Anda di halaman 1dari 8

Derita Pak Shigel

Pak Shigel, usia 40 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri perut bagian bawah disertai rasa panas di rektum sejak 2 hari
yang lalu, demam sejak tujuh hari yang lalu. Demam yang dirasakan tidak tinggi dan tidak disertai menggigil. Sepuluh hari yang lalu
pak Shigel menghadiri acara “Makan Balanjuang” pada reuni, dan beberapa hari setelah itu ia mengalami BAB cair yang disertai
darah dan lendir. Selain itu ia juga mengeluh nyeri sesaat akan BAB. Nafsu makan pak Shigel berkurang sejak sakit.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pak Shigel tampak sakit sedang, tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi
108x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, dan suhu tubuh 39C. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 10,2 g/dl, leukosit
11.200/mm3, hematokrit 30,6%, trombosit 254.000/mm3. Dari pemeriksaan feses rutin didapatkan adanya eritrosit dan PMN pada
feses. Dokter memberikan antibiotika dan menganjurkan pasien banyak minum untuk mencegah dehidrasi.

Selain pak Shigel terdapat pasien anak usia 3 tahun dengan keluhan diare sejak 1 bulan yang lalu dan sering muntah. Anak tersebut
terlihat kurus, walaupun menurut ibunya, ia sudah memberikan nutrisi yang cukup. Dokter merujuk pasien untuk dilakukan
pemeriksaan analisis feses dan tes toleransi laktosa.

Bagaimana anda menjelaskan yang terjadi pada pak Shigel dan anak tersebut?

TERMINOLOGI

1. rectum: bagian akhir dari saluran pencernaan yang membuka ke dalam lubang anus. Ketika reseptor sistem saraf dalam
dinding rektum dirangsang oleh peregangan yang, mereka mengirimkan impuls ke lubang anus, dada dan otot perut-dinding,
dan medulla oblongata otak, yang membuat orang tersebut sadar akan kebutuhan untuk buang air besar.
2. Demam (fever): Demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,20 C (Nelwan, 2006). Demam didefinisikan sebagai
suatu bentuk system pertahanan nonspesifik yang memnyebabkan perubahan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
mengakibatkan kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi
yang terletak dalam hiptalamus anterior. demam atau pireksia; peningkatan temperatur tubuh di atas normal (98,60 F atau
370 C); setiap penyakit yang ditandai oleh peningkatan suhu tubuh. (Dorland edisi 25). Menurut Potter & Perry (2010)
hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas
ataupun mengurangi produksi panas.Suhu rektal > 38oC (100,4 F). Suhu inti (rektal) lebih dapat diandalkan daripada metode
lain pada anak < 1 tahun (Lalani,2011).
3. Menggigil (shivering): perasaan dingin disertai dengan getaran tubuh. Menggigil dapat berkembang setelah terpapar
lingkungan yang dingin atau menyertai demam. Menggigil merupakan mekanisme tubuh untuk meningkatkan panas.

Mekanisme demam: Demam terjadi karena adanya pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen
terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah
produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan
pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari
pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan
pirogen endogen jika terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik
berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium
hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan
meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih
rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain
menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi
panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru
tersebut (Sherwood, 2001).

4. BAB cair, berdarah dan berlendir (steatorrhea):


5. nafsu makan:
6. Keadaan umum: terbagi atas tiga (3) yakni Kesan umum (KU), kesadaran dan status gizi.

KRITERIA KESAN UMUM (KU) PASIEN


A. RINGAN
Terdiri dari :
 Kesadaran penuh
 Tanda-tanda vital (TTV) stabil
 Pemenuhan kebutuhan mandiri

B. SEDANG
Memiliki minimal 3 (tiga) poin di bawah
Terdiri dari :
 Kesadaran penuh s/d apatis
 Tanda-tanda vital (TTV) stabil
 Memerlukan tindakan medis & perlukaan (diluar obs) minimal 3 (tiga) tindakan perhari
 Memerlukan observasi
 Pemenuhan kebutuhan di bantu sebagian s/d seluruhnya

C. BERAT
Memiliki minimal 2 (dua) poin di bawah
Terdiri dari :
 Kesadaran penuh s/d samnolent
 Tanda-tanda vital (TTV) tidak stabil
 Memakai alat bantu organ vital
 Memerlukan tindakan pengobatan & perawatan yang intensif
 Memerlukan observasi yang ketat
 Pemenuhan kebutuhan di bantu seluruhnya

7. Tekanan darah: Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncakterjadi saat ventrikel
berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

8. Frekuensi nadi: Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Siklus
jantung terdiri dari periode relaksasi yang dinamakan diastole dan diikuti oleh periode kontraksi yang dinamakan systole.
Kekuatan darah masuk kedalam aorta selama sistolik tidak hanya menggerakkan darah dalam pembuluh kedepan tetapi
juga menyusun suatu gelombang tekanan sepanjang arteri. Gelombang tekanan mendorong dinding arteri seperti berjalan
dan pendorongnya teraba sebagai nadi (Muflichatun. 2006 : 22).

penyebab batas tinggi dan rendah denyut nadi, istilah kedokteran disebut takikardia untuk batas tinggi dan bradikardia
untuk batas rendah. Contohnya denyut jantung pada orang dewasa yang melebihi 110 BPM (Beats Per Minute) disebabkan
oleh kenaikan suhu tubuh, rangsangan jantung oleh syaraf simpatis, keadaan toksin jantung. Dan apabila sebaliknya jika
denyut jantungnya lambat kurang dari 60 BPM (Beats Per Minute) diakibatkan sindrom sinus karotis

9. Frekuensi nafas:

10. Suhu tubuh: Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Panas yang diproduksi dikurangi pengeluaran panas sama dengan nilai suhu tubuh (Sutisna,
2010).

11. Hb: Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Hemeadalah gugus prostetik yang terdiri dari atom
besi, sedang globin adalah protein yang dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah merah dan
merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa
pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/ 100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah (Supariasa, et al., 2001, p.145).
1) Klasifikasi menurut Depkes RI (2000) a) Tidak anemia : ≥ 11 gr% b) Anemia : < 11 gr%
2) Klasifikasi menurut WHO a) Normal : ≤ 11 gr % b) Anemia ringan : 9-10 gr % c) Anemia sedang : 7-8 gr% d) Anemia berat :
< 7 gr%
12. Leukosit: Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Rata-rata jumlah leukosit dalam
darah manusia normal adalah 5000- 9000/mm3 , bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm3 , keadaan ini disebut leukositosis,
bila kurang dari 5000/mm3 Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular. Leukosit agranular
mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular
mengandung granula spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan
mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Terdapat 2 jenis leukosit agranular yaitu; limfosit
yang terdiri dari sel-sel kecil dengan sitoplasma sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-sel yang agak besar dan
mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis leukosit granular yaitu neutrofil, basofil, dan asidofil (eosinofil).
(Effendi, Z., 2003)

13. Hematokrit: atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam
darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji
ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai
pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton, 1995)

14. Trombosit: fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan
beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari
Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250.000/mm3 (atau sekitar 250x109 /L) dengan kisaran antara 150.000 hingga
400.000/mm3 . Lama hidup trombosit yang normal adalah sekitar 7 – 10 hari.
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostasis normal jika terjadi cedera pada
vaskular. Jika tidak ada trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan dari pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit
berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting untuk fungsi trombosit tersebut
(Hoffbrand dkk., 2002).

15. Pemeriksaan feses rutin: Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting. Biasanya tinja
berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan
pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat pengobatan.
Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan
dapat ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya
terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat
melihat intinya, dapat digunakan larutan

16. Eritrosit: atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya adalah
sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton, 1995)

17. PMN: polimorfonuklear

18. Antibiotik: zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara
semisintetis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri (Tjay T, 2007).

19. Dehidrasi: gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal initerjadi karena pengeluaran air lebih banyak
daripada pemasukan (misalnya minum).Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat
elektrolit tubuh.

20. Diare: buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua
kriteria penting harus ada yaitu BAB cairdan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak
bisa disebut diare.
Berdasarkan definisi dari WHO (World Health Organization), bahwa diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih dalam satu hari), (Kemenkes RI, 2011). Ngastiyah (2005) mendefinisikan diare sebagai salah satu gejala dari
suatu penyakit system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Dikarenakan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak konsistensi feses encer, dapat bewarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.

21. Muntah (vomit): Muntah adalah dorongan dari dalam perut yang tidak disadari dan pengeluarannya melalui esofagus
sampai ke mulut. Muntah biasanya disertai dengan mual tetapi mual tidak selalu menimbulkan muntah.
Muntah merupakan suatu aktivitas yang tidak menyenangkan akibat dari ekspulsi isi lambung lewat mulut. Muntah pada
bayi dan anak dapat terjadi secara regurgitasi dari isi lambung sebagai akibat refluks gastroesofageal atau dengan
menimbulkan reflek emetic yang menyebabkan mual, kontraksi dari diafragma, interkostal dan otot abdomen anterior serta
ekspulsi dengan kekuatan isi lambung

22. Kurus: keadaan kekurangan gizi. Kurang gizi dapat menyebabkan kekebalan tubuh berkurang, peningkatan kerentanan
terhadap penyakit, gangguan perkembangan fisik dan mental, serta mengurangi produktivitas (WHO, 2013). Gizi kurang
didefinisikan sebagai asupan makanan yang tidak mencukupi dan menyebabkan terjadinya penyakit infeksi yang berulang.
Dalam hal ini termasuk kurus untuk usia seseorang, terlalu pendek, dan kekurangan vitamin dan mineral (UNICEF, 2006).

23. Nutrisi: proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
(Rock, CL)

24. Tes toleransi laktosa: tes darah yang digunakan untuk mengukur reaksi tubuh saat mengonsumsi laktosa dosis tinggi
(biasanya 50 gram).

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa pak Shigel merasa nyeri di perut bawah disertai rasa panas di rektum?
Dicurigai: pak Shigell menderita diare akibat infeksi dari makanan yang dimakannya saat reuni (scenario)
Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon, menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus.
Shigella jarang masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide cell-wall antigen yang
mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat
sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea

2. Bagaimana hubungan demam dengan keluhan Pak Shigel di atas?


Infeksi shigella disentriae dan rotavirus sering menyebabkan demam. Pada umumnya demam timbul bila penyebab diare
masuk dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul karena dehidrasi biasanya tidak
tinggi dan akan turun setelah mendapat hidrasi yang cukup.

3. Mengapa pak Shigel bisa mengalami BAB cair dan berdarah+berlendir?


MO → bertahan terhadap pH yang rendah,  dapat melewati barrier asam lambung
kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon  invasi ke sel epitel mukosa kolon
→ replikasi  menghasilkan eksotoksin : ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan
neurotoksin ↑ cAMP → hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi) → infiltrasi sel radang → mukosa usus hiperemik, lebam
dan tebal, nekrosis superfisial → ulkus-ulkus kecil → mengenai pembuluh darah → tinja bercampur darah

4. Mengapa nafsu makan Pak Shigel menurun?


Ketika sakit, Sebagai bagian dari respons ini, tubuh memproduksi zat kimiawi yang disebut cytokines, yang mempunyai
berbagai efek dan menyebabkan menurunnya selera makan.
menurunnya selera makan ini juga membebaskan energi untuk melepaskan respons imun
Mencerna makanan juga membutuhkan enegri. Jadi, jika kita tidak mencerna makan, maka tubuh akan melepaskan energi
untuk melawan infeksi atau rasa sakit
hilangnya selera makan juga akan menekan pertumbuhan virus. Makan dalam jumlah yang sedikit bisa menekan zat tertentu
yang merupakan pakan bagi virus.
Sementara itu bagi bakteri, menurunnya selera makan akan menurunkan jumlah glukosa dan zat besi dalam darah, sehingga
bakteri tidak mendapatkan pakannya.
Penurunan nafsu makan dapat terjadi pada tingkat pusat pada otak atau tingkat perifer/reseptor indera rasa pengecap pada
taste buds. Perubahan predominan rasa pahit dapat menurunkan nafsu makan, sehingga dapat juga menurunkan ketahanan
tubuh. Penurunan ketahanan tubuh mengakibatkan pula penurunan ketahanan tubuh imunologis. Penurunan ketahanan
tubuh imunologis ini akan memperberat kondisi infeksi (Kresno, 2001). Oleh karena itu keadaan demam mengakibatkan
penurunan ketahanan tubuh dan produktivitas kerja penderita.(Mandel et al., 1995)

5. Bagaimana hasil pemeriksaan tanda vital Pak Shigel?


TD: normal
Nadi: meningkat
Nafas: normal-meningkat
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini
akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha
tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak
dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif. Gangguan kardiovaskular pada
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan
kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal
akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat,
akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini
penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali
Suhu: meningkat (demam)

6. Bagaimana hasil pemeriksaan laboratorium Pak Shigel?


Hb 10,2  Anemia
Leukosit 11.200  leukositosis
Hematokrit 30,6%  menurun
Trombosit 254.000  normal

7. Mengapa dokter memberi antibiotik dan antibiotik apa yang mungkin diberikan oleh dokter?
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh
kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. 2 Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi,
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pe lancong, dan pasien immunocompromised.
AB Pil I: Ciprofl oxacin 500 mg oral 2 kali sehari, 3-5 hari
AB Pil II: Salmonella/Shigella
Ceftriaxone 1 gram IM/IV sehari
TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3 hari
Campilobacter spp Azithromycin 500 mg oral 2 kali sehari
Erythromycin 500 mg oral 2 kali sehari, 5 hari
Antibiotik yang paling efektif untuk menghambat infeksi Shigella antara lain Ciprofloxacin, Amphicillin, Doxycycline, dan
Trimethoprimsulfamethoxazole (Jawetz, 2004). Pada tahun 1955 terjadi epidemi disentri bakterial dan ditemukan bakteri
Shigella dysenteriae yang resisten terhadap Kloramfenikol, Streptomisin, Sulfanilamid, dan Tetrasiklin (Pratiwi, 2008)

8. Mengapa Pak Shigel beresiko untuk dehidrasi?


Berdasarkan gejala tanda vital pada pak shigel sudah menunjukkan bahwa pak shigel sedang dalam tahap dehidrasi sedang
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan
lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna
urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan
perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala (Wingate,2001).
Ketika keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus akan muncul. Tubuh lalu menghasilkan
hormon anti-diuretik (ADH) untuk mereduksi produksi kencing diginjal. Tujuannya menjaga agar cairan yang keluar tidak
banyak.
Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4 % dari berat badan, terjadi penurunan gangguan performa tubuh. Suhu tubuh
menjadi panas dan naik, biasanya diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Nafsu makan hilang, kulit kering dan
memerah, dan muncul rasa mual. Ketika cairan yang hilang mencapai 5%-6% dari berat badan, frekuensi nadi meningkat,
denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan juga makin tinggi, napas jadi memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah
penurunan konsentrasi, sakit kepala, mual, dan rasa mengantuk yang teramat sangat.

9. Mengapa dokter menganjurkan pemeriksaan analisis feses dan tes toleransi laktosan pada anak tsb?
Memastikan penyebab malabsorbsi anak tsb

1. Indikasi dilakukan pemeriksaan feses


a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya darah dalam tinja
c. Adanya lendir dalam tinja
d. Adanya ikterus
e. Adanya gangguan pencernaan
f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
2. Macam pemeriksaan
a. Makroskopis
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir dan parasit.Feses untuk pemeriksaan
sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan,boleh juga sampel tinja di ambil dengan jari
bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai tinja sewaktu, jarang diperlukan tinja 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin sekali unsure-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Bahan
ini harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi,berhati-hatilah saat bekerja.
Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
1) Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
2) Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es
3) Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
4) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang bercampur
darah atau lendir
5) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.
6) Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
7) Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
8) Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak
dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh
dipakai. Wadah harus bermulut lebar.
9) Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),
(+),(++),(+++) saja

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel feses.

1) Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak
makan sayur jumlah tinja meningkat.

2) Pemeriksaan Warna
a) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain
urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna
kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
b) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan
oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
c) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif,
tinja tersebut disebut akholis.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan
mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
d) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan
seperti bit atau tomat.
e) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti
coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna
hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

3) Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan
protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan
itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau
tinja.

4) Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan
sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak
dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak
menunjukkan alabsorpsi usus

5) Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau
radang pada dinding usus.
a) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur
baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
b) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
c) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
d) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.
e) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif,
intestinal tbc.
f) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

6) Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau
bercampur baur dengan tinja.
a) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena
seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
b) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang
dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya

IL: Uji ini bersifat kuantitatif.15 Pada uji ini pasien dipuasakan selama 4-8 jam dan kemudian diberi minum larutan laktosa
sebanyak 2g/kg berat badan (maksimum 50g) dalam konsentrasi 20%. Kadar gula darah diperiksa selama 2 jam dengan
interval 30 menit. Kenaikan kadar gula darah kurang dari 20 mg% dari nilai basal dianggap abnormal

Laktase merupakan ensim yang penting untuk hidrolisa laktosa yang terdapat pada susu. Pada brush border vili usus halus
terdapat enzim lain seperti sukrase, maltase, dan glukoamilase. Laktase ditemukan pada bagian luar brush border dan di
antara semua disakaridase, laktase yang paling sedikit. Pada kerusakan mukosa karena gastroenteritis, akan aktivitas ensim
laktase akan terganggu (Sinuhaji, 2006). Laktase dapat menghidrolisa berbagai macam substrat. Ensim laktase termasuk
dalam kelas ensim β-galactosidase sehingga memiliki aktivitas glukosidase dan glikosilceramidase. Laktase memiliki 2 sisi yang
aktif, satu untuk memecah laktosa dan yang lainnya untuk hidrolasi pholorizin dan glicolipid. Sejumlah aksi dari sisi phlorizin
berguna untuk manusia dan dapat menjelaskan mengapa masih terdapat aktivitas ensim laktase setelah proses penyapihan
(Campbell et al. 2005).

Intoleransi laktosa merupakan sindroma klinis yang ditandai oleh satu atau lebih manifestasi klinis seperti sakit perut, diare,
mual, kembung, produksi gas di usus meningkat setelah konsumsi laktosa atau makanan yang mengandung laktosa. Jumlah
laktosa yang menyebabkan gejala bervariasi dari individu ke individu, tergantung pada jumlah laktosa yang dikonsumsi,
derajat defisiensi laktosa, dan bentuk makanan yang dikonsumsi (Heyman, 2006).

10. Bagaimana penjelasan tentang keadaan Pak Shigel dan anak tsb?

Anak: Pada bayi dan anak-anak, susu tentunya harus diganti dengan susu yang kandungan laktosanya rendah atau sama sekali tidak
mengandung laktosa (tergantung tingkat defisiensi laktase yang terjadi). Pada anak yang lebih besar juga disarankan untuk tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung laktosa seperti es krim, keju, kue-kue dan yogurt. Mengenai yogurt, ada penelitian yang
menyimpulkan bahwa makanan ini justru baik dan dapat dikonsumsi oleh mereka yang mengalami malabsorpsi laktosa. Penelitian
ini dilakukan terhadap 14 anak umur antara 4 hingga 16 tahun di Johns Hopkins Children’s Center dan mereka terbukti positif
mengalami malabsorpsi laktosa. Setelah dipuasakan, kepada anakanak ini diberikan susu atau yogurt setiap hari selama 5 hari.
Hasilnya, ternyata gejala-gejala yang biasanya timbul pada mereka yang mengalami malabsorpsi laktosa, berkurang secara
bermakna. Hal ini dapat terjadi, diduga karena kalori dan komposisi yogurt yang sedemikian rupa sehingga menyebabkan yogurt
lambat meninggalkan lambung, yang berarti juga memperlambat laktosa mencapai usus besar. Semakin lambat laktosa mencapai
usus besar, semakin berkurang pula gejala malabsorpsi laktosa yang timbul

DAFTAR PUSTAKA

Suthisarnsuntorn U : Bacteria Causing Diarrheal Diseases & Food Poisoning, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine,
Mahidol University, Bangkok, Thailand.

Oberlander TF, Rappaport LA. Recurrent childhood abdominal pain: Evaluation and management. International Seminars in Pediatric
Gastroenterology and Nutrition, 1994; 3: 2-9.

Heyman MB. 2006. Lactose ntolerance in infants, children, and adolescent. Ped. J. 118, 3, 1279.

Ingram CJ, Mulcare CA, Itan Y, Thomas MG, Swallow DM. 2009. Lactose digestion and the evolutionary genetics of lactase
persistence. Hum. Genet. 124, 6, 579-591.

Madry E, Fidler E, Walkowiak J. 2010. Lactose intolerance – current state of knowledge. Acta Sci. Pl., Tecnol. Aliment. 9 (3), 343-350

Wilson L.M, ‘Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya’ dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi
ke-4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995, hh. 283-301.

2. Sacher R.A. dan Mcpherson R.A, ‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada: Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
edisi kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002, hh.320-340

Anda mungkin juga menyukai