Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

A.Perubahan Anatomi pada Saat kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada:

1.Rahim atau uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin,
plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula
dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat
70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu
organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir
kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan
berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).

2.Vagina

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot
di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal
dengan tandaChadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah
jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

3.Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya
satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal
selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone
dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo, 2008).

4.Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada
saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2008).

5.Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a.Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan


dan pertumbuhan janin dalam rahim.

b.Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter.

c.Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran

darah, yaitu:

1)Volume darah

Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel
darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada hamil
32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah
bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi
darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus
berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga
wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum
terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2)Sel darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin
dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan
mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah
semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.

3)Sistem respirasi

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi kebutuhan O2.
Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya.

4)Sistem pencernaan

Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.

5)Traktus urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai
membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah
mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

6)Perubahan pada kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-
kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae
gravidarum.

7)Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana
kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian
ASI.Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar
penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara,
volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa
yang disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan
hiperinsulinemia.Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat.(Prawirohardjo, 2008).

B.Pertumbuhan Janin Normal

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan
maturasi jaringan sera organ yang ditentukan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer substrat
melalui plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalinkan oleh genom (Cuningham
dkk, 2005). Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang berurutan (Lin
dan Forgas, 1998). Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh
peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32,
meliputi hiperplasia dan hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin
berlangsung melalui hipertrofi sel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan
glikogen terjadi. Laju pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah
dari 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke- 24, dan 30-35 g/hari pada usia
gestasi 34 minggu (Cuningham dkk, 2005).

Meskipun telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses pertumbuhan janin, mekanisme
selular dan molekular sebenarnya untuk pertumbuhan janin yang abnormal tidak diketahui
dengan jelas. Pada kehidupan awal janin penentu utama pertumbuhan adalah genom janin
tersebut, tetapi pada kehamilan lanjut, pengaruh lingkungan, gizi, dan hormonal menjadi
semakin penting.
C.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin

Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan, bentuk janin, diferensiasi dan
fungsi organ-organ yang dibentuk. Akan tetapi makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui
plasenta (ari-ari) mempuyai peranan yang sangat penting untuk menunjang potensi keturunan ini
(Pudjiadi, 1990). Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda
dapat menyebabkan kematian atau cacat janin. Diferensiasi terjadi pada trimester pertama
hidupnya janin, hingga kekurangan zat tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi
dapat menyebabkan tidak terbentuknya suatu organ dengan sempurna, atau tidak dapat
berlangsungnya kehidupan janin tersebut. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester
terakhir kehamilan ibu. Maka kekurangan makanan dalam periode tersebut dapat menghambat
pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang kurang daripada
seharusnya.

D.Hemoglobin Ibu Hamil

Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis


sejumlah kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama berlaku pada anemia. Salah
satu perubahan yang paling bermakna adalah ekspansi volume darah dengan peningkatan volume
plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit biasanya menuru (Cunningham dkk, 2005).
Berdasarkan data penelitian Scott (1967) dan Pritchard (1967), tentang konsentrasi hemoglobin
pada 85 wanita sehat yang terbukti memiliki cadangan besi, maka anemia pada wanita tidak
hamil didefenisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10
g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan
kehamilan. Pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian
besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11 g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut,
Centers for Disease Control (1990) mendefenisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang
dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua
(Cunningham dkk, 2005). Menurut Manuaba (1998), anemia pada kehamilan adalah anemia
karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan
social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya
manusia. Anemia ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial
membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini kedepan.

Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil
yang anemia karena Hbnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini
disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh
pada fungsi placenta terhadap janin. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan
dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat
(Depkes RI, 2008). Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami anemia atau tidak maka
perlu dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin. Salah satu cara cara yang dapat digunakan
adalah pemeriksaan hemoglobin metode Sahli, metode ini masih banyak digunakan di
laboratorium dan paling sederhana.

Menurut Depkes RI (2008), batasan anemia adalah:

1.Laki-laki Dewasa> 13 gram %


2.Wanita Dewasa > 12 gram %
3.Anak-anak > 11 gram %
4.Ibu Hamil > 11 gram %

E.Ibu Hamil Trimester III

Menurut Cunningham (2005), kehamilan dibagi menjadi tiga trimester setara yang masing-
masing berlangsung selama 3 bulan kalender. Trimester ketiga mencakup minggu ke-29 sampai
ke-42 kehamilan. Pada tahap trimester III terjadi petumbuhan janin yang sangat cepat dibanding
trimester sebelumnya. Maka kekurangan makanan dalam periode ini dapat menghambat
pertumbuhannya hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang kurang daripada
seharusnya (Pudjiadi, 1990). Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar Hb karena penambahan
cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi mulai
sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu. Selain itu anemia kehamilan juga dapat
disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin (Pudjiadi, 1990).

B. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan


Pada masa kehamilan ada beberapa perubahan pada hampir semua sistem organ pada
maternal. Perubahan ini diawali dengan adanya sekresi hormon dari korpus luteum dan
plasenta.Efek mekanis pada pembesaran uterus dan kompresi dari struktur sekitar uterus
memegang peranan penting pada trimester kedua dan ketiga. Perubahan fisiologis seperti ini
memiliki implikasi yang relevan bagi dokter anestesi untuk memberikan perawatan bagi pasien
hamil. Perubahan yang relevan meliputi perubahan fungsi hematologi, kardiovaskular,
ventilasi,metabolik, dan gastrointestinal (Santos,et.al.,2006).

1 Perubahan Metabolik
Sebagai akibat dari peningkatan sekresi dari berbagai macam hormone selama masa kehamilan,
termasuk tiroksin, adrenokortikal dan hormon seks, maka laju metabolisme basal pada wanita
hamil meningkat sekitar 15 % selama mendekati masa akhir dari kehamilan. Sebagai hasil dari
peningkatan laju metabolisme basal tersebut, maka wanita hamil sering mengalami sensasi rasa
panas yang berlebihan. Selain itu,karena adanya beban tambahan, maka pengeluaran energi
untuk aktivitas otot lebih besar daripada normal(Guyton, 2006).

2 Perubahan Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular beradaptasi selama masa kehamilan terhadapa beberapa perubahan yang
terjadi. Meskipun perubahan sistem kardiovaskular terlihat pada awal trimester pertama,
perubahan pada sistem kardiovaskular berlanjut ke trimester kedua dan ketiga, ketika cardiac
output meningkat kurang lebih sebanyak 40 % daripada pada wanita yang tidak hamil. Cardiac
output meningkat dari minggu kelima kehamilan dan mencapai tingkat maksimum sekitar
minggu ke-32 kehamilan, setelah itu hanya mengalami sedikit peningkatan sampai masa
persalinan, kelahiran, dan masa post partum.Sekitar 50% peningkatan dari cardiac output telah
terjadi pada masa minggu kedelapan kehamilan. Meskipun, peningkatan dari cardiac output
dikarenakan adanya peningkatan dari volume sekuncup dan denyut jantung, faktor paling penting
adalah volume sekuncup,dimana meningkat sebanyak 20% sampai 50% lebih banyak daripada
pada wanita tidak hamil. Perubahan denyut jantung sangat sulit untuk dihitung, tetapi
diperkirakan ada peningkatan sekitar 20% yang terlihat pada minggu keempat kehamilan.
Meskipun, angka normal dalam denyut jantung tidak berubah dalam masa kehamilan, adanya
terlihat penurunan komponen simpatis(Birnbach,et.al., 2009).
Pada trimester kedua, kompresi aortocava oleh pembesaran uterus menjadi penting secara
progresif, mencapai titik maksimum pada minggu ke- 36 dan 38, setelah itu dapat menurunkan
perpindahan posisi kepala fetal menuju pelvis. Penelitian mengenai cardiac output, diukur ketika
pasien berada pada posisi supine selama minggu terakhir kehamilan, menunjukkan bahwa ada
penurunan dibandingkan pada wanita yang tidak hamil, penurunan ini tidak diobservasi ketika
pasien berada dalam posisi lateral decubitus. Sindrom hipotensi supine, yang terjadi pada 10 %
wanita hamil dikarenakan adanya oklusi pada vena yang mengakibatkan terjadinya takikardi
maternal, hipotensi arterial, penurunan kesadaran, dan pucat. Kompresi pada aorta yang dibawah
dari posisi ini mengakibatkan penurunan perfusi uteroplasental dan mengakibatkan terjadinya
asfiksia pada fetus. Oleh karena itu, perpindahan posisi uterus dan perpindahan posisi pelvis ke
arah lateral harus dilakukan secara rutin selama trimester kedua dan ketiga dari
kehamilan(Santos, et. al., 2006). Naiknya posisi diafragma mengakibatkan perpindahan posisi
jantung dalam dada, sehingga terlihat adanya pembesaran jantung pada gambaran radiologis dan
deviasi aksis kiri dan perubahan gelombang T pada elektrokardiogram (EKG). Pada pemeriksaan
fisik sering ditemukan adanya murmur sistrolik dan suara jantung satu yang terbagi-bagi. Suara
jantung tiga juga dapat terdengar. Beberapa pasien juga terlihat mengalami efusi perikardial kecil
dan asimptomatik (Morgan,2006).

3 Perubahan Hematologi.
Volume darah maternal mulai meningkat pada awal masa kehamilan sebagai akibat dari
perubahan osmoregulasi dan sistem renin angiotensin, menyebabkan terjadinya retensi sodium
dan peningkatan dari total body water menjadi 8,5 L. Pada masanya, volume darah meningkat
sampai 45 % dimana volume sel darah merah hanya meningkat sampai 30%. Perbedaan
peningkatan ini dapat menyebabkan terjadinya ”anemia fisiologis” dalam kehamilan dengan
hemoglobin rata rata 11.6 g/dl dan hematokrit 35.5%. Bagaimanapun, transport oksigen tidak
terganggu oleh anemia relatif ini, karena tubuh sang ibu memberikan kompensasi dengan cara
meningkatkan curah jantung, peningkatan PaO, dan pergeseran ke kanan dari kurva disosiasi
oxyhemoglobin (Birnbach,et.al., 2009).
Kehamilan sering diasosiasikan dengan keadaan hiperkoagulasi yang memberikan keuntungan
dalam membatasi terjadinya kehilangan darah saat proses persalinan. Konsentrasi fibrinogen dan
factor VII,VIII, IX,X,XII, hanya faktor XI yang mungkin mengalami penurunan. Fibrinolisis
secara cepat dapat diobservasi kemudian pada trimester ketiga. Sebagai efek dari anemia dilusi,
leukositosis dan penurunan dari jumlah platelet sebanyak 10 % mungkin saja terjadi selama
trimester ketiga. Karena kebutuhan fetus, anemia defisiensi folat dan zat besi mungkin saja
terjadi jika suplementasi dari zat gizi ini tidak terpenuhi. Imunitas sel ditandai mengalami
penurunan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi viral(Morgan, 2006).

4 Perubahan Sistem Respirasi


Adaptasi respirasi selama kehamilan dirancang untuk mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin,
serta memfasilitasi perpindahan produk sisa CO dari janin ke ibu (Norwitz,et.al.,2008).
Konsumsi oksigen dan ventilasi semenit meningkat secara progresif selam masa kehamilan.
Volume tidal dan dalam angka yang lebih kecil, laju pernafasan meningkat. Pada aterm
konsumsi oksigen akan meningkat sekitar 20-50% dan ventilasi semenit meningkat hingga 50%.
PaCO menurun sekitar 28-32mm Hg. Alkalosis respiratorik dihindari melalui mekanisme
kompensasi yaitu penurunan konsentrasi plasma bikarbonat. Hiperventilasi juga dapat
meningkatkan PaO secara perlahan. Peningkatan dari 2,3-difosfogliserat mengurangi efek
hiperventilasi dalam afinitas hemoglobin dengan oksigen. Tekanan parsial oksigen dimana he
moglobin mencapai setengah saturasi ketika berikatan dengan oksigen meningkat dari 27 ke 30
mm Hg. hubungan antara masa akhir kehamilan dengan peningkatan curah jantung memicu
perfusi jaringan (Morgan, 2006).
Posisi dari diafragma terdorong ke atas akibat dari pembesaran uterus dan umumnya diikuti
pembesaran dari diameter anteroposterior dan transversal dari cavum thorax. Mulai bulan ke
lima, expiratory reserve volume, residuak volume,dan functional residual capacity menurun,
mendekati akhir masa kehamilan menurun sebanyak 20 % dibandingkan pada wanita yang tidak
hamil. Secara umum, ditemukan peningkatan dari inspiratory reserve volumesehingga kapasitas
paru total tidak mengalami perubahan. Pada sebagian ibu hamil, penurunan functional residual
capacity tidak menyebabkan masalah, tetapi bagi mereka yang mengalami perubahan pada
closing volume lebih awal sebagai akibat dari merokok, obesitas, atau skoliosis dapat mengalami
hambatan jalan nafas awal dengan kehamilan lanjut yang menyebabkan hipoksemia. Manuver
tredelenburg dan posisi supin juga dapat mengurangi hubungan abnormal antara closing volume
dan functional residual capacity. Volume residual dan functional residual capacity kembali
normal setelah proses persalinan (Santos,et.al., 2006).

5 Perubahan Sistem Renal


Vasodilatasi renal mengakibatkan peningkatan aliran darah renal pada awal masa kehamilan
tetapi autoregulasi tetap terjaga. Ginjal umumnya membesar. Peningkatan dari renin dan
aldosterone mengakibatkan terjadinya retensi sodium. Aliran plasma renal dan laju filtrasi
glomerulus meningkat sebanyak 50% selama trimester pertama dan laju filtrasi glomerulus
menurun menuju ke batas normal pada trimester ketiga. Serum kreatinin dan Blood Urea
Nitrogen (BUN) mungkin menurun menjadi 0.5-0.6 mg/dL dan 8-9mg/dL. Penurunan threshold
dari tubulus renal untuk glukosa dan asam amino umum dan sering mengakibatkan glukosuria
ringan(1-10g/dL) atau proteinuria (<300 mg/dL). Osmolalitas plasma menurun sekitar 8-10
mOsm/kg (Morgan, 2006).

6 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal


Fungsi gastrointestinal dalam masa kehamilan dan selama persalinan menjadi topik yang
kontroversial. Namun, dapat dipastikan bahwa traktus gastrointestinal mengalami perubahan
anatomis dan fisiologis yang meningkatkan resiko terjadinya aspirasi yang berhubungan dengan
anestesi general (Birnbach, et.al.,2009).
Refluks gastroesofagus dan esofagitis adalah umum selama masa kehamilan. Disposisi dari
abdomen ke arah atas dan anterior memicu ketidakmampuan dari sfingter gastroesofagus.
Peningkatan kadar progestron menurunkan tonus dari sfingter gastroesofagus, dimana sekresi
gastrin dari plasenta menyebabkan hipersekresi asam lambung. Faktor tersebut menempatkan
wanita yangakanmelahirkanpada resiko tinggi terjadinya regurgitasi dan aspirasi
pulmonal.Tekanan intragaster tetap tidak mengalami perubahan. Banyak pendapat yang
menyatakan mengenai pengosongan lambung. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
pengosongan lambung normal bertahan sampai masa persalinan.
Di samping itu,hampir semua ibu hamil memiliki pH lambung di bawah 2.5 dan lebih dari 60%
dari mereka memiliki volume lambung lebih dari 25mL. kedua faktor tersbut telah dihubungkan
memiliki resiko terhadap terjadinya aspirasi pneumonitis berat. Opioid dan antikolinergik
menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah, dapat memfasilitasi terjadinya refluks
gastroesofagus dan penundaan pengosongan lambung. Efek fisiologis ini bersamaan dengan
ingesti makanan terakhir sebelum proses persalinan dan penundaan pengosongan lambung
mengakibatkan nyeri persalinan dan merupakan faktor predisposisi pada ibu hamil akan
terjadinya muntah dan mual (Morgan, 2006).

7 Perubahan Sistem Saraf Pusat dan Perifer


Konsentrasi alveolar minimum menurun secara progresif selama masa kehamilan. Pada masa
aterm menurun sekitar 40% untuk semua anestesi general. Namun, konsentrasi alveolar
minimum kembali normal pada hari ketiga pascakelahiran. Perubahan kadar hormon maternal
dan opioid endogen telah dibuktikan. Progestron yang memiliki efek sedasi ketika diberikan
dalam dosis farmakologis, meningkat sekitar 20 kali lebih tinggi daripada normal pada masa
aterm dan kemungkinan berefek kecil dalam observasi. Peningkatan secara signifikan kadar
endorfin juga memegang peranan penting dalam masa persalinan dan kelahiran (Morgan,2006).
Wanita hamil menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap kedua jenis anestesi baik regional
maupun general. Dari awal periode pemasukan anestesi secara neuraxial, wanita hamil
membutuhkan lebih sedikit anestesi lokal daripada wanita yang tidak hamil untuk mencapai level
dermatom sensorik yang diberikan (Birnbach,2009).
Minimum local analgesic concentration (MLAC) digunakan dalam anestesi obstetrik untuk
membandingkan potensi relatif dari anestesi lokal dan MLAC didefinisikan sebagai median dari
konsentrasi analgesik efektif dalam 20 ml volume untuk analgesi epidural dalam periode awal
persalinan. Obstruksi dari vena cava inferior karena pembesaran uterus mengakibatkan distensi
dari vena pleksus epidural dan meningkatkan volume darah epidural.Yang mendekati masa akhir
kehamilan menghasilkan tiga efek mayor : (1) penurunan volume cairan serebrospinal, (2)
penurunan volume potensial dari ruang epidural, (3) peningkatan tekanan ruang epidural. Dua
efek awal memicu penyebaran sefalad dari cairan anestesi lokal selama anestesi spinal dan
epidural, dimana efek yang terakhir mungkin menjadi predisposisi dalam insidensi lebih tinggi
dari punksi dural dengan anestesi epidural (Morgan, 2006).
8 Perubahan Sistem Muskoloskeletal
Kenaikan kadar relaksin selama masa kehamilan membantu persiapan kelahiran dengan
melemaskan serviks, menghambat kontraksi uterus, dan relaksasi dari simfisis pubis dan sendi
pelvik. Relaksasi ligamen menyebabkan peningkatan risiko terjadinya cedera punggung.
Kemudian dapat berkontribusi dalam insidensi nyeri punggung dalam kehamilan(Morgan,2006).

9 Sirkulasi Uteroplasental
Sirkulasi uteroplasental normal sangat dibutuhkan dalam perkembangan dan perawatan untuk
fetus yang sehat. Insufiensi sirkulasi uteroplasental dapat menjadi penyebab utama dalam
retardasi pertumbuhan fetal intrauterin dan ketika menjadi parah dapat mengakibatkan kematian
fetus. Integrasi dari sirkulasi bergantung pada aliran darah uterus yang adekuat dan fungsi
normal plasenta (Morgan,2006).
Aliran darah uterin meningkat secara progresif selama kehamilan dan mencapai nilai rata rata
antara 500ml sampai 700ml di masa aterm. Aliran darah melalui pembuluh darah uterus sangat
tinggi dan memiliki resistensi rendah. Perubahan dalam resistensi terjadi setelah 20 minggu masa
gestasi. Aliran darah uterus kurang memiliki mekanisme autoregulasi (pembuluh darah dilatasi
maksimal selama masa kehamilan) dan aliran arteri uterinsangat bergantung pada tekanan darah
maternal dan curah jantung. Hasilnya, faktor yang mempengaruhi perubahan aliran darah melalui
uterus dapat memberikan efek berbahaya pada suplaidarah fetus. Maka uterine blood flow
dirumuskan sebagai berikut:

UBF= UAP-UVP UVR


UBF = uterine blood flow
UAP= uterine arterial pressure
UVP=uterine venous pressure
UVR= uterine vascular resistance

Aliran darah uterin menurun selama periode hipotensi maternal, dimana hal tersebut terjadi
dikarenakan hipovolemia, perdarahan, dan kompresi aortocaval, dan blokade simpatis. Hal
serupa, kontraksi uterus (kondisi yang meningkatkan frekuensi atau durasi kontraksi uterus) dan
perubahan tonus vaskular uterus yang dapat terlihat dalam status hipertensi mengakibatkan
gangguan pada aliran darah (Birnbach,et.al.,2009)

Anda mungkin juga menyukai