tuturan : Kalimat berita untuk
memberi berita.
Fungsi : Melaporkan Resepsionis
melaporkan kepada Ibu Langenutami
bahwa ada tamu.
8.Menyombong- Kuncahya : “Wis kulina ngene...,”
kan wangsulane Kuncahya sing nyetir mung
tangan kiwane sing nyekel stir, kuwi wae ing
sisih ngisor, dene tangan tengen sikute
diseleh ing lawange mobil.” (D.82/PTI/Hlm.
138)
Bentuk tuturan : Kalimat berita untuk
memberi berita.
Fungsi : Menyombongkan Kuncahya
menyombongkan mengendarai mobil
dengan tangan kiri saja di stir mobil.
2. Kalimat 1. Menyatakan Pangestu: “Lo, sadurunge kuwi, Mbak iki
Tanya ditemu Bapak ana ing Hotel Batavia Inn.
Ditangkep polisi. Apa Mbak ora kelingan?”
terus wae Pangestu nganakake serangan.
Pawestri: “Apa iya, ta? Aku ora eling, ki?”
(D.39/PTI/Hal. 56)
Bentuk tuturan : Kalimat tanya untuk
bertanya.
Fungsi : Menyatakan Pawestri
memberitahukan kepada Pangestu bahwa
dirinya tidak ingat sama sekali ketika
terjadi razia pekat.
2. Memberitahu- Panuluh : “La nalika dijak mangan bareng
kan karo mama Pandora dina-dina Sabtu ing
sanjabane omah, ing restoran, ing papan
umum, olehmu mangan neng ndi?”
(D.55/PTI/Hlm.81)
Bentuk tuturan : Kalimat tanya untuk
bertanya
37
Tabel lanjutan
1 2 3 4
Fungsi : Memberitahukan Panuluh
memberitahukan bahwa setiap hari sabtu
diajak makan sama Mama Pandora.
3. Menyarankan Panuluh : “Ora Lukita Attotneys &
Counselors at law, kantor peladenan hukum
sing lawas biyen?” (D.50/PTI/Hlm.70)
Bentuk tuturan : Kalimat tanya untuk
bertanya.
Fungsi : Menyarankan Panuluh
menyarankan Lukita Attotneys dan
Counselors at law untuk jadi kuasa
hukumnya.
4. Mengeluh Srigandhi : “Ngono ki apa ora manasake
atine wong sing ngrungokake? Apa atiku ora
kemropok?” (D.69/PTI/Hlm.106)
Bentuk tuturan : Kalimat tanya untuk
bertanya.
Fungsi : Mengeluh Srigandi mengeluh
hatinya yang panas, campur aduk.
3. Kalimat 1. Menyatakan Pawestri : “O, aku seneng blajar, kok!”
Perintah (D.45/PTI/Hlm.63)
Bentuk tuturan : Kalimat perintah untuk
memerintah.
Fungsi : Menyatakan Pawestri
menyatakan bahwa dirinya senang apabila
bisa belajar.
2. Memberitahu- Pangestu : “La elinge kapan, wong
kan dhweweke niku ethok-ethok ngengleng,
ethok-ethok ora eling terus. Wedi yen
dibalekake teng dhangkane, wong teng mriki
diopeni kaya ratu rumah tangga ngeten!”
(D.46/PTI/Hlm.65)
Bentuk tuturan : Kalimat perintah untuk
memerintah.
Fungsi : Memberitahukan Pangestu
memberitahukan bahwa pawestri itu pura-
pura tidak ingat atau hilang ingatan terus
supaya tidak dikembalikan ke rumahnya.
3. Menyarankan Dhokter Rajiman: “Gek, Nakmas! Saiki rak
durung satus dinane sedane Keng Rama.
Mbok aja grusa-grusu ngrembug bab
warisan dhisik....!” (D.111/PTI/Hal. 290)
Bentuk tuturan : Kalimat perintah untuk
memerintah.
38
Tabel lanjutan
1 2 3 4
Fungsi : Menyarankan Dhokter Rajiman
menyarankan kepada Pangestu untuk tidak
tergesa-gesa membahas tentang warisan.
4. Membangga- Tio Radjien: “Lan wawasane Jeng Pawestri
kan bab ngrembaka prusahaan kanggo masa
depan uga ngedap-edapi. Awake dhewe
begja banget nduweni wong ayu pinter kaya
Jeng Pawestri iki!” (D.99/PTI/Hal. 214)
Bentuk tuturan : Kalimat perintah untuk
memerintah.
Fungsi : Membanggakan Tio Radjien
membanggakan bahwa perusahaan
mempunyai orang yang cantik dan pintar
seperti Bu Vresti kepada Dokter Rajiman.
5. Mengeluh Pangestu : “Ya njinem meneng wae ngono
kuwi? Wiis, wis-wis-wis! Kaco ngene iki,
Dhinasti Mama Pandora!”
(D.105/PTI/Hlm.251)
Bentuk tuturan : Kalimat perintah untuk
memerintah.
Fungsi : Mengeluh Pangestu
mengeluhkan bahwa Dhinasti Mama
Pandora akan berantakan.
penggunaan bentuk tuturan asertif dan fungsinya yang terdapat dalam novel
Pawestri Tanpa Idhentiti beragam. Bentuk tuturan asertifnya terdiri tiga bentuk
kalimat yakni bentuk kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
Berdasarkan fungsinya data tersebut meliputi: tuturan asertif kalimat berita yang
banyak digunakan pada novel Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata
39
adalah bentuk tuturan asertif kalimat berita, sementara itu untuk fungsi tuturan
B. Pembahasan
tuturan asertif dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata.
mendeskripsikan bentuk dan fungsi tuturan asertif dalam novel Pawestri Tanpa
Idhentiti Karya Suparto Brata. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan bentuk dan
1. Bentuk Berita
Tindak tutur asertif bentuk kalimat berita yang ditemukan dalam novel
Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata ini berfungsi untuk menyatakan,
Tuturan pada novel banyak ditemukan tindak tutur asertif. Berikut ini data tuturan
KTP-ku!” „Saya tanggung jawab. Itu kartu namaku. Ini KTP-ku!‟ merupakan
bentuk tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang muncul saat
itu adalah pernyataan yang diucapkan oleh Panuluh Barata. Peristiwa tersebut
yang bersamanya. Saat itu Panuluh melihat Pawestri dalam keadaan diam dan
pucat, kemudian karena tidak tega dengan keadaan Pawestri kemudian Panuluh
bersamanya.
atas merupakan kalimat berita. Tuturan “Aku tanggung jawab.” terlihat bahwa
tuturan pernyataan dan berkonstruk kalimat berita yang digunakan Panuluh Barata
ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca
kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada
Data (1) di atas apabila dilihat dari fungsinya merupakan bentuk tindak
tutur asertif yang berfungsi menyatakan. Peristiwa terjadi pada malam hari di
Mapolsek. Pada saat itu Panuluh memberi keterangan kepada Polisi mengenai
wanita yang ada di dalam hotel yang terjadi di dalam kamar hotel. Tuturan
41
melibatkan Panuluh (penutur) dan Polisi (lawan tutur), secara tersirat tuturan
berisi sebuah pernyataan terhadap lawan tutur. Pada peristiwa ini Panuluh
jawab. Kuwi kartu namaku. Iki KTP-ku!‟ yang disampaikan oleh penutur
wanita yang bersamanya. Tuturan tersebut ditandai dengan adanya tuturan „Aku
kepada lawan tutur. Kata-kata yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas
ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data fungsi asertif
berita. Keasertifan yang muncul saat itu adalah pernyataan yang diucapkan oleh
Pawestri. Peristiwa tersebut terjadi saat Pawestri melihat tamu dari sekolah setir
42
tertarik dengan tawaran dari tamu tersebut, Pawestri kemudian ikut mendaftar
tanpa ijin dari Panuluh Barata. Oleh karena itu, Pawestri menyatakan kepada
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (2) di atas
Secara tertulis tuturan berita ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat
dan terdapat tanda baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal
Data tuturan (2) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang
berfungsi untuk menyatakan. Pada peristiwa ini tuturan terjadi pada siang hari di
yang secara tersirat berisi sebuah pernyataan terhadap lawan tutur. Pada peristiwa
ini Pawestri menyatakan bahwa dirinya ikut kursus mengemudi di Sekolah Setir
kesalahan kepada Panuluh karena tidak izin terlebih dahulu. Tuturan yang
berbunyi “Mas. Aku mau nglakoni salah,...” „ Mas. Aku tadi melakukan
Barata karena telah mendaftar kursus tanpa izin terlebih dahulu. Kata-kata yang
43
digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang
sesuatu kepada lawan tuturnya. Tuturan pada novel banyak ditemukan tindak tutur
asertif yang berfungsi memberitahukan. Berikut ini data tuturan yang berfungsi
(3) Konteks : Peristiwa terjadi pada pagi hari ditempat kantor Jatiwaringin.
Tuturan diucapkan oleh Aji Kartika (penutur) kepada tamu dari
Sekolah Nyetir Mobil Trans-travel (lawan tutur).
Aji Kartika : “Pegawe kene ora ana sing duwe mobil. Mobil dhines kantor
sopire wis padha duwe SIM B1, B2 lan umum. Ora perlu sinau
maneh. Karo dene Pak Dhirektur ora ana. Sing bisa mutusake
ya ora ana....,” „Pegawai sini tidak ada yang mempunyai mobil.
Mobil dinas kantor sopirnya sudah mempunyai SIM B1, B2, dan
umum. Tidak perlu belajar lagi. Kebetulan Pak Direktur tidak
ada. Yang bisa memutuskan juga tidak ada...,‟
(D.62/PTI/Hlm.99)
Tuturan yang berbunyi “Pegawe kene ora ana sing duwe mobil.”
„Pegawai sini tidak ada yang mempunyai mobil‟ merupakan bentuk tuturan
asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang muncul saat itu adalah
pemberitahuan yang diucapkan oleh Aji Kartika. Peristiwa tersebut terjadi saat Aji
Kartika sedang memberi arahan kepada Pawestri yang sedang magang kerja. Saat
itu ada tamu dari sekolah setir mobil dari Trans-travel, kemudian Aji Kartika
memberitahukan kepada tamu tersebut bahwa pegawai di kantor tidak ada yang
mempunyai mobil.
Selanjutnya jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (3) di atas
merupakan kalimat berita. Tuturan “Pegawe kene ora ana sing duwe mobil.”
44
digunakan Aji Kartika untuk memberitahukan kepada tamu dari sekolah setir
mobil bahwa tidak ada pegawainya yang mempunyai mobil. Secara tertulis
tuturan berita ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat
tanda baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak
Data (3) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
melibatkan Aji Kartika (penutur) dan Tamu dari Sekolah Setir Mobil Trans-travel
(lawan tutur), tuturan berisi tentang pemberitahuan bahwa pegawai di kantor tidak
ada yang mempunyai mobil. Pada peristiwa ini tuturan terjadi ketika Pawestri
sedang magang di kantor Jatiwaringin bersama Aji Kartika dan Rumsari. Tujuan
tuturan adalah untuk memberitahukan kepada tamu dari Sekolah Setir Mobil
Selain itu juga ditandai dengan kalimat Pegawe kene ora ana sing duwe mobil
„Pegawai sini tidak ada yang mempunyai mobil‟ untuk memperjelas fungsi
dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari
penelitian ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data
fungsi asertif memberitahukan dalam bentuk kalimat berita adalah berikut ini.
45
(4) Konteks : Peristiwa terjadi pada siang hari jam 11 di Rumah Jatiwaringin.
Tuturan diucapkan oleh Pangestu (O1) kepada Mbak Srigandhi
(O2).
Pangestu : “Mbak. Wingi kuwi kene wis teken kontrak ing ngarepe notaris
Prayoga & Partners, Rawangmangun. Wis beres prekara wong
wadon kuwi. Ora bakal dingungrum dening Bapak. Apa maneh
nganti dinikahi. Ora bakal. Wis disebut ing akta prejanjen,
disekseni bareng-bareng aku, Jeng Zetta, Xavira lan
Kuncahya.” „Mba. Kemarin itu kami sudah teken kontrak di
depan notaris Prayoga & Partners, Rawangmangun. Sudah beres
perkara wanita itu. Tidak mungkin di dekati oleh Bapak.
Apalagi sampai dinikahi. Tidak mungkin. Sudah disebut di akta
perjanjian, disaksikan bersama-sama saya, Jeng Zetta, Xavira,
lan Kuncahya.‟ (D.65/PTI/Hlm.105)
Tuturan yang berbunyi “Wingi kuwi kene wis teken kontrak ing ngarepe
notaris Prayoga & Partners, Rawangmangun.” „Kemarin itu kami sudah teken
tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang muncul saat itu
memberitahukan kepada Srigandi bahwa Bapak tidak akan berbuat yang tidak-
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (4) di atas
merupakan kalimat berita. Tuturan “Wingi kuwi kene wis teken kontrak ing
macam dengan Pawestri. Secara tertulis tuturan berita ditandai dengan adanya
huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca kalimat berita yaitu tanda
46
titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada kalimat “Wingi kuwi kene wis
Data (4) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
Tuturan melibatkan Pangestu (penutur) dan Mba Srigandhi (lawan tutur), tuturan
Jatiwaringin telah mengadakan perjanjian didepan notaris. Selain itu juga ditandai
dengan kalimat Wingi kuwi kene wis teken kontrak ing ngarepe notaris Prayoga
& Partners, Rawangmangun „Kemarin itu kami sudah teken kontrak di depan
yang memberitahukan. Kata-kata yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas
memberikan saran atau pendapat kepada seseorang untuk melakukan apa yang
(5) Konteks : Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Panuluh dan
Pawestri setelah selesai sarapan. Ketika itu Srigandhi
sedang menyingkirkan piring dimeja. Tuturan diucapkan
oleh Panuluh (O1) kepada Srigandhi (O2).
Panuluh : “Lemarine Mama Pandora sing isih ana tinggalan
klambine ben dienggo Jeng Pawestri, dene Mbak Sri
nganggo tilas lemariku.”. ‟Almarinya Mama Pandora yang
47
tinggalan klambine ben dienggo Jeng Pawestri, dene Mbak Sri nganggo tilas
lemariku.” ‟Almarinya Mama Pandora yang masih ada tinggalan bajunya biar
merupakan bentuk tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang
muncul saat itu adalah pemberitahuan yang diucapkan oleh Panuluh. Peristiwa
tersebut terjadi saat Mbak Srigandi membereskan piring yang ada di meja makan,
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (5) di atas
digunakan oleh Pawestri. Secara tertulis tuturan berita ditandai dengan adanya
huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca kalimat berita yaitu tanda
titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada kalimat “Lemarine Mama
Pandora sing isih ana tinggalan klambine ben dienggo Jeng Pawestri, dene Mbak
Data (5) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyarankan. Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Panuluh dan Pawestri setelah
Tuturan melibatkan Panuluh (penutur) dan Srigandhi (lawan tutur), tuturan berisi
Pawestri dan almari Bapak Panuluh digunakan Mba Srigandhi. Tujuan tuturan
Panuluh dan almari Mama Pandora dan bajunya digunakan Pawestri. Selain itu
juga ditandai dengan kalimat Lemarine Mama Pandora sing isih ana tinggalan
klambine ben dienggo Jeng Pawestri, dene Mbak Sri nganggo tilas lemariku
‟Almarinya Mama Pandora yang masih ada tinggalan bajunya biar dipakai Jeng
singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan
penelitian ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data
fungsi asertif menyarankan dalam bentuk kalimat berita adalah berikut ini.
(6) Konteks : Peristiwa terjadi pada malam hari saat Polisi sedang
mengintrogasi wanita yang diduga sebagai pekerja seks
komersial. Tuturan diucapkan oleh Wartawan (O1) kepada
Panuluh (O2) saat melihat wanita yang diintrogasi wajahnya
pucat dan tidak punya daya.
Wartawan : “Sajake putrine mau cahyane pucet banget. Gek nglentruk
lemes. Bisa uga lara maras apa jantungen. Kira-kira gerah
nemen. Prayoga gage dipriksakake dhokter, Pak. Dhokter
praktek bengi yah mene adate wis tutup. Terus nyang gawat
darurat rumah sakit wae.”.‟ Sebenarnya wanita tadi mukanya
pucat sekali. Tidak punya daya. Bisa juga sakit....atau jantungan.
Kira-kira sakit keras. Sebaiknya segera diobati ke dokter, Pak.
Dokter praktek malam biasanya sudah tutup. Langsung dibawa
gawat darurat rumah sakit saja.‟ (D.16/PTI/Hlm.19)
49
Tuturan yang berbunyi „Sajake putrine mau cahyane pucet banget. Gek
nglentruk lemes. Bisa uga lara maras apa jantungen. Kira-kira gerah nemen.
Prayoga gage dipriksakake dhokter, Pak. Dhokter praktek bengi yah mene adate
wis tutup. Terus nyang gawat darurat rumah sakit wae.‟ ‟ Sebenarnya wanita tadi
mukanya pucat sekali. Tidak punya daya. Bisa juga kaget atau jantungan. Kira-
kira sakit keras. Sebaiknya segera diobati ke dokter, Pak. Dokter praktek malam
biasanya sudah tutup. Langsung dibawa gawat darurat rumah sakit saja.‟
merupakan bentuk tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang
muncul saat itu adalah saran yang diucapkan oleh Wartawan. Peristiwa tersebut
Rumah Sakit.
Selanjutnya jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (6) di atas
merupakan kalimat berita. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan menyarankan
tertulis tuturan berita ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan
terdapat tanda baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal
Data (6) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyarankan. Peristiwa terjadi pada malam hari saat Polisi sedang mengintrogasi
Wartawan (penutur) dan Panuluh (lawan tutur), tuturan berisi tentang saran untuk
50
segera membawa Wanita yang bersama Panuluh ke Rumah Sakit. Tujuan tuturan
berobat ke Rumah Sakit. Selain itu juga ditandai dengan kalimat Prayoga gage
tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam
digunakan untuk menyatakan rasa bangga. Ilokusi yang seperti ini tidak masuk
dalam kategoti netral dari segi kesopanan dan dianggap tidak sopan yang secara
(7) Konteks : Peristiwa terjadi pada siang hari saat karyawan PT Frozenmeat
sedang bekerja. Tuturan diucapkan oleh Agus (O1) kepada
temannya (O2).
Agus : “Enakmu! La bojomu arep kok kapake? Ya angur diparingke
aku, sing isih bujang. Tumrapku, kalaha tuwa kae, wong Bu
Vresti pancen ya isih kinyis-kinyis ngono.”. „Enakmu!
Kemudian istrimu mau kamu gimanakan? Lebih baik diberikan
saya, yang masih perjaka. Menurutku, meskipun kalah tua, Bu
Vresti memang masih muda segar begitu.‟ (D.96/PTI/Hlm.185)
Menurut tuturan yang berbunyi „Enakmu! La bojomu arep kok kapake?
Ya angur diparingke aku, sing isih bujang. Tumrapku, kalaha tuwa kae, wong Bu
kamu gimanakan? Lebih baik diberikan saya, yang masih perjaka. Menurutku,
meskipun kalah tua, Bu Vresti memang masih muda segar begitu.‟ merupakan
51
bentuk tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang muncul saat
itu adalah rasa bangga yang diucapkan oleh Agus. Peristiwa tersebut terjadi saat
Agus sedang bekerja dan berbicara dengan temannya mengenai Ibu Pawestri,
perjaka.
atas merupakan kalimat berita. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan
berita ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda
baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada
Data (7) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
Raya sedang bekerja. Tuturan melibatkan Agus (penutur) dan teman Agus (lawan
kepada teman Agus. Selain itu juga ditandai dengan kalimat Ya angur diparingke
aku, sing isih bujang‟ „Lebih baik diberikan saya, yang masih perjaka‟ untuk
tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam
penelitian ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data
fungsi asertif membanggakan dalam bentuk kalimat berita adalah berikut ini.
dielar menyang Serpong Kutha Anyar. Truk sing ngeterake daging tambah. Rak
hebat, Mas?”. „Tapi setelah adanya Bu Vresti, pemasaran dibuka sampai Serpong
Kota Baru. Truk yang mengantar daging bertambah. Itu hebat, Mas?‟ merupakan
tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang muncul saat itu
adalah rasa bangga yang diucapkan oleh Xavira. Peristiwa tersebut terjadi saat
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (8) di atas
perusahaan. Secara tertulis tuturan berita ditandai dengan adanya huruf kapital di
awal kalimat dan terdapat tanda baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir
53
kalimat. Hal tersebut terlihat pada kalimat ”Nanging bareng ketekan Bu Vresti,
Data (8) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
tinggal baru Kuncahya dan Xavira berdekatan dengan Bumi Serpong Damai.
Anyar‟ „Tapi setelah adanya Bu Vresti, pemasaran dibuka sampai Serpong Kota
digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang
tegang.
kesakitan, kekecewaan, dsb. Keluhan adalah apa yang dikeluhkan, keluh kesah
(KBBI, 2008 : 1112). Data tuturan dengan fungsi mengeluh adalah sebagai
berikut.
(9) Konteks : Peristiwa terjadi pada siang hari didalam mobil yang sedang
melaju ke arah Jaka Sampurna. Tuturan diucapkan oleh Xavira
(O1) kepada Pangestu (O2).
54
ngono. Aja diucapke meneh!” „ Kupingku gatal mendengar kata-kata jorok seperti
itu. Jangan diucapkan lagi!‟ merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat
berita. Keasertifan yang muncul saat itu adalah rasa mengeluh yang diucapkan
oleh Xavira. Peristiwa tersebut terjadi saat Pangestu mengendarai mobil yang
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (9) di atas
merupakan kalimat berita. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan mengeluh
kepada Pangestu dengan perkataannya yang tidak baik. Secara tertulis tuturan
berita ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda
baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada
Data (9) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
mengeluh. Peristiwa terjadi pada siang hari didalam mobil yang sedang melaju ke
arah Jaka Sampurna di dalam mobil. Tuturan melibatkan Xavira (penutur) dan
kata-kata yang jelek kepada Mas Pangestu. Selain itu juga ditandai dengan
ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data fungsi asertif
(10) Konteks : Peristiwa terjadi pada pagi hari didalam mobil. Ketika itu
Pawestri sedang belajar mengendarai mobil. Tuturan
diucapkan oleh Pawestri (O1) kepada Amir (O2).
Pawestri : “Embuh, wetengku mungkuk-mungkuk, kudu mutah wae.
Hoek!” „ Tidak tahu, perutku mual-mual, harus muntah.
Hoek!‟ (D.91/PTI/Hlm.166)
Tuturan yang berbunyi ” Embuh, wetengku mungkuk-mungkuk, kudu
mutah wae. Hoek!” „ Tidak tahu, perutku mual-mual, harus muntah. Hoek!‟
merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang muncul
saat itu adalah rasa mengeluh yang diucapkan oleh Pawestri. Peristiwa tersebut
terjadi saat Amir Tanjung memberikan les setir mobil kepada Pawestri, kemudian
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (10) di atas
merupakan kalimat berita. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan mengeluh
kepada Amir Tanjung karena perutnya merasa mual. Secara tertulis tuturan berita
ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca
kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada
Data (10) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
mengeluh. Peristiwa terjadi pada pagi hari didalam mobil. Ketika itu Pawestri
ingin muntah. Selain itu juga ditandai dengan kalimat „Embuh, wetengku
dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam
mobil.
kepada seseorang dan mempunyai maksud untuk melakukan sesuatu. Data tuturan
(11) Konteks : Peristiwa Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Pangestu
menelepon adiknya Xavira. Tuturan diucapkan Pangestu
(O1) kepada Xavira (O2).
Pangestu : “Pokoke prekarane iki gage diurus. Kenapa ndadak
nggawa wong wedok hotelan barang menyang Waluyajati?
Kabar sing ditulis kuwi bener apa ora? Yen bener kersane
Bapak ki apa? Yen ora bener, kene perlu klarifikasi karo
wartawane.” „Pokoknya masalah ini harus cepat diurus.
Kenapa tiba-tiba membawa wanita hotel untuk dibawa ke
Waluyajati? Berita yang ditulis itu benar atau tidak?
Apabila benar maunya Bapak apa? Apabila tidak benar, sini
perlu klarifikasi dari wartawan.‟ (D.25/PTI/Hlm. 25)
57
ndadak nggawa wong wedok hotelan barang menyang Waluyajati? Kabar sing
ditulis kuwi bener apa ora? Yen bener kersane Bapak ki apa? Yen ora bener, kene
perlu klarifikasi karo wartawane.” „Pokoknya masalah ini harus cepat diurus.
Kenapa tiba-tiba membawa wanita hotel untuk dibawa ke Waluyajati? Berita yang
ditulis itu benar atau tidak? Apabila benar maunya Bapak apa? Apabila tidak
benar, sini perlu klarifikasi dari wartawan.‟ merupakan tuturan asertif yang
berupa kalimat berita. Keasertifan yang muncul saat itu adalah penuntutan yang
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (11) di atas
merupakan kalimat berita. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan menuntut
untuk segera mengurus masalah yang dihadapi Bapaknya. Secara tertulis tuturan
berita ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda
baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada
Data (11) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menuntut. Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Pangestu menelepon adiknya
Xavira. Tuturan melibatkan Pangestu (penutur) dan Xavira (lawan tutur), tuturan
Pangestu menuntut untuk segera mengurus masalah Bapaknya. Selain itu juga
58
ditandai dengan kalimat „Pokoke prekarane iki gage diurus.‟ „Pokoknya masalah
ini harus cepat diurus.‟ untuk memperjelas fungsi tuturan menuntut. Kata-kata
yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan tuturan disampaikan dengan situasi
tegang.
ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data fungsi asertif
(12) Konteks : Peristiwa terjadi pada sore hari didalam RS Yadika Pondok
Bambu. Tuturan terjadi pada sore hari di dalam restoran.
Tuturan diucapkan oleh Pawestri (O1) kepada Kuncahya
(O2) saat akan memilih kamar perawatan untuk Abror.
Pawestri : “Ah, Mas. Iki pegawe Frozenmeat Raya. Kudu oleh
perawatan sosial kang murwat. Gage, ta, sarujukana aku.
Ora-ora yen didukani Mas Panuluh.” „ Ah, Mas. Ini pegawai
Frozenmeat Raya. Harus mendapat perawatan sosial yang
terjamin. Cepat, kasih......tidak akan dimarahi Mas Panuluh.‟
(D.85/PTI/Hlm. 185)
Tuturan yang berbunyi ” Ah, Mas. Iki pegawe Frozenmeat Raya. Kudu
oleh perawatan sosial kang murwat. Gage, ta, sarujukana aku. Ora-ora yen
didukani Mas Panuluh.” „Ah, Mas. Ini pegawai Frozenmeat Raya. Harus
Mas Panuluh.‟ merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan
yang muncul saat itu adalah penuntutan yang diucapkan oleh Pawestri. Peristiwa
Selanjutnya jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (12) di atas
merupakan kalimat berita. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan menuntut
pemberian pelayanan yang baik untuk Abror kepada Kuncahya. Secara tertulis
tuturan berita ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat
tanda baca kalimat berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak
Data (12) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menuntut. Peristiwa terjadi pada sore hari didalam RS Yadika Pondok Bambu.
Tuturan terjadi pada sore hari di dalam restoran. Tuturan melibatkan Pawestri
(penutur) dan Kuncahya (lawan tutur) saat akan memilih kamar perawatan untuk
tuturan adalah Pawestri menuntut untuk memberi perawatan sosial yang terjamin.
Selain itu juga ditandai dengan kalimat „Kudu oleh perawatan sosial kang
fungsi tuturan menuntut. Kata-kata yang digunakan dalam tuturan singkat dan
lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan
(13) Konteks : Peristiwa terjadi pada sore hari di Rumah Sakit Waluyajati
Bekasi. Tuturan diucapkan Resepsionis (O1) rumah sakit
kepada keluarga (O2) PT Frozenmeat Raya.
Resepsionis : “Kula lapuraken dhumateng Ibu Langenutami, pangarsa
administrasi RS rumiyin.” „ Saya laporkan kepada Ibu
Langenutami, menghadap administrasi RS dahulu.‟
(D.31/PTI/Hlm. 32)
Tuturan yang berbunyi ”Kula lapuraken dhumateng Ibu Langenutami,
kalimat berita. Keasertifan yang muncul saat itu adalah pelaporan yang diucapkan
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (13) di atas
merupakan kalimat berita. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan melaporkan
dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca kalimat
berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada kalimat
rumiyin.”.
Data (13) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
melaporkan. Peristiwa terjadi pada sore hari di Rumah Sakit Waluyajati Bekasi.
Frozenmeat Raya kepada Ibu Langenutami. Selain itu juga ditandai dengan
dahulu Kudu oleh perawatan sosial kang murwat.‟ untuk memperjelas fungsi
tuturan melaporkan. Kata-kata yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas
kategori tuturan yang tidak sopan. Berdasarkan data yang diperoleh, berikut
(14) Konteks : Peristiwa terjadi pada sore hari ketika Abror sedang dibawa
ke RS Yadika Pondok Bambu. Tuturan diucapkan oleh
Kuncahya (O1) kepada Pawestri (O2) saat mengendarai mobil
innova.
Kuncahya : “Wis kulina ngene...,” wangsulane Kuncahya sing nyetir
mung tangan kiwane sing nyekel stir, kuwi wae ing sisih
ngisor, dene tangan tengen sikute diseleh ing lawange mobil.”
„ Sudah terbiasa begini...,‟ jawab Kuncahya yang sedang
mengendarai hanya dengan tangan kirinya yang pegang stir, itu
saja sebelah bawah, sedangkan tangan kanan sikunya
disandarkan di pintu mobil.‟ (D.82/PTI/Hlm. 138)
Tuturan Tuturan yang berbunyi “Wis kulina ngene...,” „Sudah terbiasa
begini...,‟ merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat berita. Keasertifan yang
muncul saat itu adalah penyombongan yang diucapkan oleh Kuncahya. Peristiwa
tangan satu.
Selanjutnya jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (14) di atas
dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca kalimat
berita yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada kalimat “Wis
kulina ngene...,”.
Data (14) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyombongkan. Peristiwa terjadi pada sore hari ketika Abror sedang dibawa ke
mengemudi mobil dengan tangan kiri saja di stir mobil. Selain itu juga ditandai
tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam
2. Bentuk Tanya
Tindak tutur asertif bentuk kalimat tanya yang ditemukan dalam novel
Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata ini berfungsi untuk menyatakan,
63
kalimat tanya yang ditemukan dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti Karya
modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang
Berikut ini akan dipaparkan contoh data fungsi asertif dalam bentuk kalimat tanya
Data tuturan kalimat tanya dengan fungsi menyatakan adalah sebagai berikut.
(15) Konteks : Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Pangestu menelepon
Dalem Jatiwaringin menanyakan bab Pawestri. Tuturan
diucapkan oleh Srigandhi (O1) kepada Panuluh (O2).
Srigandhi : “Priye anggonku ora ewa turu ing kasure Mama Pandora
sing wiwit mbiyen dakpepundhi?”. „Bagaimana saya tidak
enak hati atau sungkan tidur di tempat tidur Mama Pandora
yang dari dahulu dihormati.‟ (D.58/PTI/Hlm.91)
Tuturan yang berbunyi “Priye anggonku ora ewa turu ing kasure Mama
Pandora sing wiwit mbiyen dakpepundhi?”. „Bagaimana saya tidak enak hati atau
sungkan tidur di tempat tidur Mama Pandora yang dari dahulu dihormati.‟
merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat tanya. Keasertifan yang muncul
saat itu adalah pernyataan yang diucapkan oleh Srigandi. Peristiwa tersebut terjadi
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (15) di atas
merupakan kalimat tanya. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan pernyataan
kepada Pangestu bahwa dirinya merasa tidak enak hati. Secara tertulis tuturan
tanya ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda
baca kalimat tanya yaitu tanda tanya (?) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak
pada kalimat “Priye anggonku ora ewa turu ing kasure Mama Pandora sing wiwit
mbiyen dakpepundhi?”.
Data (15) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyatakan. Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Pangestu menelepon Dalem
enak hati atau merasa sungkan tidur di tempat tidur Mama Pandora. Selain itu
juga ditandai dengan kalimat “Priye anggonku ora ewa turu ing kasure Mama
Pandora sing wiwit mbiyen dakpepundhi?” „Bagaimana saya tidak enak hati atau
sungkan tidur di tempat tidur Mama Pandora yang dari dahulu dihormati‟ untuk
singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan
ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data fungsi asertif
itu, ya? Saya mengingkari kebijakan Direktur Pratama? Merubah peraturan yang
kalimat tanya. Keasertifan yang muncul saat itu adalah pernyataan yang
diucapkan oleh Pawestri. Peristiwa tersebut terjadi saat Pawestri sedang magang
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (16) di atas
merupakan kalimat tanya. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan pernyataan
tertulis tuturan kalimat tanya ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat
dan terdapat tanda baca kalimat yaitu tanda tanya (?) di akhir kalimat. Hal tersebut
Data (16) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyatakan. Peristiwa terjadi pada siang hari di kantor Jatiwaringin. Ketika itu
tamu dari Sekolah Nyetir selesai menawarkan pendaftaran murid baru. Tuturan
66
itu juga ditandai dengan kalimat “Aku blenjani policy-ne Dhirektur Pratama?”
tuturan menyatakan. Kata-kata yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas
sesuatu kepada lawan tuturnya. Data tuturan kalimat tanya dengan fungsi
(17) Konteks : Peristiwa terjadi pada sore hari didalam RS Yadika Pondok
Bambu. Tuturan diucapkan oleh Pawestri (O1) kepada
Arumdalu (O2) ketika Pawestri memasrahkan Abror kepada
perawat tersebut.
Pawestri : “Elang Malindo rak dhaerah perumahan tentara kana?
Cedhak omahku. Ora adoh saka kene.”. „ Elang Malindo
bukannya daerah perumahan tentara? Dekat rumahku. Tidak
jauh dari sini.‟ (D.86/PTI/Hlm.156)
Tuturan yang berbunyi “Elang Malindo rak dhaerah perumahan tentara
kana? Cedhak omahku. Ora adoh saka kene.”. „ Elang Malindo bukannya daerah
perumahan tentara? Dekat rumahku. Tidak jauh dari sini.‟ merupakan tuturan
asertif yang berupa kalimat tanya. Keasertifan yang muncul saat itu adalah
tentara.
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (17) di atas
merupakan kalimat tanya. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan pernyataan
tentara. Secara tertulis tuturan tanya ditandai dengan adanya huruf kapital di awal
kalimat dan terdapat tanda baca kalimat tanya yaitu tanda tanya (?) di akhir
kalimat. Hal tersebut tampak pada kalimat “Elang Malindo rak dhaerah
Data (17) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
memberitahukan bahwa Elang Malindo itu daerah perumahan tentara. Selain itu
juga ditandai dengan kalimat “Elang Malindo rak dhaerah perumahan tentara
dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari
penelitian ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data
fungsi asertif memberitahukan dalam bentuk kalimat tanya adalah berikut ini.
wis ana kangsen arep ketemu dina iki, jam iki?”. „Direktur bukannya tidak ada,
kamu tidak tahu? Apa sudah janji bertemu hari ini, jam ini?‟ merupakan tuturan
asertif yang berupa kalimat tanya. Keasertifan yang muncul saat itu adalah
pemberitahuan yang diucapkan oleh Aji Kartika. Peristiwa tersebut terjadi saat
Darminta mengantarkan tamu dari sekolah setir mobil kepada Direktur Utama,
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (18) di atas
merupakan kalimat tanya. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan pernyataan
Secara tertulis tuturan tanya ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat
dan terdapat tanda baca kalimat tanya yaitu tanda tanya (?) di akhir kalimat. Hal
tersebut tampak pada kalimat “Dhirektur rak ora ana, kowe rak ngerti?”.
69
Data (18) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
Tuturan diucapkan oleh Aji Kartika (penutur) kepada Darminta (lawan tutur) pada
tidak ada di kantor kepada Darminta. Selain itu juga ditandai dengan kalimat
“Dhirektur rak ora ana, kowe rak ngerti?” „Direktur bukannya tidak ada, kamu
digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang
dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan tuturan disampaikan dengan situasi yang
serius.
memberikan saran atau pendapat kepada seseorang untuk melakukan apa yang
sebagai berikut.
(19) Konteks : Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Pangestu menelepon
adiknya Xavira. Tuturan diucapkan Xavira (O1) kepada
Pangestu (O2).
Xavira : “Mas. Kok ora kowe dhewe wae sing telpun? Embuh nyang
Bapak embuh nyang Mas Kun. Apa nyang Aji utawa
Rumsari?”. „Mas. Tidak kamu saja yang menelepon? Entah ke
Bapak atau ke Mas Kun. Apa ke Aji atau Rumsari?‟
(D.24/PTI/Hlm. 25)
Tuturan yang berbunyi “Mas. Kok ora kowe dhewe wae sing telpun?
Embuh nyang Bapak embuh nyang Mas Kun. Apa nyang Aji utawa Rumsari?”.
70
„Mas. Bukan kamu saja yang menelepon? Entah Bapak atau ke Mas Kun. Apa ke
Aji atau Rumsari?‟ merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat tanya.
Keasertifan yang muncul saat itu adalah saran yang diucapkan oleh Xavira.
Rumsari.
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (19) di atas
merupakan kalimat tanya. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan menyarankan
kepada Pangestu untuk menelepon sendiri Aji atau Rumsari. Secara tertulis
tuturan tanya ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat
tanda baca kalimat tanya yaitu tanda tanya (?) di akhir kalimat. Hal tersebut
tampak pada kalimat “Kok ora kowe dhewe wae sing telpun?”.
Data (19) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyarankan. Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Pangestu menelepon adiknya
menyarankan kepada Pangestu untuk menelepon sendiri. Selain itu juga ditandai
dengan kalimat “Kok ora kowe dhewe wae sing telpun?” „Bukan kamu saja yang
digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang
dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan tuturan disampaikan dengan situasi yang
serius.
71
penelitian ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data
fungsi asertif menyarankan dalam bentuk kalimat tanya adalah berikut ini.
(20) Konteks : Peristiwa terjadi pada siang hari ketika Akta Notaris akan
dibuat oleh keluarga Panuluh Barata. Tuturan diucapkan oleh
Panuluh (O1) kepada Kuncahya (O2).
Panuluh : “Ora Lukita Attorneys & Counselors at law, kantor
peladenan hukum kita sing lawas biyen?”. „ Tidak Lukita
Attorneys & Counselors at law, kantor pelayanan hukum kita
yang lama dulu?‟ (D.50/PTI/Hlm. 70)
Tuturan yang berbunyi “Ora Lukita Attorneys & Counselors at law,
kantor peladenan hukum kita sing lawas biyen?”. „ Tidak Lukita Attorneys &
Counselors at law, kantor pelayanan hukum kita yang lama dulu?‟ merupakan
tuturan asertif yang berupa kalimat tanya. Keasertifan yang muncul saat itu
adalah saran yang diucapkan oleh Panuluh Barata. Peristiwa tersebut terjadi saat
Panuluh.
Selanjutnya jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (20) di atas
merupakan kalimat tanya. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan menyarankan
kepada Kuncahya untuk menggunakan jasa notaris pilihan Panuluh. Secara tertulis
tuturan tanya ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat
tanda baca kalimat tanya yaitu tanda tanya (?) di akhir kalimat. Hal tersebut
tampak pada kalimat “Ora Lukita Attorneys & Counselors at law, kantor
Data (20) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyarankan. Peristiwa terjadi pada siang hari ketika akta notaris akan dibuat
oleh keluarga Panuluh Barata. Tuturan diucapkan oleh Panuluh (penutur) kepada
dari Lukita Attorneys & Counselors at law. Selain itu juga ditandai dengan
kalimat “Ora Lukita Attorneys & Counselors at law, kantor peladenan hukum kita
sing lawas biyen?”. „ Tidak Lukita Attorneys & Counselors at law, kantor
pelayanan hukum kita yang lama dulu?‟ untuk memperjelas fungsi tuturan
kesakitan, kekecewaan, dsb. Keluhan adalah apa yang dikeluhkan, keluh kesah
(KBBI, 2008 : 1112). Data tuturan kalimat tanya dengan fungsi mengeluh adalah
sebagai berikut.
ngrungokake? Apa atiku ora kemropok?”. „ Seperti ini apa tidak membuat panas
73
hati orang yang mendengarkan? Apa hatiku tidak sakit?‟ merupakan tuturan
asertif yang berupa kalimat tanya. Keasertifan yang muncul saat itu adalah rasa
mengeluh yang diucapkan oleh Mbak Srigandi. Peristiwa tersebut terjadi saat Mba
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (21) di atas
merupakan kalimat tanya. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan mengeluh
kepada Pangestu bahwa hatinya panas dan sakit. Secara tertulis tuturan tanya
ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca
kalimat tanya yaitu tanda tanya (?) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada
Data (21) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
mengeluh. Peristiwa terjadi pada siang hari jam 11 di rumah Jatiwaringin. Tuturan
diucapkan oleh Mbak Srigandhi (penutur) kepada Pangestu (lawan tutur), tuturan
mengeluh bahwa hatinya juga ikut panas. Selain itu juga ditandai dengan kalimat
“Ngono ki apa ora manasake atine wong sing ngrungokake?”. „Seperti ini apa
tidak membuat panas hati orang yang mendengarkan?‟ untuk memperjelas fungsi
tuturan mengeluh. Kata-kata yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas
3. Bentuk Perintah
Tindak tutur asertif bentuk kalimat perintah adalah bentuk tuturan yang
Bentuk kalimat perintah yang ditemukan dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti
data fungsi asertif dalam bentuk kalimat perintah dalam novel Pawestri Tanpa
Idhentiti Karya Suparto Broto. Bentuk kalimat perintah ini dapat dilihat pada
Data tuturan kalimat perintah dengan fungsi menyatakan adalah sebagai berikut.
utama kecelakaan ini!‟ merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat perintah.
Keasertifan yang muncul saat itu adalah pernyataan yang diucapkan oleh
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (22) di atas
merupakan kalimat perintah. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan pernyataan
kepada Panuluh bahwa dirinya adalah saksi utama dari kecelakaan. Secara tertulis
tuturan kalimat perintah ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan
terdapat tanda baca kalimat yaitu tanda seru (!) di akhir kalimat. Hal tersebut
Data (22) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyatakan. Peristiwa terjadi pada sore hari dirumah Jatiwaringin. Ketika itu
Abror mengalami kecelakaan saat memasang foto akan dibawa ke Rumah Sakit.
Tuturan diucapkan oleh Pawestri (penutur) kepada Panuluh (mitra tutur), tuturan
bahwa dirinya adalah saksi utama dar kecelakaan yang dialami Abror. Selain itu
juga ditandai dengan kalimat “Aku seksi utamane kacilakan iki!”. „ Aku saksi
yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan tuturan disampaikan dengan situasi
penelitian ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data
fungsi asertif menyatakan dalam bentuk kalimat perintah adalah berikut ini.
(23) Konteks : Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Pangestu menelepon
Dalem Jatiwaringin menanyakan bab Pawestri. Tuturan
diucapkan oleh Pangestu (O1) kepada Srigandhi (O2).
76
Pangestu : “Aku emoh duwe ibu kwalon! Tenan, Mbak, sumpah! Aja
nganti Bapak krama maneh, apa maneh karo wong kuwi!”. „
Aku tidak mau punya Ibu tiri! Benar, Mbak, sumpah! Jangan
sampai Bapak menikah lagi, apalagi dengan wanita itu!‟
(D.59/PTI/Hlm. 92)
Tuturan yang berbunyi “Aku emoh duwe ibu kwalon! Tenan, Mbak,
sumpah! Aja nganti Bapak krama maneh, apa maneh karo wong kuwi!”. „ Aku
tidak mau punya Ibu tiri! Benar, Mbak, sumpah! Jangan sampai Bapak menikah
lagi, apalagi dengan wanita itu!‟ merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat
perintah. Keasertifan yang muncul saat itu adalah pernyataan yang diucapkan oleh
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (23) di atas
merupakan kalimat perintah. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan pernyataan
kepada Srigandi bahwa dirinya tidak mau memiliki Ibu Tiri. Secara tertulis
tuturan kalimat perintah ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan
terdapat tanda baca kalimat yaitu tanda seru (!) di akhir kalimat. Hal tersebut
Data (23) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
menyatakan. Peristiwa terjadi pada pagi hari ketika Pangestu menelepon Dalem
Berdasarkan tujuan tuturan adalah Pangestu menyatakan bahwa dirinya tidak mau
77
mempunyai Ibu tiri. Selain itu juga ditandai dengan kalimat ““Aku emoh duwe
ibu kwalon!”. „ Aku tidak mau punya Ibu tiri! untuk memperjelas fungsi tuturan
sesuatu kepada lawan tuturnya. Data tuturan kalimat perintah dengan fungsi
ketangkep karo wong wedok neng hotel!” „ Berita jelek. Memalukan! Bapak
kalimat perintah. Keasertifan yang muncul saat itu adalah pemberitahuan yang
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (24) di atas
wanita di hotel. Secara tertulis tuturan kalimat perintah ditandai dengan adanya
huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca kalimat yaitu tanda seru (!)
di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada kalimat “Bapak ketangkep karo wong
Data (24) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
bersama wanita di dalam hotel. Selain itu juga ditandai dengan kalimat “Kabar
saru. Ngisin-ngisini! Bapak ketangkep karo wong wedok neng hotel!” „ Berita
dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari
penelitian ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data
fungsi asertif memberitahukan dalam bentuk kalimat perintah adalah berikut ini.
(25) Konteks : Peristiwa terjadi pada pagi hari didalam mobil. Ketika itu
Pawestri sedang belajar mengendarai mobil. Tuturan
diucapkan oleh Pawestri (O1) kepada Amir (O2).
Pawestri : “Gumun aku, Mas. Saben-saben aku rumangsa dalane kuwi
njempalik!.” „Heran saya, Mas. Sepertinya saya merasa
jalannya itu balik.‟ (D.89/PTI/Hlm.167)
79
dalane kuwi njempalik!.” „Heran saya, Mas. Sepertinya saya merasa jalannya itu
balik.‟ merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat perintah. Keasertifan yang
muncul saat itu adalah pemberitahuan yang diucapkan oleh Pawestri. Peristiwa
balik.
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (25) di atas
untuk memberitahukan kepada Amir Tanjung bahwa jalannya seperti mau balik.
Secara tertulis tuturan kalimat perintah ditandai dengan adanya huruf kapital di
awal kalimat dan terdapat tanda baca kalimat yaitu tanda seru (!) di akhir kalimat.
Hal tersebut tampak pada kalimat “Saben-saben aku rumangsa dalane kuwi
njempalik!.”.
Data (25) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
memberitahukan. Peristiwa terjadi pada pagi hari didalam mobil. Ketika itu
Tanjung bahwa dirinya merasa jalannya mau balik. Selain itu juga ditandai
saya, Mas. Sepertinya saya merasa jalannya itu balik.‟ untuk memperjelas fungsi
80
lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan
memberikan saran atau pendapat kepada seseorang untuk melakukan apa yang
sebagai berikut.
kuwi kepregok neng hotel karo Bapak, lo! Mongsok tanpa rasa slingkuhan, utawa
gepokan seksual? Sing luwih awas lo, Mbak, olehe ngawat-awati!”. „Mba Sri
mungkin kurang jelas. Wanita itu ketahuan di hotel bersama Bapak, lo! Masa
tanpa rasa slingkuh, atau berhubungan seksual? Yang lebih jelas lagi, Mbak,
Keasertifan yang muncul saat itu adalah saran yang diucapkan oleh Pangestu.
Pawestri.
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (26) di atas
Secara tertulis tuturan perintah ditandai dengan adanya huruf kapital di awal
kalimat dan terdapat tanda baca kalimat yaitu tanda seru (!) di akhir kalimat. Hal
tersebut tampak pada kalimat “Sing luwih awas lo, Mbak, olehe ngawat-awati!”.
Data (26) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
Tuturan diucapkan oleh Pangestu (penutur) kepada Srigandhi (mitra tutur), tuturan
menyarankan kepada Mba Srigandi untuk lebih jelas lagi dalam mengawasi
wanita yang bersama Bapak. Selain itu juga ditandai dengan kalimat “Sing luwih
awas lo, Mbak, olehe ngawat-awati!”. „Yang lebih jelas lagi, Mbak,
digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang
dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan tuturan disampaikan dengan situasi yang
serius.
penelitian ini dalam tuturan yang lain. Berikut ini akan dipaparkan contoh data
fungsi asertif menyarankan dalam bentuk kalimat perintah adalah berikut ini.
82
(27) Konteks : Peristiwa terjadi pada siang hari dikantor Jatiwaringin. Ketika
Pawestri sedang menginspeksi sopir truk. Tuturan diucapkan
oleh Pawestri (O1) kepada Abror (O2).
Pawestri : “Truke diparkir sing bener. Mujure diwalik padha kaya truk
sijine kuwi, sing mburi padha mburi, ngunduri dhang-dhangan
wates parkir!”. „ Truknya diparkir yang benar. Posisinya
dibalik seperti truk yang satunya itu, yang belakang seperti
belakangnya, melewati belakang batas parkir!‟ (D.73/PTI/Hlm.
117)
padha kaya truk sijine kuwi, sing mburi padha mburi, ngunduri dhang-dhangan
wates parkir!”. „ Truknya diparkir yang benar. Posisinya dibalik seperti truk yang
satunya itu, yang belakang seperti belakangnya, melewati belakang batas parkir!‟
merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat perintah. Keasertifan yang muncul
saat itu adalah saran yang diucapkan oleh Pawestri. Peristiwa tersebut terjadi saat
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (27) di atas
untuk menyarankan kepada Abror untuk memarkir truknya sesuai aturan. Secara
tertulis tuturan perintah ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan
terdapat tanda baca kalimat yaitu tanda seru (!) di akhir kalimat. Hal tersebut pada
kalimat “Mujure diwalik padha kaya truk sijine kuwi, sing mburi padha mburi,
Data (27) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
memarkir truknya sesuai aturan. Selain itu juga ditandai dengan kalimat “Mujure
diwalik padha kaya truk sijine kuwi, sing mburi padha mburi, ngunduri dhang-
dhangan wates parkir!”. „Posisinya dibalik seperti truk yang satunya itu, yang
tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa yang dipakai dalam
kehidupan sehari-hari dan tuturan disampaikan dengan situasi yang serius dan
tegang.
digunakan untuk menyatakan rasa bangga. Ilokusi yang seperti ini tidak masuk
dalam kategoti netral dari segi kesopanan dan dianggap tidak sopan yang secara
(28) Konteks : Peristiwa terjadi pada siang hari ketika rapat majelis
komanditer di Jatiwaringin telah selesai. Tuturan diucapkan oleh
Tio Radjien (O1) kepada Dokter Rajiman (O2).
Tio Radjien : “Lan wawasane Jeng Pawestri bab ngrembaka prusahaan
kanggo masa depan uga ngedap-edapi. Awake dhewe begja
banget nduweni wong ayu pinter kaya Jeng Pawestri iki!”. „Dan
pengetahuan Pawestri tentang perkembangan perusahaan untuk
masa depan yang cerah. Kita beruntung sekali mempunyai
wanita cantik seperti Bu Pawestri ini!‟ (D.99/PTI/Hlm.214)
84
begja banget nduweni wong ayu pinter kaya Jeng Pawestri iki!”. „Dan
cerah. Kita beruntung sekali mempunyai wanita cantik seperti Bu Pawestri ini!‟
merupakan bentuk tuturan asertif yang berupa kalimat perintah. Keasertifan yang
muncul saat itu adalah rasa bangga yang diucapkan oleh Tio Radjien. Peristiwa
atas merupakan kalimat perintah. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan
Ibu Vresti. Secara tertulis tuturan kalimat perintah ditandai dengan adanya huruf
kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca kalimat yaitu tanda seru (!) di
akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada kalimat “Awake dhewe begja banget
Data (28) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
membanggakan. Peristiwa terjadi pada siang hari ketika rapat majelis komanditer
wanita yang cantik dan pintar di dalam perusahaan PT Frozenmeat Raya. Selain
85
itu juga ditandai dengan kalimat “Awake dhewe begja banget nduweni wong ayu
pinter kaya Jeng Pawestri iki!”. „Kita beruntung sekali mempunyai wanita cantik
kata yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan tuturan disampaikan dengan situasi
yang santai.
kesakitan, kekecewaan, dsb. Keluhan adalah apa yang dikeluhkan, keluh kesah
(KBBI, 2008 : 1112). Data tuturan kalimat perintah dengan fungsi membanggakan
(29) Konteks : Peristiwa terjadi pada sore hari di rumah Xavira di Cluster
De Latinos. Tuturan yang diucapkan oleh Pangestu (O1)
kepada Xavira (O2).
Pangestu : “Ya njinem meneng wae ngono kuwi? Wiis, wis-wis-wis!
Kaco ngene iki, Dhinasti Mama Pandora!”. „ Ya .... diam sja
seperti itu? Sudah, sudah-sudah-sudah! Berantakan seperti
ini, Dinasti Mama Pandora!‟ (D.105/PTI/Hlm. 251)
Tuturan yang berbunyi “Ya njinem meneng wae ngono kuwi? Wiis, wis-
wis-wis! Kaco ngene iki, Dhinasti Mama Pandora!”. „ Ya diam saja seperti itu?
merupakan tuturan asertif yang berupa kalimat perintah. Keasertifan yang muncul
saat itu adalah rasa mengeluh yang diucapkan oleh Pangestu. Peristiwa tersebut
terjadi saat Pangestu dan keluargannya tiba di rumah Xavira, kemudian Pangestu
Lebih lanjut jika dilihat dari aspek bentuk kalimatnya tuturan (29) di atas
merupakan kalimat perintah. Hal tersebut dapat terlihat bahwa tuturan mengeluh
Xavira bahwa Dinasti Mama Pandora telah berantakan. Secara tertulis tuturan
perintah ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda
baca kalimat yaitu tanda seru (!) di akhir kalimat. Hal tersebut tampak pada
Data (29) di atas merupakan bentuk tindak tutur asertif yang berfungsi
mengeluh. Peristiwa terjadi pada sore hari di rumah Xavira di Cluster De Latinos.
Tuturan yang diucapkan oleh Pangestu (penutur) kepada Xavira (lawan tutur),
mengeluh bahwa Dinasti Mama Pandora telah berantakan. Selain itu juga ditandai
dengan kalimat “Kaco ngene iki, Dhinasti Mama Pandora!”. „Berantakan seperti
ini, Dinasti Mama Pandora!‟ untuk memperjelas fungsi tuturan mengeluh. Kata-
kata yang digunakan dalam tuturan singkat dan lugas menggunakan ragam bahasa
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan tuturan disampaikan dengan situasi
yang tegang.
87
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Bentuk tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa
Idhentiti karya Suparto Brata ada tiga bentuk yaitu bentuk berita, bentuk
tanya, dan bentuk perintah. Pengklasifikasian bentuk tindak tutur asertif yang
untuk memerintah.
2. Fungsi tindak tutur asertif pada tuturan novel terdapat delapan fungsi yaitu
tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti ini
berdasarkan pada makna tuturan, tujuan tuturan, serta konteks yang terdapat
tuturan tersebut. Adapun fungsi tindak tutur asertif yang ditemukan berbeda-
beda pada setiap tuturan disebabkan maksud dan tujuan dari masing-masing
87
88
B. Implikasi
Hasil penelitian ini bagi pembaca dapat dijadikan sebagai wawasan serta
pemahaman mengenai bahasa Jawa khususnya tindak tutur asertif. Tindak tutur
asertif tersebut diperlukan dalam memahami tuturan antara penutur dan lawan
tutur sehingga maksud tuturan tersebut dapat dipahami. Hal tersebut bertujuan
agar tidak terjadi kesalahan pemahaman antara penutur yang dikarenakan maksud
penelitian ini digunakan sebagai materi ajar pembelajaran. Hasil penelitian ini
diharapkan para siswa atau mahasiswa dapat memahami tentang bentuk dan
C. Saran
mengenai kajian tindak tutur asertif agar dapat membantu memahami makna
konteks tuturannya.
89
DAFTAR PUSTAKA
Austin, J. L. 1962. How to Do Things With Words. New York: Oxford University
Press.
Sudaryanto, dkk. 1982. Kata-kata Afektif dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: CV. Yrama Widya.
90
91
Wahyuningsih, Retno. 2011. “Tindak Tutur dalam Produk Iklan Berbahasa Jawa
di Radio Swara Kanca Tani Yogyakarta”. Skripsi S1. Yogyakarta. Prodi.
Pendidikan Bahasa Jawa, FBS, UNY.
92
LAMPIRAN
92
Tabel 2 : Analisis Data Bentuk dan Fungsi Tuturan Asertif dalam Novel Pawestri Tanpa Idhentiti Karya Suparto Brata
Fungsi
Bentuk Kalimat
No Konteks Data Keterangan
M BR S MB NG N L NY
B T P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Peristiwa terjadi pada Prayoga : “Wonten mobil √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di dalam ingkang tumuju badhe kalimat berita karena diawali
lobi Hotel Batavia dhateng bandhara, mobil dengan huruf kapital dan
Inn. Tuturan minicab menapa ngaten,
diakhiri dengan tanda titik
diucapkan oleh nggoling kasempyok
Prayoga (O1) kepada bena, kerem”. (.) diakhir kalimat.
Panuluh (O2). Fungsi : Memberitahukan
(D.1/ PTI/ Hlm.6) “mobil minicab menapa
Tuturan terjadi di
dalam lobi Hotel, ngaten, nggoling kasempyok
ketika itu Panuluh bena, kerem” Prayoga
bertanya kepada memberitahukan kepada
Prayoga tentang Panuluh Barata
keadaan Tuwan
Holiday (O3),
kemudian Prayoga
memberitahukan
keaadaan sebelum
Tuwan Holiday tiba
di Hotel.
2. Tuturan terjadi pada Panuluh: “Iya. Nanging √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari di dalam salonge daging liya, ora kalimat berita karena diawali
lobi Hotel. Tuturan mung daging tepong dengan
diucapkan oleh thok. Daging teponge sok
Panuluh
93
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Barata (O1) kepada kurang akeh saka sak ton. huruf kapital dan diakhiri
Prayitna (O2). Mula sing tepong wae dengan tanda titik (.) diakhir
sing dakjaluk kudu ajeg kalimat.
ing mupakatan iki.
Fungsi : Memberitahukan
Mayokake sak ton daging
tepong samono kuwi wae “Mayokake sak ton
aku kudu ngaya meres daging tepong samono kuwi
pikiran lan tenaga”. wae aku kudu ngaya meres
(D.2/PTI/Hlm.8) pikiran lan tenaga”
Panuluh memberitahukan
kepada Prayitna
3. Peristiwa terjadi pada Panuluh Barata : “Lo. √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari di dalam Aku karo sekretarisku iki kalimat berita karena diawali
hotel. Tuturan sak awan mau sadurunge dengan huruf kapital dan
diucapkan oleh rapat jangkep wis diakhiri dengan tanda titik
Panuluh Barata (O1) jagongan neng kamar (.) diakhir kalimat.
kepada polisi (O2) kene. Tuwan holiday iki Fungsi : Memberitahukan
untuk menyatakan mentas wae saka “Aku karo sekretarisku
sesuatu kepada polisi. Australi, jam telu mau iki sak awan mau sadurunge
tekane.” rapat jangkep wis jagongan
(D.3/PTI/Hlm.12) neng kamar kene”
Panuluh Barata menyatakan
bahwa dirinya dan
sekretarisnya dari siang
sudah duduk bersama di
kamar.
94
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
4 Peristiwa terjadi pada Polisi: “Wong wedok iki √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari di dalam kita takoni ora kalimat berita karena diawali
hotel. Tuturan wangsulan apa-apa. dengan huruf kapital dan
diucapkan oleh Polisi Ketara wedi banget. diakhiri dengan tanda titik
(O1) kepada teman Marga nglakoni salah.” (.) diakhir kalimat.
polisi (O2) untuk Fungsi: Memberitahukan
(D.4/PTI/Hlm. 12)
memberitahukan “Wong wedok iki kita takoni
sesuatu kepada teman ora wangsulan apa-apa.”
polisi. polisi memberitahukan
kepada temannya bahwa
wanita yang dirazia tidak
berkata apa-apa.
5 Peristiwa terjadi pada Polisi: “Ora mung wedi. √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari di dalam Genah arep semaput kalimat perintah karena
hotel. Tuturan ngono, kok. Ya genah diawali dengan huruf kapital
diucapkan oleh Polisi shock! Jetlag! Wong dan diakhiri dengan tanda
(O1) kepada teman becik-becik diarani seru (!) diakhir kalimat.
polisi (O2) untuk palanyahan!” Fungsi: Memberitahukan
memberitahukan “ Wong becik-becik diarani
(D.5/PTI/Hlm. 12)
sesuatu kepada teman palanyahan!” Polisi
polisi. memberitahukan kepada
temannya bahwa wanita
yang dirazia wanita yang
baik-baik.
6. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Aja wedi. Aku √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari di dalam mitramu. kalimat berita karena diawali
95
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
mobil polisi. Tuturan Kowe mengko daktulungi. dengan huruf kapital dan
diucapkan oleh Dakkancani. Daklawani. diakhiri dengan tanda titik
Panuluh (O1) kepada Dakayomi.” (.) diakhir kalimat.
wanita yang sedang
(D.6/PTI/Hlm. 14) Fungsi: Menyatakan
ditolongnya (O2). “Aku mitramu” Panuluh
menyatakan bahwa dirinya
adalah mitra kerjanya.
7. Peristiwa terjadi di Panuluh: “Aku bengi- √ √ Tuturan tersebut merupakan
dalam mapolsek. bengi nyang Pasar kalimat berita karena diawali
Tuturan diucapkan Jatinegara ijen kuwi ora dengan huruf kapital dan
oleh Panuluh (O1) kluyuran golek mangsan, diakhiri dengan tanda titik
kepada Polisi (O2) nanging butuh tuku (.) diakhir kalimat.
ketika sedang ditanya obat.” Fungsi: Memberitahukan
oleh Polisi. “Aku bengi-bengi nyang
(D.7/PTI/Hlm. 15)
Pasar Jatinegara”
Panuluh memberitahukan
kepada polisi bahwa malam-
malam dia pergi untuk
membeli obat.
8. Peristiwa terjadi Polisi: “Yen urine resik, √ √ Tuturan tersebut merupakan
ketika Polisi (O1) sing wadon-wadon sing kalimat berita karena diawali
menyuruh kepada diterka palanyahan dengan huruf kapital dan
para wanita yang di nginep kene sewengi, diakhiri dengan tanda titik
duga pekerja seks sesuk-esuk oleh tuntutan (.) diakhir kalimat.
untuk dipriksa gegulang ing kalbu, Fungsi: Memberitahukan
96
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
urinnya di kantor banjur dilepas tengah Polisi memberitahukan
mapolsek. dina.” kepada para wanita yang
diduga bersalah apabila
(D.8/PTI/Hlm. 16)
urinnya negatif, besok
tengah hari boleh
dibebaskan.
9. Peristiwa terjadi pada Polisi: “Potongan roke √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat Polisi (O1) sajak kaya kimono sing kalimat tanya karena diawali
memberi keterangan modis ngono, bledhehane dengan huruf kapital dan
kepada Panuluh (O2) benik kabeh neng ngarep, diakhiri dengan tanda tanya
mengenai wanita mongsok ngono kuwi (?) diakhir kalimat.
yang ada di dalam sandhangane sekretaris Fungsi: Memberitahukan
hotel. sing lage tandhang “Potongan roke sajak kaya
gawe? kimono sing modis ngono,
(D.9/PTI/Hlm. 16) bledhehane benik kabeh
neng ngarep” Polisi
memberitahukan kepada
Panuluh bahwa wanita yang
bersamanya menggunakan
baju kimono.
10. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Dheweke teka √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat Panuluh (O1) nyang omahku sadurunge kalimat berita karena diawali
memberi keterangan budhal menyang hotel dengan huruf kapital dan
kepada Polisi (O2) pancen kebes kodanan.” diakhiri dengan tanda titik
mengenai (.) diakhir kalimat.
(D.10/PTI/Hlm. 17)
Fungsi: Memberitahukan
97
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
wanita yang ada di Panuluh memberitahukan
dalam hotel. kepada Polisi bahwa wanita
yang bersamanya datang ke
rumahnya sebelum ke hotel
memang basah kehujanan.
11. Peristiwa terjadi pada Polisi: “Cekake Bapak √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat Polisi (O1) tanggung jawab yen kalimat tanya karena diawali
menanyakan kepada wong iki ora nglakoni dengan huruf kapital dan
Panuluh (O2) palanyahan ing hotel diakhiri dengan tanda tanya
mengenai wanita kana mau?” (?) diakhir kalimat.
yang ada di dalam
(D.11/PTI/Hlm. 17) Fungsi: Menuntut
hotel. “Cekake Bapak tanggung
jawab” Polisi menuntut
bertanggung jawab kepada
Panuluh bahwa wanita yang
bersamanya tidak melakukan
kesalahan.
12. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Aku tanggung √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat Panuluh (O1) jawab. Kuwi kartu kalimat berita karena diawali
memberi keterangan namaku. Iki KTP-ku. dengan huruf kapital dan
kepada Polisi (O2) diakhiri dengan tanda titik
(D.12/PTI/Hlm. 17)
mengenai wanita (.) diakhir kalimat.
yang ada di dalam Fungsi: Menyatakan
hotel. “Aku tanggung jawab.”
Panuluh menyatakan kepada
98
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
polisi bahwa dirinya siap
bertanggung jawab atas
wanita yang bersamanya.
13. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Neng ngomah √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat Panuluh (O1) mung ana pembantuku kalimat berita karena diawali
memberi keterangan wadon. Ing kartunama dengan huruf kapital dan
kepada Polisi (O2) kuwi ana nomer telpune diakhiri dengan tanda titik
mengenai wanita omahku.” (.) diakhir kalimat.
yang ada di dalam
(D.13/PTI/Hlm. 18) Fungsi: Memberitahukan
hotel. “Neng ngomah mung ana
pembantuku wadon.”
Panuluh memberitahukan
kepada polisi bahwa
dirumahnya hanya ada
pembantunya wanita.
14. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Dicathet ing √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat Panuluh (O1) kene wae, lo. Aja kalimat berita karena diawali
memberi keterangan dikontak liwat HP. dengan huruf kapital dan
kepada Polisi (O2) Nomer telpune wong loro diakhiri dengan tanda titik
mengenai wanita wae cukup.” (.) diakhir kalimat.
yang ada di dalam
(D.14/PTI/Hlm. 18) Fungsi: Menyarankan “
hotel. Dicathet ing kene wae, lo.”
99
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Panuluh menyarankan
kepada polisi untuk
mencatat nomer telponnya
dikartunamana.
15. Peristiwa terjadi pada Polisi: “Ijen, gek √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat Polisi (O1) dheweke dudu sing kalimat berita karena diawali
sedang mengintrogasi manggoni kamar. dengan huruf kapital dan
pelaku yang terjaring Mangka iki rak razia diakhiri dengan tanda titik
razia. Tuturan pekat, razia penyakit (.) diakhir kalimat.
diucapkan oleh Polisi masyarakat, klebu Fungsi: Memberitahukan
kepada wartawan ngrasia wong wadon “Ijen, gek dheweke dudu
(O2) yang sedang palanyahan ngene iki.” sing manggoni kamar.”
meliput. Polisi memberitahukan
(D.15/PTI/Hlm. 19)
kepada wartawan bahwa
wanita yang kejaring razia
bukan yang meninggali
kamar hotel.
16. Peristiwa terjadi pada Wartawan: “Sajake √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat Polisi sedang putrine mau cahyane kalimat berita karena diawali
mengintrogasi wanita pucet banget. Gek dengan huruf kapital dan
yang diduga sebagai nglentruk lemes. Bisa uga diakhiri dengan tanda titik
pekerja seks lara maras apa (.) diakhir kalimat.
komersial. Tuturan jantungen. Kira-kira Fungsi: Menyarankan
diucapkan oleh gerah nemen. Prayoga “Prayoga gage dipriksakake
gage dipriksakake dhokter, Pak.” Wartawan
dhokter, Pak.
100
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Wartawan (O1) Dhokter praktek bengi menyarankan kepada
kepada Panuluh (O2) yah mene adate wis tutup. Panuluh supaya wanita yang
saat melihat wanita Terus nyang gawat bersamanya segera dibawa
yang diintrogasi darurat rumah sakit kerumah sakit karena
wajahnya pucat dan wae.” wajahnya sudah pucat sekali.
tidak punya daya.
(D.16/PTI/Hlm. 19)
17. Peristiwa terjadi pada Wartawan: “Daleme √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari. Tuturan ngendi, ta?” kalimat berita karena diawali
diucapakan oleh dengan huruf kapital dan
Panuluh: “Jatiwaringin
Wartawan (O1) diakhiri dengan tanda titik
Raya. Arah Pondok
kepada Panuluh (O2) (.) diakhir kalimat.
Bambu.”
saat akan membawa Fungsi: Menyarankan
wanita yang Wartawan: “Yen ngono “Yen ngono Rumah Sakit
ditolongnya itu Rumah Sakit Yadika Yadika Jalan Pahlawan
kerumah sakit. Jalan Pahlawan Revolusi Revolusi wae, cedhak kana.”
wae, cedhak kana.”
Wartawan menyarankan
(D.17/PTI/Hlm. 20) kepada Panuluh supaya
wanita yang bersamanya
dibawa ke Rumah sakit
Yadika yang lebih dekat.
18. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Rumah Sakit √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari. Tuturan Waluyajati Bekasi wae, kalimat tanya karena diawali
diucapakan oleh aku kenal dengan huruf kapital dan
Wartawan (O1) dhoktere,”panuluh diakhiri dengan tanda tanya
kepada Panuluh (O2) mangsuli tanpa gagasan (?) diakhir kalimat.
101
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
saat akan membawa priye-priye. Ngramahi Fungsi: Memberitahukan
wanita yang rembuge wartawan. “Lo, rak malah saya
ditolongnya itu adoh?”
Wartawan: “Lo, rak Wartawan
kerumah sakit.
malah saya adoh?” memberitahukan kepada
Panuluh bahwa Rumah sakit
(D.18/PTI/Hlm. 20)
yang akan dituju Panuluh
lebih jauh.
19. Peristiwa terjadi pada Polisi Wanita: “Pak, √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari saat Wani tanggung jawab kalimat tanya karena diawali
Panuluh akan tenan, ya, yen wong kuwi dengan huruf kapital dan
membawa wanita sekretarise? Dudu wong diakhiri dengan tanda tanya
yang ditolong akan palanyahan?” (?) diakhir kalimat.
dibawa ke rumah
(D.19/PTI/Hlm. 20) Fungsi: Menuntut “Pak,
sakit. Tuturan Wani tanggung jawab tenan,
diucapkan oleh Polisi ya, yen wong kuwi
Wanita (O1) kepada sekretarise?” Polisi
Panuluh (O2). menuntut bertanggung jawab
kepada Panuluh bahwa
wanita yang bersamanya
adalah sekretarisnya dan
bukan pekerja seks
komersial.
20. Peristiwa terjadi pada Polisi: “Yen pepriksan √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari saat urine ngandhut narkoba, kalimat berita karena diawali
Panuluh akan kepeksa dakubungi dengan huruf kapital dan
102
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
membawa wanita maneh panjenengan. Ing diakhiri dengan tanda titik
yang ditolong akan alamat-alamat telepon (.) diakhir kalimat.
dibawa ke rumah dhalem, apa kantor iki, Fungsi: Memberitahukan
sakit. Tuturan ta, panjenengan? “Yen pepriksan urine
diucapkan oleh Polisi ngandhut narkoba, kepeksa
(D.20/PTI/Hlm. 21)
Wanita (O1) kepada dakubungi maneh
Panuluh (O2). panjenengan.” Polisi
memberitahukan kepada
Panuluh bahwa apabila
pemeriksaan urine
mengandung narkoba, Polisi
akan menghubungi Panuluh
kembali.
21. Peristiwa terjadi pada Wartawan: “Surat kabar √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari ketika anyar, modale cilik, kalimat berita karena diawali
Panuluh dan Pawestri Suara Jakarta, Pak. Iki dengan huruf kapital dan
sampai diluar kartu namaku. Jenengku diakhiri dengan tanda titik
mapolsek. Tuturan Ismail. (.) diakhir kalimat.
diucapkan Wartawan
(D.21/PTI/Hlm. 22) Fungsi: Memberitahukan
(O1) kepada Panuluh “Surat kabar anyar, modale
(O2) saat Panuluh cilik, Suara Jakarta, Pak.”
akan meninggalkan Wartawan
mapolsek memberitahukan kepada
menggunakan taksi. Panuluh bahwa dirinya dari
Surat Kabar baru yakni
Suara Jakarta.
103
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
22. Peristiwa terjadi pada Xavira: “Iki lo mesake √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari dirumah banget. Udan saawan kalimat berita karena diawali
Xavira. Tuturan wingi pancen deres dengan huruf kapital dan
diucapkan Xaziva tenan. Tol menyang diakhiri dengan tanda titik
(O1) kepada Pangestu bandhara banjir (.) diakhir kalimat.
(O2) kakaknya. bandhang.” Fungsi: Memberitahukan
(D.22/PTI/Hlm. 23) “Udan saawan wingi
pancen deres tenan.”
Xavira memberitahukan
kepada Pangestu bahwa
kemarin siang hujannya
deras banget.
23. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Kabar saru. √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika Ngisin-ngisini! Bapak kalimat perintah karena
Pangestu menelepon ketangkep karo wong diawali dengan huruf kapital
adiknya Xavira. wedok neng hotel!” dan diakhiri dengan tanda
Tuturan diucapkan seru (!) diakhir kalimat.
(D.23/PTI/Hal. 24)
Pangestu (O1) kepada Fungsi: Memberitahukan
Xavira (O2). “Bapak ketangkep karo
wong wedok neng hotel!”
Pangestu memberitahukan
kepada Xavira bahwa
Bapanya ditangkap Polisi
bersama wanita di hotel.
104
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
24. Peristiwa terjadi pada Xavira: “Mas. Kok ora √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika kowe dhewe wae sing kalimat tanya karena diawali
Pangestu menelepon telpun? Embuh nyang dengan huruf kapital dan
adiknya Xavira. Bapak embuh nyang Mas diakhiri dengan tanda tanya
Tuturan diucapkan Kun. Apa nyang Aji (?) diakhir kalimat.
Xavira (O1) kepada utawa Rumsari? Fungsi: Menyarankan
Pangestu (O2). “Kok ora kowe dhewe wae
(D.24/PTI/Hal.25)
sing telpun?” Xavira
menyarankan kepada
Pangestu untuk mencoba
kakaknya sendiri yang
menelepon Bapak.
25. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Pokoke √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika prekarane iki gage kalimat berita karena diawali
Pangestu menelepon diurus. Kenapa ndadak dengan huruf kapital dan
adiknya Xavira. nggawa wong wedok diakhiri dengan tanda titik
Tuturan diucapkan hotelan barang menyang (.) diakhir kalimat.
Pangestu (O1) kepada Waluyajati?kabar sing Fungsi: Menuntut
Xavira (O2). ditulis kuwi bener apa “Pokoke prekarane iki gage
ora? Yen bener kersane diurus.” Pangestu
Bapak ki apa? Yen ora menunut kepada Xavira
bener, kene perlu untuk segera mengurus
klarifikasi karo perkara Bapaknya yang
wartawane.” masuk kantor Polisi.
(D.25/PTI/Hal. 25)
105
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
26. Peristiwa terjadi pada Srigandhi: “Ora. Ya √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika mung jam rolasan bengi kalimat berita karena diawali
Pangestu menelepon ngono, sawise acara TV dengan huruf kapital dan
dalem Jatiwaringin. Empat Mata, Bapak diakhiri dengan tanda titik
Tuturan diucapkan telpun, jare bengi kuwi (.) diakhir kalimat.
Mbak Srigandhi (O1) ora bisa kondur, marga Fungsi: Memberitahukan
kepada Pangestu ngeterke wong lara “Bapak telpun, jare bengi
(O2). menyang Bekasi.” kuwi ora bisa kondur, marga
(D.26/PTI/Hal.26) ngeterke wong lara menyang
Bekasi.” Srigandhi
memberitahukan kepada
Pangestu bahwa Bapak
telpun tidak bisa pulang
karena mengantarkan orang
sakit ke Bekasi.
27. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Wah! Iki wis √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika genah ora apik! Wong kalimat perintah karena
Pangestu menelepon wedok kuwi wong diawali dengan huruf kapital
dalem Jatiwaringin. palanyahan sing kena dan diakhiri dengan tanda
Tuturan diucapkan garuk kencan karo Bapak seru (!) diakhir kalimat.
Pangestu (O1) kepada ing hotel!” Fungsi: Memberitahukan
Mbak Srigandhi Pangestu memberitahukan
(D27./PTI/Hal. 26)
(O2). kepada Srigandhi bahwa
keadaannya sudah tidak baik
karena Bapak bersama
Wanita didalam hotel.
106
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
28. Peristiwa terjadi pada Kuncahya: “Jare Aji karo √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di rumah Rumsari, wingi pada kalimat berita karena diawali
Xavira di Jaka rapat ing Batavia Inn. dengan huruf kapital dan
Sampurna. Tuturan Nganti rampung rapat, diakhiri dengan tanda titik
diucapkan oleh apik-apik wae. Aji lan (.) diakhir kalimat.
Kuncahya (O1) Rumsari ya terus mulih. Fungsi: Memberitahukan
kepada Pangestu Bapak ditinggal ing “Jare Aji karo Rumsari,
(O2). hotel. Ing kono, sawise wingi pada rapat ing
rapat bubar, sajake
Batavia Inn.” Kuncahya
Bapak anggone kepregok
memberitahukan kepada
karo wong wadon kuwi.”
Pangestu bahwa kemarin Aji
(D.28/PTI/Hal.28) dan Rumsari rapat di hotel
Batavia Inn bersama Bapak.
29. Peristiwa terjadi pada Zetta Zatuti: “Iya, ki. √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di rumah Wiwit maca wartane kalimat berita karena diawali
Xavira. Tuturan Bapak mau esuk Mas dengan huruf kapital dan
diucapkan oleh Zetta Nges ki emosine ndedel. diakhiri dengan tanda titik
Zatuti (O1), garwane Dakerih-erih meksa kaya (.) diakhir kalimat.
Maz Pangestu kepada ngono kuwi,” ujare Zetta Fungsi: Memberitahukan
Xavira (O2). Zatuti, garwane Pangestu “Wiwit maca wartane Bapak
Barata.” mau esuk Mas Nges ki
(D.29/PTI/Hal. 29) emosine ndedel.” Zetta
memberitahukan kepada
Xavira bahwa sejak
membaca beritanya Bapak,
Pangestu emosinya naik.
107
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
30. Peristiwa terjadi pada Xavira: “Nganggo √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di rumah Innova thok wae. Sing kalimat berita karena diawali
Xavira ketika nyopir Mas Kun. Yen sing dengan huruf kapital dan
Pangestu mengajak nyopir wong emosi, aku diakhiri dengan tanda titik
keluarganya pergi ke kuwatir wetengku (.) diakhir kalimat.
Rumah Sakit keguguran,” usule Fungsi: Menyarankan
Waluyajati Bekasi. Xavira. “Nganggo Innova thok
Tuturan diucapkan
(D.30/PTI/Hal. 31) wae.” Xavira
oleh Xavira (O1),
menyarankan kepada
kepada Pangestu
Pangestu untuk
(O2).
menggunakan mobil Innova
saja karena Xavira kuwatir
kandungannya gugur.
31. Peristiwa terjadi pada Resepsionis: “Kula √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di Rumah lapuraken dhumateng Ibu kalimat berita karena diawali
Sakit Waluyajati Langenutami, pangarsa dengan huruf kapital dan
Bekasi. Tuturan administrasi RS diakhiri dengan tanda titik
diucapkan rumiyin.” (.) diakhir kalimat.
Resepsionis rumah
(D.31/PTI/Hal.32) Fungsi: Melaporkan
sakit kepada keluarga “Kula lapuraken dhumateng
PT Frozenmeat Raya.
Ibu Langenutami.”
Resepsionis melaporkan
keluarga PT Frozenmeat
Raya kepada Ibu
Langenutami.
108
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
32. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Aku ki √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di Rumah mesakake. Wonge ki kalimat berita karena diawali
Sakit Waluyajati. gliyengan, arep semaput dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan wae. Ya dak tulungi. Iki diakhiri dengan tanda titik
oleh Panuluh (O1) nyuwuna pirsa Mas (.) diakhir kalimat.
kepada anaknya, Rajiman. Wonge nganti Fungsi: Memberitahukan
Pangestu (O2). saprene rak isih jetlag. “Wonge ki gliyengan, arep
Ora genah tanggap-
semaput wae.” Panuluh
rasane.”
memberitahukan kepada
(D.32/PTI/Hal.34) anaknya Pangestu bahwa dia
menolong wanita di hotel
karena wanita tersebut
hampir semaput.
33. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Bapak kok √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di Rumah jegegesan, ta? Kersane kalimat berita karena diawali
Sakit Waluyajati. Bapak dospundi niki? dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan Ajeng dinapakake wong diakhiri dengan tanda titik
oleh Pangestu (O1) wedok niku? Mbok (.) diakhir kalimat.
kepada Panuluh (O2) empun, ditinggal mriki Fungsi: Menyarankan
ketika sedang mawon, diparingi dhuwit “Mbok empun, ditinggal
menjelaskan panjer pinten kinten- mriki mawon, diparingi
mengenai wanita kinten telase beya dhuwit panjer pinten kinten-
yang bersama pangobatane. kinten telase beya
Bapaknya.
(D.33/PTI/Hal. 35) pangobatane.”
109
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pangestu menyarankan
kepada Bapaknya supaya
wanita yang ditolong dihotel
ditinggal di Rumah Sakit
saja.
34. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Ben daksemak √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di Rumah kahanane nganti waras. kalimat berita karena diawali
Sakit Waluyajati. Aku kepengin mbalekake dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan dheweke nganti tekan diakhiri dengan tanda titik
oleh Panuluh (O1) keluargane. Ora (.) diakhir kalimat.
kepada Pangestu (O2) glandhangan ijen Fungsi: Menyatakan
ketika sedang mengkono kuwi ing alas “Aku kepengin mbalekake
menjelaskan beton Jakarta.” dheweke nganti tekan
mengenai wanita
(D.34/PTI/Hal.36) keluargane.” Panuluh
yang bersama
menyatakan kepada anaknya
Bapaknya.
Pangestu bahwa dia ingin
mengembalikan wanita di
hotel sampai kekeluarganya.
35. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Wedok, ora √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di Rumah duwe KTP, neng hotel kalimat berita karena diawali
Sakit Waluyajati. bengi-bengi. Lan ketok dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan banget Bapak anggone diakhiri dengan tanda titik
oleh Pangestu (O1) ngaya ngayomi. Mesthi (.) diakhir kalimat.
kepada Panuluh (O2) ana gegayutane karo Fungsi: Menyatakan
ketika sedang Bapak. Gegayutan kang
menjelaskan marga Bapak kakung, lan
110
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
mengenai wanita wong kuwi wedokan saba “Gegayutan kang marga
yang bersama hotel! Cemer! Bapak kakung, lan wong
Bapaknya. kuwi wedokan saba hotel!”
(D.35/PTI/Hal. 36)
Pangestu menyatakan
kepada Bapaknya bahwa
Bapaknya ada hubungan
dengan wanita yang ada di
hotel.
36. Peristiwa terjadi pada Dokter: “Apik-apik. Ya √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari setelah mung amnesia, ora kalimat berita karena diawali
Dokter memeriksa kelingan apa-apa. Marga dengan huruf kapital dan
Pawestri. Tuturan kaget ngalami kahanan diakhiri dengan tanda titik
diucapkan oleh kang luwar biyasa kang (.) diakhir kalimat.
Dokter Nining Febri, ora dinuga, utawa banget Fungsi: Memberitahukan
SpKJ kepada kekeselen. Ora ana “Ya mung amnesia, ora
keluarga Panuluh sasmita penyakit liyane
kelingan apa-apa.”
Barata. yen dipriksa saka
Dokter memberitahukan
keahlianku. Tambane
kepada keluarga Panuluh
sing kaprayogakake
bahwa pawestri terkena
sepisanan ya mung kudu
amnesia atau hilang ingatan.
leren, ben ati lan pikirane
mantep.
(D.36/PTI/Hal. 37)
37. Peristiwa terjadi pada Dokter: “Oleh. Oleh wae. √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari setelah Nanging ya sing alus. Aja kalimat berita karena diawali
111
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dokter memeriksa kasaran, aja nyemprot dengan huruf kapital dan
Pawestri. Tuturan pitakonan kang ora-ora. diakhiri dengan tanda titik
diucapkan oleh Wonge isih labil banget. (.) diakhir kalimat.
Dokter Nining Febri, Pendheke aja ngeget- Fungsi: Menyarankan
SpKJ kepada egeti.” “Aja kasaran, aja nyemprot
keluarga Panuluh pitakonan kang ora-ora.”
(D.37/PTI/Hal. 38)
Barata.
Dokter menyarankan
kepada keluarga Panuluh
untuk menjenguk tetapi
tidak boleh menanyakan hal-
hal yang tidak-tidak kepada
pawestri.
38. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Aku Pangestu √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari dimeja Barata, putrane Pak kalimat berita karena diawali
makan saat akan Panuluh Barata sing dengan huruf kapital dan
sarapan bersama kagungan dalem kene. diakhiri dengan tanda titik
keluarga besar (.) diakhir kalimat.
(D.38/PTI/Hal. 56)
Panuluh Barata. Fungsi: Memberitahukan
Tuturan diucapkan Pangestu memberitahukan
oleh Pangestu (O1) kepada Pawestri bahwa
kepada Pawestri dirinya anaknya Bapak
(O2). Panuluh Barata.
39. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Lo, √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari dimeja sadurunge kuwi, Mbak iki kalimat tanya karena diawali
makan saat akan ditemu Bapak ana ing dengan huruf kapital dan
112
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
sarapan bersama Hotel Batavia Inn. diakhiri dengan tanda tanya
keluarga besar Ditangkep polisi. Apa (?) diakhir kalimat.
Panuluh Barata. Mbak ora kelingan?” Fungsi: Memberitahukan
Tuturan diucapkan terus wae Pangestu “Aku ora eling, ki?”
oleh Pawestri (O1) nganakake serangan.
Pawestri memberitahukan
kepada Pangestu Pawestri: “Apa iya, ta?
kepada Pangestu bahwa
(O2). Aku ora eling, ki?”
dirinya tidak ingat sama
(D.39/PTI/Hal. 56)
sekali ketika terjadi razia
pekat.
113
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
kantor Bapak Mbak turut. Marga sing (.) diakhir kalimat.
Panuluh. Zetta yang cedhak srawung rak Fungsi: Menyarankan
sedang bersama Bapak, dudu Mas Nges. Zetta menyarankan kepada
Srigandhi diajak Nanging kene ngundang Pangestu untuk memanggil
berbicara oleh „Mbak‟ ya ora papa. Pawestri dengan kata
Pangestu. Tuturan „Mbak‟ ikut yang
(D.41/PTI/Hal. 59)
diucapkan oleh Zetta disampaikan Bapak Panuluh.
kepada Pangestu.
42. Peristiwa terjadi Zetta: “Ndeleng tandang- √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di dalam tanduk kepenginane, kalimat berita karena diawali
ruangan bapak dweweke kuwi wong dengan huruf kapital dan
Panuluh. Ketika itu sekolahan. Duwe cita- diakhiri dengan tanda titik
Pawestri sedang cita sing luwih dhuwur. (.) diakhir kalimat.
bermain komputer Saka kaya mengkono Fungsi: Memberitahukan
didampingi Xavira. kuwi suwe-suwene mesthi “Saka kaya mengkono kuwi
Tuturan diucapkan kena dilacak, asal-usule suwe-suwene mesthi kena
oleh Zetta kepada keluargane kuwi wong dilacak, asal-usule
Srigandhi. apa.” keluargane kuwi wong apa.”
(D.42/PTI/Hal. 61) Zetta memberitahukan
kepada Srigandhi bahwa
suatu saat Pawestri dapat
kelacak asal-usulnya.
43. Peristiwa terjadi pada Xavira: “Iki kantor pusat √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari setelah administrasi PT kalimat berita karena diawali
Pawestri bermain Frozenmeat Raya, bisnis dengan huruf kapital dan
komputer. Ketika daging njendel sing diakhiri dengan tanda titik
(.) diakhir kalimat.
114
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pawestri selesai dikelola dening Bapak Fungsi: Memberitahukan
bermain komputer Panuluh Barata, “Iki kantor pusat
kemudian melihat- Bapakku. Mas Kuncahya, administrasi PT Frozenmeat
lihat gedung yang uga nyambutgawe neng Raya, bisnis daging njendel
lain. Tuturan kene. sing dikelola dening Bapak
diucapkan oleh Panuluh Barata, Bapakku.”
(D.43/PTI/Hal.62)
Xavira kepada
Xavira memberitahukan
Pawestri.
kepada Pawestri bahwa di
Jatiwaringin Kantor pusat
administrasi PT Frozenmeat
Raya yang dikelola Bapak
Panuluh.
44. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Aku mbesuk √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di kantor ya nyembutgawe ngene kalimat berita karena diawali
PT Frozenmeat Raya. iki, ya. Aku kepengin dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan nglola bisnis dhewe apa diakhiri dengan tanda titik
oleh Pawestri kepada wae. Aku emoh (.) diakhir kalimat.
Xavira. nganggur, emoh yen Fungsi: Menyatakan
mung dikon “Aku emoh nganggur, emoh
nyambutgawe nguthek yen mung dikon
neng ngomah dadi „kanca nyambutgawe nguthek neng
wingking‟. Aku wong ngomah dadi „kanaca
sregep, pethel lan
wingking‟.” Pawestri
gathekan.
menyatakan bahwa dirinya
(D.44/PTI/Hal. 63) tidak mau dirumah saja, dia
ingin bekerja dikantor.
115
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
45. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “O, aku seneng √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di kantor blajar, kok!” kalimat perintah karena
PT Frozenmeat Raya. diawali dengan huruf kapital
(D.45/PTI/Hal. 63)
Tuturan diucapkan dan diakhiri dengan tanda
oleh Pawestri kepada seru (!) diakhir kalimat.
Xavira. Fungsi: Menyatakan “O,
aku seneng blajar, kok!”
Pawestri menyatakan bahwa
dirinya suka belajar kepada
Xavira.
46. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “La elinge √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di meja kapan, wong dheweke kalimat perintah karena
makan keluarga niku ethok-ethok diawali dengan huruf kapital
Panuluh Barata. ngengleng, ora eling dan diakhiri dengan tanda
Tuturan diucapkan terus. Wedi yen seru (!) diakhir kalimat.
oleh Pangestu (O1) dibalekake teng Fungsi: Memberitahukan
kepada Panuluh dhangkane, wong teng “Wedi yen dibalekake teng
Barata(O2). mriki diopeni kaya ratu dhangkane, wong teng mriki
rumah tangga ngeten! diopeni kaya ratu rumah
Mesthi krasan teng mriki! tangga ngeten!”
(D.46/PTI/Hal. 65) Pangestu memberitahukan
kepada Bapaknya bahwa
Pawestri itu takut
dikembalikan ke asalnya
karena disini diperlakukan
ibaratnya ratu.
116
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
47. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Yen ngoten √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di meja kita benjing sami-sami kalimat berita karena diawali
makan keluarga teken perjanjian teng dengan huruf kapital dan
Panuluh Barata. notaris. Notaris pundi diakhiri dengan tanda titik
Tuturan diucapkan sekersane Bapak. Kula (.) diakhir kalimat.
oleh Pangestu (O1) lan para putra dados Fungsi: Menuntut “Yen
kepada Panuluh saksi ingkang sepihak. ngoten kita benjing sami-
Barata(O2) ketika Isine pendheke sumpah, sami teken perjanjian teng
Pangestu yen Bapak mboten ajeng notaris.” Pangestu
membicarakan lampah sacumbana kalih menuntut kepada Bapaknya
tentang Pawestri tiyang niku.” untuk membuat perjanjian
supaya dipulangkan untuk tidak melakukan
(D.47/PTI/Hal.66)
ke asalnya. hubungan dengan Pawestri
selama masih amnesia.
48. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Mila sakjane √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di meja mbok dipadoske kalimat berita karena diawali
makan keluarga pondhokan liya mawon, dengan huruf kapital dan
Panuluh Barata. ning sing Bapak saged diakhiri dengan tanda titik
Tuturan diucapkan tuwi ngopeni kanthi sae (.) diakhir kalimat.
oleh Pangestu (O1) ngantos saged waras Fungsi: Menyarankan
kepada Panuluh eling pundi dhangkane, “Mila sakjane mbok
Barata(O2) ketika terus diulihake. Ngoten, dipadoske pondhokan liya
Pangestu lo. Beres. Resiko mboten mawon.” Pangestu
membicarakan awrat nyemerake menyarankan kepada
tentang Pawestri keluarga.” Bapaknya untuk mencarikan
supaya dipulangkan tempat tinggal untuk
(D.48/PTI/Hal.67)
ke asalnya. Pawestri di tempat lain.
117
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
49. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Anu, Pak. √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika Akta Kangge nuhoni trepe akta kalimat berita karena diawali
Notaris akan dibuat prejanjen bilih Bapak dengan huruf kapital dan
oleh keluarga mboten badhe nguthik- diakhiri dengan tanda titik
Panuluh Barata. uthik tiyang estri niku...” (.) diakhir kalimat.
Tuturan diucapkan
(D.49/PTI/Hal.69) Fungsi: Menyarankan
oleh Pangestu (O1) “Kangge nuhoni trepe akta
kepada Bapaknya prejanjen bilih Bapak
(O2), Panuluh Barata. mboten badhe nguthik-uthik
tiyang estri niku...”
Pangestu menyarankan
kepada Bapaknya untuk
tidak berbuat macam-macam
kepada Pawestri.
50. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Ora Lukita √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika Akta Attorneys & Counselors kalimat tanya karena diawali
Notaris akan dibuat at law, kantor peladenan dengan huruf kapital dan
oleh keluarga hukum kita sing lawas diakhiri dengan tanda tanya
Panuluh Barata. biyen?” (?) diakhir kalimat.
Tuturan diucapkan
(D.50/PTI/Hal. 70) Fungsi: Menyarankan
oleh Panuluh (O1) Panuluh menyarankan
kepada Kuncahya kepada Kuncahya untuk
(O2) mengenai kuasa menggunakan jasa kuasa
hukum. hukum yang sudah biasanya
jadi langganan yakni Lukita
Attorneys & Counselors at
law.
118
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
51. Peristiwa terjadi pada Xavira: “Dheweke √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari didalam wanita sing trampil. kalimat berita karena diawali
mobil yang sedang Cerdas. Weruh komputer dengan huruf kapital dan
melaju ke arah Jaka terus wae girang lan diakhiri dengan tanda titik
Sampurna. Tuturan banjur njaluk diajari (.) diakhir kalimat.
diucapkan oleh carane nganggo Fungsi: Memberitahukan
Xavira (O1) kepada komputer. Dakajari ya “Dheweke wanita sing
Pangestu (O2). terus nggetu adreng trampil. Cerdas.” Xavira
nggatekake memberitahukan bahwa
pelajaranku.” Pawestri wanita yang
(D.51/PTI/Hal. 71) trampil, cerdas.
52. Peristiwa terjadi pada Xavira: “Ah! Ya ora √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari didalam nganti kaya ngono kuwi! kalimat perintah karena
mobil yang sedang Bapak ki wong santun!” diawali dengan huruf kapital
melaju ke arah Jaka dan diakhiri dengan tanda
(D.52/PTI/Hal.73)
Sampurna. Tuturan seru (!) diakhir kalimat.
diucapkan oleh Fungsi: Memberitahukan
Xavira (O1) kepada Xavira memberitahukan
Pangestu (O2). bahwa Bapaknya adalah
orang yang sopan kepada
Pangestu.
53. Peristiwa terjadi pada Xavira: “Mas! Aja √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari didalam ngomong ngono, ah! kalimat perintah karena
mobil yang sedang Njijiki! Aku ora percaya diawali dengan huruf kapital
melaju ke arah Jaka karo analisis telek-embel dan diakhiri dengan tanda
Sampurna. kuwi! seru (!) diakhir kalimat.
119
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tuturan diucapkan Ora sah digugu! Ora sah Fungsi: Menyatakan
oleh Xavira (O1) dicatur!” Xavira menyatakan bahwa
kepada Pangestu analisis Mas Pangestu tidak
(D.53/PTI/Hal.74)
(O2). benar.
54. Peristiwa terjadi pada Xavira: “Kupingku √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari didalam ngeres krungu tembung- kalimat berita karena diawali
mobil yang sedang tembung saru ngono. Aja dengan huruf kapital dan
melaju ke arah Jaka diucapke meneh!” diakhiri dengan tanda titik
Sampurna. Tuturan (.) diakhir kalimat.
(D.54/PTI/Hal.74)
diucapkan oleh Fungsi: Mengeluh
Xavira (O1) kepada “Kupingku ngeres krungu
Pangestu (O2). tembung-tembung saru
ngono.” Xavira
mengeluh kupingnya gatal
mendengar kata-kata yang
jelek kepada Mas Pangestu.
55. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Kuwi jaman √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika biyen. La nalika dijak kalimat tanya karena diawali
Panuluh dan Pawestri mangan bareng karo dengan huruf kapital dan
akan sarapan. Mama Pandora dina- diakhiri dengan tanda tanya
Tuturan diucapkan dina sabtu ing sajabane (?) diakhir kalimat.
oleh Panuluh (O1) omah, ing restoran, ing Fungsi: Memberitahukan
kepada Srigandhi papan umum, olehmu Panuluh memberitahukan
(O2). mangan ne ndi?” bahwa setiap hari sabtu
(D.55/PTI/Hal. 81) diajak makan sama Mama
Pandora.
120
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
56. Peristiwa terjadi pada Panuluh: “Lemarine √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika Mama Pandora sing isih kalimat berita karena diawali
Panuluh dan Pawestri ana tinggalan klambine dengan huruf kapital dan
setelah selesai ben dienggo Jeng diakhiri dengan tanda titik
sarapan. Ketika itu Pawestri, dene Mbak Sri (.) diakhir kalimat.
Srigandhi sedang nganggo tilas lemariku.” Fungsi: Menyarankan
menyingkirkan piring Panuluh menyarankan
(D.56/PTI/Hal. 85)
dimeja. Tuturan kepada Srigandhi bahwa
diucapkan oleh
baju yang ada dilemari
Panuluh (O1) kepada
Mama Pandora dipakai
Srigandhi (O2).
sama Pawestri dan lemari
Panuluh dipakai
Srigandhi.
57. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Nah! Kuwi √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika usulku! Awan-bengi bisa kalimat perintah karena
Pangestu menelepon Mbak awat-awati!” diawali dengan huruf kapital
Dalem Jatiwaringin dan diakhiri dengan tanda
(D.57/PTI/Hal.90)
menanyakan bab seru (!) diakhir kalimat.
Pawestri. Tuturan Fungsi: Menyarankan
diucapkan oleh Pangestu menyarankan
Pangestu (O1) kepada kepada Srigandhi bahwa
Srigandhi (O2).
setiap siang dan malam
bisa mengawasi Pawestri.
58. Peristiwa terjadi pada Srigandhi: “Priye √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika anggonku ora ewa turu kalimat tanya karena diawali
Pangestu menelepon ing kasure Mama dengan huruf kapital dan
121
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dalem Jatiwaringin Pandora sing wiwit diakhiri dengan tanda tanya
menanyakan bab mbiyen dakpepundhi?” (?) diakhir kalimat.
Pawestri. Tuturan
(D.58/PTI/Hal. 91) Fungsi: Menyatakan
diucapkan oleh Srigandhi menyatan tidak
Srigandhi (O1) enak hati karena tidur
kepada Panuluh (O2).
dikamar tidur Mama
Pandora.
59. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Aku emoh √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika duwe ibu kwalon! Tenan, kalimat perintah karena
Pangestu menelepon Mbak, sumpah! Aja diawali dengan huruf kapital
Dalem Jatiwaringin nganti Bapak krama dan diakhiri dengan tanda
menanyakan bab maneh, apa maneh karo seru (!) diakhir kalimat.
Pawestri. Tuturan wong kuwi!” Fungsi: Menyatakan
diucapkan oleh “Aku emoh duwe ibu
(D.59/PTI/Hal. 92)
Pangestu (O1) kepada kwalon!” Pangestu
Srigandhi (O2).
menyatakan kepada
Srigandhi bahwa dirinya
tidak mau punya Ibu tiri.
60. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Aku luput, √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika ya?” kalimat tanya karena diawali
Pawestri sedang dengan huruf kapital dan
(D.60/PTI/Hal. 99)
magang dikantor diakhiri dengan tanya seru
Panuluh Barata. (?) diakhir kalimat.
Tuturan diucapkan Fungsi: Menyatakan
oleh Pawestrikepada Pawestri menyatakan
Rumsari (O2). salah kepada Rumsari.
122
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
61. Peristiwa terjadi pada Aji Kartika: “Dhirektur √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ditempat rak ora ana, kowe rak kalimat tanya karena diawali
kantor Jatiwaringin. ngerti? Apa wis ana dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan kangsen arep ketemu diakhiri dengan tanda tanya
oleh Aji Kartika dina iki, jam iki? (?) diakhir kalimat.
kepada Darminta Fungsi: Memberitahukan
(D.61/PTI/Hal. 99)
pada saat Darminta “Dhirektur rak ora ana,
mengantarkan tamu. kowe rak ngerti?” Aji
memberitahukan kepada
Darminta bahwa Dhirektur
sedang tidak ada.
62. Peristiwa terjadi pada Aji Kartika: “Pegawe √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ditempat kene ora ana sing duwe kalimat berita karena diawali
kantor Jatiwaringin. mobil. Mobil dhines dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan kantor sopire wis padha diakhiri dengan tanda titik
oleh Aji Kartika duwe SIM B1, B2 lan (.) diakhir kalimat.
kepada tamu dari umum. Ora perlu sinau Fungsi: Memberitahukan
Sekolah Nyetir Mobil maneh. Karo dene Pak “Mobil dhines kantor sopire
Trans-travel. Dhirektur ora ana. Sing wis padha duwe SIM B1, B2
bisa mutusake ya ora lan umum.” Aji
ana....,” memberitahukan kepada
(D.62/PTI/Hal. 99) tamu dari Sekolah Nyetir
Mobil Trans-travel bahwa
mobil kantor sopirnya sudah
punya SIM.
123
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
63. Peristiwa terjadi pada Amir Tanjung: “Oh, √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di kantor sanes, Bu. Kula kalimat berita karena diawali
Jatiwaringin. Ketika mung....pegawe Sekolah dengan huruf kapital dan
itu tamu dari Sekolah Nyetir Mobil-travel, diakhiri dengan tanda titik
Nyetir menawarkan kok.” (.) diakhir kalimat.
pendaftaran murid Fungsi: Menyatakan
(D.63/PTI/Hal. 101)
baru. Tuturan “Kula mung....pegawe
diucapkan oleh Amir Sekolah Nyetir Mobil-travel,
Tanjung kepada kok.” Amir Tanjung
Pawestri. menyatakan bahwa dia dari
Sekolah Nyetir Mobil Trans-
travel kepada Pawestri.
64. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Aku ya pancen √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di kantor kepengin banget bisa kalimat berita karena diawali
Jatiwaringin. Ketika nyetir mobil, kok, Mbak.” dengan huruf kapital dan
itu tamu dari Sekolah diakhiri dengan tanda titik
(D.64/PTI/Hal. 101)
Nyetir selesai (.) diakhir kalimat.
menawarkan Fungsi: Menyatakan
pendaftaran murid “Aku ya pancen kepengin
baru. Tuturan banget bisa nyetir mobil,
diucapkan oleh kok, Mbak” Pawestri
Pawestri kepada menyatakan bahwa dia ingin
Rumsari. sekali mengendarai mobil.
124
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
65. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Ngono, ya? √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di kantor Aku blenjani policy-ne kalimat tanya karena diawali
Jatiwaringin. Ketika Dhirektur Pratama? dengan huruf kapital dan
itu tamu dari Sekolah Ngowahi adat sabene? diakhiri dengan tanda tanya
Nyetir selesai Kudu tanggungjawab, (?) diakhir kalimat.
menawarkan ya?” Fungsi: Menyatakan
pendaftaran murid “Aku blenjani policy-ne
(D.65/PTI/Hal. 102)
baru. Tuturan Dhirektur Pratama?”
diucapkan oleh Pawestri menyatakan bahwa
Pawestri (O1) kepada dia
Rumsari (O2).
66. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Mas. Aku mau √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di kantor nglakoni salah,...” kalimat berita karena diawali
Jatiwaringin. Ketika dengan huruf kapital dan
(D.66/PTI/Hal. 103)
itu tamu dari Sekolah diakhiri dengan tanda titik
Nyetir selesai (.) diakhir kalimat.
menawarkan Fungsi: Menyatakan
pendaftaran murid “Mas. Aku mau nglakoni
baru dan Pak Panuluh salah,...” Pawestri
datang ke kantor. menyatakan bahwa dia
Tuturan diucapkan melakukan kesalahan kepada
oleh Pawestri (O1) Pak Panuluh Barata.
kepada Panuluh
Barata (O2).
67. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Mbak. Wingi √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari jam 11 di kuwi kene wis teken kalimat berita karena diawali
dengan huruf kapital dan
125
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Rumah Jatiwaringin. kontrak ing ngarepe diakhiri dengan tanda titik
Tuturan diucapkan notaris Prayoga & (.) diakhir kalimat.
oleh Pangestu (O1) Partners, Fungsi: Memberitahukan
kepada Mbak Rawangmangun. Wis “Wingi kuwi kene wis teken
Srigandhi (O2). beres prekara wong kontrak ing ngarepe notaris
wadon kuwi. Ora bakal Prayoga & Partners,
dingungrum dening Rawangmangun.”
Bapak. Apa maneh nganti Pangestu memberitahukan
dinikahi. Ora bakal. Wis kepada Mbak Sri bahwa
disebut ing akta kemarin dia bersama
prejanjen, disekseni keluarga sudah teken kontak
bareng-bareng aku, Jeng dengan Notaris.
Zetta, Xavira lan
Kuncahya. Beres
pokoke,...”
(D.67/PTI/Hal. 105)
68. Peristiwa terjadi pada Mbak Sri: “Ngono, ya? √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari jam 11 di Nanging polahe saiki kalimat berita karena diawali
Rumah Jatiwaringin. saya methakil, ki. Wis dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan patang dina iki, wiwit diakhiri dengan tanda titik
oleh Mbak Srigandhi dhek Senen kae, saben (.) diakhir kalimat.
(O1) kepada Pangestu dina dheweke mlebu Fungsi: Memberitahukan
(O2). kantor, lan ngantor “Wis patang dina iki, wiwit
bareng-bareng karo dhek Senen kae, saben dina
Bapak. dheweke mlebu kantor, lan
ngantor bareng-bareng karo
(D.68/PTI/Hal. 105)
126
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bapak.” Srigandhi
memberitahukan kepada
Pangestu bahwa empat hari
ini Pawestri masuk kantor
bersama Pak Panuluh
Barata.
69. Peristiwa terjadi pada Srigandhi: “Ngono ki apa √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari jam 11 di ora manasake atine wong kalimat tanya karena diawali
Rumah Jatiwaringin. sing ngrungokake? Apa dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan atiku ora kemropok?” diakhiri dengan tanda tanya
oleh Mbak Srigandhi (?) diakhir kalimat.
(D.69/PTI/Hal. 106)
(O1) kepada Pangestu Fungsi : Mengeluh
(O2). “Ngono ki apa ora
manasake atine wong sing
ngrungokake? Mbak
Srigandi mengeluh hatinya
yang panas kepada Pangestu.
70. Peristiwa terjadi pada Srigandhi : “Aku wis dadi √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari jam 11 di pembantu rumah tangga kalimat berita karena diawali
Rumah Jatiwaringin. kene sepuluh taun luwih, dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan ora tau sing-sing kaya diakhiri dengan tanda titik
oleh Mbak Srigandhi ngana kuwi.” (.) diakhir kalimat.
(O1) kepada Pangestu
(D.70/PTI/Hal. 106) Fungsi : Menyatakan
(O2). Mbak Srigandi menyatakan
bahwa dirinya sudah 10
tahun menjadi pembantu di
keluarga Panuluh Barata.
127
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
71. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Mbak Sri √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari jam 11 di kurang awas yake. Wong kalimat perintah karena
Rumah Jatiwaringin. olehe wong kuwi diawali dengan huruf kapital
Tuturan diucapkan kepregok neng hotel karo dan diakhiri dengan tanda
oleh Pangestu (O1) Bapak, lo! Mongsok seru (!) diakhir kalimat.
kepada Srigandhi tanpa rasa slingkuhan, Fungsi : Menyarankan
(O2). utawa gepokan seksual? “Sing luwih awas lo, Mbak,
Sing luwih awas lo, olehe ngawat-awati!”
Mbak, olehe ngawat- Pangestu menyarankan
awati!” kepada Mbak Srigandhi
(D.71/PTI/Hal. 107) untuk lebih mengawas-
awasi.
72. Peristiwa terjadi pada Abror: “Gek, wong √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari dikantor ngono kuwi ngerti apa kalimat tanya karena diawali
Jatiwaringin. Ketika bab parkir mobil gedhe dengan huruf kapital dan
Pawestri sedang angkutan daging kuwi, diakhiri dengan tanda tanya
menginspeksi sopir thik nyethe-nyethe urus- (?) diakhir kalimat.
truk. Tuturan urus barang? Fungsi : Memberitahukan
diucapkan oleh Abror Abror memberitahukan
(D.72/PTI/Hal. 116)
(O1) kepada Pawestri Wanita itu apa tahu soal cara
(O2). parkir, bisanya mengurus
barang saja.
73. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Truke diparkir √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari dikantor sing bener. Mujure kalimat perintah karena
Jatiwaringin. Ketika diwalik padha kaya truk diawali dengan huruf kapital
Pawestri sedang sijine kuwi, sing mburi dan diakhiri dengan tanda
menginspeksi sopir padha mburi, ngunduri seru (!) diakhir kalimat.
128
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
truk. Tuturan dhang-dhangan wates Fungsi : Menyarankan
diucapkan oleh parkir!” “Mujure diwalik padha
Pawestri (O1) kepada kaya truk sijine kuwi, sing
(D.73/PTI/Hal. 117)
Abror (O2). mburi padha mburi,
ngunduri dhang-dhangan
wates parkir!” Pawestri
menyarankan kepada Abror
untuk memarkir truknya
menghadap kebelakang
sesuai aturan.
74. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Mas. Wong iki √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari dikantor sesuk wis aja oleh nyopir kalimat berita karena diawali
Jatiwaringin. Ketika maneh. Ora sah dengan huruf kapital dan
Pawestri sedang nyambutgawe neng kene diakhiri dengan tanda titik
menginspeksi sopir yen ora gelem markir (.) diakhir kalimat.
truk. Tuturan mobile ing parkiran Fungsi : Memberitahukan
diucapkan oleh kanthi cara mundur. “Wong iki sesuk wis aja oleh
Pawestri (O1) kepada nyopir maneh.” Pawestri
(D.74/PTI/Hal. 117)
Kuncahya (O2). memberitahukan kepada
Kuncahya bahwa Abror
besok tidak boleh
mengendarai truk lagi.
75. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Kacilakan √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari dikantor lalu-lintas ing Indonesia kalimat berita karena diawali
Jatiwaringin. Ketika paling akeh marga dengan huruf kapital dan
Pawestri sedang human-eror. Supaya diakhiri dengan tanda titik
129
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
menginspeksi sopir negara Indonesia maju, (.) diakhir kalimat.
truk. Tuturan kabeh prekara salah Fungsi : Memberitahukan
diucapkan oleh kaprah kudu dibrasta, “Supaya negara Indonesia
Pawestri (O1) kepada dibenerake nganti ora maju, kabeh prekara salah
Abror (O2). salah maneh, ora nyalahi kaprah kudu dibrasta,
praturan Internasional. dibenerake nganti ora salah
(D.75/PTI/Hal. 118) maneh, ora nyalahi praturan
Internasional.” Pawestri
memberitahukan kepada
Abror bahwa agar Indonesia
maju tindakan yang salah
harus dibenarkan.
76. Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Iki mau √ √ Tuturan tersebut merupakan
jam siang hari sadurunge kowe teka kalimat perintah karena
dikantor PT Frozen kene, Mbak Sri wis diawali dengan huruf kapital
Raya wilayah Depok. nyenthe-nyenthe neng dan diakhiri dengan tanda
Tuturan diucapkan telpun ngabari lelakonmu seru (!) diakhir kalimat.
oleh Pangestu (O1) wingi lan calak-cangkole Fungsi : Memberitahukan
kepada Abror (O2). Si Lonthe nglarani atimu. “Mbak Sri ya lara atine!”
Mbak Sri ya lara atine!” Pangestu
(D.76/PTI/Hal. 122) memberitahukan kepada
Abror bahwa Mbak Sri juga
sakit hatinya.
77. Peristiwa terjadi pada Srigandhi: “Aku digawa √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari didalam tanggaku saka Sragen, kalimat berita karena diawali
kamar Mama arep digolekake dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik
130
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pandora. Tuturan penggawean ing Jakarta (.) diakhir kalimat.
diucapkan oleh apa luwar negeri. Sak Fungsi : Memberitahukan
Srigandhi (O1) aku ya ora patia kenal “Aku digawa tanggaku saka
kepada Pawestri karo tanggaku kuwi, Sragen, arep digolekake
(O2). nanging marga dheweke penggawean ing Jakarta apa
gelem nggolekake luwar negeri.” Mbak Sri
penggawean aku memberitahukan kepada
menyang luwar negeri, Pawestri bahwa dirinya
aku ya gelem dijak dibawa tetangganya dari
dheweke. Sragen.
(D.77/PTI/Hal. 125)
78. Peristiwa terjadi pada Srigandhi: “Anu mawon, √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari didalam Bu. Teng kamar, kalimat berita karena diawali
kamar Mama dipasang teng lemari dengan huruf kapital dan
Pandora. Ketika itu kayu. Mrika rak saged diakhiri dengan tanda titik
rencana Srigandhi dipaku,...” (.) diakhir kalimat.
untuk menjebak
(D.78/PTI/Hal. 126) Fungsi : Menyarankan
Pawestri. Tuturan “Teng kamar, dipasang teng
diucapkan oleh lemari kayu.” Mbak Sri
Srigandhi (O1) menyarankan kepada
kepada Pawestri Pawestri supaya fotonya
(O2). Mama Pandora dipasang di
lemari kayu.
79. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Aja keras- √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari didalam keras ngrangkete. kalimat berita karena diawali
kamar Mama Mesakake. Mas, digawa dengan huruf kapital dan
131
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pandora. Ketika itu menayang rumah sakit diakhiri dengan tanda titik
rencana Srigandhi wae. Dipriksakake, ya!” (.) diakhir kalimat.
untuk menjebak
(D.79/PTI/Hal. 131) Fungsi : Menyarankan
Pawestri gagal. “Mas, digawa menayang
Tuturan diucapkan rumah sakit wae.”
oleh Pawestri (O1) Pawestri menyarankan
kepada Panuluh (O2). kepada Panuluh untuk
membawa Abror ke rumah
sakit.
80. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Aku seksi √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari dirumah utamane kacilakan iki!” kalimat perintah karena
Jatiwaringin. Ketika diawali dengan huruf kapital
(D.80/PTI/Hal. 132)
itu Abror mengalami dan diakhiri dengan tanda
kecelakaan saat seru (!) diakhir kalimat.
memasang foto akan Fungsi : Menyatakan
dibawa ke Rumah Pawestri menyatakan kepada
Sakit. Tuturan bahwa dirinya satu-satunya
diucapkan oleh saksi kecelakaan yang
Pawestri (O1) kepada menimpa Abror.
Panuluh (O2)
81. Peristiwa terjadi pada Srigandhi: “Kecatol ya √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari. Ketika itu mokal, mas. Wong kalimat tanya karena diawali
Mbak Srigandhi clanane wis diwudhari, dengan huruf kapital dan
menelpon kantor PT sabuke kendho, tangane diakhiri dengan tanda tanya
Frozenmeat Raya nggengem planangane. (?) diakhir kalimat.
cabang Depok. Kecanthol ancik-ancik Fungsi : Memberitahukan
132
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tuturan diucapkan kursi priye kok nganggo “Kecanthol ancik-ancik
oleh Srigandhi (O1) ngudari clana?” kursi priye kok nganggo
kepada Pangestu
(D.81/PTI/Hal. 134) ngudari clana?”
(O2). Srigandhi memberitahukan
kepada Pangestu bahwa
Abror tersangkut kursi.
82. Peristiwa terjadi pada Kuncahya : “Wis kulina √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari ketika Abror ngene...,” wangsulane kalimat berita karena diawali
sedang dibawa ke RS Kuncahya sing nyetir dengan huruf kapital dan
Yadika Pondok mung tangan kiwane sing diakhiri dengan tanda titik
Bambu. Tuturan nyekel stir, kuwi wae ing (.) diakhir kalimat.
diucapkan oleh sisih ngisor, dene tangan Fungsi : Menyombongkan
Kuncahya (O1) tengen sikute diseleh ing “Wis kulina ngene...,”
kepada Pawestri (O2) lawange mobil.” Kuncahya menyombongkan
saat mengendarai mengendarai mobil dengan
(D.82/PTI/Hal. 138)
mobil innova. tangan kiri saja di stir mobil.
83. Peristiwa terjadi pada Kuncahya: “Nanging, √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari ketika Abror sanajan aku ora ngerti kalimat berita karena diawali
sedang dibawa ke RS aturan disiplin kuwi, dengan huruf kapital dan
Yadika Pondok nyopirku ya aman-aman diakhiri dengan tanda titik
Bambu. Tuturan wae. Ya slamet nganti (.) diakhir kalimat.
diucapkan oleh saprene,ki, Bu? Fungsi : Menyombongkan
Kuncahya (O1)
(D.83/PTI/Hal. 140) “Nanging, sanajan aku
kepada Pawestri (O2) ora ngerti aturan disiplin
saat mengendarai kuwi, nyopirku ya aman-
mobil innova. aman wae.”
133
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kuncahya menyatakan
bahwa dirinya walaupun
tidak mengerti aturan
disiplin mengemudi, dia
mengendarai mobil dengan
aman-aman saja.
84. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “QHSE yakuwi √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari ketika Abror usaha perusahaan kalimat berita karena diawali
sedang dibawa ke RS anggone ngurangi dengan huruf kapital dan
Yadika Pondok kacilakan kerja para diakhiri dengan tanda titik
Bambu. Tuturan pegawe. Lan ngurangi (.) diakhir kalimat.
diucapkan oleh cak-cakan negatif Fungsi : Memberitahukan
Kuncahya (O1) makaryane tumrap alam “QHSE yakuwi usaha
kepada Pawestri (O2) lan masyarakat perusahaan anggone
saat mengendarai sakupenge, upamane ngurangi kacilakan kerja
mobil innova. anggone nyopir aja para pegawe.” Pawestri
nganti tabrakan kang memberitahukan kepada
ndadekake masyarakat Kuncahya bahwa QHSE
sakupenge melu rugi. adalah usaha perusahaan
(D.84/PTI/Hal. 142) untuk mengurangi
kecelakaan kerja pada
pegawai.
85. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “ Ah, Mas. Iki √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari didalam RS pegawe Frozenmeat kalimat berita karena diawali
Yadika Pondok Raya. Kudu oleh dengan huruf kapital dan
Bambu. Tuturan perawatan sosial kang diakhiri dengan tanda titik
(.) diakhir kalimat.
134
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
diucapkan oleh murwat. Gage, ta, Fungsi : Menuntut “Kudu
Pawestri (O1) kepada sarujukana aku. Ora-ora oleh perawatan sosial kang
Kuncahya (O2) saat yen didukani Mas murwat.” Pawestri
akan memilih kamar Panuluh.” menuntut kepada Kuncahya
perawatan untuk bahwa Abror harus dirawat
(D.85/PTI/Hal. 155)
Abror. dengan perawatan yang
menjamin.
86. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Elang √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari didalam RS Malindo rak dhaerah kalimat tanya karena diawali
Yadika Pondok perumahan tentara kana? dengan huruf kapital dan
Bambu. Tuturan Cedhak omahku. Ora diakhiri dengan tanda tanya
diucapkan oleh adoh saka kene.” (?) diakhir kalimat.
Pawestri (O1) kepada Fungsi : Memberitahukan
(D.86/PTI/Hal. 156)
Arumdalu (O2) “Elang Malindo rak dhaerah
ketika Pawestri perumahan tentara kana?”
memasrahkan Abror Pawestri memberitahukan
kepada perawat kepada Arumdalu bahwa
tersebut. Elang Malinda dhaerah
perumahan tentara.
87. Peristiwa terjadi pada Srigandhi: “Bu Pawestri √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari didepan ora tau kersa sangu- kalimat berita karena diawali
Rumah Jatiwaringin. sangu panganan. Mesthi dengan huruf kapital dan
Ketika itu Amir sawise gladhen nyetir diakhiri dengan tanda titik (.)
Tanjung datang untuk mobil lagi siram, dandos diakhir kalimat.
memberi kursus lan sarapan. Sok isih Fungsi : Memberitahukan
135
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
menyetir mobil. nuruti bareng sarapan “Bu Pawestri ora tau kersa
Tuturan diucapkan Pak Panuluh, sok wis sangu-sangu panganan.”
oleh Srigandhi (O1) ditinggal tindak kantor.” Srigandhi memberitahukan
kepada Amir Tanjung kepada Amir Tanjung bahwa
(D.87/PTI/Hal. 164)
(O2). Pawestri tidak mau bawa
bekal dari rumah.
88. Peristiwa terjadi pada Srigandhi: “Niki, le, Bu. √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari didepan Kula dijiwiti pipi kula.” kalimat berita karena diawali
rumah Jatiwaringin. dengan huruf kapital dan
(D.88/PTI/Hal. 164)
Tuturan diucapkan diakhiri dengan tanda titik (.)
oleh Srigandhi diakhir kalimat.
kepada Pawestri Fungsi : Memberitahukan
“Kula dijiwiti pipi kula.”
Srigandhi memberitahukan
kepada Pawestri bahwa
dirinya dicubit pipinya oleh
Amir.
89. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Gumun aku, √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari didalam Mas. Saben-saben aku kalimat perintah karena
mobil. Ketika itu rumangsa dalane kuwi diawali dengan huruf kapital
Pawestri sedang njempalik!” dan diakhiri dengan tanda
belajar mengendarai seru (!) diakhir kalimat.
(D.89/PTI/Hal. 167)
mobil. Tuturan Fungsi : Memberitahukan
diucapkan oleh “Saben-saben aku rumangsa
Pawestri kepada dalane kuwi njempalik!”
Amir.
136
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Srigandhi memberitahukan
kepada Pawestri bahwa dirinya
dicubit pipinya oleh Amir.
90. Peristiwa terjadi pada Amir: “Mboten sah gila, √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari didalam Bu, mboten sah kenceng kalimat berita karena diawali
mobil. Ketika itu nyeketheme, sing logro dengan huruf kapital dan
Pawestri sedang mawon,...” diakhiri dengan tanda titik (.)
belajar mengendarai diakhir kalimat.
(D.90/PTI/Hal. 166)
mobil. Tuturan Fungsi : Menyarankan
diucapkan oleh Amir “mboten sah kenceng
(O1) kepada Pawestri nyeketheme, sing logro
(O2). mawon.” Amir
menyarankan kepada Pawestri
supaya dalam menyetir tidak
tegang.
91. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Embuh, √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari didalam wetengku mungkuk- kalimat berita karena diawali
mobil. Ketika itu mungkuk, kudu mutah dengan huruf kapital dan
Pawestri sedang wae. Hoek! diakhiri dengan tanda titik (.)
belajar mengendarai diakhir kalimat.
(D.91/PTI/Hal. 166)
mobil. Tuturan Fungsi : Mengeluh
diucapkan oleh “wetengku mungkuk-
Pawestri (O1) kepada mungkuk, kudu mutah wae.”
Amir (O2). Pawestri mengeluhkan
perutnya yang mual-mual
ingin muntah.
137
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
92. Peristiwa terjadi pada Amir: “Wanita iki jan √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari didalam ayu tenan!” kalimat perintah karena
mobil. Ketika itu diawali dengan huruf kapital
(D.92/PTI/Hal. 167)
Pawestri sedang dan diakhiri dengan tanda
belajar mengendarai seru (!) diakhir kalimat.
mobil. Tuturan Fungsi : Menyatakan Amir
diucapkan oleh Amir menyakan bahwa Pawestri
(O1) kepada Pawestri cantik sekali.
(O2).
93. Peristiwa terjadi Dokter: “Ibu wawrat √ √ Tuturan tersebut merupakan
pada pagi hari di watawis tigang wulan, kalimat perintah karena
Rumah Sakit Yadika. Bu,...” diawali dengan huruf kapital
Tuturan diucapkan dan diakhiri dengan tanda
(D.93/PTI/Hal. 170)
oleh Dokter seru (!) diakhir kalimat.
Saraswati (O1) Fungsi : Memberitahukan
kepada Pawestri Dokter memberitahukan
(O2). kepada Pawestri bahwa dia
mengandung 3 bulan.
94. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Aku √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari jam 8 di ngandheg. Iki plapurane. kalimat berita karena diawali
rumah Jatiwaringin. Lan obat-obat sing dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan nguwatake kandhegan. diakhiri dengan tanda titik (.)
oleh Pawestri (O1) diakhir kalimat.
(D.94/PTI/Hal. 174)
kepada Panuluh (O2). Fungsi : Menyatakan
“Aku ngandheg.”
138
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pawestri menyatakan kepada
Panuluh bahwa dia hamil.
95. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Aku iki wong √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari didalam ala, ya, Mas? Wong kalimat tanya karena diawali
rumah Jatiwaringin. palanyahan? Wong dengan huruf kapital dan
Tuturan diucapkan nistha, sing ora memper diakhiri dengan tanda tanya
oleh Pawestri (O1) yen dadi garwamu?” (?) diakhir kalimat.
kepada Panuluh (O2).
(D.95/PTI/Hal. 180) Fungsi : Menyatakan “Aku
iki wong ala, ya, Mas?”
Pawestri menyatakan bahwa
dirinya orang yang tidak baik,
nista kepada Panuluh.
96. Peristiwa terjadi pada Agus: “Enakmu! La √ √ Tuturan tersebut merupakan
saat karyawan PT bojomu arep kok kapake? kalimat berita karena diawali
Frozenmeat sedang Ya angur diparingke aku, dengan huruf kapital dan
bekerja. Tuturan sing isih bujang. diakhiri dengan tanda titik (.)
diucapkan oleh Agus Tumrapku, kalaha tuwa diakhir kalimat.
(O1) kepada kae, wong Bu Vresti Fungsi : Membanggakan
temannya (O2). pancen ya isih kinyis- “Ya angur diparingke aku,
kinyis ngono. Aku iya sing isih bujang” Agus
wae,” ujare Agus?” membanggakan kepada
(D.96/PTI/Hal. 185) temannya bahwa dirinya
masih bujang dan pantas
untuk Bu Vresti.
139
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
97. Peristiwa terjadi pada Suwondigeni: “Aku teka √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika rapat pas nganggo travel kalimat berita karena diawali
majelis komanditer di Xtrans Cihampelas- dengan huruf kapital dan
Jatiwaringin. Tuturan Jatiwaringin.” diakhiri dengan tanda titik (.)
diucapkan oleh diakhir kalimat.
(D.97/PTI/Hal.202)
Suwondogeni (O1) Fungsi : Menyatakan
kepada rombongan Suwondogeni menyatakan
Dhokter Rajiman bahwa dirinya datang dengan
(O2). menggunakan travel Xtrans
kepada Dhokter Rajiman.
98. Peristiwa terjadi pada Pawestri: “O, aku √ √ Tuturan tersebut merupakan
pagi hari ketika rapat meguru marang kalimat berita karena diawali
majelis komanditer di Kampung Cyber, kursus dengan huruf kapital dan
Jatiwaringin. Tuturan IT ing Jalan Saulawah diakhiri dengan tanda titik (.)
diucapkan oleh Raya tangga cedhak diakhir kalimat.
Pawestri (O1) kepada kene. Ngene-ngene iki Fungsi : Menyatakan
Gusti Parikesit (O2). aku ditulungi karo Suwondogeni menyatakan
petugas IT clinik lan IT bahwa dirinya datang dengan
server,...” menggunakan travel Xtrans
(D.98/PTI/Hal. 208) kepada Dhokter Rajiman.
99. Peristiwa terjadi pada Tio Radjien: “Lan √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika wawasane Jeng Pawestri kalimat perintah karena
rapat majelis bab ngrembaka diawali dengan huruf kapital
komanditer di prusahaan kanggo masa dan diakhiri dengan tanda
Jatiwaringin telah depan uga ngedap-edapi. seru (!) diakhir kalimat.
140
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
selesai. Tuturan Awake dhewe begja Fungsi : Membanggakan
diucapkan oleh Tio banget nduweni wong “Awake dhewe begja banget
Radjien (O1) kepada ayu pinter kaya Jeng nduweni wong ayu pinter
Dokter Rajiman (O2). Pawestri iki!” kaya Jeng Pawestri iki!”
(D.99/PTI/Hal. 214) Tio Radjien membanggakan
bahwa perusahaan
mempunyai orang yang cantik
dan pintar seperti Bu Vresti
kepada Dokter Rajiman.
100 Peristiwa terjadi pada Dokter Rajiman: “Sstt! √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika Sstt! Aja ngana, ah. kalimat berita karena diawali
rapat majelis Luwih becik kita ora dengan huruf kapital dan
komanditer di gawe isu sing mengkono. diakhiri dengan tanda titik (.)
Jatiwaringin telah Mengko ndhak diakhir kalimat.
selesai. Tuturan ndadekake onyane Fungsi : Menyarankan
diucapkan oleh keluarga kene. “Luwih becik kita ora gawe
Dokter Rajiman (O1) isu sing mengkono.”
(D.100/PTI/Hal. 214)
kepada Tio Radjien Dokter Rajiman menyarankan
(O2). kepada Tio Radjien untuk
tidak menyebarkan isu yang
tidak baik.
101 Peristiwa terjadi pada Gusti Parikesit: “Iya, √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika Pak. Aku mupakat karo kalimat perintah karena
rapat majelis Mas Wondo!” diawali dengan huruf kapital
komanditer di dan diakhiri dengan tanda
(D.101/PTI/Hal. 215)
141
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jatiwaringin telah seru (!) diakhir kalimat.
selesai. Tuturan Fungsi : Menyarankan
diucapkan oleh Gusti Gusti Parikesit menyatakan
Parikesit (O1) setuju dengan usulan dari Mas
kepada Panuluh Wondo.
(O2).
102 Peristiwa terjadi pada Tio Radjien: “Yen ngono √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di Rumah lerem dhisik. Leren. Ya kalimat berita karena diawali
Jatiwaringin. Tuturan sokur yen wis pirsa titik- dengan huruf kapital dan
diucapkan oleh Tio titikane penyakite. Yen diakhiri dengan tanda titik (.)
Radjien (O1) kepada ngono saiki lerem. Leren diakhir kalimat.
Panuluh (O2). dhisik. Fungsi : Menyarankan
(D.102/PTI/Hal. 225) “Yen ngono lerem dhisik.”
Tio Radjien menyarankan
kepada Panuluh untuk istirah
dahulu.
103 Peristiwa terjadi pada Pawestri: “Aku emoh yen √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di Rumah saben-saben arep operasi kalimat berita karena diawali
Jatiwaringin. Tuturan pasar menyang Serpong dengan huruf kapital dan
diucapkan oleh kudu ngganggu gawe diakhiri dengan tanda titik (.)
Pawestri (O1) kepada Mas Kun utawa diakhir kalimat.
Panuluh (O2). njenengan.” Fungsi : Menyatakan
(D.103/PTI/Hal. 231) Pawestri menyatakan bahwa
setiap akan operasi ke
Serpong harus mengganggu
Mas Kun.
142
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
104 Peristiwa terjadi pada Zetta: “Bonowati sapa? √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di dalam Pangestu: “Ya wong kalimat perintah karena
Mobil ketika akan wedok gatel sing ana diawali dengan huruf kapital
pergi ke Jaka dalem Jatiwaringin kuwi! dan diakhiri dengan tanda
Sampurna. Tuturan Gatele kaya Banowati seru (!) diakhir kalimat.
diucapkan oleh Zetta gandrung Janaka.” Fungsi : Menyatakan “ Ya
(O1) kepada Pangestu wong wedok gatel sing ana
(D.104/PTI/Hal.248)
(O2). dalem Jatiwaringin kuwi!”
Pangestu menyatakan
bahwa Banowati adalah
Pawstri.
105 Peristiwa terjadi pada Pangestu : “Ya njinem √ √ Tuturan tersebut merupakan
sore hari di rumah meneng wae ngono kuwi? kalimat perintah karena
Xavira di Cluster De Wiis, wis-wis-wis! Kaco diawali dengan huruf kapital
Latinos. Tuturan ngene iki, Dhinasti Mama dan diakhiri dengan tanda
yang diucapkan oleh Pandora!” seru (!) diakhir kalimat.
Pangestu (O1) kepada
(D.105/PTI/Hal. 251) Fungsi : Mengeluh “
Xavira (O2). Kaco ngene iki, Dhinasti
Mama Pandora!”
Pangestu mengeluh kepada
Xavira bahwa keluarga Mama
Pandora telah hancur.
106 Peristiwa terjadi pada Xavira: “Nanging bareng √ √ Tuturan tersebut merupakan
malam hari di Cluster ketekan Bu Vresti, kalimat berita karena diawali
De Lucinos. Tuturan pasarane dielar menyang dengan huruf kapital dan
143
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
diucapkan oleh Serpong Kutha Anyar. diakhiri dengan tanda titik (.)
Xavira (O1) kepada Truk sing ngeterake diakhir kalimat.
Pangestu (O2). daging tambah. Rak Fungsi : Membanggakan
hebat, Mas?” ““Nanging bareng ketekan
(D.106/PTI/Hal. 253) Bu Vresti, pasarane dielar
menyang Serpong Kutha
Anyar.” Xavira
membanggakan adanya Bu
Vresti pemesarane daging
sampai kota Serpong.
107 Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Ora ana √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari di Cluster wong wedok kuwi, kalimat berita karena diawali
De Latinos. Tuturan sadurunge wong wedok dengan huruf kapital dan
diucapkan oleh kuwi njedhul, Bapak ki diakhiri dengan tanda titik (.)
Pangestu (O1) kepada wis mbangun bisnis diakhir kalimat.
Aji Kartika (O2). daging PT Frozenmeat Fungsi : Membanggakan
Raya wiwit sacuplik neng “Nanging ya merga hebate
Salemba kana, nganti pikiran lan penggalihe
njrebabah duwe kantor Bapak.” Pangestu
kompleks dalem membanggakan Bapaknya
Jatiwaringin ora marga sendiri karena kehebatan dan
wong wedok kuwi. Ora. pemikirannya dapat
Nanging ya merga hebate mebangun PT Frozenmeat
pikiran lan penggalihe Raya.
Bapak.”
(D.107/PTI/Hal. 261)
144
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
108 Pangestu: “Anu. Apa √ √ Tuturan tersebut merupakan
kuwi, saploke dadi kalimat berita karena diawali
Dhirektur Pratama dengan huruf kapital dan
sawatara wektu nganti diakhiri dengan tanda titik (.)
pemilihan Dhirektur diakhir kalimat.
Pratama sing landhes ing Fungsi : Menyarankan
rapat umum mengko, “Luwih becik kita ora gawe
Dhirektur Pratama isu sing mengkono.”
sawatara ora oleh Dokter Rajiman menyarankan
ngowah-owahi aturan- kepada Tio Radjien untuk
aturan anyar panglolane tidak menyebarkan isu yang
PT Frozenmeat Raya.” tidak baik.Menyarankan
(D.108/PTI/Hal. 285)
109 Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Kudune sing √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika dipilih rak aku. Wong aku kalimat berita karena diawali
rapat pemilihan sing asli warise. Lan dengan huruf kapital dan
Dhirektur Pratama. marga asli warise kuwi diakhiri dengan tanda titik (.)
Tuturan diucapkan ya aku sing nduweni diakhir kalimat.
oleh Pangestu (O1) saham paling akeh ing Fungsi : Menuntut
kepada para pengurus prusahakan daging “Kudune sing dipilih rak
PT Frozenmeat Raya. njendhel iki,...” aku.” Pangestu menuntut
(D.109/PTI/Hal. 287) bahwa seharusnya dialah yang
menjadi Dhirektur Pratama.
110 Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Alah, Pak √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari setelah Dhokter ethok-ethok ora kalimat berita karena diawali
145
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
rapat pemilihan ngerti. Wong pawartane dengan huruf kapital dan
Dhirektur Pratama. diakhiri dengan tanda titik (.)
wis dipacak ing koran
Tuturan diucapkan diakhir kalimat.
kaya ngono, kok. Aku
oleh Pangestu (O1)
ngerti ya saka Fungsi : Menyatakan
kepada Dhokter “Aku ngerti ya saka
suratkabar!”
Rajiman (O2). suratkabar!” Pangestu
(D.110/PTI/Hal. 289)
menyatakan bahwa dirinya
mengetahui berita tersebut
dari surat kabar.
111 Peristiwa terjadi pada Dhokter Rajiman: “Gek, √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika Nakmas! Saiki rak kalimat berita karena diawali
rapat pemilihan durung satus dinane dengan huruf kapital dan
Dhirektur Pratama. sedane Keng Rama. diakhiri dengan tanda titik (.)
Tuturan diucapkan Mbok aja grusa-grusu diakhir kalimat.
oleh Dhokter ngrembug bab warisan Fungsi : Menyarankan “
Rajiman (O1) kepada dhisik....!” Mbok aja grusa-grusu
Pangestu (O2). ngrembug bab warisan
(D.111/PTI/Hal. 290)
dhisik....!” Dokter
Rajiman menyarankan kepada
Pangestu untuk tidak terges-
gesa membahas tentang
warisan.
112 Peristiwa terjadi pada Pangestu: “Wis, ta. Aku √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika mengko sing tandang kalimat berita karena diawali
Pangestu akan naik gawe ngusir dheweke!” dengan huruf kapital dan
146
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
mobil. Tuturan (D.112/PTI/Hal. 292) diakhiri dengan tanda titik (.)
diucapkan oleh diakhir kalimat.
Pangestu (O1) kepada Fungsi : Menyatakan “
Zetta (O2). Aku mengko sing tandang
gawe ngusir dheweke!”
Pangestu menyatakan bahwa
dirinya yang akan turun
tangan mengusir Pawestri
114 Peristiwa terjadi di Pangestu: “Ya anu, ta, √ √ Tuturan tersebut merupakan
rumah Jatiwaringin Bu. Golek dalem sing kalimat berita karena diawali
mengitari meja cedhak-cedhak kene. dengan huruf kapital dan
makan di ruang Omahe Xavira lawas ing diakhiri dengan tanda titik (.)
tengah. Tuturan Jaka Sampurna rak ya diakhir kalimat.
diucapkan oleh bisa. Apa nyewa Fungsi : Menyarankan
Pangestu (O1) kepada apartemen ing tengah “Golek dalem sing cedhak-
Pawestri (O2). Kutha Jakarta kana, cedhak kene.” Pangestu
nggone jembar, menyarankan kepada Pawestri
modheren, lan wayah untuk mencari rumah dekat
esuk budhal kantor ora dengan rumah Jatiwaringin.
macet, wong Jatiwaringin
iki kepara tumuju luwar
kota.”
(D.114/PTI/Hal. 309)
115 Peristiwa terjadi pada Zetta: “Dheweke kuwi √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika mbakyuku kaet biyen! kalimat perintah karena
147
Tabel lanjutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
sidang putusan telah Tanpa babare pengadilan diawali dengan huruf kapital
selesai. Tuturan iki dheweke kuwi wis dan diakhiri dengan tanda
diucapkan oleh Zetta dadi mbakyuku sing seru (!) diakhir kalimat.
(O1) kepada Pangestu sejati!” Fungsi : Menyatakan
(O2). “Dheweke kuwi mbakyuku
(D.115/PTI/Hal. 370)
kaet biyen!” Zetta
menyatakan bahwa Mbak Sri
adalah kakaknya dari dulu.
116 Peristiwa terjadi pada Dhokter Rajiman: “Anu, √ √ Tuturan tersebut merupakan
siang hari ketika Bu. Becike pasang iklan kalimat berita karena diawali
Pawestri sedang ing surat kabar lokal dengan huruf kapital dan
mencari identitasnya Surabaya, sapa keluarga diakhiri dengan tanda titik (.)
di kampung Tegal Surabaya sing kagungan diakhir kalimat.
Parang. Tuturan anak ing Tegal Parang Fungsi : Menyarankan
diucapkan oleh Jakarta sing ngalami “Becike pasang iklan ing
Dhokter Rajimen tragedhi mobile klelep surat kabar lokal
(O1) kepada Pawestri ketrajang banjir Surabaya,...” Dokter
(O2). bandhang Januari 2007, Rajiman menyarankan kepada
supaya ngabari Pawestri untuk pasang iklan
Dhirektur Pratama PT di surat kabar Surabaya.
Frozenmeat Raya, Jalan
Jatiwaringin Raya
Jakarta Timur.
(D.115/PTI/Hal.387)
148
Keterangan :
1. No : Nomor 9. S : Fungsi Menyarankan
2. Konteks 10. MB : Fungsi Membanggakan
3. Data 11. NG : Fungsi Mengeluh
4. K. Berita 12. N : Fungsi Menuntut
5. K. Tanya 13. L : Fungsi Melaporkan
6. K. Perintah 14. NY : Fungsi Menyombongkan
7. M : Fungsi Menyatakan 15. Keterangan
8. BR : Fungsi Memberitahukan
149