Anda di halaman 1dari 4

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

OLEH
EVI WULANDARI
P00324012046
Program DIII Kebidanan Poltekkes Kendari

A. Pendahuluan
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-
ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi
(kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu)
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2007).

B. Pembahasan
1. Persalinan Normal
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-
ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi
(kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu)
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2007).

2. Tujuan Asuhan Persalinan


Memberikan Asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai
pertolongan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi
(Saiffudin, 2006)

3. Sebab Terjadinya Proses Persalinan


Penyebab terjadinya persalinan merupakan teori-teori yang komplek antara lain
ditemukan faktor hormonal, 1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun. Struktur rahim,
sirkulasi rahim, pengaruh prostaglandin, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi
(Prawirohardjo, 2007). Berikut teori dalam persalinan adalah sebagai berikut :
a. Teori Keregangan
Maksudnya disini yaitu rahim yang menjadi besar dan teregang menyebabkan iskemia otot – otot
sehingga menggangu sirkulasi uteroplasenter (Sumarah, 2008).
b. Teori penurunan progesteron
Proses panuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Akibatnya otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu (Sumarah, 2008).
c. Teori Oksitosin internal
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi baraxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat
tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai
(Sumarah, 2008).
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
(Sumarah, 2008).
e. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Superarenalis
Dari beberapa percobaan tersebut dapat disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari
dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan
(Sumarah, 2008).
f. Teori Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila
nutrisi pada janin berkurang makan hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (Sumarah, 2008).
g. Faktor lain
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale fleksus frankenhauser yang terletak dibelakang
serviks. Bila ganglion tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan (Sumarah, 2008).

4. Persalinan Ditentukan Oleh 3 Faktor “P” Utama


Persalinan ditentukan oleh 3 faktor “P” utama adalah sebagai berikut :
a) Power
b) Passage
c) Passanger

5. Pembagian Fase / Kala Persalinan


His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut
didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut. Resultante efek gaya
kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis
servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his akibat adalah sebagai berikut :
1. kerja hormon oksitosin
2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser tertekan massa konsepsi.
Persalinan kala 1 :
Fase pematangan / pembukaan serviks
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin
lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak
lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio
serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam. Fase
aktif terbagi atas adalah sebagai berikut :
1. fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1 adalah sebagai berikut :
1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama
kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat
pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi
pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida berbeda
dengan pada multipara :
1. pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan – pada multipara
serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan
pembukaan.
2. pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) – pada multipara, ostium internum dan eksternum
membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).
3. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) karena
pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Persalinan kala 2 :
Fase pengeluaran bayi
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap.berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap.His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput ketuban mungkin
juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2 adalah sebagai berikut :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar /
hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam. Gerakan utama
pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala adalah sebagai berikut :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul
(sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah
daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan),
dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-
frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah
depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis
bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu
masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan
bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir
badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki

Anda mungkin juga menyukai