Anda di halaman 1dari 2

Faktor resiko ISPA

Beberapa faktor lainnya yaitu usia, jenis kelamin, perilaku merokok,


masa kerja, lama pajanan dan penggunaan masker.

1. Usia
Semakin bertambah usia seseorang maka akan terjadi degenerasi otot-otot
pernapasan dan elastisitas jaringan menurun. Sehingga kekuatan otot-otot
pernapasan dalam menghirup oksigen menjadi menurun. Kemudian karena factor
umur yang bertambah maka semakin banyak alveoli yang rusak dan daya tahan
tubuh semakin rendah. Karena itu seseorang rentan terkena ISPA. Kemudian
pajanan debu yang terkumpul di paru-paru juga dapat mempengaruhi ISPA pada
seseorang dengan umur lebih tua (Hafsari, 2016).

2. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin merupakan salah satu variabel deskriptif yang dapat
memberikan perbedaan angka/rate kejadian pada pria dan wanita. Perbedaan
insiden penyakit menurut jenis kelamin dapat timbul karena bentuk anatomis,
fisiologis dan sistem hormonal yang berbeda (Hafsari, 2016).

3. Perilaku merokok
Merokok pada dewasa dapat menimbulkan berbagai gangguan sistem
pernapasan seperti kanker paru, gejala iritan akut, asma, gejala pernapasan kronik
dan infeksi pernapasan. Asap rokok merupakan zat iritan yang dapat
menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan. Kebiasaan merokok dapat
meningkatkan risiko terjadinya ISPA sebanyak 2,2 kali (Hafsari, 2016).

4. Pekerjaan
Semakin lama manusia terpapar debu di tempat kerja yang bias dilihat dari
lama bekerja maka debu kemungkinan besar akan tertimbun di paru-paru. Hal ini
merupakan hasil akumulasi dari inhalasi selama bekerja. Lama bekerja bertahun-
tahun dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan
yang sering (Hafsari, 2016).
Sebagian besar ISPA disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat juga
disebabkan oleh inhalasi bahan-bahan organik atau uap kimia dan inhalasi bahan-
bahan debu yang mengandung allergen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
resiko pekerja terkena ISPA dapat dibagi menjadi tiga garis besar yaitu faktor
karakteristik individu, perilaku pekerja, faktor lingkungan. Karakteristik individu
seperti umur, jenis kelamin, lama kerja dan status gizi. Perilaku pekerja yaitu
kebiasaan merokok dan pemakaian APD masker. Faktor lingkungan meliputi
kelembaban, dan pencemaran udara yang di dalamnya meliputi keberadaan
perokok di dalam rumah (Osana, 2016).
Ketiga faktor tersebut mempengaruhi resiko kerentanan terhadap penyakit
ISPA jika didukung dengan keberadaan debu di lingkungan kerja. lingkungan
kerja yang penuh oleh debu, uap, gas, dan lainnya disatu pihak akan mengganggu
kesehatan dipihak lain. Hal ini sering menyebabkan gangguan infeksi pernapasan
ataupun dapat mengganggu kapasitas vital paru. Debu di lingkungan kerja dapat
berpengaruh terhadap kesehatan, salah satunya pada sistem pernafasan. Analisis
faktor resiko debu terhadap fungsi paru menunjukan bahwa pekerja yang
mempunyai lingkungan kerja penghasil debu memiliki resiko lebih tinggi untuk
terpapar debu allergen (Osana, 2016).

Anda mungkin juga menyukai