Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

1. PENDAHULUAN

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui

cahaya dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan

dalam bentuk dan kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan

yang baik di retina. Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea,

dapat menimbulkan gangguan penglihatan (Perhimpunan Dokter Spesialis

Mata Indonesia,2012)

Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai

dari erosi kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian

sentral, lebih-lebih bila mengakibatkan pengurangan ketajaman

penglihatan. Benda asing dan erosi di kornea menyebabkan nyeri dan

iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan. Pada

trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat

kehilangan lapisan epitel (erosi), laserasi dan benda asing. Erosi kornea

merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada

bagian superfisial mata. Erosi kornea adalah cedera mata yang paling

umum dan mungkin salah satu yang paling diabaikan. Erosi kornea

biasanya sembuh dengan cepat, tanpa gejala sisa yang serius. Akibatnya,

hal ini sering dianggap kecil akibatnya. Namun, keterlibatan kornea yang

lebih dalam dapat menyebabkan pembentukan formasi jaringan parut

dalam epitel dan stroma. Erosi kornea terjadi pada keadaan yang
menyebabkan kompromi epitel seperti mata kering, cedera kornea

superfisial atau cedera mata misalnya disebabkan oleh benda asing, dan

penggunaan lensa kontak (Mann I)

Erosi kornea adalah cedera mata yang paling umum dan sangat

umum dikalangan orang-orang yang memakai lensa kontak . Meskipun

erosi kornea mencapai sekitar 10 % dari keadaan darurat mata yang

terkait, kejadian diperkirakan bervariasi menurut populasi dan tergantung

pada bagaimana kegiatan yang mereka lakukan ketika terlibat dalam

mekanisme cedera. Insiden cedera tanpa penetrasi pada mata yang

meliputi erosi kornea, 1.57 % per tahun. Insiden erosi kornea lebih tinggi

di antara orang usia kerja karena orang-orang muda lebih aktif daripada

orang tua;Namun, orang-orang dari segala usia dapat memiliki resiko

terkena erosi kornea.Pekerja otomotif antara usia 20 dan 29 tahun

memiliki insiden tertinggi cedera mata (Wang ,dkk)

2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep teori dari erosi kornea e.c trauma mekanik tumpul ?

2. Bagaimana menegakkan diagnosis erosi kornea e.c trauma mekanik

tumpul pada kasus ini?

3. Bagaimana penatalaksanaan erosi kornea e.c trauma mekanik pada

kasus ini?

4. TUJUAN
Menganalisis kasus erosi kornea e.c trauma mekanik tumpul pada mata

5. MANFAAT

Di harapkan Penyusunan makalah ini dapat di jadikan bahan refrensi

dalam menyelasaikan kasus erosi kornea e.c trauma mekanik tumpul .


BAB II

A. KORNEA

1. ANATOMI KORNEA

Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan,

berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta

memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74

% atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan

dioptri mata manusia. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada

difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi

melalui lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea perifer

disuplai oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea adalah salah satu

organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak

dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan

konjungtiva ( AAO, 2008). Kornea dewasa rata-rata mempunyai

tebal 550 μm, diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan

vertikalnya 10,6 mm ( Riordan-Eva, 2010).

Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan, yaitu:

1. Epitel

Tebal dari epitel ini adalah 50 μm. Epitel kornea

mempunyai lima lapis sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel

basal, sel poligonal,dan sel gepeng.


2. Membran Bowman

Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel

kornea yang merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur

seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

3. Stroma

Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea.

Stroma terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang

sejajar satu dengan lainnya.Pada permukaan terlihat anyaman yang

teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang.

4. Membran Descemet

Membran Descemet merupakan membran aselular dan

merupakan batas belakang stroma kornea.

5. Endotel

Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk

heksagonal, dan tebalnya 20-40 μm. Lapisan ini berperan dalam

mempertahankan deturgesensi stroma kornea

2. FISIOLOGI KORNEA

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela”

yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya

disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan

deturgesensi.Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan

kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel


dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi

ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel. Kerusakan kimiawi

atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan

pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea

dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel

hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan

meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari

lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada

lapisan air mata tersebut . Hal ini mungkin merupakan faktor lain

dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu

mempertahankan keadaan dehidrasi.Penetrasi kornea utuh oleh obat

bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan

substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Agar dapat melalui

kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.Epitel adalah

sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam

kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan

membran Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam

organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur (Biswell,

2010).Adapun faktor-faktor yang sering menyebabkan kelainan pada

kornea adalah:

1. Dry eye

Kelainan ini muncul ketika lapisan air mata

mengalami defisiensi sehingga tidak dapat memenuhi


batas-batas kecukupan, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif, yang kemudian diikuti dengan keluhan

subjektif.Kekurangan cairan lubrikasi fisiologis merupakan

faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi mikroba

pada mata (Bangun, 2009).

2. Defisiensi vitamin A

Kelainan kornea oleh karena defisiensi vitamin A dapat

menyebabkan kekeringan yang menggambarkan bercak Bitot

yang warnanya seperti mutiara yang berbentuk segitiga dengan

pangkal didaerah limbus. Bercak Bitot seperti ada busa di

atasnya. Bercak ini tidak dibasahi oleh air mata dan akan

terbentuk kembali bila dilakukan debridement. Terdapat

dugaan bahwa bentuk busa ini merupakan akibat kuman

Corynebacterium xerosis. Hipovitamin A ini juga dapat

menyebabkan keratomalasia dan tukak kornea dimana akan

terlihat kornea nekrosis dengan vaskularisasi ke dalamnya

(Ilyas, 2009).

3. Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea

Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea yang terjadi adalah

mikrokornea dan megalokornea.Mikrokornea adalah suatu

kondisi yang tidak diketahui penyebabnya, bisa berhubungan

dengan gangguan pertumbuhan kornea fetal pada bulan ke-5.

Selain itu bisa juga berhubungan dengan pertumbuhan yang


berlebihan dari puncak anterior optic cup yang meninggalkan

sedikit ruang bagi kornea untuk berkembang. Mikrokornea

bisa berhubungan dengan autosomal dominanatau resesif

dengan prediksi seks yang sama, walaupun transmisi dominan

lebih sering ditemukan.Megalokornea adalah suatu

pembesaran segmen anterior bola mata. Penyebabnya bisa

berhubungan dengan kegagalan optic cup untuk tumbuh dan

anterior tip menutupyang meninggalkan ruangan besar bagi

kornea untuk untuk diisi (Bangun, 2010).

4. Distrofi kornea

Deposit abnormal yang disertai oleh perubahan

arsitektur kornea, bilateral simetrik dan herediter, tanpa sebab

yang diketahui. Proses dimulai pada usia bayi 1-2 tahun dapat

menetap atau berkembang lambat dan bermanisfestasi pada

usia 10- 20 tahun. Pada kelainan ini tajam penglihatan

biasanya terganggu dan dapat disertai dengan erosi kornea

(Ilyas, et al,2002).

5. Trauma kornea

Trauma kornea bisa disebabkan oleh trauma tumpul,

luka penetrasi atau perforasi benda asing. Kemungkinan

kontaminasi jamur atau bakteri harus diingat dengan kultur

untuk bakteri dan jamur diambil pada saat pemeriksaan

pertama jika memungkinkan.Trauma tumpul kornea dapat


menimbulkan aberasi, edema, robeknya membran Descemet

dan laserasi korneoskleral di limbus (Bangun, 2010).Trauma

penetrasi merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata

karena pada keadaan ini kuman akan mudah masuk ke dalam

bola mata selain dapat mengakibatkan kerusakan susunan

anatomik dan fungsional jaringan intraokular (Ilyas,

2009).Perforasi benda asing yang terdapat pada kornea dapat

menimbulkan gejala berupa rasa pedas dan sakit pada mata.

Keluhan ini mungkin terjadi akibat sudah terdapatnya keratitis

atau tukak pada mata tersebut (Ilyas, 2009)


BAB VI

A. KESIMPULAN

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang

menimbulkan perlukaan mata dan merupakan kasus gawat darurat

mata.Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau

menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata (Sidarta, 2005).

Trauma pada mata dapat mengakibatkan terjadinya erosi

kornea. Erosi kornea merupakan keadaan terlepasnya epitel kornea

yang disebabkan trauma tumpul ataupun tajam pada kornea. Defek

pada epitel kornea memudahkan kuman menyerang kornea sehingga

mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder. Untuk menegakkan

diagnosis erosi kornea dapat diperoleh berdasarkan hasil anamnesis,

yaitu fotofobia, lakrimasi, blefarospame, gangguan visus, serta pada

pemeriksaan didapatkan injeksi perikornea. Dapat juga menggunakan

pemeriksaan lain seperti tes Placido, tes Fluoresin, tes sensitivitas atau

kultur. Pada kasus ini penderita mengalami erosi yang (------------),

sehingga diberi MINTATOLONG TULISIN OBTANYA .Penanganan

yang cepat dan tepat dapat mencegah terjadinya hal yang lebih buruk

atau komplikasi yang buruk seperti ulkus kornea.

B. SARAN

Pasien di edukasi untuk menjaga higienitas, banyak mengkonsumsi

sayur dan buah, serta segera berobat ke dokter spesialis mata jika obat

habis atau terdapat keluhan. Untuk perlindungan mata di anjurkan pasien


menggunakan kaca mata sebagai serta rajin membersihkan mata dengan

kapas yang dipilin, lalu disterilkan dengan cara direndam dalam air panas
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. (2009). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Jakarta.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia,2012.

Riordan-Eva, P., John P. Whitcher. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.


Jakarta: Penerbit EGC. 369-370.

Bangun, C.Y.Y., 2009. Prevalensi Kebutaan Akibat Kelainan Kornea di


Kabupaten Langkat. Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. H. Adam Malik.Tesis.
Availablefrom:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6385/1/10E0
0176.pdf

Biswell, R., 2010. Kornea. In: Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17.
Jakarta: EGC

Yuan, F., Wang, L., Lin, C., Chou, C., Li, L A cornea substitute derived from fish scale:
6- month follow up on rabbit model. J Ophthalmol. 2016 agst ;91(10):40.

Anda mungkin juga menyukai