Anda di halaman 1dari 3

KEMBALI KE KAMPUNG HALAMAN

Ada sebuah pertanyaan, dimanakah kampung halaman kita ? maka ada yang menjawab kampung
halaman saya Sulawesi, Tanah Jawa dan lain-lain, jawaban tersebut tidak salah tetapi jawaban
yang paling tepat adalah kampung kita sesungguhnya adalah Kampung Akhirat.

Fenomena wajib setiap hadir hari raya Idul Fitri adalah mudik. mudik adalah kembalinya sang
perantau ke kampoeng halaman. Merantau ke luar daerah umumnya untuk bekerja mencari
nafkah, meski ada juga karena menuntut ilmu atau kepentingan yang lain.

Fenomena mudik menunjukkan bahwa pada umumnya orang akan kembali kepada kampoeng
halaman, setelah melakukan perantauan. Kampoeng halaman adalah tempat asal mereka
dilahirkan. Bahkan seringkali, kampoeng halaman dijadikan sebagai tempat lahir sekaligus
tempat mati, meski dalam hidupnya merantau ke berbagai daerah. Keistimewaan kampoeng
halaman inilah yang kelak melahirkan tradisi mudik.

Secara filosofis, mudik adalah sebuah perumpamaan eksistensi kehidupan manusia. Sebab
manusia pasti bermula dan berakhir, berasal dan kembali. Jika diibaratkan mudik, manusia
berasal dari kampoeng halaman dan akan kembali ke kampeong halaman. Manusia dilahirkan
dan akan mengalami kematian. Selama menjalani kehidupan di dunia inilah mereka sedang
menjalani masa perantauan.

Secara spiritual, manusia akan mudah menjawab jika ditanya siapa yang telah menciptakan
manusia dan alam semesta, mereka akan menjawa Tuhan. Kepercayaan dasar ini bersifat
inherent [ghorizah tadayyun]. Bahkan manusia juga tidak bisa membantah `suara hatinya`
bahwa kelak mereka akan kembali kepada Tuhan setelah kematian. Sebagaimana keyakinan
mereka akan kampoeng halaman, tempat mereka dilahirkan.

Semarak mudik dan Idul Fitri dengan semua tradisinya menunjukkan nilai-nilai spiritualitas yang
tinggi. Ilustrasi mengenai spiritualitas mudik sejatinya bisa ditemukan dalam Alquran. Mudik
dalam Alquran bermakna kembali kepada ampunan Tuhan. Allah SWT berfirman; Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Ali Imran: 133)

Kalam ilahi itu memerintahkan agar kita segera ”mudik” ke kampung akhirat dengan cara
kembali kepada ampunan Tuhan. Jika dalam tradisi mudik Idul Fitri setiap pemudik harus
mempersiapkan bekal yang banyak, maka untuk kembali kepada Allah jelas membutuhkan
bekal berlebih.

Derajat ketakwaan sebagai hasil training ibadah puasa bisa menjadi bekal untuk kembali
kepada ampunan Tuhan (QS. al-Baqarah: 183). Harus juga diingat bahwa salah satu pesan
ibadah puasa adalah agar kita menjadi hamba yang bersifat kasih sayang (rahmah). Aktualisasi
sifat kasih sayang ini diwujudkan melalui sikap berempati kepada fakir miskin.

Karena itu, bukanlah jadi masalah, keyakinan manusia akan sang Pencipta. Keyakinan ini ibarat
yakinnya mereka akan keberadaan matahari di siang hari dan bulan di malam hari. Masalahlah
adalah bagaimana memanfaatkan cahaya matahari, masalahnya adalah bagaimana menjalani
hidup di tanah rantau, masalahnya adalah bagaimana menjalahi kehidupan di dunia ini.

Ternyata faktanya dari dahulu kala hingga zaman modern ini, tidak banyak manusia yang
mampu memanfaatkan cahaya matahari, tidak banyak manusia mampu menjalani hidup di
dunia ini dengan benar. Itulah sebabnya tidak setiap orang yang berangkat merantau bisa
mudik dengan sukses. Di tanah rantau, banyak yang mengalami kegagalan.

Kenapa banyak orang mengalami kegagalan di tanah rantau, sebab mereka salah niat, tergoda
di tanah rantau atau lupa akan kampoeng halaman. Mengapa banyak orang yang gagal dalam
kehidupan di dunia, sebab mereka tidak menyadari dari mana berasal, untuk apa hidup dan
hendak kemana setelah mati. Sesungguhnya hidup itu berasal dari Allah (QS Ar Rahman : 3), visi
hidup di dunia adalah untuk ibadah kepada Allah (QS Adz Dzariyat : 56) dan setelah mati akan
kembali kepada Allah (QS Yasin : 83).

Hakekat visi ibadah dalam hidup adalah ketundukan total kepada hukum-hukum Allah dalam
menjalankan seluruh aspek hidupnya di dunia. Ibadah harus berorientasi kepada meraih ridho
Allah dan metodenya mengikuti Sunnah Rasulullah. Allah menurunkan Islam sebagai
seperangkat hukum yang harus disaksikan, dipahami, diamalkan, diajarkan, didakwahkan,
diperjuangkan, diterapkan negara dan disebarkan melalui dakwah dan jihad fi sabilillah. Lihatlah
perjuangan Rasulullah dari komimen kepada Allah hingga menegakkan daulah Islam di
Madinah. Rasulullah adalah suri tauladan kita (QS Al Ahzab : 21).

Kesuksesan seorang perantau adalah saat komitmen terhadap niat baik sejak awal berangkat
dari kampoeng halaman, sehingga setelah pulang dia telah memiliki bekal yang cukup untuk
membangun kampoeng halaman dan memberi manfaat bagi masyarakatnya. Jika di tanah
rantau berubah jadi penjahat, maka mudik justru akan jadi bencana di kampoeng halamannya
sendiri.

Kesuksesan seorang hamba Allah dalam hidup adalah saat komitmen terhadap visi hidup yang
telah Allah gariskan sejak awal, sehingga setelah pulang kampoeng alias mati telah memiliki
bekal yang cukup untuk memasuki surganya Allah. Jika dalam kehidupan dunia justru menjadi
penjahat yang merusak Islam, , maka mudik ke akherat justru akan menjadi bencana bagi
dirinya, karena siksa neraka telah menanti.
Kesuksesan seorang pengembara apabila cita-cita dan obsesinya bisa terwujudkan sehingga
dalam pengembaraannya mendapatkan ketenangan yang sesungguhnya. sementara misi
sesungguhnya adalah bagaimana kembali ke kampung halaman dengan membawa iman, amal-
amal yang di terima serta masuk surga tampa di hisap.

Kampung akhirat sebagai tujuan akhir setiap hamba Alloh SWT, sudah sepatut menjadi nasib
yang harus diperhitungkan kemenangan dan kesejahteraannya. Menghadirkan di dalam diri kita
kepedulian yang besar terhadap kesejateraan kampung akhirat merupakan kewajiban sekaligus
rukun iman dari iman yang enam. Dengan kehadirannya itu, maka seorang hamba akan
bersungguh-sungguh membangun kebahagian “esok hari” dengan kerja keras dan kepayaan
dahulu, untuk menggapai kesenangan di hari kemudian, yaitu akhirat.

Namun demikian, selama masih di tanah rantau masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri,
sebelum mudik. Masih ada kesempatan taubat selama masih diberikan usia, sebelum mati.
Karena itu bagi seluruh manusia dan kaum muslimin, bertaubatlah sebelum kita semua mudik
ke akherat dan menghadapi hari perhitungan yang akan menetapkan posisi kita, apakah di
surga atau sebagai penghuni neraka.

Semoga Sukses Dunia Akhirat.

Anda mungkin juga menyukai