Anda di halaman 1dari 39

Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)

Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan


Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

BAB VII
KONSEP RANCANGAN

7.1. Konsep Penataan Site


7.1.1. Konsep Dasar Penataan

Dengan mengacu pada program rancangan dan kebutuhan ruang serta batasan masing –
masing site secara umum, maka konsep dasar penataan rehab UPPKB di ketiga lokasi
perencaaan tersebut adalah sedapat mungkin menempatkan posisi Platform Jembatan
Timbang menjauh dari akses masuk agar terbentuk jarak jalur jalan masuk kendaraan angkutan
barang yang cukup panjang. Dengan memanfaatkan lahan yang masih kosong di belakang di
semua lokasi perencanaan, maka penataan layout memberikan ruang terbuka yang cukup luas
untuk areal parkir di posisi depan site. Berikut konsep penataan di setiap lokasi :

a. UPPKB Siantan Kalimantan Barat

Gambar 7.1 Konsep Sirkulasi dan Zonasi Site UPPKB Siantan

Laporan Final
VII-1
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

b. UPPKB Anjir Serapat Kalimantan Tengah

Gambar 7.2 Konsep Sirkulasi dan Zonasi Site UPPKB Anjir Serapat

c. UPPKB Kintap Kalimantan Selatan

Gambar 7.3 Konsep Sirkulasi dan Zonasi Site UPPKB Kintap

Laporan Final
VII-2
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

7.1.2. Tema Penataan


Berdasarkan latar belakang dan tujuan, yaitu menciptakan image Jembatan Timbang yang
lebih baik, lebih transparan dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik maka
perencanaan UPPKB di Kalimantan menggunakan Tema Rancangan “Penataan UPPKB yang
Berkelanjutan”.

7.1.3. Konsep Penataan dan Tampilan Bangunan


A. Konsep Bentuk Massa dan Facade Bangunan
Konsep fasade atau tampilan dari bangunan pada Penyusunan DED UPPKB Pulau
Kalimantan dirancang tampil modern dengan bentuk yang compact, eye catching dan
berkarakter “scluptural” serta iconic. Untuk tetap memberikan kekhasan lokal yang
memudahkan dikenali maka diterapkan ragam hias dan ornamen-ornamen yang diadopsi
dari ragam hias khas Dayak sebagai ornamen fasad maupun hiasan atap.

Secara umum diharapkan perpaduan keunikan bentuk modern serta kekhasan bentukan
lokal dapat menjadi ciri khas dan identitas tersendiri sebagai bangunan Jembatan Timbang
di Kalimantan yang mudah untuk dikenali.

Konsep bentuk dan tampilan tersebut dijabarkan dalam konsep penggunaan bentuk atap,
warna serta material yang digunakan.

Gambar 7.4 Konsep Bentuk Massa dan Façade Bangunan Kantor

Laporan Final
VII-3
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

7.2. Konsep Struktur

Sistem Struktur pada perencanaan rehabilitasi di ketiga lokasi UPPKB Pulau Kalimantan terdiri
dari :

7.2.1 Struktur Platform Jembatan Timbang


Struktur Platform menggunakan sistem full PIT dengan menggunakan sistem struktur
pondasi beton bertulang K 300 dan rangka baja untuk platform. Pertimbangan
menggunakan sistem Full PIT antara lain dikarenakan dapat memaksimalkan kondisi
lahan yang tidak terlalu luas serta permukaan platform dengan jalan perkerasan dapat
rata.

Gambar 7.5. Konsep Tipe Platform Jembatan Timbang Full Pit

7.2.2 Struktur Perkerasan Jalan dan Parkir


Menggunakan rigid pavement dengan konstruksi beton bertulang dengan ketebalan
30cm mutu Beton K 300 dengan 2 lapis wiremesh M8.

DJ01

Gambar 7.6. Konsep Perkerasan Jalan

Laporan Final
VII-4
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

7.2.3 Struktur Bangunan

Sistem struktur bangunan di setiap lokasi UPPKB direncanakan sebagai sistem rangka
terbuka struktur baja dan didesain sebagai rangka pemikul momen Khusus. Secara
umum berdasarkan SNI 03-1726-2002, konsep desain yang dipakai adalah Life Safety
Concept. Berdasarkan konsep ini, saat gempa besar terjadi sesuai dengan gempa
rencana maka kerusakan pada struktur boleh terjadi sebagai bentuk disipasi energi
gempa yang diserap struktur. Namun, gedung tidak boleh runtuh dan maksimum
berada dalam tingkat kinerja Life Safety.

Gempa Rencana berdasarkan peraturan tersebut ditetapkan mempunyai perioda ulang


500 tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung 50
tahun sesuai dengan SNI O3-1726-2002.

Secara khusus untuk bangunan gedung kantor utama dan mess, mengingat 2 lantai,
struktur bangunan direncanakan terhadap gaya gempa dengan faktor kepentingan (l)
sebesar 1. Faktor reduksi gempa (R) yang digunakan adalah sebesar 8,5, karena
bangunan direncanakan sebagai bangunan dengan struktur portal yang khusus dapat
mereduksi gaya gempa terutama melalui mekanisme lentur atau dalam peraturan
gempa dikenal dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Dengan
konsep desain ini maka ketika terjadi gempa kuat, diharapkan para penghuni gedung
dapat menyelamatkan diri sesaat sebelum bangunan berada diambang keruntuhan.
Agar sistem struktur tersebut dapat tercapai, maka dalam perencanaan seluruh
elemen struktur baik dimensi ataupun pembesian harus direncanakan sesuai peraturan
gedung yang berlaku di lndonesia ataupun peraturan luar negri yang dapat dijadikan
refrensi, dan antara arsitektural dan struktur harus saling mengakomodasi.

Berikut secara umum uraian konsep dasar perencanaan struktur yang diterapkan pada
keseluruhan bangunan di ketiga lokasi UPPKB di Pulau Kalimantan :

1) Standar dan Code

Standar dan code yang digunakan dalam perencanaan bangunan di ketiga lokasi
UPPKB ini mengacu sepenuhnya pada standar dan codeyang berlaku di lndonesia
yaitu sebagai berikut:

Laporan Final
VII-5
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

 Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNl- 1726 -
2002).
 Tata cara Perencanaan struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SK SNl 03 - 172s
2002)
 ACI 318-02 (American Concrete lnstitute - Building Code Requirements for
Reinforced Concrete)
 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI 2847 -
2002)
 Peraturan Pembebanan lndonesia untuk Gedung - 1983

2) Material dan Mutu Material

Material yang digunakan dalam perencanan bangunan di ketiga lokasi UPPKB ini
adalah baja struktur, beton dan baja tulangan dengan propertis material sebagai
berikut :

 Beton

Untuk memperoleh desain yang optimum, pada balok, kolom, pelat lantai dan
dinding penahan tanah digunakan satu tipe mutu beton yang disesuaikan
dengan beban yang dipikul.

Mutu beton yang digunakan pada elemen struktur pada perencanaan bangunan
UPPKB ini adalah :

- F’c (mutu kuat tekan beton) = 25 MPa = 25.000 kNm

- Modulus elastisitas beton, Ec = 23.500.000 kN/m2

- Angka poison = 0,2

- Modulus Geser = 9.791.666.66 kN/m2

 Baja Tulangan

Baja tulangan yang digunakan pada semua elemen struktur adalah spesifikasi
sebagai berikut :

- Fy (tegangan leleh tulangan utama), BJ 40= 400 MPa = 400.000 kNm

Laporan Final
VII-6
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

- Fys (tegangan leleh tulangan geser/sengkang) BJ 24 = 240 MPa = 240.000


kNm

- Modulus Young (Es) : 200000 Mpa

 Baja Struktur

Struktur baja yang digunakan pada elemen struktur yang berbahan baja dengan
spesifikasi sebagai berikut :

- Baja Struktur : BJ 37, fy = 240 MPa ; fu = 370 MPa

- Mutu Baut, Mutu Ring : ASTM A-32S

- Mutu Las : ANSI / AWS Dl.1-96

3) Langkah - Langkah Perencanaan Struktur


Langkah-langkah perencanaan struktur atas yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :

 Penentuan Desain Kriteria

Dalam penentuan desain kriteria ini ditetapkan kriteria kemampuan gedung


yang akan dicapai sesuai dengan beban layan yang bekerja. Selain itu ditetapkan
standar dan code yang akan digunakan.

 Penentuan Beban Rencana

Beban-beban rencana yang bekerja pada struktur ditentukan dan dihitung sesuai
dengan ketentuan peraturan yang telah ditetapkan Peraturan Pembebanan
lndonesia untuk Gedung - 1983 (PPIUG-1983) dan sesuai dengan fungsi dan
utititas-utilitas yang terpasang pada struktur tersebut. Beban-beban yang
bekerja pada struktur meliputi berat sendiri, beban mati tambahan, beban
hidup, dan beban gempa.

 Pemodelan Struktur

Struktur dan elemen-elernen struktur dimodelkan dalam pemodelan struktur


beserta beban-beban yang bekerja. Dalam pemodelan struktur ini ditentukan
terlebih dahulu ukuran penampang awal dari elemen-elemen struktur.

Laporan Final
VII-7
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Model yang dibuat diusahakan sedekat mungkin dengan rencana struktur


gedung. Dimensi, posisi, dan beban yang bekerja dimodelkan sedekat mungkin
dengan apa yang terjadi di lapangan.

Dengan pemodelan ini diharapkan akan mampu memberikan hasil yang cukup
representatif mengenai perilaku gedung yang sebenarnya.

 Analisis Struktur Atas

Analisis struktur dilakukan pada model struktur untuk memperoleh gaya-gaya


dalam elemen struktur yang digunakan untuk merencanakan elemen struktur
dan melihat perilaku struktur secara global dan local terhadap beban yang
bekerja.

 Analisa Struktur Pondasi

Struktur pondasi yang dimodelkan terpisah menerima beban - beban yang


berasal dari reaksi perletakan bangunan struktur utama.

 Desain Elemen-elemen Struktur

Gaya-gaya dalam hasil analisis struktur digunakan untuk merencanakan elemen-


elemen struktur yang meliputi kolom, balok induk, dan balok anak. Untuk pelat
lantai, dan tangga perhitungan penampang dilakukan secara terpisah meskipun
terdapat dalam pemodelan.

Dalam perencanaan elemen struktur tersebut perhitungan kekuatan elemen


struktur mengacu pada peraturan dan standar yang telah ditetapkan.
Perhitungan lebih lengkap berupa model akan di presentasikan melalui editable
copy.

4) Pembebanan

Pembebanan pada struktur bangunan merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam perencanaan sebuah gedung. Kesalahan dalam perencanaan beban atau
penerapan beban pada perhitungan akan mengakibatkan kesalahan yang fatal
pada hasil desain bangunan tersebut. Untuk itu sangat penting bagi kita untuk
merencanakan pembebanan pada struktur bangunan dengan sangat teliti agar

Laporan Final
VII-8
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

bangunan yang didesain tersebut nantinya akan aman pada saat dibangun dan
digunakan.

Definisi utama beban adalah : sekelompok gaya yang akan bekerja pada suatu
luasan struktur. Setiap struktur yang akan direncanakan sebenarnya telah
ditentukan oleh kode – kode pembebanan yang telah ditetapkan berupa standar
nasional Indonesia (SNI)

Untuk pembebanan bangunan gedung di lingkungan site UPPKB di ketiga lokasi,


terutama untuk bangunan Kantor dan Mess yang terdiri dari 2 lantai, meliputi
pembebanan :

 Beban sendiri pelat lantai


 Beban mati tambahan, yaitu :

 Beban mati tambahan untuk plat lantai ruang kantor :


- Berat Pasir (tebal 1 cm) : 0,01 x 16 = 0,16 kN/ m2
- Berat Spesi (tebal 3 cm) : 0,03 x 22 = 0,66 kN/m2
- Berat Keramik (tebal 1 cm) : 0,01 x 22 = 0,22 kN/m2
- Berat Plafon dan Penggantung = 0,20 kN/m2
- Berat Instalasi ME = 0,25 kN/m2
Total =13,49 kN/m2

 Beban mati tambahan untuk plat lantai mess


- Berat Pasir (tebal 1 cm) : 0,01 x 16 = 0,16 kN/ m2
- Berat Spesi (tebal 3 cm) : 0,03 x 22 = 0,66 kN/m2
- Berat Keramik (tebal 1 cm) : 0,01 x 22 = 0,22 kN/m2
- Berat Plafon dan Penggantung = 0,20 kN/m2
- Berat Instalasi ME = 0,25 kN/m2
Total = 1,49 kN/m2

 Beban mati tambahan untuk plat atap :


- Berat Waterproofing (tebal 2 cm) : 0,02 x 14 = 0,28 kN/m2
- Berat Plafon dan Penggantung = 0,20 kN/m2
- Berat Instalasi ME = 0,25 kN/m2
Total = 0,73 kN/m2

Laporan Final
VII-9
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

 Beban mati pada balok, seperti :


- Beban dinding pasangan ½ bata=4,32x 2,50= 10,80 kN/m
- Beban dinding partisi (cladding) = 2,00 x 0,20= 0,40 kN/m
- Beban reaksi pada balok akibat tangga =13,65 kN/m

 Beban hidup, yaitu


1. Beban hidup plat lantai gedung = 2,50 kN/m2
2. Beban hidup plat dak atap bangunan = 1,00 kN/m2
3. Beban hidup tangga = 3,00 kN/m2

 Beban Angin (WL)


Untuk pembebanan angin diadopsi dengan mempergunakan peraturan ASCE
-7 1998.

 Beban Gempa
Untuk analisis dinamis digunakan analisis response spectrum berdasarkan
Response Spectrum Gempa Rencana pada wilayah Gempa 3 seperti yang
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 7.7. Response Spectrum Gempa Rencana Wilayah Gempa 3 Tanah


Lunak

Laporan Final
VII-10
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Kurva respons spektrum yang dipergunakan dalam analisis ini adalah kurva gempa rencana
untuk tipe tanah lunak. Dalam hal ini pondasi direncanakan tertanam pada tanah asli dan
tidak terletak menggantung pada pondasi tanah urugan. Input data respon spektrum pada
program ETABS dapat dilihat pada gambar di atas.

Secara garis besar keseluruhan bangunan dalam kawasan site UPPKB di ketiga lokasi
tersebut menggunakan sistem konstruksi rangka baja, untuk kolom, balok serta untuk atap.
Sedangkan dengan uraian sebagai berikut :
1) Struktur Atap (Roof Structure)
Struktur Atap adalah sistem struktur yang berada pada bagian paling atas dari
bangunan. Ada beberapa kriteria dalam pemilihan struktur atap antara lain:
 Sesuai dengan konsep bentuk arsitektural yang ingin dicapai.
 Dapat memenuhi tuntutan fungsi dengan maksimal.
 Kondisi iklim.
 Bahan penutup atap Spandek atau Trimdek
 Lebar bentang bangunan.
 Upper struktur yang digunakan harus efektif, efisien, kuat, awet dan ekonomis.
 Berdasarkan kriteria tersebut diatas maka upper struktur yang digunakan yaitu
rangka baja dan alumunium.

Gambar 7.8. Konsep Roof Structure

2) Upper Structure
Upper structure adalah bagian struktur yang berada pada bagian badan bangunan. Ada
beberapa kriteria dalam pemilihan upper struktur antara lain:
 Dapat memenuhi tuntutan fungsi dengan maksimal
 Super struktur yang digunakan harus efektif dan efisien dalam menyalurkan beban.
 Kuat (kokoh), awet dan berumur panjang.
Laporan Final
VII-11
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

 Memiliki nilai estetika.

Ada beberapa alternatif dalam pemilihan upper struktur yaitu:


a) Alternatif 1 = Rangka Baja.
b) Alternatif 2 = Rangka Beton Bertulang.

Berdasarkan studi pemilihan upper structure di atas maka struktur yang digunakan pada
Penyusunan DED UPPKB Pulau Kalimantan adalah rangka baja dan beton bertulang untuk
keseluruhan bangunan baik utama maupun penunjang.

Gambar 7.9. Sistem Struktur Beton Bertulang

3) Sub Structure
Sub structure adalah bagian struktur yang berada pada bagian paling bawah dari
bangunan atau bagian kaki bangunan atau pondasi. Ada beberapa dasar pertimbangan
dalam pemilihan sub structure antara lain:
 Kondisi daya dukung tanah di lokasi site
 Potensi lingkungan sekitar site, yaitu menyangkut penggunaan sistem struktur
pada bangunan disekitar site
 Dapat memenuhi tuntutan fungsi dengan maksimal
 Sub struktur yang digunakan harus efektif dan efisien dalam menerima beban dari
upper struktur dan super struktur.
 Kuat (kokoh), awet dan berumur panjang.
 Ekonomis.

Laporan Final
VII-12
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Berdasarkan pada pengkajian penggunaan sistem struktur pada bangunan di sekitar


site dan dasar pertimbangan di atas maka sub struktur yang cocok digunakan pada
Penyusunan DED UPPKB Pulau Kalimantan, adalah sebagai berikut :
 Pondasi Strauss Pile
 Pondasi Plat setempat (foot plat)
 Pondasi Batu Kali

Gambar 7.10. Tipe Pondasi yang Digunakan sebagai Sub Structure UPPKB Kalimantan dengan
kombinasi Cerucuk

Laporan Final
VII-13
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

7.3. Konsep Arsitektur


Konsep Arsitektur untuk UPPKB di ketiga lokasi di Pulau Kalimantan ini meliputi :

7.3.1. Konsep Arsitektur Eksterior


Arsitektur Eksterior di sebagian besar bangunan di dalam site UPPKB ditampilkan dengan
konsep untuk membentuk image dan ciri khas yang mudah diingat serta dapat menjadi
point interest tersendiri yang dapat membentuk suasana yang berbeda dengan image
jembatan timbang yang ada saat ini.
Estetika arsitektur eksterior pada sebagian bangunan khususnya bangunan utama
seperti kantor, dirancang tampil modern serta bernuansa high tech. Hal ini selaras
dengan misi dan visi untuk menjadikan sarana transportasi khususnya perhubungan
darat dan angkutan barang senantiasa selalu meng-Update diri mengikuti
perkembangan jaman yang semakin transparan serta kemajuan teknologi yang terus
berubah dan meningkat.

Untuk itu fasad luar bangunan akan didominasi dengan penggunaan material
Alumunium Composite Panel (ACP) serta kaca dan kusen alumunium yang berpadu
dengan konstrusi struktur baja.

a. ACP
Aluminium Composite Panel (ACP) adalah salah satu material yang biasanya berupa
lembaran yang bahannya terbuat dari lapisan aluminium pada kedua sisi luar dimana
didalamnya dilapisi dengan bahan non aluminium berupa bahan polyetthylene
dimana ketiga lapisan disatukan dalam lembaran yang kuat. Aluminium composite
panel dalam lembarannya akan didapatkan dalam lembaran yang kaku, kuat tapi
dalam berat yang cukup ringan.

Jenis ACP menurut lapisan catnya terdiri dari 2 macam , yaitu jenis Polyester (PE)
yang biasa banyak digunakan untuk interior dan PVDF (Poly Vinyl De Flouride) yang
biasa di gunakan di eksterior, karena jenis ini tahan segala jenis cuaca,sehingga
lapisan warna dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan jenis Polyester. Untuk
Gedung Arsip digunakan ACP dengan tipe PVDF untuk melapisi fasad luar gedung.

Laporan Final
VII-14
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Aluminium memiliki kualitas yang baik seperti logam . Hal ini tahan lama, sangat ideal
untuk di luar ruangan.

Keunggulan ACP sebagai material finishing bangunan, diantaranya:


1) ACP terlihat seragam dan datang dalam berbagai warna, pola, dan kualitas
bertekstur. Berkat produksi yang dimekanisasi yang sangat, Anda dapat yakin
bahwa setiap panel halus dan rata.

2) ACP memberikan efek kedap suara yang sangat baik, fitur yang pasti akan berguna
untuk fasilitas kesehatan dan studio rekaman.

3) ACP tahan terhadap kedua serangan kebakaran dan hewan pengerat.


Dibandingkan dengan bahan lainnya khas, ACP relatif tahan terhadap api. Selain
itu, Anda tidak akan memiliki masalah dengan hama kutu atau pertumbuhan
jamur.

4) ACP memiliki kekuatan yang unggul untuk rasio berat dibandingkan dengan baja.
Meskipun ringan, ACP dapat tahan tinggi terhadap getaran, kerusakan dan
benturan

Gambar 7.11. Detil komposisi ACP

Laporan Final
VII-15
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

b. Curtain Wall (Kaca dan Rangka Alumunium)

Pada eksterior gedung selain didominasi oleh penggunaan ACP, juga akan
dimaksimalkan pemakaian kaca pada gedung. Hal ini dimaksudkan agar bangunan
lebih ringan karena tidak menggunakan material yang berat seperti menggunakan
bata / hebel. Skin gedung menggunakan kaca dan kusen alumunium. Selain itu juga
dengan penggunaan kaca akan memberikan penerangan alami (daylight) pada saat
siang hari.

Mullion dan transome adalah rangka untuk memegang kaca/penutup skin gedung
biasanya terbuat dari bahan alumunium.

Mullion adalah elemen vertical/batang untuk jendela, pintu, fasad. Transome adalah
elemen horizontal diantara muliion-mullion. Bahan mullion dan transome dapat
terbuat dari alumunium, kayu, ataupun betonalumunium.

Kaca penutup yang akan digunakan di UPPKB, yaitu :


- Stopsol / reflektif, efeknya sangat bagus memantulkan bayangan seperti cermin.
Sempurna memantulkan image langit dengan awan.
- One Way, digunakan pada ruang tertentu yang membutuhkan privasi tinggi,
tidak mudah terlihat dari luar
- Clear, biasanya dipasang untuk lantai dasar untuk ruang public

Gambar 7.12. Detil Rangka Mullion Curtain Wall

7.3.2. Konsep Arsitektur Interior

Adapun konsep penataan ruang dalam bangunan, antara lain sebagai berikut:

a) Lantai.

Laporan Final
VII-16
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Pada lantai digunakan bahan/material dari bahan dari keramik, baik yang berjenis
Homogenous Tile (granit tile) maupun Ceramic Tile, dengan pembedaan tipe sebagai
berikut :

 Untuk lantai ruang dalam yang berpotensi basah digunakan tipe rustic ataupun
unpolished.
 Untuk indoor yang merupakan penggunaan kering digunakan tipe yang polished.

Gambar 7.13. Bahan/Material Lantai

b) Dinding.
Pada dinding digunakan bahan/material lokal yaitu bata ringan dengan finishing
plesteran acian serta cat tembok dengan warna sesuai dengan spesifikasi yang telah
mengakomodir keinginan dan requirement Pemberi Tugas.

Gambar 7.14. Bahan/Material Dinding

Laporan Final
VII-17
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

c) Plafond
Untuk plafond digunakan beberapa bahan/material yang berbeda untuk penggunaan
pada ruang yang berbeda, yaitu :
1) Untuk ruang-ruang dalam yang kering digunakan bahan gypsum 9 mm dengan rangka
hollow yang difinishing cat tembok warna putih
2) Untuk ruang-ruang dalam yang berpotensi basah seperti kamar mandi/toilet,
digunakan bahan kalsiboard 3mm dengan rangka hollow dan finishing cat tembok
warna putih.
3) Untuk plafond penutup kanopi platform, digunakan bahan plafond metal yang dapat
dipasang pada bidang melengkung dengan warna putih.

Gambar 7.15. Bahan/Material Plafond Metal

7.4. Konsep Mekanikal Elektrikal


7.4.1 Pekerjaan Instalasi Mekanikal
7.4.1.1 Sistim Instalasi Sanitasi, Drainase dan Pemipaan
Sistim Instalasi yang direncanakan terdiri dari :
a. Sistim air bersih
b. Sistim air kotor dan air bekas
c. Sistim pengolahan limbah
d. Sistim drainase air hujan

Referensi
 Pedoman plambing Indonesia Th. 1977 DPU
 Perancangan dan pemeliharaan sistim plambing Indonesia Sofian &
Morimura

Laporan Final
VII-18
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

 Standard Air Bersih (Dep. Kes. RI)


 Water & water technology - by mark J. Hammer
 Water supply and sewerage - terence J. Mc. G. Hee 6 th editor
 Standard handbook of engineering calculation - tyler G. Hicks
 Pompa dan Kompressor - by sularso

Berikut uraian Perencanaan yang diterapkan :

A. Sistim Air Bersih

1) Sumber Air Bersih

Air bersih untuk bangunan kantor dan penunjang di UPPKB ini


diambil dari sumber air utama, yaitu :

- Sumber air diperoleh dari PDAM

- Sumur Artesis

2) Peralatan - Peralatan Utama Sistim Air Bersih

a. Tangki Air bawah (Ground Reservoir)

Ground Reservoir adalah tempat menampung air untuk keperluan air


bersih dan air pemadam kebakaran. Tangki ini terdiri atas 2 (dua) bilik
yang berfungsi untuk menampung air yang berasal dari PDAM dan
digunakan untuk keperluan air bersih.

b. Tangki Air Atas (Elevated water tank)

Tangki air atas adalah tempat menampung air bersih yang


dipompakan dari tangki air bawah kemudian dialirkan ke semua
peralatan plambing.

c. Pompa Elevasi (Elevated water pump)

Pompa ini berfungsi untuk mengangkut (Lifting) air bersih dari tangki
air bawah ke tangki air atas.

Pompa Pemacu

Pompa ini berfungsi untuk memompa / memacu air bersih dari tangki
air atas yang akan di distribusikan ke peralatan sanitari di lantai 3 dan
Laporan Final
VII-19
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

4, pompa ini dilengkapi dengan Pressure Tank.

d. Water Level Control (WLC)


Berfungsi untuk mengontrol start / stop (on/off) pompa berdasarkan
level permukaan air di dalam tangki air, sekaligus juga memberikan
signal / alarm mengenai level permukaan bila system tidak berjalan
dengan sempurna.

3) Sistim Distribusi Air Bersih


Sumber air berasal dari PDAM maupun Sumur Artesis dialirkan langsung
ke Ground Reservoir Utama.
Dari Ground Reservoir air dipompakan ke tangki air atas (Elevated tank)
dengan elevated water pompa. Dari tangki air atas didistribusikan ke
masing - masing Ground Water Tank masing-masing bangunan.
Kemudian Fixture plambing pada masing - masing lantai secara
gravitasi, sedang untuk lantai 3 dan 4 dilayani oleh pompa pemacu
(booster pump).

4) Dasar Perencanaan
Untuk melaksanakan perhitungan teknis dalam setiap jenis pekerjaan
tersebut diatas, ditentukan beberapa besaran - besaran antara lain :
a. Kebutuhan Air Bersih
 Jumlah penghuni
A. UPPKB Siantan

Bangunan/ Luas Lantai Asumsi Standar Kebutuhan Air


Lantai Efektif 20%- Jumlah Kebutuhan Air (liter/org/hari)
80% (m2) Orang (liter/org/hari)
Kantor lt.1 144 15 org 100 1500
Kantor lt.2 171 15 org 100 1500
Kantin 1 & 2 252 72 org 100 7200
Mess lt.1 108 10 org 100 1000
Mess lt.2 120 10 org 100 1000
Mushalla 74 60 org 100 6000
Toilet 108 30 org 100 3000
Umum

Kebutuhan air per orang per hari 100 ltr/orang/hari (Ref. Plambing,
Soufyan-Takeo, hal 48, table 3.12)
Laporan Final
VII-20
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

 Kebocoran 10 %
 Kebutuhan air bersih adalah :
19.300 / 1.000 = 19,3 m3
Kebocoran 10 % = 1,93 m3 +
Jumlah = 21,23 m3
Dibulatkan = 21 m3
Dengan asumsi jam kerja = 8-10 jam.

B. UPPKB Anjir Serapat

Bangunan/ Luas Lantai Asumsi Standar Kebutuhan Air


Lantai Efektif 20%- Jumlah Kebutuhan Air (liter/org/hari)
80% (m2) Orang (liter/org/hari)
Kantor lt.1 252 15 org 100 1500
Kantor lt.2 171 15 org 100 1500
Kantin 1 108 72 org 100 7200
Kantin 2 144 70 org 100 7000
Mushalla 74 30 org 100 3000
Toilet 108 30 org 100 3000
Umum

Kebutuhan air per orang per hari 100 ltr/orang/hari (Ref. Plambing,
Soufyan-Takeo, hal 48, table 3.12)
 Kebocoran 10 %
 Kebutuhan air bersih adalah :
19.300 / 1.000 = 19,3 m3
Kebocoran 10 % = 1,93 m3 +
Jumlah = 21,23 m3
Dibulatkan = 21 m3
Dengan asumsi jam kerja = 8-10 jam.

C. UPPKB

Bangunan/ Luas Lantai Asumsi Standar Kebutuhan Air


Lantai Efektif 20%- Jumlah Kebutuhan Air (liter/org/hari)
80% (m2) Orang (liter/org/hari)
Kantor lt.1 144 15 org 100 1500
Kantor lt.2 171 15 org 100 1500

Laporan Final
VII-21
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Kantin 1 & 2 252 72 org 100 7200


Mess 215 10 org 100 1000
Mushalla 45 60 org 100 6000
Toilet 108 30 org 100 3000
Umum

Kebutuhan air per orang per hari 100 ltr/orang/hari (Ref. Plambing,
Soufyan-Takeo, hal 48, table 3.12)
 Kebocoran 10 %
 Kebutuhan air bersih adalah :
19.300 / 1.000 = 19,3 m3
Kebocoran 10 % = 1,93 m3 +
Jumlah = 21,23 m3
Dibulatkan = 21 m3
Dengan asumsi jam kerja = 8-10 jam.

b. Kapasitas Tanki Atas :


 Pemakaian air rata-rata dengan asumsi pemakaian air selama 8 jam
:

21.000 ltr/hari = 2.625 liter/jam


8 jam
 Pemakaian air pada beban puncak dengan konstanta (C ) = 2 maka
2.625 ltr/jam x 2 = 5.250 liter/jam
 Tanki Air Atas dipersiapkan untuk 60 menit maka dibutuhkan
kapasitas :

5.250 cu.m/jam x 1/60 x 60 menit = 5.250 cu.m


Dibulatkan = 5.000 Lt.

c. Kapasitas Pompa Transfer


 Penentuan kapasitas pompa transfer dapat dihitung berdasarkan
jumlah beban peralatan plambing (FU) yang ditampung, antara lain :
 Lantai 1
- Closet 10 FU x 5 = 50 FU

Laporan Final
VII-22
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

- Urinoir 5 FU x 2 = 10 FU
- Washtafel 2 FU x 4 = 8 FU
- Jet washer 2 FU x 5 = 10 FU +
Jumlah = 78 FU
 Lantai 2
- Closet 10 FU x 15 = 150 FU
- Urinoir 5 FU x 6 = 30 FU
- Washtafel 2 FU x 12 = 24 FU
- Jet washer 2 FU x 15 = 30 FU +
Jumlah = 234 FU

Total Beban Fixture Unit (FU)


- Lantai 1 = 78 FU
- Lantai 2 = 234 FU +
Jumlah = 338 FU

 Dari grafik perkiraan beban kebutuhan air, diperoleh hubungan


antara jumlah 338 FU dengan debit 300 ltr/menit.

Tabel 6.1. Kerugian Gesek Pipa


Laju Kecepata Panjang Friction Kerugian
No Item Dia. Jumla
Aliran n Ekivalen Rate Gesek
h
(l/min) (M/met) (m) (mm/M) (M)
1 Pipa 75 67 m 550 2 - 85 5,695
2 Elbo 90 75 5 bh 550 2 12 85 1,020
3 Tee 75 2 bh 550 2 6 85 0,510
4 Gate 75 2 bh 550 2 6 85 0,510
Valve
5 Check 75 1 bh 550 2 3 85 0,255
Valve
Total 7,99

d. Head Pompa Distribusi


 Air bersih dari ground reservoir dipompakan ke fixture unit plambing
dengan pompa distribusi :

Head losses =8m


Laporan Final
VII-23
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Head Pompa = H statis + HI

= 16 m + 8 m

= 24 m x SF (10%)

= 26 m (dibulatkan)

e. Kapasitas Pompa Transfer


Kapasitas = 300 ltr/menit

Head = 26 m

Putaran = 2.900 rpm

Daya = 7,5 kW

Type = Centrifugal end suction

Jumlah = 2 pompa

B. Sistim Pengolahan Air Kotor dan Air Bekas


1) Pendahuluan
Dengan adanya aktivitas, maka direncanakan semua aliran air
buangannya dialirkan ke pengolahan air kotor atau STP.

2) Dasar Perencanaan
Pada umumnya air buangan dari rumah tinggal termasuk ke dalam
bangunan domestic, dimana karakteristik air buangan yang keluar tidak
jauh berbeda dengan buangan rumah tangga (domestic). BOD yang berasal
dari buangan domestic berkisar antara (360 - 450) mg/ltr. SS yang berasal
dari buangan domestic berkisar antara (200 - 300) mg/ltr. Sedangkan
persyaratan effluent air buangan yang dapat dibuang langsung ke
wadah air penerima harus mempunyai karakteristik :
BOD = Minimum 20, max 30 mg/ltr yang diperhitungkan adalah
20 ppm.
SS = 20 mg/ltr

Sebagai dasar perencanaan digunakan referensi sbb :


- Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979.

Laporan Final
VII-24
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

- Peraturan Menteri KLH, tentang persyaratan effluent air kotor dan


buangan yang berupa air limbah gedung tersebut BOD 5 < 20 mg/ltr.

Sistem pengumpulan dilakukan dengan pipa dimana air buangan dari


seluruh fixture akan dialirkan melalui pipa cabang terus ke pipa utama.

Kriteria perencanaan untuk pipa air buangan sebagai berikut :


- Kemiringan pipa antara ( 1 - 2 ) %
- Setiap ujung dari fixture unit harus dilengkapi dengan clean out
- Setiap satu lantai sistem fixture unit dilengkapi dengan vent pipe
- Setiap fixture unit dilengkapi dengan leher angsa
- Setiap belokan/kepanjangan (15 - 20) meter harus dilengkapi dengan
bak kontrol.

3) Kapasitas Air Buangan


Kapasitas air buangan yang dikeluarkan oleh bangunan ini, lebih kurang
sebesar 80% dari pemakaian air bersih yaitu sebesar :
Kebutuhan STP = 80% x 21 m3/hari
= 17 m3/hari (dibulatkan)

4) Sistem Pengolahan Akhir Air Buangan


Sistem pengolahan air buangan menampung seluruh buangan dari fixture
unit tiap lantai ke unit pengolahan air buangan. Proses pengolahan air
buangan yang dipakai pada gedung ini adalah sistem Sewage Treatment
Plant (STP) kapasitas sesuai dengan perhitungan di atas. Sedangkan
sistem yang digunakan adalah Bio Media Contact.

C. Sistim Saluran Air Hujan


1) Pendahuluan
Untuk mengatasi genangan air / banjir di halaman pasar, maka diperlukan
saluran pembuangan air hujan di halaman, dan di alirkan ke saluran
pembuangan umum yang terdekat.

Laporan Final
VII-25
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

2) Dasar Perencanaan
Dalam perencanaan sistem saluran air hujan dapat dibagi menjadi 2 (dua)
bagian :
a. Sistem air hujan untuk melayani atas lantai (atap) gedung 100%.
b. Sistem air hujan untuk melayani halaman gedung/land scape dan dari
gedung (90 - 95)%.

Air hujan mengalir dihalaman gedung akan mencapai nilai koefisien


pengaliran (90 - 95) %, karena daerah ini tanahnya hampir tertutup oleh
pasangan batu cement dan aspal.

3) Perhitungan Kapasitas Air Hujan


Perhitungan kapasitas air hujan berdasarkan Rumus Manning :

Q = 0,002785 C. I. A

Dimana :
C = koefisien pengaliran
I = Intensitas hujan daerah setermpat (mm/jam)
A = Luas daerah pelayanan (Ha)
Q = Kapasitas air hujan yang harus ditampung pada saluran
(m3/detik )

Untuk mengetahui dimensi saluran dapat digunakan perhitungan dari


Rumus Manning dan untuk besaran diameter saluran air hujan dapat
digunakan Tabel Hazerd William.

Dalam perencanaan ini didapat data-data dari gedung sebagai berikut :


C = 0,95
I = 110 mm/jam
A = 0,15 Ha

Rumus = 0,002785 x 0,95 x 110 x 0,15


= 0,04 m3/det.

Q/8 = 0,04 m3/det./8


Laporan Final
VII-26
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

= 0,0050 m3/det.
Q =vxa
Dimana :
a = Luas Penampang saluran
v = Kecepatan Aliran ( 2 m/det.)

Maka : a = Q/V

D = 0,0566 m
D = 56,60 mm
D = 2,23"
D = 3"
Diambil pipa dengan diameter 3". Bahan-bahan yang dipakai :
a. Pipa PVC
b. Buis beton dan bak kontrol yang diberi grille besi cor
c. Roof drain terbuat dari cast iron

7.4.1.2 Sistim Instalasi Tata Udara


1) Tujuan Penggunaan Sistim Instalasi Tata Udara
Sistim Instalasi Tata Udara merupakan salah satu sarana yang cukup
penting dalam suatu bangunan terutama untuk daerah tropis dengan
temperatur dan humadity udara luar yang cukup tinggi.
Penggunaan Sistim Instalasi Tata Udara direncanakan untuk
mengkondisikan ruangan sehingga diperoleh suatu kondisi ruangan yang
nyaman. Untuk memperoleh kondisi ruangan yang dirasakan nyaman oleh
pengunjung, dengan demikian diusahakan :
a. Menurunkan suhu udara dan kelembaban.

Laporan Final
VII-27
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

b. Pertukaran udara yang nyaman.

2) Perkiraan Beban Pendinginan & Pemilihan Sistim Ac


Dalam menghitung beban pendinginan (Cooling Load Estimate) digunakan
metode ASHRAE, dengan metode ini diperhitungkan beban sensible dan
beban latent dari tiap ruang yang akan dikondisikan.
Estimasi Beban Pendinginan Bangunan Kantor :
Luas Lantai yang Beban Pendinginan
Level/Lantai
Dikondisikan (Btu/h)
Lantai 1 168 m2 672
Lantai 2 145 m2 580
Jumlah Total 313 m2 1252

3) Pemilihan Sistem Tata Udara


Dengan memperhatikan luas, bentuk, fungsi ruang/ bangunan, beban
pendinginan yang ada, lokasi proyek serta kemungkinan ada
perkembangan dari bangunan, maka dipilih suatu Sistim Instalasi Tata
Udara AC Split Window.

4) Dasar Pemilihan Memakai AC Split :


a. Pemakaian energi yang effisien dan ekonomis.
Konsumsi energi yang diperlukan oleh AC lebih hemat dari segi fungsi
gedung, ini berarti biaya operasi lebih murah.
b. Refrigerant yang dipergunakan R.32 karena ramah lingkungan.
c. R.32 menurut ASHRAE 34-1989.R. mengandung kadar racun lebih kecil
dari 400 PPM, refrigerant tidak terbakar pada tekanan udara 101 kpa
(14,2 psia) pada suhu 18 derajat celcius.

7.4.2 Pekerjaan Instalasi Elektrikal


7.4.2.1 Sistim Instalasi Listrik
1) Pendahuluan
Sistim Instalasi Listrik untuk bangunan kantor dan penunjang UPPKB ini
direncanakan dengan sistim yang sederhana. Pada sistim ini akan di
jelaskan gambaran secara garis besar mengenai sistim instalasi listrik
Laporan Final
VII-28
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

serta besarnya beban listrik, suplai listrik, distribusi listrik dan sistem
proteksi yang digunakan.

2) Lingkup Pekerjaan Sarana Kelistrikan

Yang termasuk lingkup sarana listrik arus kuat adalah:

1. Sistem instalasi penerangan dan stop kontak

2. Sistem instalasi daya

3. Sistem instalasi diesel - generator set

4. Sistem instalasi pentanahan

5. Sistem instalasi penangkal petir

Sedangkan sarana listrik arus lemah yang direncanakan adalah:

1. Sistem Telepon
2. Sistem Fire Alarm
3. Sistem CCTV
4. Jaringan Data

3) Dasar dan Standar Perencanaan


Dasar dan standar serta peraturan adalah berdasarkan:
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) yang berlaku.
2. Standard dan peraturan - peraturan/ketentuan-ketentuan yang ada
pada PLN daerah setempat.
3. Peraturan-peraturan umum PLN / SPLN.
4. Peraturan-peraturan Pemerintah Daerah setempat.
5. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan perlengkapan bangunan.

4) Sumber Daya Listrik


Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada gedung, maka
direncanakan sumber daya listrik dari:

1. Perusahaan umum Listrik Negara (PLN), dan


2. Diesel Generator Set

PLN merupakan sumber listrik utama yang akan mensuplai seluruh beban
Laporan Final
VII-29
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

di dalam bangunan. Sistem suplai listrik yang direncanakan adalah :

a. Perhitungan Kebutuhan Daya PLN :


Berdasarkan hasil perhitungan luas seluruh bangunan, maka diperoleh
luas total bangunan 3.912 m2. Asumsi kebutuhan beban untuk seluruh
bangunan adalah 30 VA/m 2. Maka asumsi kebutuhan beban untuk
seluruh gedung adalah:
3.912 m2 x 35 VA/m2 = 136.920 VA, atau sama dengan 136,92 kVA beban
asumsi terpasang.
Dari hasil perhitungan di atas maka direncanakan menggunakan
langganan PLN sebesar 131 kVA sesuai standard daya PLN.

b. Perhitungan Kebutuhan Daya Genset :


Untuk mensuplai seluruh beban bangunan sewaktu terjadi PLN
padam direncanakan disuplai oleh Genset sebesar 100 % dari total
beban. Daya yang dibutuhkan sebesar 131 kVA beban asumsi
terpasang. Maka direncanakan menggunakan 1 unit genset dengan
kapasitas sebesar 180 kVA (Stand by).

5) Suplai Daya Listrik :


a. Koordinasi Perpaduan Sumber daya PLN dengan Generator Set

Keadaan dimana PLN dapat mensuplai daya listrik, selanjutnya


disebut Keadaan Normal.
Pada keadaan normal sumber daya listrik diperoleh dari PLN dengan
tegangan sebesar 380/220 V, PLN mensuplai seluruh jenis beban yang
ada di dalam bangunan.

b. Keadaan dimana sumber daya PLN mengalami gangguan (pihak PLN belum
dapat mensuplai daya listrik, sehingga PLN tidak dapat mensuplai daya
listrik), selanjutnya disebut Keadaan PLN Failure.

Pada keadaan ini genset akan hidup/on secara otomatis dan bekerja
untuk mensuplai 100% dari beban yang sama seperti pada keadaan
normal.

Laporan Final
VII-30
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Proses Otomatis on diatur oleh seperangkat peralatan kontrol yaitu AMF


(Automatic Main Failure). Pada saat yang bersamaan dengan hidupnya
generator, seluruh circuit breaker yang meneruskan energi listrik ke
beban akan membuka secara motorisasi.

Tahapan selanjutnya setelah proses transisi dari genset selesai, maka


seluruh circuit breaker yang terhubung dengan generator akan menutup.

Proses penggantian sumber daya listrik dari PLN ke genset


direncanakan maksimal kurang lebih 15 detik. Setelah PLN hidup kembali
maka secara otomatis sumber daya listrik disuplai dari PLN.

7.4.2.2 Sistim Distribusi Listrik

1) Umum

Secara umum sistem distribusi listrik untuk bangunan kantor dan penunjang
UPPKB ini menggunakan Sistem Instalasi Tegangan Rendah.

2) Sistem Instalasi Tegangan Rendah

Daya dari PLN yang bertegangan 400/220 Volt disalurkan melalui NYY
4x185 mm2 ke PUTR (Panel Utama Tegangan Rendah).

Incoming PUTR selain dari Trafo juga dari Panel Genset (P-G).

a. Pengkabelan dari genset ke Panel Genset (P-G).

 Penghantar yang digunakan adalah NYY 4x185 mm2


 Jenis Penghantar : tembaga

b. Pengkabelan dari panel genset ke PUTR .


 Penghantar yang digunakan adalah NYY 4x185 mm2
 Jenis Penghantar : tembaga

Dari PUTR, daya listrik didistribusikan ke Sub Distribution Panel


bangunan, kemudian didistribusikan secara radial ke panel-panel listrik
lainnya, antara lain :
a. Penerangan,
b. Pompa Air Bersih,

Laporan Final
VII-31
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

c. Tata udara (AC), ventilasi,


d. Fire Alarm, Telepon,

3) Kabel Feeder
a. Tipe dan Diameter Kabel Feeder.
Tipe kabel yang dipakai adalah tipe kabel daya NYYGbY, NYY baik berurat
tunggal (single core) maupun berurat banyak (multi core) dan diameter
kabel disesuaikan dengan beban yang ada.

b. Rugi-rugi tegangan (Voltage Drop)


Untuk instalasi, pemilihan luas penampang kabel disesuaikan dengan
beban yang ada dan memberikan rugi-rugi tegangan total pada akhir
sirkuit tidak lebih dari 2% untuk penerangan dan 5% untuk motor.

c. Cara Pemasangan Kabel


Pemasangan kabel utama (main cable) dari Genset ke Panel Distribusi
menggunakan kabel tanah, dan untuk sub main cables menggunakan
kabel ladder yang dipasang secara horizontal maupun vertikal.

d. Persamaan Matematika untuk perhitungan rugi-rugi tegangan.


a). Rugi-rugi tegangan satu fasa

2xLxI
dV = --------------
Gx A

Dimana :
dV = Rugi - rugi tegangan (volt)
L = Panjang kabel (m)
I = Arus (ampere)
G = Konduktifitas (56 m/ohm mm2) untuk penghantar
tembaga
A = Luas penampang penghantar (mm2)

Laporan Final
VII-32
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

b). Rugi-rugi tegangan tiga fasa

√3 x I x L x cos q
dV = ----------------------------
GxA
Dimana :
dV = Rugi-rugi tegangan (volt)
L = Panjang kabel (m)
I = Arus (ampere)
G = Konduktifitas (56 m/ohm mm2) untuk penghantar
tembaga
A = Luas penampang penghantar (mm2)
cos q = Faktor Daya

4) Panel Listrik dan Peralatannya


a. Tebal Panel listrik.

Ketebalan panel listrik untuk wall mounted minimum 1,6 mm dan untuk
free standing adalah 2 mm.

b. Pembuatan Panel

Cara pembuatan dan ukuran dari panel disesuaikan dengan standar yang
berlaku.

c. Sistem Proteksi

Jenis pemutus daya yang dipergunakan adalah jenis Moulded Case


Circuit Breaker (MCCB) dan Miniature Circuit Breaker (MCB).

Sistem proteksi direncanakan dengan sistem proteksi bertingkat pada


panel penerangan, panel daya dan panel sub distribusi utama.

Jenis proteksi yang dipergunakan :

a. Sistem proteksi terhadap gangguan hubung singkat (short circuit)


b. Sistem proteksi terhadap beban lebih (over current)
c. Sistem proteksi terhadap gangguan tanah (ground fault current)

Laporan Final
VII-33
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

d. Sistem proteksi terhadap gangguan tegangan lebih (over voltage)


e. Sistem proteksi terhadap gangguan tegangan turun (under voltage)

Seluruh batasan (rating) dan tingkat kemampuan dan kepekaan dari


komponen proteksi dipilih sedemikian rupa, sehingga karakteristik
proteksinya mempunyai selektivitas pengaman yang diinginkan dan akan
mem-back up sistem lainnya.

5) Sistem Penerangan
a. Umum
Tingkat intensitas penerangan untuk ruangan disesuaikan dengan fungsi
dari ruangan tersebut, sehingga didapat level intensitas penerangan yang
cukup dan sesuai dengan pekerjaan tersebut.

b. Standar Intensitas Penerangan


Standar Intensitas Penerangan yang direncanakan menggunakan standar
penerangan bangunan di Indonesia.

Intensitas Penerangan Ruangan (Lux)


Nama Ruang Intesitas Penerangan
(Lux)
Kantor 300 - 400
Koridor 200
Power House 150
Tangga 150
Parkir 100-150
Taman 30 - 50
Toilet 120
Gudang 150

6) Jenis-Jenis Lampu Penerangan


Jenis Lampu penerangan yang digunakan secara umum :

a. Dalam Bangunan
Laporan Final
VII-34
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Lampu-lampu untuk area ini menggunakan lampu TLD 36 W lengkap


dengan kapasitor pada masing-masing lampu, sehingga dapat dicapai
faktor daya (Cos j) = 0,85. Armatur lampu disesuaikan dengan
menggunakan mirror louvre.

b. Koridor
Untuk ruangan ini dipergunakan lampu Down Light tipe Recessed
Mounted dengan type bola lampu PLC 13 W dimana modelnya
disesuaikan dengan estetika pekerjaan arsitektur.

c. Toilet
Untuk ruangan ini dipergunakan lampu Baret, sehingga memberi kesan
estetika dari segi Arsitektur.

d. Lobby, Entrance
Untuk ruangan ini dipergunakan lampu tipe Down Light PL yang akan
memberikan kesan estetika dari segi Arsitektur.

e. Tangga
Untuk ruangan ini dipergunakan tipe lampu TL yang dilengkapi dengan
batere dan lampu exit dengan batere sebagai back-up suplai daya.

f. Luar Gedung
Untuk ruangan ini dipergunakan lampu taman jenis mercury satu tiang
dengan variasi satu dan dua buah lampu, disesuaikan dengan
kebutuhan, yang dilengkapi dengan tutup glass bulat, sehingga memberi
kesan indah sesuai dengan exterior.
7) Perhitungan Intensitas Penerangan Ruangan
Rumus :

Di mana :

Laporan Final
VII-35
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

p = Panjang (meter)
l = Lebar (meter)
h = Tinggi efektif (tinggi lantai ke plafond minus tinggi bidang
kerja, meter)E = Intensitas penerangan (Lux)
N = Jumlah fixture
ζ = Efficiency Utilation Factor
M = Maintenance factor (0,8)
Ф = Intensitas cahaya (Lumen)

8) Saklar-saklar Lampu Penerangan


a. Kantor, Pantry, Corridor, Toilet, Gudang, Ruang Mesin dan ruang sejenis.
Untuk ruang-ruang ini dipergunakan saklar yang dipasang setempat
untuk memudahkan operasinya.

b. Tangga
Untuk tangga lampu-lampu penerangan tangga direncanakan sistem
penyalaan nya menggunakan saklar.

c. Luar Gedung
Untuk penerangan dipergunakan time switch, sehingga lampu dapat
menyala dan padam pada waktu diprogram (tertentu) secara otomatis.

d. Ketinggian Saklar Lampu

Saklar lampu dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai.

9) Pengkabelan Saklar Lampu


Jenis kabel yang dipakai untuk instalasi penerangan dalam gedung adalah
NYA atau NYM dengan diameter 2,5 mm2 dengan conduit PVC.

Pemasangan instalasi kabel di atas ceiling dipergunakan sistem kabel Tray


dan digantung pada setiap jarak 1,5 m. Semua body dari lampu dihubung
tanahkan dengan kabel yang dihubungkan ke terminal grounding dari
panel.

Untuk instalasi penerangan luar gedung dipakai kabel NYFGbY, dimana


pemasangan dalam tanah dilindungi dengan pipa galvanized jika terkena
tekanan mekanis dan ditanam sedalam 60 cm. Proteksi dari miniature circuit

Laporan Final
VII-36
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

breaker untuk lampu penerangan. Banyaknya lampu-lampu per group


(per circuit) diatur sehingga dapat diproteksi dengan Miniature Circuit
Breaker.

10) Sistem Instalasi Stop Kontak (General Power Outlets)


a. Stop Kontak pada Kolom/ Dinding

Untuk seluruh lantai dan ruang-ruang mekanikal, toilet, gudang dan


ruang sejenisnya, dipasang stop kontak pada kolom atau dinding bata
dengan ketinggian 30 cm dari lantai dan khusus ruang pantry dan ruang
sejenisnya dipasang dengan ketinggian sesuai dengan penempatan
peralatan-peralatan pantry.

b. Pengkabelan Instalasi Stop Kontak

Pengkabelan instalasi stop kontak dengan kabel NYA atau NYM dengan
penampang 2,5 mm2 dengan konduit PVC semua stop kontak dihubung
tanahkan melalui kabel yang dihubungkan ke grounding terminal pada
panel untuk stop kontak.

c. Proteksi Instalasi Stop Kontak

Banyaknya stop kontak per group diatur sedemikian rupa, sehingga


dapat diproteksi dengan Miniature Circuit Breaker dengan kapasitas 16
ampere.

d. Sistem Instalasi Hubungan Pentanahan

Semua motor listrik, stop kontak, panel listrik, lampu-lampu dan bagian
instalasinya yang didalam keadaan kerja normal tidak bertegangan
dihubung tanahkan ke sistem pentanahan (Grounding System).

e. Hubungan pentanahan antar panel.

Dari setiap panel ditarik kawat BC (Bare-copper Conductor) sebagai


kabel pentanahan ke panel-panel.

f. Standar dan peraturan instalasi.

Laporan Final
VII-37
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

Luas penampang hantaran pengaman (ground wire), besarnya


tahanan dan cara instalasi pentanahan secara keseluruhan
disesuaikan dengan peraturan yang ada pada PUIL.

7.4.2.3 Sistem Komunikasi


Sistem komunikasi yang digunakan pada Perencanaan DED UPPKB Pulau
Kalimantan adalah:

1. Eksternal
Untuk hubungan ke luar (eksternal) digunakan sistem komunikasi dengan
penggunaan peralatan elektronik yang berupa telepon,faximile dan
seperangkat komputer yang dilengkapi jaringan internet (email). Kegiatan
penerimaan panggilan dapat dilakukan melalui operator, sebaliknya untuk
kegiatan panggilan keluar dilakukan secara langsung ke nomor tujuan yang
ingin dihubungi.

2. Internal
Untuk sistem komunikasi didalam site (internal) dapat digunakan sistem
PABX (Privat Automatic Brench Exchange), dikarenakan sistem ini dapat
dengan mudah dalam penyampaian informasi, efektif, efisien dan tentunya
ekonomis.

Eksternal Telepon
Telepon

Operator PABX Telepon


TELKOM
Fax Telepon

Perangkat Internet Komputer


Internal

Gambar 7.18. Sistem Komunikasi

Laporan Final
VII-38
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)
Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Pulau Kalimantan
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan RI
Jakarta – Tahun Anggaran 2016

7.4.2.4 Sistem Penangkal Petir


Sistem penangkal petir yang digunakan pada Penyusunan DED UPPKB Pulau
Kalimantan adalah sistem umbrella, dengan penambahan Arrester untuk
mencegah tersambarnya Load Cell oleh petir.

Gambar 7.19. Sistem Penangkal Petir

Laporan Final
VII-39

Anda mungkin juga menyukai