Anda di halaman 1dari 7

MATERI GENETIK

Resume

Untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika I

yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Siti Zubaidah, M.Pd

Oleh:

Kelompok 2 / Off C

Livia Apriliani (160341606038)

Yulia Dewi S (160341606020)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Januari 2018
MATERI GENETIK

DNA secara tidak langsung mengandung materi genetik dari makhluk hidup. DNA
terletak dalam kromosom, sementara RNA dan protein berjumlah banyak di sitoplasma. Selain
itu, terdapat korelasi antara jumlah DNA dalam tiap sel dengan pasangan kromosom tiap sel,
yaitu bahwa sebagian besar sel somatik organisme diploid mengandung dua kali banyaknya
DNA sebagai sel gamet atau sel germinal haploid dari spesies yang sama. Jadi, DNA memiliki
komposisi molekular yang sama di tiap sel yang berbeda dalam suatu organisme, sementara
RNA dan protein memliki variasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari setiap sel.

Transformasi dalam Pneumococcus

O. T. Avery, C. M. Macleod dan M. McCarty menunjukkan bahwa DNA merupakan


komponen sel yang responsif terhadap terjadinya transformasi dalam hidup bakteria Diplococcus
pneumoniae (pneumococcus). Transformasi adalah model rekombinasi berupa transfer maupun
pertukaran informasi genetik antara satu organisme dengan organisme lain yang dapat dialami
oleh beberapa spesies bakteri dan tidak melibatkan kontak langsung antara sel bakteri atau
dengan media lain seperti virus.

Pada tahun 1928, Frederick Griffith mnemukan adanya fenomna transformasi. Hal ini
menegaskan bahwa meskipun percobaan Griffith menunjukkan terjadinya transformasi pada
pneumococcus, mereka tidak dapat membuktikan keterlibatan DNA di dalamnya. Sama seperti
organisme lain, pneumococci juga memiliki variasi genetik yang dapat dikenali melalui adanya
perbedaan fenotip. Dua karakteristik penting fenotipe yang ditunjukkan oleh demonstrasi
transformasi Griffith adalah ada atau tidaknya kapsul polisakarida yang mengelilingi bakteri dan
tipe kapsul sesuai komposisi molekul polisakarida di dalamnya. Ketika bakteri tumbuh di
lingkungan di lingkungan yang sesuai, pneumococci dengan kapsul yang besar dengan koloni
dinamai sebagai Tipe S. yang jika tidak memiliki kapsul dapat bersifat pathogen bagi sebagian
besar mamalia. Pneumococci virulent tipe S bermutasi jadi nonvirulen yang tidak mmiliki
kapsul polisakarida. Pneumococci tipe R tidak memiliki capsul, nonvirulen, berukuran kecil,
koloni memiliki permukaan yang kasar.
Tipe kapsul dapat berbeda-beda, tergantung komposisi molecular polisakarida dan
genotip sel. Perbedaan tipe kapsul dapat diidentifikasi oleh system imun. Tubuh organisme yang
terinfeksi bakteri akan menghasilkan antiobodi yang reaktif terhadap jenis bakteri tertentu dan
akan mengaglutinasi bakteri yang spesifik saja.
Griffith melakukan percobaan dimana ia menginfeksi tikus dengan pneumococci tipe IIS
yang dibunuh dengan suhu panas (virulen saat hidup) dan pneumococci tipe IIR (nonvirulent)
yang masih hidup. Hasilnya, banyak tikus yang menderita pneumonia, beberapa sel tipe IIIS
tahan terhadap panas dan dipulihkan oleh adanya bangkai. Sementara, bila tikus diinjeksi oleh
sel tipe IIIS saja, tidak ada tikus yang mati. Hal ini menunjukkan bahwa pnumococci virulen
yang masih hidup dapat diplihkan oleh bangkai dari polisakarida tipe III, jadi sel Tipe R yang
tidak berkapsul dapat bermutasi kembali menjadi sel tipe S yang virulent. Transformasi dari sel
nonvirulent Tipe IIR menjadi sel virulen tipe IIIS tidak bisa disebut mutasi, seperti ketika
beberapa komponen dari sel tip IIIS yang mati harus diubah menjadi sel Tipe IIIR atau sel tipe
IIIS. Mutasi hanya dapat terjadi pada sel Tipe IIR menjadi sel tipe IIS.
Transformasi tidak difasilitasi oleh inangnya. Fenomena yang sama terjadi ketika sel Tipe
IIR hidup yang tumbuh saat ada sel Tipe IIIS yang mati sebagai mdia. Sejak itu, dapat diketahui
bahwa Tipe IIIS sebagai pewaris, dimana terjadi perubahan genotype sel secara permanen yang
kmudian bertransformasi dan menentukan dasar informasi genetic pada pneumococcus.

Bukti bahwa “Dasar Perubahan” adalah DNA


Pada 1944, Avery, MaccLeod dan McCarty menyatakan bahwa kemurnian DNA yang
tinggi dari pneumococci Tipe IIIS ada bersama pneumococci Tipe IIR, beberapa pneumococci
berubah menjadi Tipe IIIS. DNA mengandung beberapa molekul protin yang dapat
mengkontaminasi transformasi yang diamati. Bukti bahwa DNA merupakan dasar perubahan
adalah karena mlibatkan penggunaan enzim yang mendegradasi DNA, RNA, atau protein.
Kemurnian DNA dari sel Tipe IIIS dilakukan dengan Deoksiribonuklease (mendegradasi DNA),
Ribonuklease (mendegradasi RNA), atau Protease (mendegradasi protein) yang kemudian diuji
kemampuannya dalam mengubah sel Tipe IIR menjadi Tipe IIIS. Hanya DNase yang
mempengaruhi aktivitas transformasi.
Informasi genetic pneumococcus diperlihatkan melalui DNA. Segmen DNA dalam
kromosom dari pneumococcus membawa informasi genetic spesifik yang dapat mensintesis
kapsul Tipe III yang terintegrasi ke dalam kromosom sel Tipe IIR melalui proses kombinasi
selama transformasi berlangsung.

Percobaan Hershey dan Chase

Bukti langsung yang menunjukkan DNA merupakan bahan genetik yang diumumkan pada
1952 oleh A. D Her orm shey (pemenang Hadiah Nobel 1969) dan M. Chase. Dari percobaan
tersebut menampilkan informasi gen dari Bakteri Virus tertentu (bakteriofilia T2) dalam DNA
nya.

Virus adalah organisme hidup terkecil, yang reproduksinya dikendalikan oleh informasi
genetik yang tersimpan dalam asam nukleat yang prosesnya sama dengan dengan organisme
seluler. Namun virus merupakan parasit obligat asellular yang hanya bisa bereproduksi di sel
inang yang sesuai dengan bergantung pada kerja metabolisme organ terpenting pada inangnya
seperti ribosom.Virus sangat cocok digunakan untuk mempelajari proses genetic, karena
strukturnya sederhana dan komposisi kimia (hanya mengandung protein dan asam nukleat) dan
reproduksinya sangat cepat.

Bacteriophage T2 terdiri dari sekitar 50 persen DNA dan sekitar 50 persen protein. Ketika
Hershey dan Chase menunjukkan bahwa semua partikel DNA virus masuk ke dalam sel,
sedangkan sebagian protein virus tetap terabsorbsi ke luar sel, sehingga dapat disimpulkan
bahwa informasi genetic sangat diperlukan dalam proses reproduksi.

Pada intinya percobaan Hershey dan Chase menunjukkan bahwa didalam DNA mengandung
fosfor tetapi tidak terdapat belerang, sedangkan terdapat protein yang mengandung belerang
tetapi tidak terdapat protein yang mengandung fosfor. Namun, eksperimen Hershey Chase tidak
menunjukkan bukti yang jelas bahwa bahan genetik pada T2 adalah DNA.

Gambar 5.3 Percobaan Hershey-Chase

RNA merupakan Materi Genetik pada Virus

Setelah diidentifikasi bahwa materi genetic pada virus hanya berupa RNA dan Protein
sedangkan DNA tidak ada. Salah satu percobaan untuk membuktikan bahwa materi genetic
pada virus adalah RNA yaitu melalui percobaan rekontruksi oleh H. Fraenkel-Conrat dan
B.Singer, pada 1957. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan virus mosaik
tembakau (TMV) penyebab penyakit pada daun tembakau, yang merupakan virus yang
terdiri dari satu molekul RNA dilindungi dalam lapisan protein. Dengan cara memberikan
perlakuan kimia sehingga protein dapat terpisah dari RNA TMV. Prinsipnya dengan melihat
pencampuran antara protein dengan RNA dibawah kondisi normal, sehingga nanti akan
terjadi penyusunan kembali secara lengkap yang akan mempengaruhi partikel TMV.Lalu H.
Fraenkel-Conrat dan B.Singer menggunakan 2 strain yang berbeda dari TMV dengan
memberi perlakuan yang sama pada keduanya. Lalu dilihat hasilnya , dengan
menginfeksikannya kepada daun tembakau lalu dilihat efek yang muncul. Hasilnya
keturunan menunjukkan bahwa baik genotif maupun fenotif anakannya identik dengan virus
asal RNAnya. Kesimpulan dari H. Fraenkel-Conrat dan B.Singer bahwa materi genetik pada
TMV adalah RNA, bukan protein.

Gambar 5.4 Percobaan Fraenkel-Conrat dan B. Singer

Struktur DNA

Asam nukleat, pertama kali dinamakan “nuklein” karena keberdaannya bersasal dari
isolasi inti sel (nukleus) oleh F Miescher di 1869. Makromolekul yang menyusun DNA
terdiri dari subunit disebut nukleotida. Rangkaian dua utas nukleotida akan membentuk
polinukleutida yaitu sebagai kesatuan untuh DNA. Setiap nukleotida terdiri dari

(1) kelompok fosfat,

(2) gula lima karbon (pentosa), dan

(3) nitrogen siklik yang mengandung komponen basa

Jenis gula pada DNA dengan RNA memiliki perbedaan, gula pada DNA disebut
deoxyribose (deoxyribonucleic acid) sedangkan jenis gula pada RNA adalah ribose (ribonucleic
acid). Selain itu terdapat perbedaan lagi mengenai jenis basa penyusun dari keduanya. Basa
nitrogen pada DNA yaitu adenin, guanin,tymin, cytosin. Sedangkan pada RNA yaitu adenin,
guanin, cytocyn dan posisi tymin digantikan oleh urasil. Basa nitrogen yang terdiri atas adenin
dengan guanine disebut adalah purin, sedangkanbasa nitrogen yang berpasangan antara cytosin
dengan tymin atau urasil disebut pirimidin.Pasangan basa nitrogen selalu tetap yaitu adeninin
selalu berpasangan dengan tymin, sedangkan guanine selalu berpasangan dengan cytocyn. Kedua
basa tersebut selalu dihubungkan oleh ikatan hydrogen.
Biasanya keberadaan RNA terdiri atas satu untaian polimer sedangkan DNA terdiri atas
dua polimer atau uantaian ganda. Model struktur DNA yang double helixs ini dikemukakan
oleh James Watson dan Francis Crick pada 1953, berdasarkan hasil analisis foto sinar X. Tampak
hasil bayangan gelap terang , setelah dianalisis bayangan tersebut merupakan dua benang
polinuklotida yang berpilin.

Pertanyaan dan Jawaban

Pertanyaan

Dari Livia Apriliani :

1.

2.

Dari Yulia Dewi :

1. Dasar apa yang menjadikan bukti pada percobaan Hershey–Chase bahwa DNA merupakan
materi genetic pada bacteriophage T2?

2. Bagaimana Fraenkel-Conrat dan B.Singer mampu menegaskan bahwa materi genetic yang
terkandung di dalam sel tubuh virus hanya berupa RNA ?

3. Mengapa objek yang digunakan penelitian untuk mengetahaui adanya materi genetic pada
makhluk hidup yang digunakan adalah virus ?

4. .Apa perbedaan yang jelas anatara struktur DNA dengan RNA ?

Jawaban :

1. Ada dua dasar yang menjadikan bukti bahwa pada percobaan Hersyey-Chase yaitu DNA
mengandung fosfor tetapi tidak ada sulfur, sedangkan protein mengandung sulfur, tetapi
hampir tidak terdapat fosfor. Dengan demikian Hershey-Chase memberi label kusus
untuk percobaan pertama dan percobaan kedua. Pada percobaan pertama, Hershey-Chase
melabeli DNA fag dengan unsur fosfor-32 radioaktif. Mereka menginfeksi bakteri E. coli
dengan fag tersebut, lalu menyingkirkan mantel protein dari sel terinfeksi dengan blender
dan sentrifus. Mereka menemukan bahwa semua radioaktif tersebut terlihat dalam sel-sel
bakteri, dan tidak ditemukan pada mantel protein. Pada percobaan kedua, mereka
melabeli protein fag dengan Sulfur-35 radioaktif. Mereka menginfeksi bakteri E. coli
dengan fag tersebut, lalu menyingkirkan mantel protein dari sel terinfeksi dengan
blender dan sentrifus. Mereka menemukan bahwa radioaktif terdapat di dalam mantel
protein, bukan dalam sel bakteri. Jika sebagian besar radioaktif pada mantel protein
dihapus dari permukaan sel tidak mempengaruhi produksi keturunan fag. Hal ini
membuktikan bahwa bahan genetik yang menginfeksi bakteri adalah DNA.

2. Untuk membuktikan bahwa materi genetic pada virus adalah RNA yaitu melalui
percobaan rekontruksi yang dilakukan oleh H. Fraenkel-Conrat dan B.Singer, pada 1957.
Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan virus mosaik tembakau (TMV)
penyebab penyakit pada daun tembakau. Percobaan tersebut dilakukan dengan
memisahkan RNA dan protein dari strain TMV yang berbeda. RNA dan protein tersebut
kemudian di rekonstruksi dengan pasangan yang RNA dan protein dari strain yang
berlainan. Kedua hasil hibrida virus ini kemudian diinfeksikan pada daun tanaman
tembakauHasilnya keturunan menunjukkan bahwa baik genotif maupun fenotif
anakannya identik dengan virus asal RNAnya. Kesimpulan dari H. Fraenkel-Conrat dan
B.Singer bahwa materi genetik pada TMV adalah RNA, bukan protein.

3. Karena virus merupakan organisme kecil yang memiliki struktur yang sederhana dan
komposisi kimia (hanya mengandung protein dan asam nukleat) dan reproduksinya
sangat cepat. Sehingga memudahkan saat percobaan dalam menenetukan materi genetic
yang terkandung di dalam selnya, selain itu dengan adanya proses reproduksi yang cepat
juga membantu dalam penentuan hasil hereditasnya yang memiliki beberapa karakteristik
sehingga dari situ dapat dianalisis siapakah faktor pembawa keturunannya.

4. Terdapat beberapa perbedaan antara DNA dengan RNA, yaitu jenis gula pada keduanya
memiliki perbedaan, gula pada DNA disebut deoxyribose (deoxyribonucleic acid)
sedangkan jenis gula pada RNA adalah ribose (ribonucleic acid), jenis basa nitrogennya
juga berbeda basa nitrogen pada DNA yaitu adenin, guanin,tymin, cytosin. Sedangkan
pada RNA yaitu adenin, guanin, cytocyn dan posisi tymin digantikan oleh urasil. Basa
nitrogen guanin dengan adenine pada DNA disebut purin, sedangkan basa nitrogen
cytosine dengan tymin disebut pirimidin. Sedangkan pada RNA , basa nitrogen purin
tetap sama dengan DNA namun basa nitrogen pirimidin pada RNA berbeda , yaitu uracyl
dan cytocin. Pasangan basa nitrogen selalu tetap yaitu adeninin selalu berpasangan
dengan tymin, sedangkan guanine selalu berpasangan dengan cytocyn. Kedua basa
tersebut selalu dihubungkan oleh ikatan hydrogen. Terdapat pebedaan tentang pasangan
basa nitrogen pada RNA, basa nitrogen adenine berpasangan dengan uracyl. Biasanya
keberadaan RNA terdiri atas satu untaian polimer sedangkan DNA terdiri atas dua
polimer atau uantaian ganda.

Anda mungkin juga menyukai