Anda di halaman 1dari 39

IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :MUHAMMAD SYAHRUN ZAHIER
NIM : 03101404001

……………………………………………………………………………………………………………………
VISKOSITAS

Viskositas(kekentalan)dapat dianggap sebagai gesekan di bagian dalam suatu fluida. Karena viskositas
ini, maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida di atas lapisan lainnya, atau supaya satu permukaan
dapat meluncur di atas permukaaan lainnya bila di antara permukaan-permukaan ini terdapat lapisan fluida,
haruslah dikerjakan gaya. Baik zat cccair maupun gas mempunyai viskositas; hanya saja zat cair lebih kental
(viscous) dari pada gas. Dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai aliran yang kental akan
jelas nanti, bahwa masalahnya mirip dengan masalah tegangan dan regangan luncur di dalam zat padat.
Gambar 1.1 ialah salah satu macam alat mengukur viskositas zat cair. Sebuah silinder diberi poros di
atas bantalan yang hampir tidak mempunyai gesekan sehingga dapat berputar secara konsentrik di dalam
bejana berbentuk silinder. Zat cair yang viskositasnya akan diukur, dituangkan ke dalam ruang diantara
silinder-silinder itu. Suatu kopel (gaya putar) dapat diberikan kepada silinder sebelah dalam oleh sistem
kerekan- beban. Apabila beban dilepaskan, silinder sebelah dalam ini akan beroleh percepatan sejenak, tetapi
dengan cepat pula mencapai suatu kecepatan sudut konstan dan akan terus menerus berputar dengan
kecepatan konstan ini selama kopel tadi masih bekerja. Jelas kiranya bahwa kecepatan ini akan lebih kecil bila
cairan yang hendak diukur kekentalannya itu gliseri misalnya, dan bukan air atau minyak tanah (kerosenel).
Bila besar kopel, dimensi alat itu, dan kecepatan sudutnya diketahui, maka viskositas zay cair yang hendak
diukur dapat dihitung.

Gambar 1.1 diagram bagan salah satu jenis viskosimeter


Untuk kembali kapada soal-soal pokok, umpamkanlah kedua silinder itu hampir sam ukurannya,
sehingga cairan diantaranya akan merupakan lapisan yang tipis saja. Dengan demikian, sebusur pendek
lapisan ini dapt dianggap sebagai salah satu garis lurus. Gambar 1.2 memperlihatkan sebagian lapisan zat cair
di antara dinding dalm yang bergerak denagn dinding luar yang diam. Cairan yang bersentuhan dengan
dinding yang bergerak ternyata sama kecepatannya dengan kecepatan dinding itu; cairan disebelah dinding
yang diam, diam pula. Kecepatan lapisan-lapisan zat cair di antara kedua dinding bertambah secara seragam
dari dinding yang satu ke dinding yang satu lagi, seperti ditunjukkkan oleh anak-anak panah.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
Aliran seperti ini disebut aliran laminer. (Lamina berarti lembaran tipis). Lapisan demi lapisan zat cair
itu saling luncur-meluncur, seperti halnya lembaran-lembaran buku yang terletak rebah di atas meja lalu
dikerjakn gaya horizontal pada kulit atasnya. Akibat gerak demikian, bagian cairan yang pada suatu katika
berbentuk abcd, beberapa saat kemudian berubah menjadi abc’d’, dan distorsinya makin lama makin
bertambah kalau gerak itu berlangsung terus. Denagn perkataan lain, cairan itu berada dalam keadaan di
mana regangan luncur bertambah terus-menerus.

Gambar 1.2 aliran laminer cairan kental


Supaya grak selalu ada, perlu terus-menerus dikerjakan gaya arah ke kanan pada pelat sebelah atas
yang bergerak , dan karena itu secara tidak langsung berarti pula mengerjakn gaya pada permukaan cairan
sebelah atas. Gaya ini juga berkecendrungan menyeret cairan dan sekalian pelat sebelah bawah ke kanan.
Karena itu harus dilakukan gaya yang sama besar ke kiri pada pelat sebelah bawah supaya pelat ini tidak
bergerak. Dalam gambar 1.2, kedua gaya ini dilambangkan dengan huruf F. Kalau A ialah cairan terhadap
mana gaya-gaya F ini bekerja, maka perbandingan F/A tidak lain ialah tegangan luncur yang bekerja terhadap
zat cair itu.
Apabila suatu zat padat mengalami tegangan luncur, pada benda padat itu terjadi suatu penggeseran
yang ditimbulkannya terhadap dimensi melintang L, dan dalam batas elastik, tegangan luncur ini bertambah
terus tanpa batas selama ada tegangan, dan berdasarkan percobaan, ternyata tegangan ini tidak bergantung
kepada regangan luncur, melainkan bergantung pada cepat perubahannya. Tegangan dalam gambar 1.2 pada
saat ketiak volum fluida berbentuk abc’d’, ialah dd’/ad, atau dd’/L.Karena L konstan, cepat perubahan
regangan sama denagn 1/L kali cepat perubahan dd’. Tetapi cepat perubahan dd’ tidak lain adalah kecepatan
titik d’, atau kecepatan v dinding yang bergerak itu, berarti:
𝒗
Rumus 1.3 Cepat perubahan tegangan luncur =
𝒍

Koefisien viskositas fluidanya, atau disingkatkan viskositas ȵ ,didefinisikan sebagai perbandingan tegangan
luncur,F/A, dengan cepat perubahan regangan luncur:
𝒕𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒏𝒄𝒖𝒓 𝑭/𝑨
Rumus 1.4 ȵ = = 𝒗/𝒍 ,atau
𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒏𝒄𝒖𝒓
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
𝒗
Rumus 1.5 F =ȵA
𝒍
Untuk cairan yang mudah mengalir, misalnya air atau minyak tanah (kerosene), tegangan luncur itu
relatif kecil untuk cepat perubahan regangan luncur tertentu, dan viskositasnya juga relatif kecil. Dalam hal
cairan seperti molase atau gliserin, diperlukan tegangan luncur yang lebih besar untuk cepat perubahan
regangan luncur yang sama, dan viskositas cairannya lebih besar pula. Viskositas gas kurang sekali dari
viskositas cairan. Viskositas semua fluida sangat dipengaruhi oleh temperatur; jika temperatur naik, viskositas
gas bertambah dan viskositas cairan berkurang.
Persamaan 1.3 dirumuskan untuk kejadian khusus dalam mana kecepatan makin bertambah secara
uniform bila semakin jauh dari pelat sebelah bawah. Istilah umum untuk cepat perubahan kecepatan ruang,
dalam arah aliran, ialah gradien kecepatan dalam arah tersebut. Khusus pada kejadian ini, gradien kecepatan
ialah 𝑣 ⁄𝑙. Pada kejadian yang umum, gradien kecepatan tidak uniform dan harganya di tiap titik dapat
dituliskan sebagai 𝑑𝑣 ⁄𝑑𝑦, di mana dv ialah selisih kecepatan antara dua titik yang dipisahkan oleh jarak dy
diukur tegak lurus terhadap arah aliran. Karena itu bentuk umum persamaan 1.4, ialah:
𝒅𝒗
Rumus 1.6 F=ȵA
𝒅𝒚

…Satuan viskositas ialah gaya kali jarak dibagi oleh luas kali kecepatan. Jadi, dalam sistem cgs satuan
viskositas ialah 1 dyn cm ×(cm s ), yang disederhanakan menjadi 1 dyn s cm . Satuan ini disebut 1 poise,
sebagai penghormatan kepada sarjana Perancis Poiseuille.Viskositas yang kecil diukur dalam centipoise (1 cp
=10 poise) ataumicropoise (1 µp =10 poise). Dalam tabel 1.5 beberapa harga viskositas dicantumkan.
Tabel 1.7. Beberapa Harga Viskositas
Temperatur(°C) Viskositas minyak Viskositas air Viskositas udara
Jarak, (poise) (centipoise) (micropoise)
0 53 1,792 171
20 9,86 1,005 181
40 2,31 0,656 190
60 0,80 0,469 200
80 0,30 0,357 209
100 0,17 0,284 218

Konsep Viskositas

Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda.
Pernah lihat air khan ? air apa dulu gurumuda air sumur, air leding, air minum, air tawar, air putih… he2… ini
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

mah jenisnya sama, cuma nama panggilannya berbeda… maksud gurumuda adalah zat cair yang jenisnya
berbeda… misalnya sirup dan air. Sirup biasanya lebih kental dari air. Atau air susu, minyak goreng, oli, darah,
dkk…. Tambahin sendiri. Tingkat kekentalan setiap zat cair tersebut berbeda-beda. Btw, pada umumnya, zat
cair tuh lebih kental dari zat gas.

Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang
menyusun suatu fluida (fluida tuh zat yang dapat mengalir, dalam hal ini zat cair dan zat gas… jangan pake
lupa ya). Istilah gaulnya, viskositas tuh gaya gesekan internal fluida (internal = dalam). Jadi molekul-molekul
yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan
dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.

Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih
kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dkk. Dirimu bisa membuktikan dengan
menuangkan air dan minyak goreng di atas lantai yang permukaannya miring. Pasti air ngalir lebih cepat
daripada minyak goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi
suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng paha ikan di dapur,
minyak goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu
suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.

Oya, perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (rill = nyata). Fluida
riil/nyata tuh fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap knalpot, dkk….
Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida
ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang
kita pakai dalam pokok bahasan Fluida Dinamis). Mirip seperti kita menganggap benda sebagai benda tegar,
padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-benar tegar/kaku. Tujuannya
sama, biar analisis kita menjadi lebih sederhana alias tidak beribet. Ok, kembali ke laptop….

Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe
viskometer yang biasa digunakan antara lain :

a. Viskometer kapiler / Ostwald


Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut
untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari
cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

………………………………………………………………………………………………………………
diketahui ( biasanya air ) untuk lewat 2 tanda tersebut.( Moechtar,1990 )
b. Viskometer Hoppler
Berdasrkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya
berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui
tabung gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari
harga resiprok sampel. ( Moechtar,1990 )
c. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup
dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkan geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penueunan
konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini
disebt aliran sumbat. ( Moechtar,1990 )
d. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi
dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser
didalam ruang semit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar. ( Moechtar,1990 )
Kooefisien Viskositas

Viskositas fluida dilambangkan dengan simbol (baca : eta). Ini hurufnya orang yunani. Hurufnya
orang yunani aneh2, kakinya sebelah panjang, sebelahnya pendek… = koofisien viskositas. Jadi tingkat
kekentalan suatu fluida dinyatakan oleh koofisien viskositas fluida tersebut. Secara matematis, koofisien
viskositas bisa dinyatakan dengan persamaan. Sekarang, siapkan amunisi secukupnya… kita akan menurunkan
persamaan si koofisien viskositas. Untuk membantu menurunkan persamaan, kita meninjau gerakan suatu
lapisan tipis fluida yang ditempatkan di antara dua pelat sejajar. Ok, tancap gas… Tataplah gambar di bawah
dengan penuh kelembutan.

Gambar 1.7

Lapisan fluida tipis ditempatkan di antara 2 pelat. Gurumuda sengaja memberi warna biru pada
lapisan fluida yang berada di bagian tengah, biar dirimu mudah paham dengan penjelasan gurumuda. Masih
ingat si kohesi dan adhesi tidak ? kohesi tuh gaya tarik menarik antara molekul sejenis, sedangkan si adhesi
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

tuh gaya tarik menarik antara molekul yang tak sejenis. Gaya adhesi bekerja antara pelat dan lapisan fluida
yang nempel dengan pelat (molekul fluida dan molekul pelat saling tarik menarik). Sedangkan gaya kohesi
bekerja di antara selaput fluida (molekul fluida saling tarik menarik).

Mula-mula pelat dan lapisan fluida diam (gambar 1). Setelah itu pelat yang ada di sebelah atas ditarik
ke kanan (gambar 2). Pelat yang ada di sebelah bawah tidak ditarik (pelat sebelah bawah diam). Besar gaya
tarik diatur sedemikian rupa sehingga pelat yang ada di sebelah atas bergeser ke kanan dengan laju tetap (v
tetap). Karena ada gaya adhesi yang bekerja antara pinggir pelat dengan bagian fluida yang nempel dengan
pelat, maka fluida yang ada di sebelah bawah pelat juga ikut2an bergeser ke kanan. Karena ada gaya kohesi
antara molekul fluida, maka si fluida yang bergeser ke kanan tadi narik temannya yang ada di sebelah bawah.
Temannya yang ada di sebelah bawah juga ikut2an bergeser ke kanan. Temannya tadi narik lagi temannya
yang ada di sebelah bawah. begitu seterusnya…Ingat ya, pelat yang ada di sebelah bawah diam. Karena si
pelat diam, maka bagian fluida yang nempel dengan pelat tersebut juga ikut2an diam (ada gaya adhesi..
jangan pake lupa). Si fluida yang nempel dengan pelat nahan temannya yang ada di sebelah atas. Temannya
yang ada di sebelah atas juga nahan temannya yang ada di sebelah atas… demikian seterusnya.

Karena bagian fluida yang berada di sebelah atas menarik temannya yang berada di sebelah bawah
untuk bergeser ke kanan, sebaliknya bagian fluida yang ada di sebelah bawah menahan temannya yang ada di
sebelah atas, maka laju fluida tersebut bervariasi. Bagian fluida yang berada di sebelah atas bergerak dengan
laju (v) yang lebih besar, temannya yang berada di sebelah bawah bergerak dengan v yang lebih kecil,
demikian seterusnya. Jadi makin ke bawah v makin kecil. Dengan kata lain, kecepatan lapisan fluida
mengalami perubahan secara teratur dari atas ke bawah sejauh l (lihat gambar 2). Perubahan kecepatan
lapisan fluida (v) dibagi jarak terjadinya perubahan (l) = v / l. v / l dikenal dengan julukan gradien kecepatan.
Nah, pelat yang berada di sebelah atas bisa bergerak karena ada gaya tarik (F). Untuk fluida tertentu,
besarnya Gaya tarik yang dibutuhkan berbanding lurus dengan luas fluida yang nempel dengan pelat (A), laju
fluida (v) dan berbanding terbalik dengan jarak l. Secara matematis, bisa ditulis sebagai berikut :

Rumus 1.8

Sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan bahwa Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah
mengalir, sebaliknya fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir. Tingkat kekentalan fluida dinyatakan dengan
koofisien viskositas. Nah, jika fluida makin kental maka gaya tarik yang dibutuhkan juga makin besar. Dalam
hal ini, gaya tarik berbanding lurus dengan koofisien kekentalan. Secara matematis bisa ditulis sebagai
berikut :
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………
………………………………………………………………………………

Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.s (pascal sekon). Satuan
CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (P). Viskositas juga sering
dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan
Perancis, almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh).

1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2

Fluida Temperatur Koofisien Viskositas


(o C)
Air 0 1,8 x 10-3
20 1,0 x 10-3
60 0,65 x 10-3
100 0,3 x 10-3
Darah (keseluruhan) 37 4,0 x 10-3
Plasma Darah 37 1,5 x 10-3
Ethyl alkohol 20 1,2 x 10-3

Oli mesin (SAE 10) 30 200 x 10-3


Gliserin 0 10.000 x 10-3
20 1500 x 10-3
60 81 x 10-3
Udara 20 0,018 x 10-3
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
Hidrogen 0 0,009 x 10-3
Uap air 100 0,013 x 10-3
Hukum Poiseuille
Mengingat sifat umum efek kekentalan,jelas kiranya, bahwa kecepatan fluida kental yang mengalir
melalui pipa tidak sama di seluruh titik penampang lintangnya.Lapisan paling luar fluida melekat pada dinding
pipa dan kecepatannya nol. Dinding pipa”menahan” gerak lapisan paling luar tersebut dan lapisan ini
menahan pula lapisan berikutnya, dan seterusnya. Asal kecepatan tidak terlalu besar, aliran akan
laminer,dengan kecepatan paling besar di bagian tengah pipa, Lalu berangsur kecil sampai menjadi nol pada
dinding pipa. Aliran fluidanya dapat diibaratkan seperti pipa-pipa teleskop yang meluncur relatif satu sama
lain; pipa paling tengah bergerak maju paling cepat dan pipa yang paling liar tetap diam.
Misalkan dalam sepotong pipa yang radius dalamnya R dan panjangnya L mengalir fluida yang
viskositasnya ɳ secara laminer (Gambar 1.6).sebuah silinder kecil beradius r berada dalm kesetimbangan
(bergerak dengan kecepatan konstan)disebabkan gaya dorong yang timbul akibat perbedaan tekanan antara
ujng-ujung.
Persamaan Poiseuille.
Sebelumnya kita sudah mempelajari konsep2 viskositas dan menurunkan persamaan koofisien
viskositas. Pada kesempatan ini akan berkenalan dengan persamaan Poiseuille. Disebut persamaan Poiseuille,
karena persamaan ini ditemukan oleh almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (1799-1869).Seperti yang sudah
gurumuda jelaskan di awal tulisan ini, setiap fluida bisa kita anggap sebagai fluida ideal. Fluida ideal tidak
mempunyai viskositas alias kekentalan. Jika kita mengandaikan suatu fluida ideal mengalir dalam sebuah pipa,
setiap bagian fluida tersebut bergerak dengan laju (v) yang sama. Berbeda dengan fluida ideal, fluida riil alias
fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari mempunyai viskositas. Karena mempunyai viskositas,
maka ketika mengalir dalam sebuah pipa, misalnya, laju setiap bagian fluida berbeda-beda. Lapisan fluida
yang berada tengah-tengah bergerak lebih cepat (v besar), sebaliknya lapisan fluida yang nempel dengan pipa
tidak bergerak alias diam (v = 0). Jadi dari tengah ke pinggir pipa, setiap bagian fluida tersebut bergerak
dengan laju yang berbeda-beda. Untuk memudahkan pemahamanmu, amati gambar di bawah….

Gambar ini cuma ilustrasi saja. Oya, lupa… laju setiap bagian fluida berbeda-beda karena adanya
kohesi dan adhesi (mirip seperti penjelasan sebelumnya, ketika kita menurunkan persamaan koofisien
viskositas). Si viskositas bikin fluida sebel… Fluida terseok-seok dalam pipa (tabung). Hehe….Agar laju aliran
setiap bagian fluida sama, maka perlu ada perbedaan tekanan pada kedua ujung pipa atau tabung apapun
yang dilalui fluida. Yang dimaksudkan dengan fluida di sini adalah fluida riil/nyata, jangan lupa ya. Contohnya
air atau minyak yang ngalir melalui pipa, darah yang mengalir dalam pembuluh darah dkk… Selain membantu
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

suatu fluida riil mengalir dengan lancar, perbedaan tekanan juga bisa membuat si sluida bisa mengalir pada
pipa yang ketinggiannya berbeda.

Gambar 1.9

Keterangan :

R = jari-jari pipa/tabung

v1 = laju aliran fluida yang berada di tengah/sumbu tabung

v2 = laju aliran fluida yang berjarak r2 dari pinggir tabung

v3 = laju aliran fluida yang berjarak r3 dari pinggir tabung

v4 = laju aliran fluida yang berjarak r4 dari pinggir tabung

r = jarak

Almahrum Jean Louis Marie Poiseuille, mantan ilmuwan perancis yang tertarik pada aspek-aspek
fisika dari peredaraan darah manusia, melakukan penelitian untuk menyelidiki bagiamana faktor-faktor,
seperti perbedaan tekanan, luas penampang tabung dan ukuran tabung mempengaruhi laju fluida riil. (sstt..
pembuluh darah kita juga bentuknya mirip pipa, Cuma ukurannya kecil sekali). Hasil yang diperoleh Almahrum
Jean Louis Marie Poiseuille, dikenal dengan julukan persamaan Poiseuille.

… Sekarang mari kita oprek persamaan almahrum Poiseuille. Persamaan Poiseuille ini bisa kita turunkan
menggunakan bantuan persamaan koofisien viskositas yang telah kita turunkan sebelumnya. Kita gunakan
persamaan viskositas karena kasusnya mirip walau tak sama…. Ketika menurunkan persamaan koofisien
viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar dan fluida tersebut bisa bergerak karena
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

adanya gaya tarik (F). Bedanya, persamaan Poiseuille yang akan kita turunkan sebenarnya menyatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi aliran fluida riil dalam pipa/tabung dan fluida mengalir akibat adanya perbedaan
tekanan. Karenanya, persamaan koofisien viskositas perlu dioprek dan disesuaikan lagi. Kita tulis
persamaannya dulu ya…

Rumus 1.10

Karena fluida bisa mengalir akibat adanya perbedaan tekanan (fluida mengalir dari tempat yang tekanannya
tinggi ke tempat yang tekanannya rendah), maka F kita ganti dengan p1-p2 (p1 > p2).

Rumus 1.11

Ketika menurunkan persamaan koofisien viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2
pelat sejajar. Setiap bagian fluida tersebut mengalami perubahan kecepatan teratur sejauh l. Untuk kasus ini,
laju aliran fluida mengalami perubahan secara teratur dari sumbu tabung sampai ke tepi tabung. Fluida yang
berada di sumbu tabung mengalir dengan laju (v) yang lebih besar. Semakin ke pinggir, laju fluida semakin
kecil. Jari-jari tabung = jarak antara sumbu tabung dengan tepi tabung = R. Jarak antara setiap bagian fluida
dengan tepi tabung = r. Karena jumlah setiap bagian fluida itu sangat banyak dan jaraknya dari tepi tabung
juga berbeda-beda, maka kita cukup menulis seperti ini :

v1 = laju fluida yang berada pada jarak r1 dari tepi tabung (r1 = R)

v2 = laju fluida yang berada pada jarak r2 dari tepi tabung (r2 < r1)

v3 = laju fluida yang berada pada jarak r3 dari tepi tabung (r3 < r2 < r1)

v4 = laju fluida yang berada pada jarak r4 dari tepi tabung (r4 <r3 < r2 < r1)

vn = laju fluida yang berada pada jarak rn dari tepi tabung (rn < …… < r4 < r3 < r2 < r1)

Jumlah setiap bagian fluida sangat banyak dan kita juga tidak tahu secara pasti berapa jumlahnya
yang sebenarnya, maka cukup ditulis dengan simbol n. Setiap bagian fluida mengalami perubahan laju (v)
secara teratur, dari sumbu tabung (r1 = R) sampai tepi tabung (rn). Dari sumbu tabung (r1 = R) ke tepi tabung
(rn), laju setiap bagian fluida makin kecil (v1 > v2 > v3 > v4 > …. > vn). Cara praktis untuk menentukan jarak
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

terjadinya perubahan laju aliran fluida riil dalam tabung adalah menggunakan kalkulus. Tapi kalau pakai
kalkulus malah gak nyambung alias beribet….. Dari penjelasan di atas, kita bisa punya gambaran bahwa dari R
ke rn, laju fluida semakin kecil. Ingat ya, panjang pipa = L. Jika dioprek dengan kalkulus, akan diperoleh
persamaan :

Wuh, bahasa apa ini. he2…. Ini adalah persamaan laju aliran fluida pada jarak r dari pipa yang berjari-
jari R. Kalau bingung sambil lihat gambar di atas…. Perlu diketahui bahwa fluida mengalir dalam pipa alias
tabung, sehingga kita perlu meninjau laju aliran volume fluida tersebut. Cara praktis untuk menghitung laju
aliran volume fluida juga menggunakan kalkulus. Gurumuda jelaskan pengantarnya saja…

Di dalam tabung ada fluida. Misalnya kita membagi fluida menjadi potongan-potongan yang sangat
kecil, di mana setiap potongan tersebut mempunyai satuan luas dA, berjarak dr dari sumbu tabung dan
mempunyai laju aliran v. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :

dA1 = potongan fluida 1, yang berjarak dr1 dari sumbu tabung

dA2 = potongan fluida 2, yang berjarak dr2 dari sumbu tabung

dA3 = potongan fluida 3, yang berjarak dr3 dari sumbu tabung

dAn = potongan fluida n, yang berjarak drn dari sumbu tabung

Potongan2 fluida sangat banyak, sehingga cukup ditulis dengan simbol n saja, biar lebih praktis (n = terakhir).
Laju aliran volume setiap potongan fluida tersebut, secara matematis bisa ditulis sebagai berikut : Setiap
potongan fluida tersebut berada pada jarak r = 0 sampai r = R (R = jari-jari tabung). Dengan kata lain, jarak
setiap potongan fluida tersebut berbeda-beda jika diukur dari sumbu tabung. Jika kita oprek dengan kalkulus
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………

… ……
Rumus1.12…………………………………………………………………………………………………………

…………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
Keterangan:…::……

……… …………………………………
Berdasarkan persamaan Poiseuille di atas, tampak bahwa laju aliran volume fluida alias debit (Q)
sebanding dengan pangkat empat jari-jari tabung (R4), gradien tekanan (p2-p1/L) dan berbanding terbalik
dengan viskositas. Jika jari-jari tabung ditambahkan (koofisien viskositas dan gradien tekanan tetap), maka
laju aliran fluida meningkat sebesar faktor 16. Kalau dirimu mau kuliah di bagian teknik perledingan atau
teknik pertubuhan, pahami persamaan almahrum Poiseuille ini dengan baik. Konsep dasar perancangan pipa,
jarum suntik dkk menggunakan persamaan ini. Debit fluida sebanding dengan R4 (R = jari-jari tabung).
Karenanya, jari-jari jarum suntik atau jari-jari pipa perlu diperhitungkan secara saksama. Misalnya, jika kita
menggandakan jari-jari dalam jarum (r x 2), maka debit cairan yang nyemprot = menaikan gaya tekan ibu jari
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

sebesar 16 kali. Salah hitung bisa overdosis… he2…..

Persamaan almahrum Poiseuille juga menunjukkan bahwa pangkat empat jari-jari (r4), berbanding
terbalik dengan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa. Misalnya mula-mula darah mengalir dalam
pembuluh darah yang mempunyai jari-jari dalam sebesar r. Kalau terdapat penyempitan pembuluh darah
(misalnya r/2 = jari-jari dalam pembuluh darah berkurang 2 kali), maka diperlukan perbedaan tekanan sebesar
16 kali untuk membuat darah mengalir seperti semula (biar debit alias laju aliran volume darah tetap). Coba
bayangkan… apa jantung gak copot gitu, kalau harus kerja keras untuk memompa biar darahnya bisa ngalir
dengan debit yang sama… makanya kalau orang yang mengalami penyempitan pembuluh darah bisa kena
tekanan darah tinggi, bahkan stroke karena jantung dipaksa untuk memompa lebih keras. Demikian juga
orang yang gemuk, punya banyak kolesterol yang mempersempit pembuluh darah. Pembuluh darah nyempit
dikit aja, jantung harus lembur… mending langsing saja, biar pembuluh darah normal, jantung pun ikut2an
senang. Kalau si jantung gak lembur khan dirimu ikut2an senang, pacaran jalan terus… he2….

Gambar 1.13.(a)gaya terhadap silinder fluida kental.(b) distribusi kecepatan


Silinder itu serta gaya kekentalan yang menahan pada permukaan luar. Gaya dorong ini ada
Rumus 1.4 (p1-p2)π𝒓𝟐
Berdasarkan persamaan(1.7), gaya kekentalan ialah
𝒅𝒗 𝒅𝒗
Rumus 1.15 -ɳA = -π × 2πrL ×
𝒅𝒓 𝒅𝒓
Dimana dv/dr ialah gradien kecepatan pada jarak radial r dari sumbu.Tanada negatif diberiak karena v
berkurang bila r bertambah.Denagn menjabarkan gay-gaya dan mengintegrasikannya.,
𝟎 𝑷𝟏−𝑷𝟐 𝑹
Rumus 1.16-∫𝒗 𝒅𝒗 = 𝟐ɳ𝑳
∫𝒓 𝒅𝒓

𝒑𝟏−𝒑𝟐
Dan karena itu Rumus 1.17V= (𝑹𝟐 -𝒓𝟐 )
𝟒ɳ𝑳

Yang merupakan persamaanparabola. Garis lengkung dalam gambar 1.16 (b0 arah grafik persamaan ini.
Panjang anak-anak panah sebanding dengan kecepatan diposisi masing-masingnya. Gradien kecepatan,dv/dr,
disembarang radius, merupakan kemirinan garis lengkung ini yang diukur terhadap sebuah sumbu vertikal.
Kita katakan bahwa aliran ini mempunyai profil kecepatan parabola.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
Guna menghitung cepat pengosongan q, atau volum fluida yang melewati sembarang penampang pipa per
satuan waktu, perhatikanlah unsur-berdinding tipis seperti dalam Gambar 1.16(c). Volum fluida dv yang
melewati ujng-ujung unsur ini waktu dt ialah v dA dt, dimana v kecepatan pada radius r ialah luas yang diarsir,
yang sama dengan 2πr dr.denagn mengambil rumusan v persamaan (1.7), maka kita peroleh
𝑷𝟏−𝑷𝟐
Rumus 1.18 dV =
𝟒ɳ𝑳
(𝑹𝟐 − 𝒓𝟐 ) × 𝟐𝝅𝒓 𝒅𝒓 × 𝒅𝒕
Volum yang mengalir melewati seluruh penampang lintang diperoleh dengan mengintegrasikan sekuruh
unsur antara r=O dan r=R. Denagn membagi dengan d/t, untuk cepat aliran volum Q, kita peroleh
𝝅(𝒑𝟏−𝒑𝟐) 𝑹 𝟐 𝝅 𝑹𝟒 𝒑𝟏−𝒑𝟐
Rumus 1.19 Q = 𝟐ɳ𝑳 ∫𝒓 (𝑹 − 𝒓𝟐 ) 𝒅𝒓 = 𝟖 ɳ 𝑳

Rumus ini pertama kali dirumuskan oleh Poiseuille dan dinamakan hukum Poiseuille.Kecepatan aliran
volum (volum rate of low) berbanding terbalik dengan viskositas, seperti dapt diduga sebelumnya, dan
berbanding dengan radius pipa pangkat empat, sehingga jika sekiranya sebagai contoh, radiusnya hanya
setengahnya, maka kecepatan aliran volum berkurang dengan faktor7. Perbandingan (p1-p2)/L ialah gradien
tekanan di sepanjang pipa. Aliran berbanding lurus dengan gradien tekanan, dan terlihat bahwa fluida kental
terdapat penurunan tekanan., bahkan di sepanjang pipa mendatar yang penampang lintangnya konstan. Jika
penampang lintang itu tidak sama dari titik ke titik lain dan jika pipa tidak horisontal, terang akan ada
tambahan perbedaan tekana akibat percepatan tekanan akibat percepatan fluida atau akibat efek gravitasi.
Perbedaan-perbedaan ini ditentukan berdasarkan persamaan Bernoulli.
Beda antara aliran fluida sempurna yang tidak kental dnegan mempunyai viskositas dilukiskan dalam
gambar 1.8, dimana fluida mengalir dalam pipa horisontal yang penampang lintannya berrbeda-beda.Tinggi
fluida di dalam pipa-pipa kecil vertikal berbanding dengan tekanan pengukur.
Hukum Stokes
Bila fluida sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila sebuah bola
bergerak dalam suatu fluida yang diam, garis-garis arusnya akan membentuk suatu pola yang simetris
sempurna di sekelilingnya bola itu.Tekanan terhadap sembarang titikpermukaaan bola yang menghadap arah
aliran datang tepat sama dengan tekanan terhadap “ titik lawan” titik tersebut pada permukaan bola yang
menghadap ke arah hilir aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu sama dengan nol.Tetapi jika fluida itu
mempunyai kekentalan, akan oleh soretan kekentalan terhadap boal itu. (Seretan karena kekentalan ini
sudah terang akan dialami oleh benda berbentuk bagaimanapun, tetapi hanya pada satu boal seratan
tersebut mudah dihitung lagi).
Persamaan untuk gaya kekentalan tidak akan kita rumuskan langsung berdasarkan hukum aliran
fluida kental. Besarn-besaran yang mempengaruhi gaya itu adalah viskositas ɳ fluida yang bersangkutan,
radiusr boal itu, dan kecepatannya v relatif terhadap fluida. Bila dianalisa selengkapnya, maka persamaan
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
maka persamaan untuk gaya kekentalan itu ialah..
Rumus 1.20 F=6πɳrv
Persamaan ini pertama kali dirumuskan oleh Sir George stokes dalam tahun 1845 dan dinamakan hukum
stokes. Kita telah pernah memakainya waktu mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental,
walaupun ketika itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di dalam
suatu fluida tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya.
Seperti telah kita ketahui, sebuah bola yang jatuh ke dalam fluida kental akan mencapai kecepatan
akhir vr pada saat gaya kekentalan yang menahan plus gaya apung sama dengan berta bola itu. Umpaman
p rapat massa bola itu dan p’ rapt massa fluida. Jadi, berat bola ialah 4/3πr p’g, dan apabila kecepatan akhir
telah tercapai, Rumus 1.21
𝟒
πr p’g+6πr pg,
𝟑
𝟐 𝒓𝟐 𝒈
Vr= (p –p’).
𝟗 ɳ

Dengan mengukur kecepatan akhir sebuah bola yang radius dan rapat massanya diketahui, maka
viskositas fluida ke dalam mana boal itu dijatuhkan, dapatlah dihitung berdasrkan persamaan di atas.
Persamaan ini juga telah digunakan oleh Milikan untuk menghitung radius tetes minyak submikroskopik halus
elektron. Dalam percobaan ini, kecepatan akhir tetes minyak itu diukur ketika tetes jatuh dalam udara yang
viskositasnya diketahui.

Bilangan Reynold
Apabila kecepatn asuatu fluida yang mengalir dalam sebuah pipa melampaui harga kritik tertentu
(yang bergantung pada sifat-sifat dan pada radius pipa), maka sifat aliran menjadi sangat rumit. Di dalam
lapisan sangat tipis sekali yang bersebelahan dengan dinding pipa, disebut lapisan batas, alirannya masi
laminer. Kecepatan aliran di dalam lapisan batas pada dinding pipa adalah nol dan semakin bertambah besar
secara uniform di dalam lapisan itu. Sifat-sifat lapisan batas sanagt penting sekali dalam mennetukan tahanan
terhadap aliran, dan lapisan menentukan perpindahan panas ke atau dari fluida yang sedang bergerak itu.Di
luar lapisan batas, gerak fluida sangat tidak teratur. Di dalam fluida timbul arus pusar setempat yang
memperbesar tahanan terhadap aliran, Aliran semacam ini disebut aliran yang turbulen (bergejolak).
Percobaan menunjukkan bahwa ada kombinasi empat faktor yang menentukan apakah aliran fluida
melalui pipa bersifat laminer atau turbulen. Kombinasi ini dikenal sebagai bilangan Reynold,Nr,dan
didefinisikansebagai:
𝒑𝒗𝑫
Rumus 1.22 𝑵𝑹 =
ɳ
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
Di mana p ialah rapat massa fluida, v kecepatan alir rata-rata,ɳ viskositas, dan d diameter pipa. (Kecepatan
rata-rata ialh kecepatan uniform melalui penampang lintang yang menimbulkan kecepatan pengosongan yang
sama).
Bilangna Reynold, pvD/ɳ, ialah besaran yang tidak berdimensi dan besar angkanya adalah sama dalam
setiap sistem satuan tertentu. Sebagai contoh, untuk air 20°C yang mengalir dalm pipa berdiameter 1cm
dengan kecepatan rata-rata 10 cm sek bilangan Reynoldnya ialah

Rumus 1.23 𝑵 𝒑𝒗𝑫 𝟏 𝒈 𝒄𝒎−𝟑×𝟏𝟎 𝒄𝒎 𝒔−𝟏 ×𝟏 𝒄𝒎


𝑹= =
ɳ 𝟎.𝟎𝟏 𝒅𝒚𝒏 𝒔 𝒄𝒎−𝟐

Kalau keempat besaran itu dinyatakan dalam satuan sisitem Inggris, angka yang akan kita peroleh
1000 juga.Tiap percobaan menunjukkan bahwa apabila bilangan Reynold lebih kecil dari kira-kira tiap 2000,
aliran akan laminer, dan jika lebih dari kira-kira 3000, aliran akan turbulen. Dalam daerah antara 2000 dan
3000, aliran tidak stabil dan dapat berubah dari laminer menjadi turbulen atau sebaliknya. Berarti , untuk air
pada 20°C yang mengalir dalam pipa berdiameter 1 cm, aliran akan laminer kalau
Rumus 1.24
𝒑𝒗𝑫
≤ 2000 atau kalau iV ≤ 𝟐𝟎𝟎𝟎×𝟎.𝟎𝟏
𝟏×𝟏
𝒄𝒎 𝒔−𝟏 = 𝟐𝟎𝒄𝒎 𝒔−𝟏 un
ɳ

Karena bilangan ini jauh lebih kecil dari 3000, alirannya adalah laminer dan tidak akan menjadi
turbulen, kecuali jika kecepatannya sebesar 420 cm 𝑠𝑒𝑘 −1 .Bilangan Reynold suatu sistem telah dijadikan
dasar untuk mempelajari sifat sisitem-sistem nyata dengan cara mempergunakan sebuah model berukuran
kecil. Salah satu contoh yang sudah umum ialah terowongan angin. Dlam terowongan ini, orang mengukur
gaya aerodinamik terhadap model berskala kecil pesawat terbang. Lalu berdasarkan hasil pengukuran
tersebut, dikalkulasikan berapa besar gaya itu terhadap sayap berukuran sesungguhnya.

Dua sistem dikatakan sama-sama secara dinamika bila Bilangan Reynold,pvD/ɳ, sama untuk kedua
sistem itu. Pada umumnya huruf D dapat berarti sembarang dimensi suatu sistem, misalnya rentangan sayap
pesawat terbang. Misalkan sutu fluida, yang kerapatannya p dan viskositasnya ɳ diketahui, mengalir mengitari
sebuah model yang skalanya setengah ukuran benda yang sebenarnya, Maka secara dinamika, aliran tersebut
akan sama dengan aliran sekitar benda berukuran sebenarnya ini kalau kecepatannya v dua kali lipat.
Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena berbagai sebab dari keadaan
alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air juga akibat arah arus yang tidak mudah untuk
digambarkan. Misalnya aliran sungai yangs edang banjir, air terjun dari suatu ketinggian tertentu, dan
sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian depan memberikan gambaran mengenai bentuk yang sulit
dilukiskan secara pasti. m Namun demikian, bila kita kaji secara mendalam maka dalam setiap gerakan
partikel tersebut akan selalu berlaku hukum ke-2 Newton. Oleh sebab itu, agar kita labih mudah untuk
enghitung ……………………………………………………………………………………
…IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
memahami perilaku air yang mengalir diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan (laju air) dan
kerapatan air dari setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua besaran ini aliran air akan mudah untuk
dipahami gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya. Bertolak dari kecepatan sebagai
fungsi dari tempat dan waktu dapat dibedakan menjadi:

a. Aliran steady (mantap) dan non steady (tidak mantap)

b. Aliran rotational dan aliran irotational

Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik tertentu setiap saat adalah
konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut kelajuannya akan selalu konstan. Hal ini barati pada aliran steady
(mantap) kelajuan pada satu titik tertentu adalah tetap setiap saat, meskipun kelajuan aliran secara
keseluruhan itu berubah/berbeda. Aliran steady ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang memiliki
kedalaman yang cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang kecil. Sebagai contoh aliran
steady ini adalah aliran laminier, yakni bahwa arus air memiliki arus yang sederhana (streamline/arus tenang),
kelajuan gerak yang kecil dengan dimensi vektor kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol pada dinding
dan maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya kecil) dan banyak terjadi pada air yang memiliki
kekentalan rendah. Selanjutnya aliran air dikatakan tidak mantap (non steady) apabila kecepatan v pada
setiap tempat tertentu dan setiap saat tidak konstan. Hal ini berarti bahwa pada aliran ini kecepatan v sebagai
fungsi dari waktu.

Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha menggabungkan diri satu sama lain
dengan elemen air di sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan berlangsung dengan lancar. Contoh
aliran tidak steady ini adalah aliran turbulen, yakni bahwa partikel dalam fluida mengalami perubahan
kecepatan dari titik ke titik dan dari waktu ke waktu berlangsung secara tidak teratur (acak). Oleh sebab itu
aliran turbulen biasanya terjadi pada kecepatan air yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi serta
memiliki dimensi linear yang tinggi, sehingga terdapat kecenderungan berolak selama pengalirannya.

Di samping aliran laminier dan aliran turbulen dikenal pula aliran yang memiliki profil kecepatan
datar, tetapi aliran ini hanya dikenal pada fluida yang tidak memiliki kekentalan (koefisien kekentalannya nol)
dan mengalir secara lambat. Sedangkan air adalah tergolong pada fluida yang memiliki kekentalan, sehingga
Selanjutnya aliran irrotational adalah aliran air yang tidak diikuti perputaran partikel penyusun air tersebut,
sedangkan aliran rotational adalah aliran yang diikuti perputaran partikel penyusun air. Hal ini memberikan
gambaran bahwa untuk aliran rotational dapat diberikan istilah air tidak dapat digolongkan sebagai aliran
datar.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

Salah satu cara untuk mengetahui adanya aliran rotasi ini antara lain bila di permukaan air terapung
sebuah tongkat yang melintang selama aliran gerak tongkat tersebut akan mengalami gerakan yang berputar
di samping berpindag secara translasi akibat aliran air tersebut. Contoh aliran rotasi adalah aliran yang berupa
aliran pusaran, yakni suatu aliran yang vektor kecepatannya berubah dalam arah tegak/transversal.
Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir maka akan dikenal aliran-aliran sebagai
berikut:

a. Aliran viscous dan aliran non viscous


b. Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan

Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran fluida pekat. Kepekatan
fluida ini tergantung pada gesekan antara beberapa partikel penyusun fluida. Di samping itu juga gesekan
antara fluida itu sendiri dengan tempat terjadinya aliran tersebuut. Untuk aliran air lebih didekatkan pada
aliran dengan kekentalan yang rendah, sehingga aliran air dapat berapda pada aliran non viscous. Selanjutnya
aliran termampatkan adalag aliran yang terjadi pada fluida yang selama pengalirannya dapat dimampatkan
atau berubah volumenya, sehingga akan mengubah pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran termampatkan ini
pada umumnya berlangsung pada gas, sedangkan pada air alirannya lebih didekatkan pada pengertian aliran
tak termampatkan yakni bahwa selama pengaliran air tersebut massa jenis air dianggap tetap besarnya. Dari
uraian yang telah dikemukakan di bagian depan, maka agar aliran air dapat dipahami dengan mudah maka
aliran yang dimaksud dalam pembahasan nanti labih ditekankan pada aliran-aliran yang meliputi:

1. Aliran air merupakan aliran yang mantap

2. Aliran air merupakan aliran yang tidak berputar (irrotational = tidak berotasi)

3. Aliran air merupakan aliran yang tidak termampatkan, yakni bahwa selama pengaliran berlangsung massa
jenisnya tetap

4. Aliran air merupakan merupakan aliran tanpa kekentalan (kekentalannya rendah)

Melalui pengertiannya seperti yang telah dikemukakan di atas selanjutnya akan dikenal aliran stasioner,
yakni bahwa aliran air tersebut akan membentuk gas alir yang tertentu dan partikel penyusun air akan melalui
jalur tertentu yang pernah dilalui oleh pertikel penyusun air di depannya. Pada aliran stasioner tersebut garis
alirnya digambarkan dalam titik P, Q, dan R. Hal ini berarti air akan lewat pada titik-titik P, selanjutnya Q dan
R. Pada aliran ini di setiap titik dalam pipa tersebut (titik P, atau titik Q atau titik R) tidak bekerja gaya, dan
beda tekanan.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

pada masing-masing titik dapat ditiadakan. Oleh sebab itu kecepatan aliran air di titik tertentu adalah sama.
Namun demikian kecepatan aliran pada titik P, titik Q, dan titik R dapat saja berbeda besarnya. Gambar
berikut adalah gambar yang memperlihatkan arus yang streamline dan turbulen.

Gambar 1.25 Aliran stasioner

… Gambar 1.26 Arus turbulen dan streamline

Garis-garis yang digambarkan dalam tabung 3 ini disebut sebagai garis alir atau garis alur. Kecepatan titik A, B,
dan C akan berbeda-beda.

Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini dipergunakan sebagai
acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen di satu pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan
sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung dalam air. Hal ini didasarkan pada suatu
keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan
bentuk aliran yang satu menjadi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya tidaklah terjadi
secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu antara, yakni suatu waktu yang relatif pendek dengan diketahuinya
kecepatan kristis dari suatu aliran. Kecepatan kritis ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh ukuran pipa,
jenis zat cair yang lewat dalam pipa tersebut.

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan terdapat empat besaran yang menentukan apakah aliran
tersebut digolongkan aliran laminier ataukah aliran turbulen. Keempat besaran tersebut adalah besaran
massa jenis air, kecepatan aliran, kekentalan, dan diameter pipa. Kombinasi dari keempatnya akan
menentukan besarnya bilangan Reynold. Oleh sebab itu, bilangan Reynold dapat dituliskan dalam keempat
besaran tersebut sebagai berikut.

Rumus 1.26 Re = (ρ v D)/η


IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

…………………………………… Keterangan:

Re : bilangan Reynold ρ : massa jenis η : viscositas/kekentalan v : kecepatan aliran D : diameter pipa. Hasil
perhitungan berdasarkan eksperimen didapatkan ketentuan bahwa untuk bilangan Reynold berikut ini:

Gambar 1.27

0 < Re ≤ 2000, aliran disebut laminier

…………………………………………………………GG

……………………………………………………………………………………………………………………
Gambar 1.28GG…………………………………………………………………

2000 < Re ≤ 3000, aliran disebut transisi antara laminier dan aliran turbulen Re > 3000, aliran turbulen

………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………

…………………………

Gambar 1.29

Dalam pembahasan aliran air, baik aliran air yang lewat sungai maupun melalui pipa oleh PAM, istilah debit
air banyak dikenal.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

Gambar 1. 30 Aliran air lewat pipa.

Debit merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang
dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu tertentu. Satuan debit pada umumnya mengacu
pada satuan volume dan satuan waktu. Apabila Q menyatakan debit air dan v menyatakan volume air,
sedangkan ∆t adalah selang waktu tertentu mengalirnya air tersebut, maka hubungan antara ketiganya dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Rumus 1.31 Q = V/∆t

V : volume satuannya m3 (MKS) atau cm3 (cgs)

∆t : selang waktu tertentu satuannya second

Satuan Q adalah m3/sec (MKS) dan cm3 (cgs)

Gambar 1.32 Bak penampung air

Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air pada umumnya berkaitan dengan kecepatan
pengalirannya, dan massa jenis air itu sendiri. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut
tidak dapat dimampatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini berarti bahwa pada gerakan air
tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan geraknya beraturan akibat
pengaruh gravitasi bumi di suatu tempat terhadap partikel penyusun air tersebut. Namun demikian sifat
seperti yang telah diungkapkan di bagian depan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sering sulit dijumpai
dalam kenyataan, sehingga besarnya debit air yang mengalir pada sembarang aliran tersebut juga tidak
mudah. Oleh sebab itu dalam pembahasan kita nanti ukuran debit didasarkan pada aliran ideal seperti yang t
Gambar 1.33 Gerak zat cair dalam tabung dari posisi (a) dan (b)

Lihat gambar di atas, suatu pipa terbuka yang luas penampang ujung kiri adalah A1 dan mengalir air dengan
kecepatan V1, selanjutnya air mengalir melalui pipa kanan yang memiliki luas penampang A2 dengan
kecepatan pengaliran adalah V2, maka berdasarkan sifat yang telah dikemukakan di depan akan berlaku
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

hukum kekekalan massa, yakni bahwa selama pengaliran tidak ada fluida yang hilang, maka selama t detik
Rumus 1.34 A1 V1 g t = A2 V2 g t

Rumus 1.35 A1 V1 = A2 V2 = konstan

Persamaan tersebut merupakan persamaan kontinuitas, dan sebagai konsekuensi aliran semacam ini adalah
bahwa lecepatan pengaliran air akan terbesar pada suatu tempat yang memiliki luas penampang terkecil.Di
sini volume air yang mengalir

Rumus 1.36 V = A v t

Jadi selama t detik besarnya debit air yang dapat keluar adalah

Rumus 1.37 Q = (A v t)/t

Q=Av

Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air dalam suatu tabung akan bergantung pada
tingginya permukaan air di dalam tabung tersebut dan luas penampang lubang yang terdapat dalam tabung.
Hal ini berarti bahwa debit air yang mengalir dalam tabung akan bergantung pada ketinggian permukaan air
dalam tabung dan luas penampangnya. Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa tabung dengan
ketinggian permukaan air yang sama tingginya tetapi luas lubang pengaliran berbeda. Selanjutnya air
dibiarkan mengalir dalam waktu yang sama.

Gambar 1.38 Peluapan air melalui lubang yang memiliki diameter berbeda.

Dari gambar di atas nampak jelas bahwa banyaknya air yang meluah melalui lubang tabung yang
memiliki luas penampang yang lebih besar akan lebih banyak dibandingkan dengan tabung yang memiliki luas
penampang yang lebih kecil. Hal ini disebabkan luas penampang lubang pengaliran air berbeda, yakni lubang
yang satu lebih besar dari yang lainnya. Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini, di bawah ini terdapat dua
tabung sama besar, diberikan dua lubang yang sama besarnya dan lubang tersebut berada pada ketinggian
yang sama.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

Seterusnya pada tabung diisi dengan air yang berbeda tingginya dan dibiarkan air mengalir melalui lubang
tersebut.

Gambar 1.39 Peluapan air melalui lubang sama tetapi ketinggian air berbeda.

Dari aliran air dalam selang waktu yang bersamaan akan dapat diketahui bahwa air dalam lubang
tabung yang memiliki permukaan yang lebih tinggi akan memberikan gambaran debit air yang lebih besar
daripada tabung yang memiliki ketinggian permukaan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan pada permukaan
air yang lebih tinggi gaya berat yang diberikan air semakin besar, sehingga memiliki kecenderungan tekanan
yang lebih besar daripada tabung yang memiliki ketinggian permukaan air yang lebih rendah. Akibatnya aliran
air akan lebih cepat dari yang lainnya. Dengan demikian akan memiliki debit yang lebih besar dari lainnya,
semakin tinggi permukaan air dalam tabung akan semakin besar kecepatan air yang keluar dari tabung.

Aliran Fluida Kental dalam Pipa

Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya
untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan
molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk
karena gesekan. Zat padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang
besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk maupun volumenya,
sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk
wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat besar dan gas tidak
mempunyai bentuk dan maupun volume yang tetap,gas akan berkembang mengisi seluruh wadah. Karena
fase cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai kemampuan untuk
mengalir. Dengan demikian kedua – duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida.

Sifat Dasar Fluida

Cairan dan gas disebut fluida, sebab zat cair tersebut dapat mengalir. Untuk mengerti aliran fluida maka harus
………………………………………………………………………………………
……………………………
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Adapun sifat – sifat dasar fluida yaitu; kerapatan (density), berat jenis
(specific gravity), tekanan (pressure), kekentalan (viscosity). Ala

Kerapatan (density)
Kerapatan atau density dinyatakan dengan ρ (ρ adalah huruf kecil Yunani yang dibaca “rho”),
didefinisikan sebagai mass per satuan volume.
Rumus 1.40 ρ = (2-1)
dimana ρ = kerapatan (kg/m3)
m = massa benda (kg)
v = volume (m3)
Pada persamaan 2-1 diatas, dapat digunakan untuk menuliskan massa, dengan persamaan sebagai berikut :
Rumus 1.41 M = ρ v [ kg ] m per
Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni. Benda tersusun atas bahan murni,
misalnya emas murni, yang dapat memiliki berbagai ukuran ataupun massa, tetapi kerapatannya akan sama
untuk semuanya. Satuan SI untuk kerapatan adalah kg/m3. Kadang kerapatan diberikan dalam g/cm3. Dengan
catatan bahwa jika kg/m3 = 1000 g/(100 cm)3, kemudian kerapatan yang diberikan dalam g/cm3 harus
dikalikan dengan 1000 untuk memberikan hasil dalam kg/m3. Dengan demikian kerapatan air adalah 1,00
g/cm3, akan sama dengan 1000 kg/m3. Berbagaikerapatan bahan diunjukkan pada tabel II-1. Dalam tabel II-1
tersebut ditetapkan suhu dan tekanan karena besaran ini akan dipengaruhi kerapatan bahan (meskipun
pengaruhnya kecil untuk zat cair).
Tabel 1.42 Berbagai Kerapatan Density Bahan
BahanBahan KKKKerapatan p (kg/𝒎𝟑 )
CairCair
Air pada suhu 4°C 1.1.0 ×103
Darah plasma 1.2.0 ×103
Darah seluruhnya 1.3.0 ×103
Air laut 1.025 ×103
Raksa 13.6 × 103
Alkohol, alkyl 0.79 × 103
Bensin 0.68 ×103
Berat jenis (specific gravity)
Berat jenis suatu bahan didefinikan sebagai perbandingan kerapatan bahan terhadap kerapatan air.
Berat jenis (specific gravity disingkat SG) adalah besaran murni tanpa dimensi maupun satuan, dinyatakan
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
persamaan 2-3 dan 2-4 sebagai berikut :
𝒑𝒄 (𝒈/𝒄𝒎𝟑)
Untuk fluida cair SGc = 𝒑𝒘 (𝒈/𝒄𝒎𝟑)

𝒑𝒈 (𝒈/𝒄𝒎𝟑)
Untuk fluida cair SGg = tetes
𝒑𝒂 (𝒈/𝒄𝒎𝟑)

Dimana
ρc = massa jenis cairan (g/cm3)
ρw = massa jenis air (g/cm3)
ρg = massa jenis gas (g/cm3)
ρa = massa jenis udara (g/cm3) sko
Tekanan (pressure)
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dengan gaya F dianggap bekerja secara tegak
lurus terhadap luas permukaan A, maka :
Rumus 1.43 P = F/A [ kg/m2 ]
dimana P = tekanan (kg/m2)
F = gaya (kg)
A=luaspermukaan(m2)
Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2. Satuan ini mempunyai nama resmi Pascal (Pa), untuk
penghormatan terhadap Blaise Pascal dipakai 1 Pa = 1 N/m2. Namun untuk penyederhanaan, sering
menggunakan N/m2. Satuan lain yang digunakan adalah dyne/cm2, lb/in2, (kadang disingkat dengan “psi”),
dan kg/cm2 (apabila kilogram adalah gaya : yaitu, 1 kg/cm2 = 10 N/cm2). Sebagai contoh perhitungan
tekanan, seorang dengan berat 60 kg yang kedua kakinya menutupi luasan 500 cm2 akan menggunakan
tekanan sebesar : F/A = m.g/A = (60 kg х 9,8 m/det2) / 0,050 m2 = 11760 kg/m2 = 12 х 104 N/m2.terhadap
tanah. Jika orang tersebut berdiri dengan satu kaki atau dua kaki dengan luasan yang lebih kecil, gayanya akan
sama tetapi karena luasannya menjadi 1⁄2 maka tekanannya akan menjadi dua kali yaitu 24 х 104 N/m2.

……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
Gambar 1.44 : tekanan adalah sama di setiap arah dalam suatu fluida pada kedalaman tertentu jika tidak
demikian maka fluida akan bergerak
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
Tekanan dalam cairan yang mempunyai kerapatan seragam akan bervariasi terhadap kedalaman. Bayangan
sebuah titik yang terletak pada kedalaman h dibawah permukaan cairan seperti yang ditunjukkan pada
gambar II-2 sebagai berikut :
Gambar 1.45 : Tekanan pada kedalaman h dalam cairan
Tekanan yang disebabkan oleh cairan pada kedalaman h ini disebabkan oleh berat kolom cairan di
atasnya. Dengan demikian gaya yang bekerja pada luasan tersebut adalah F = mg = ρAhg,dengan Ah adalah
volume kolom tersebut, ρ adalah kerapatan cairan (diasumsikan konstan), dan g adalah percepatan gravitasi.
Kemudian tekanan P, adalah
𝑭 𝒑𝒈𝒉
Rumus 146 P= 𝑨 = 𝑨
[ 𝐤𝐠/𝐦𝟐 ]

P =p.g.h [ 𝐤𝐠/𝐦𝟐 ]
Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan, dan kedalaman cairan
tersebut. Secara umum, tekanan pada kedalaman yang sama dalam cairan yang seragam sama. Persamaan
2-7, berlaku untuk fluida yang kerapatannya konstan dan tidak berubah terhadap kedalaman – yaitu, jika
fluida tersebut tak dapat dimampatkan (incompressible). Ini biasanya merupakan pendekatan yang baik untuk
fluida (meskipun pada kedalaman yang sangat dalam didalam lautan, kerapatan air naik terutama akibat
pemampatan yang disebabkan oleh berat air dalam jumlah besar diatasnya ). Dilain pihak, gas dapat mampat,
dan kerapatannya dapat bervariasi cukup besar terhadap perubahan kedalaman. Jika kerapatannya hanya
bervariasi sangat kecil, persamaan 2-8 berikut dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan Δp
pada ketinggian yang berbeda dengan ρ adalah kerapatan rata-rata
Rumus 1.47 Δp = ρ g Δh [ mmHg ]
dimana : Δp = perbedaan tekanan ( mmHg )
ρ = kerapatan ( kg/m3 )
g = gravitasi ( m/det2)
Δh = pertambahan kedalaman ( m )
Kekentalan (viscosity)
Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau gesekan fluida terhadap wadah
dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan atau gas, dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan
fluida yang berdekatan ketika bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida dengan wadah
tempat ia mengalir. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antara molekul-molekulnya
sedangkan gas, berasal tumbukan diantara molekul-molekul tersebut. Kekentalan fluida yang berbeda dapat
dinyatakan secara kuantatif dengan koefisien kekentalan, η yang didefinisikan dengan cara sebagai berikut :
Fluida diletakkan diantara dua lempengan datar. Salah satu lempengan diam dan yang lain dibuat bergerak.
Fluida yang secara langsung bersinggungan dengan masing-masing lempengan ditarik pada permukaanya oleh
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
gaya rekat diantara molekul-molekul cairan dengan kedua lempengan tersebut. Dengan demikian permukaan
fluida sebelah atas bergerak dengan laju v yang seperti lempengan atas, sedangkan fluida yang bersinggungan
dengan lempengan diam bertahan diam. Kecepatan bervariasi secara linear dari 0 hingga v seperti
ditunjukkan gambar.Kenaikan kecepatan dibagi oleh jarak dengan perubahan ini dibuat – sama dengan v/I –
disebut gradien kecepatan. Untuk menggerakkan lempengan diatas memerlukan gaya, yang dapat dibuktikan
dengan menggerakkan lempengan datar melewati genangan fluida. Untuk fluida tertentu, diperoleh bahwa
gaya sebagai berikut :
𝑭𝑳
Rumus 1.48 F = 𝑰
[ kg/m2 ]

Untuk fluida yang berbeda, fluida yang kental, diperlukan gaya yang lebih besar. Tetapan kesebandingan
untuk persamaan ini didefinisikan sebagai koefisien kekentalan, η :
𝑭𝑳
Rumus 1.49 η = 𝑨𝑽 [ Pa.s ]

dimana : F = gaya (kg/m2)


A = luasan fluida yang bersinggungan dengan setiap lempengan ( m2 )
V = kecepatan fluida (m/detik2)
L = Jarak lempengannya (m2)
η = koefisien kekentalan ( pa.s )
Penyelesaian untuk η, kita peroleh η = FI/vA. Satuan SI untuk η adalah N.s/m2 = Pa.s (pascal.detik). Dalam
sistem cgs, satuan ini adalah dyne.s/cm2 dan satuan ini disebut poise (P). Kekentalan sering dinyatakan dalam
centipoises (cP), yaitu 1/100 poise. Tabel II-2 menunjukkan daftar koefisien kekentalan untuk berbagai fluida.
Suhu juga dispesifikasikan, karena mempunyai efek yang berpengaruh dalam menyatakan kekentalan cairan ;
kekentalan cairan seperti minyak motor, sebagai contohnya, menurun dengan cepat terhadap kenaikan suhu.
Aliran dalam tabung
Jika fluida tidak mempunyai kekentalan, ia dapat mengalir melalui tabung atau pipa mendatar tanpa
memerlukan gaya. Oleh karena itu adanya kekentalan, perbedaan tekanan antara kedua ujung tabung
diperlukan untuk aliran mantap setiap fluida nyata, misalnya air atau minyak didalam pipa. Laju alir dalam
tabung bulat bergantung pada kekentalan fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi tabung. Seorang ilmuan
Perancis J.L Poiseuille (1977-1869), yang tertarik pada fisika sirkulasi darah (yang menamakan “poise”),
menentukan bagaimana variabel yang mempengaruhi laju aliran fluida yang tak dapat mampat yang
menjalani aliran laminar dalam sebuah tabung silinder. Hasilnya dikenal sebagai persamaan Poiseuille sebagai
berikut :
𝟒𝝅𝒓𝟒 (𝒑𝟏−𝒑𝟐)
Rumus 1.50 Q = [ m3/detik ]
𝟖ɳ𝒍

dimana : r = jari-jari dalam tabung ( m )


IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
L = panjang tabung ( m )
P1-P2 = perbedaan tekanan pada kedua ujung (atm)
η = kekentalan (P.s/m2)
Q = laju aliran volume (m3/detik)
Tabel 1.51 Koefisien Kekentalan Untuk Berbagai Fluida
Koefisien kekentalan untuk Suhu Koefisien kekentalan η (Pa.s)
berbagai fluida Fluida
Air 0 1,8 х 10-3
Darah seluruh tubuh Plasma 20 1,0 х 10-3
darah 100 0,3 х 10-3
Alkohol ethyl 37 4 х 10-3
Mesin – mesin (SAE 10) 37 1,5 х 10-3
Gliserin 20 1,2 х 10-3
Udara 30 200 х 10-3
Hidrogen 20 1500 х 10-3
Uap air 20 0,018 х 10-3
0 0.009 х 10-3
100 0.013 х 10-3
1 Pa.s = 10 P = 1000 cP
Persamaan Kontiunitas
Gerak fluida didalam suatu tabung aliran haruslah sejajar dengan dinding tabung. Meskipun besar
kecepatan fluida dapat berbeda dari suatu titik ke titik lain didalam tabung. Pada gambar II-4 menunjukkan
tabung aliran untuk membuktikan persamaan kontinuitas.

Gambar 1.52: Tabung aliran membuktikan persamaan kontinuitas


Pada gambar , misalkan pada titik P besar kecepatan adalah V1, dan pada titik Q adalah V2. Kemudian A1 dan
A2 adalah luas penampang tabung aliran tegak lurus pada titik Q. Didalam interval waktu Δt sebuah elemen
fluida mengalir kira-kira sejauh VΔt. Maka massa fluida Δm1 yang menyeberangi A1 selama interval waktu Δt
adalah
Rumus 1.53 Δm = ρ1 A1 V1 Δt
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
dengan kata lain massa Δm1/Δt adalah kira-kira sama dengan ρ1A1V1. Kita harus mengambil Δt cukup kecil
sehingga didalam interval waktu ini baik V maupun A tidak berubah banyak pada jarak yang dijalani fluida,
sehingga dapat ditulis massa di titik P adalah ρ1A1V1 massa di titik Q adalah ρ2A2V2, dimana ρ1 dan ρ2
berturut-turut adalah kerapatan fluida di P dan Q. Karena tidak ada fluidayang berkurang dan bertambah
maka massa yang menyeberangi setiap bagian tabung per satuan waktu haruslah konstan. Maka massa P
haruslah sama dengan massa di Q, sehingga dapatlah ditulis;
Rumus 1.54 ρ1A1V1 = ρ2A2V2 atau
ρ A V = konstan
( Persamaan berikut menyatakan hukum kekekalan massa didalam fluida. Jika fluida yang mengalir tidak
termampatkan, dalam arti kerapatan konstan maka persamaan dapat ditulis menjadi :
Rumus 1.55 A1 V1 = A2 V2
A V = konstan
Persamaan diatas dikenal dengan persamaan kontinuitas.
Jenis dan Karakteristik Fluida
Hal yang berhubungan dengan jenis dan karakteristik aliran fluida yang dimaksudkan disini adalah
profil aliran dalam wadah tertutup (pipa umumnya). Profil aliran dari fluida yang melalui pipa, akan
dipengaruhi oleh gaya momentum fluida yang membuat fluida bergerak di dalam pipa, gaya viscous/gaya
gesek yang menahan aliran pada dinding pipa dan fluidanya sendiri (gesekan internal) dan juga dipengaruhi
oleh belokan pipa, valve sebagainya.
Jenis aliran fluida terbagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Aliran Laminar
2. Aliran Turbulen
Pada gambar dibawah ini diperlihatkan profil aliran fluida :
Laminer berasal dari bahasa latin “thin plate” yang berarti plate tipis atau aliran sangat halus. Pada
aliran laminer, gaya viscous (gesek) yang relatif besar mempengaruhi kecepatan aliran sehingga semakin
mendekati dinding pipa, semakin rendah kecepatannya. Secara teori, aliran ini berbentuk parabola dengan
bagian tengah mempunyai kecepatan paling pinggir mempunyai kecepatan paling rendah akibat adanya gaya
gesekan. Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar dibandingkan gaya gesekan dan pengaruh
dari dinding pipa menjadi kecil. Karenanya aliran turbulen memberikan profil kecepatan yang lebih seragam
dibandingkan aliran laminer, walaupun pada lapisan fluida dekat dinding pipa tetap laminer. Profil kecepatan
pada daerah transisi antara laminer dan turbulen dapat tidak stabil dan sulit untuk diperkirakan karena aliran
dapat menunjukkan sifat dari daerah aliran laminer maupun turbulen atau osilasi antara keduanya. Pada
beberapa tempat, aliran turbulen dibutuhkan untuk pencampuran zat cair.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

…………………………………………………………………………………………………………………
Pola aliran laminar dan turbulen diperlihatkan pada gambar II-6 dibawah ini.

Gambar 1.56 : Pola aliran Turbulen dan Laminer


Untuk mengetahui jenis aliran fluida dilakukan dengan apa yang disebut dengan bilangan Reynolds (Rd).
𝑮𝒂𝒚𝒂 𝑴𝒐𝒎𝒆𝒏𝒕𝒖𝒎
Rumus 1.57 RD = 𝑮𝒂𝒚𝒂 𝑮𝒆𝒔𝒆𝒌

𝟑𝟏𝟔𝟎 ×𝑸 ×𝑺𝑮 (𝑳𝒊𝒒𝒖𝒊𝒅)


Rumus 1.58 RD =
ɳ×𝑫

Dimana : Rd = Bilangan Reynolds


Q = Laju aliran (m3/menit)
SG = spesific gravity (g/cm3)
η = Koefisien kekentalan (kg/m3)
D = Diameter pipa (m2)
Besarnya bilangan Reynold yang terjadi pada suau aliran dalam pipa dapat menunjukkan apakah
profil aliran tersebut luminer atau turbulen. Biasanya angka Rd <2000 merupakan batas aliran laminer
dan angka lebih besar dari Rd >2300 dikatakan aliran turbulen. Sedangkan Rd diantara keduanya
dinyatakan sebagai aliran transisi. Karakteristik lain yang mempengaruhi pengukuran laju aliran adalah
temperatur dan tekanan fluida tersebut, khususnya bila fluida tersebut adalah fluida gas. Hal ini
disebabkan karena massa jenis (ρ) fluida gas sangat dipengaruhi oleh kedua besaran yang disebutkan
diatas.
Jenis aliran fluida didalam pipa tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1.Kecepatan fluida (V) didefinisikan besarnya debit aliran yang mengalir persatuan luas.
Rumus 1.59 V=Q/A (m/detik)
2. Debit (Q) didefinisikan suatu kecepatan aliran fluida yang memberikan banyaknya volume
fluida dalam pipa.
… Rumus 1.60 Q=A×V (𝒎𝟑 /𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌)
Dimana V = kecepatan aliran (m)
Q = laju aliran (m3)
A = luas pipa (m2)
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

…………
Gambar1.61………………………………………………………………………………………………………

Gambar 1.62

Pengenalan Alat Ukur


Didalam pabrik-pabrik pengolahan dilengkapi dengan berbagai macam alat pengoperasian. Setiap
peralatan saling mendukung antara satu peralatan dengan peralatan lainnya. Untuk mencapai hasil yang
diinginkan maka diperlukan peralatan pendukung. Salah satu peralatan pendukung yang penting dalam suatu
pabrik adalah peralatan instrument pabrik. Peralatan instrument merupakan bagian dari kelengkapan
keterpasangan peralatan yang dapat dipergunakan untuk mengetahui dan memperoleh sesuatu yang
dikehendaki dari suatu kegiatan kerja peralatan mekanik. Salah satu peralatan instrument yang penting
adalah alat ukur. Penggunaan alat ukur dalam pabrik sangat banyak digunakan, ini bertujuan untuk menjaga
agar hasil yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan sehingga perlu adanya peliharaan/perawatan dari alat
ukur. Alat-alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan besaran suatu fluida
disebut sebagai alat ukur aliran fluida, yaitu ;
1. Alat Ukur Primer.
Yang dimaksud dengan alat ukur primer adalah bagian alat ukur yang berfungsi sebagai alat perasa.
2. Alat Ukur sekunder.
Alat ukur sekunder adalah bagian yang mengubah dan menunjukkan besaran aliran
yang dirasakan alat perasa supaya dapat dibaca.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

…………………………………………………………………………………………………………………
menurut fungsinya yaitu;
a. Alat Pengukur Aliran Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran dari fluida yang mengalir.
b. Alat pengukur tekanan Alat yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan besaran tekanan dari
fluida.
c. Alat pengukur tinggi permukaan cairan Alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian permukaan fluida
d. Alat pengukur temperature Alat yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan besaran temperatur.
Tujuan pengukuran aliran fluida
Tujuan dari pada pengukuran aliran fluida adalah
1. Untuk mencegah kerusakan peralatan
2. Mendapatkan mutu produksi yang diinginkan dan
3. Mengontrol jalannya proses.
Jenis Alat Ukur Aliran Fluida
Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantara alat ukur lainnya adalah alat ukur
aliran fluida jenis beda tekanan. Hal ini dikarenakan oleh konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya
yang mudah. Alat ukur aliran beda tekanan dibagi atas empat jenis :
1.Venturi Meter
2. Plat Orifice
3. Nozzle
4. Pitot Tube
Tabung Venturi
Tabung Venturi adalah suatu alat yang terdiri dari pipa dengan penyempitan dibagian tengah yang
dipasang di dalam suatu pipa aliran untuk mengukur kecepatan aliran suatu zat cair. Fluida yang digunakan
pada venturi meter ini dapat berupa cairan gas dan uap. Tabung Venturi ini merupakan alat primer dari
pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya dapat dilihat pada gambar II-7.
Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah
manometer tabung U. Tabung Venturi memiliki kerugian praktek tertentu karena harganya mahal,
memerlukan ruang yang besar dan rasio diameter throatnya dengan diameter pipa tidak dapat diubah. Untuk
sebuah tabung venturi tertentu dan sistem manometer tertentu, kecepatan aliran yang dapat diukur adalah
tetap sehingga jika kecepatan aliran maka diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan
pembacaan yang akurat atau diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan aliran maksimum yang baru.
Pada venturi ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan kebagaian inle cone. Pada bagian
inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami
penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil
kebagian throat. Kemudian fluida akan masuk kebagian throat, pada bagian throat inilah tempat-tempat
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Laju fluida akan melewati bagian akhir
dari tabung venturi yaitu outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimanan bagian kecil berada pada
throat dan pada outlet cone ini tekanan akan kembali normal. Jika aliran melalui tabung venturi benar-benar
tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan meteran tentulah sama persis dengan tekanan fluida
yang memasuki meteran dan keberadaan meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan
tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan. Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan
sempurna pada outlet cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen
dalam sebuah meteran yang dirancang dengan tepat.
Gambar 1.63 Tabung Venturi

a. Bagian inlet Tabung Venturi terdiri dari 4 bagian yaitu:


Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter pipa atau cerobong aliran.
Lobang pengambilan tekanan awal ditempatkan pada bagian ini.
b. Inlet cone Bagian inlet yang berbentuk seperti kerucut yang berfungsi untuk menaikkan tekanan fluida
c. Throat (leher) Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir, dimana pada bagian ini berbentuk bulat
datar. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran yang keluar dari
inlet cone
d. Outlet cone Bagian akhir dari venturi meter yang merupakan kebalikan dari inlet cone.
Plat Orifice
Plat orifice merupakan pengukur aliran yang paling murah, paling mudah pemasangannya tetapi kecil
juga ketelitiannya di antara pengukur-pengukur aliran jenis head flow meter. Pelat orifice merupakan plat
yang berlubang dengan piringan tajam. Pelat-pelat ini terbuat dari bahan-bahan yang kuat. selain terbuat dari
logam, ada juga orificenya yang terbuat dari plastic agar tidak terpengaruh oleh fluida yang menglir (erosi
atau korosi).

Gambar 1.64 Plat Orifice


IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
Nozzle

Gambar 1.65 Nozzle


Flow nozzle sama halnya dengan Plat Orifice yaitu terpasang diantara dua flens. Flow nozzle biasa
digunakan untuk aliran fluida yang besar, sedangkan plat orifice digunakan untuk aliran fluida yang kecil.
Karena flow nozzle mempunyai lubang besar dan kehilangan tekanan lebih kecil dari pada plat orifice
sehingga flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi seperti uap tekanan tinggi pada temperatur
tinggidan untuk penyediaan air ketel. Flow nozzle ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya. Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida
yang diukur

…………………………………………………………………………………………………………………
Gambar 1.66 Pitot Tube
Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat alat ini sama yaitu bila aliran fluida yang menglir melalui
alat ini maka akan terjadi perbedaan tekanan sebelum dan sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi lebih besar
bila laju arus yang diberikan kepada alat ini bertambah.
VISKOSITAS KEKENTALAN CAIRAN
Gaya tarik menarik antarmolekul yang besar dalam cairan menghasilkan viskositas yang tinggi.
Koefisien viskositas didefinisikan sebagai hambatan pada aliran cairan. Gas juga memiliki viskositas, tetapi
nilainya sangat kecil. Dalam kasus tertentu viskositas gas memiliki peran penting, misalnya dalam peawat
terbang.
1.Viskositas cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggo daripada yang partikelnya
kecil dan bentuknya teratur.
2.Semakin tinggi suhu cairan, semakin kecil viskositasnya.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

……………………………………………………………………………………………………………………
Dua poin ini dapat dijelaskan dengan teori kinetik. Tumbukan antara partikel yang berbentuk bola
atau dekat dengan bentuk bola adalah tumbukan elastik atau hampir elastik. Namun, tumbukan antara
partikel yang bentuknya tidak beraturan cenderung tidak elastik. Dalam tumbukan tidak elastik, sebagian
energi translasi diubah menjadi energi vibrasi, dan akibatnya partikel menjadi lebih sukar bergerak dan
cenderung berkoagulasi. Efek suhu mirip dengan efek suhu pada gas.
Koefisien viskositas juga kadang secara singkat disebut dengan viskositas dan diungkapkan dalam N s m-2
dalam satuan SI. Bila sebuah bola berjari-jari r bergerak dalam cairan dengan viskositas ηdengan kecepatan U,
hambatan D terhadap bola tadi diungkapkan sebagai.
Rumus 1.67 D = 6πhrU ...
Hubungan ini (hukum Stokes) ditemukan oleh fisikawan Inggris Gabriel Stokes (1819-1903).

TEKNIK PENGUKURAN VISKOSITAS

Saat ini terdapat beberapa model pengukuran Viskositas dan secara garis besar dapat digolongkan sbb. :

………… Gambar 1.68 Alat Ukur Viskositas…………………

1. Falling ball viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan oleh
suatu bola jatuh melalui sample pada jarak tertentu.
2. Cup-type Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh suatu
sample untuk mengalir pada suatu celah sempit (orifice).
3. Vibro Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara mengendalikan amplitudo sebuah pelat
sensor yang dicelupkan ke dalam sample dan mengukur arus listrik yang diperlukan untuk menggerakkan
sensor tersebut.
4. Capillary Tube Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan cara membiarkan sample mengalir di
dalam sebuah pipa kapiler dan mengukur beda tekanan di kedua ujung kapiler tersebut.
5. Rotational Viscometer, mendapatkan nilai viskositas dengan mengukur gaya puntir sebuah rotor silinder
(spindle) yang dicelupkan ke dalam sample.

Dalam kesempatan ini akan kita pelajari dasar-dasar pengukuran viskositas dengan methode Rotational.
Pada methode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

Gaya gesek antara permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan.

Gambar 1.69

Seperti tampak pada gambar di atas, sebuah spindle dimasukkan ke dalam cairan dan diputar dengan
kecepatan tertentu. Bentuk dari spindle dan kecepatan putarnya inilah yang menentukan Shear Rate, yang
telah dijelaskan pada artikel sebelumnya. Sebagai contoh Viscometer yang menggunakan prinsip ini adalah :
Viscometer Model : LVDV-II Pro salah satu viscometer keluaran dari Brookfield Engineering Laboratories, USA.
Saat ini viscometer model rotational keluaran Brookfield ini paling banyak dipakai di pasaran.

Gambar 1.70 Viscometer LVDV-II Pro (Brookfield)

Kita ketahui sebelumnya bahwa untuk cairan-cairan yang tergolong dalam kategori Non Newtonian
hasil pembacaan Viskositas dipengaruhi oleh Shear Rate, dalam hal ini dinyatakan oleh bentuk geometri
spindle serta kecepatan putarnya. Oleh karena itu untuk membuat sebuah report Viskositas dengan methode
pengukuran Rotational harus dipenuhi beberapa hal sbb. :
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

1.Jenis Spindle

2.Kecepatan putar Spindle

3.Type Viscometer

4.Suhu sample

5.Shear Rate (bila diketahui)

6.Lama waktu pengukuran (bila jenis sample-nya Time Dependent)

Yang dimaksud dengan Time Dependent sample adalah jenis cairan yang nilai viskositasnya berubah seiring
dengan lama waktu pengukuran.

DASAR-DASAR VISCOMETRY

Viscometry atau ilmu yang mempelajari tentang viskositas atau kekentalan zat cair memandang
cairan sebagai suatu lapisan-lapisan (layers) yang saling menumpuk. Pada saat lapisan atas digerakkan maka
antar permukaan ini saling bergesekan. Hal inilah yang diukur sebagai viskositas atau kekentalan. Gaya yang
menggerakkan cairan ini disebut Tangential Stress atau Shearing Stress (τ). Sedangkan gradient kecepatan
gerak antar lapisan disebut Shearing Rate (D). Viskositas didapatkan dari rumus sbb. : η = τ/D

Gambar 1.71

Satuan yang sering digunakan untuk Viskositas adalah : cP (centi Poise), mPa.S (mili Pascal second).
Selain satuan Viskositas di atas juga terdapat apa yang disebut Viskositas Kinetik (Kinetic Viscosity). Dimana
Kinetic Viscosity adalah hasil bagi Viskositas (η) dengan massa jenis (ρ) cairan yang bersangkutan. Pembagian
Cairan berdasarkan sifat Viskositasnya dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan yaitu : Newtonian dan Non
Newtonian. Adapun cairan Non Newtonian sendiri masih dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : Dilatant,
IKATAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
NAMA :DEWI FITRI YANI
NIM : 03101404037

Pseudo Plastic, Plastic dan Thixotropy. Model-model cairan di atas dapat digambarkan secara grafik Viskositas
vs Shear Stress dan Shear Rate vs Shear Stress seperti di bawah ini.

Newtonian Fluid

Dilatant

Pseudoplastic

………………………………………………………………………………………………………………

Plastic

Thixotropic

Grafik 1.72

Dari grafik diatas terlihat bahwa untuk cairan Newtonian akan dihasilkan pembacaan Viskositas yang
sama untuk Shear Rate yang berbeda-beda, sedangkan untuk cairan-cairan golongan Non Newtonian
pembacaann Viskositas berbeda-beda dengan perubahan Shear Rate.

Anda mungkin juga menyukai