Anda di halaman 1dari 56

Case Report Session

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

Oleh:
Priyanka Prima Putri 1940312105
Muhammad Thoriq Alhabib 1940312130
Vania Sufi 1940312132
Resti Yuliana Putri 1940312151

Pereseptor:
dr. Dedy Hendry, Sp.OG K-FER

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M DJAMIL PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, dan


Shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Clinical Report Session dengan judul
“Perdarahan Uterus Abnormal” yang merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, RSUP Dr. M Djamil Padang.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini telah banyak dibantu oleh
berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada Bapak dr. Dedy Hendry, Sp. OG K-FER selaku preseptor yang telah
bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan bimbingan,
saran, dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi akademisi, dunia pendidikan, instansi terkait, dan
masyarakat luas. Akhir kata, segala saran dan masukan akan penulis terima
dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Januari 2021

Penulis

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 2


Daftar Isi

Halaman
Sampul Depan

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Batasan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................5
1.4 Metode Penulisan.........................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6


2.1 Anatomi Uterus............................................................................................6
2.2 Fisiologi Menstruasi.....................................................................................8
2.3 Definisi Perdarahan Uterus Abnormal.......................................................10
2.4 Epidemiologi Perdarahan Uterus Abnormal..............................................11
2.5 Etiologi Perdarahan Uterus Abnormal.......................................................12
2.6 Patofisiologi dan Klasifikasi Perdarahan Uterus Abnormal
........13
2.7 Manifestasi Klinis Perdarahan Uterus Abnormal
........16
2.8 Diagnosis Perdarahan Uterus Abnormal....................................................17
2.9 Diagnosis Banding Perdarahan Uterus Abnormal.....................................23
2.10Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal..................................................25
2.11Komplikasi Perdarahan Uterus Abnormal..................................................39
2.12Prognosis Perdarahan Uterus Abnormal.....................................................39

BAB 3 LAPORAN KASUS.................................................................................41

BAB 4 DISKUSI...................................................................................................47

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................49
3.1 Kesimpulan................................................................................................49

Daftar Pustaka......................................................................................................50

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 3


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan uterus abnormal (PUA) adalah salah satu masalah klinis paling
umum dalam kesehatan wanita. PUA merupakan istilah yang diperbarui untuk
perdarahan uterus disfungsional (PUD) yang secara klasik didefinisikan sebagai
perdarahan yang terlalu banyak, berkepanjangan, atau sering yang berasal dari
uterus dan tidak disebabkan oleh kehamilan atau penyakit panggul atau penyakit
sistemik yang dapat dikenali. Biasanya hasil dari fungsi yang tidak teratur dari axis
hypothalamic-pituitary-ovarian (HPO) dan sering dikaitkan dengan siklus
anovulasi.1 Perdarahan uterus abnormal sering menggambarkan ketidakteraturan
dalam siklus menstruasi yang melibatkan frekuensi, keteraturan, durasi, dan volume
menstruasi di luar kehamilan.2
PUA biasanya terjadi pada tahun awal dan akhir pada masa reproduktif,
hingga sepertiga wanita akan mengalami perdarahan uterus yang abnormal dalam
hidup mereka, dengan ketidakteraturan yang paling umum terjadi pada menarche
dan perimenopause.2 PUA pada usia remaja terjadi sekitar 20% kasus, untuk wanita
usia reproduktif mengenai 14-25% dan mengenai sekitar 50% pada wanita berusia
40-50 tahun.1
PUA dapat terjadi secara akut dan kronis. PUA akut adalah perdarahan
berlebihan yang membutuhkan intervensi segera untuk mencegah kehilangan darah
lebih lanjut. PUA akut dapat terjadi sendiri atau bersamaan dengan PUA kronis,
yaitu perdarahan menstruasi abnormal selama sebagian besar 6 bulan sebelumnya. 3
Patokan terbaru dari International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) pada tahun 2018 merevisi istilah PUA terbaru yang merujuk kepada
akronim PALM-COEIN yaitu Polyp, Adenomyosis, Leiomyoma, Malignancy and
hyperplasia, Coagulopathy, Ovulatory dysfunction, Endometrial, Iatrogenic, dan
Not yet classified. Dimana terdapat penambahan 2 subtipe dari Leiomyoma yaitu
submucose and others. 4

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah penulisan makalah Clinical Report Session ini adalah

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 4


membahas mengenai anatomi uterus, fisiologi menstruasi, definisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi dan klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis perdarahan uterus abnormal.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah Clinical Report Session ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai perdarahan uterus abnormal.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah Clinical Report Session ini adalah menggunakan
tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur.

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 5


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Uterus


Uterus adalah organ reproduksi wanita yang dinamis yang bertanggung
jawab untuk beberapa fungsi reproduksi, termasuk menstruasi, implantasi,
kehamilan, dan persalinan. Organ ini responsif terhadap lingkungan hormonal
dalam tubuh, yang memungkinkan adaptasi ke berbagai tahap kehidupan reproduksi
wanita. Uterus juga dapat tetap dalam keadaan relatif diam selama tahun
prapubertas dan pascamenopause.5

Gambar 1. Anatomi Uterus


Uterus adalah organ berbentuk buah pir yang terletak di panggul wanita

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 6


antara kandung kemih dan rektum. Dimensi rata-rata sekitar 8 cm, lebar 5 cm, dan
tebal 4 cm, dengan volume rata-rata antara 80 dan 200 mL. Uterus dibagi menjadi 3
bagian utama: fundus, tubuh, dan leher rahim.6
Anatomi uterus terdiri dari 3 lapisan jaringan berikut:6
1) Lapisan dalam, yang disebut endometrium, adalah lapisan paling aktif
dan merespon perubahan siklus hormon ovarium, endometrium sangat
terspesialisasi dan sangat penting untuk fungsi menstruasi dan
reproduksi.
2) Lapisan tengah, atau miometrium, membentuk sebagian besar volume
uterus dan merupakan lapisan otot, terutama terdiri dari sel-sel otot
polos.
3) Lapisan luar rahim, serosa atau perimetrium, adalah lapisan jaringan
tipis yang terbuat dari sel epitel yang menyelimuti rahim.
Perdarahan uterus berasal dari arteri ovarium dan arteri uterus yang
merupakan cabang anterior arteri iliaka interna. Arteri uterus kadang-kadang
mengeluarkan arteri vagina (meskipun ini biasanya cabang terpisah dari iliaka
internal), yang memasok vagina bagian atas, dan arteri arkuata, yang mengelilingi
uterus. Kemudian cabang lebih lanjut ke arteri radial, yang menembus miometrium
untuk memberikan darah ke semua lapisan, termasuk endometrium.6

Gambar 2. Perdarahan Lapisan Jaringan Uterus


Setelah pembuluh ini mencapai tingkat endometrium, mereka bercabang ke

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 7


arteri basal dan arteri spiral, yang mendukung fungsi khusus dari setiap lapisan.
Arteri basal tidak responsif terhadap hormon; mereka mendukung lapisan
endometrium basal, yang menyediakan sel-sel proliferatif untuk pertumbuhan
endometrium. Arteri spiral memasok lapisan fungsionalis dan sangat sensitif
terhadap hormon steroid. Pada siklus ovulasi di mana kehamilan tidak terjadi,
menstruasi terjadi setelah penyempitan arteri terminal ini, menyebabkan kerusakan
endometrium dengan deskuamasi kelenjar dan stroma.6

2.2 Fisiologi Menstruasi


Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan
peristiwa pengeluaran darah, lendir, dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal
dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai
menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Menstruasi disebabkan oleh
berkurangnya estrogen dan progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada
akhir siklus ovarium bulanan. Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua
hormon di atas terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium yang
nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal.7
Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium.
Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal. Di
endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase
proliferasi, dan fase ekskresi. Pada masa pubertas, tiap ovarium mengandung
200.1 oogonia, setiap bulan sebanyak 15-20 folikel dirangsang untuk tumbuh
oleh follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang
disekresi oleh kelenjar hipofise anterior. Jika satu ovum dilepaskan dan tidak terjadi
kehamilan maka selanjutnya akan terjadi menstruasi.7
Pengaturan sistem ini kompleks dan saling umpan balik. Stimulus awal
berasal dari hipotalamus dengan pelepasan gonadotrophic-releasing hormone
(GnRH) ke dalam pembuluh darah portal hipofisis. GnRH merangsang
pertumbuhan dan maturasi gonadotrof yang mensekresi FSH dan LH. FSH bekerja
pada 10-20 folikel primer terpilih, dengan berikatan dengan sel granulose teka yang
mengelilinginya. Efek meningginya jumlah FSH adalah sekresi cairan ke dalam
rongga folikel, salah satu di antaranya tumbuh lebih cepat daripada yang lain. Pada
saat yang sama sel granulose teka yang mengelilingi folikel terpilih mensekresi
lebih banyak estradiol, yang memasuki siklus darah. Efek endokrinologik

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 8


peningkatan kadar estradiol ini adalah menimbulkan umpan balik negatif pada
hipofisis anterior dan hipotalamus. Akibatnya sekresi FSH menurun sedangkan
sekresi estradiol meningkat mencapai puncak. Sekitar 24 jam kemudian terjadi
lonjakan besar sekresi dari LH (LH surge) dan lonjakan sekresi FSH yang lebih
kecil. Umpan balik positif ini menyebabkan pelepasan satu ovum dari folikel yang
paling besar, sehingga terjadi ovulasi.7
Folikel yang kolaps akibat pelepasan ovum berubah sifatnya. Sel granulose
teka berproliferasi dan warnanya menjadi kuning disebut sel luteinteka. Folikel
yang kolaps menjadi korpus luteum. Sel-sel lutein korpus luteum menghasilkan
progesteron dan estrogen. Sekresi progesteron mencapai puncak datar (plateau)
sekitar empat hari setelah ovulasi, kemudian meningkat secara progresif apabila
ovum yang dibuahi mengadakan implantasi ke dalam endometrium. Sel-sel
trofoblastik embrio yang telah tertanam segera menghasilkan human chorionic
gonadotropine (HCG) yang memelihara korpus luteum sehingga sekresi estradiol
dan progesteron terus berlanjut. Sebaliknya, jika tidak terjadi kehamilan, sel lutein
teka berdegenerasi sehingga menghasilkan estradiol dan progesteron yang lebih
sedikit, sehingga mengurangi umpan balik negatif pada gonadotrof yang disertai
dengan meningkatnya sekresi FSH. Penurunan kadar estradiol dan progesteron
dalam sirkulasi darah menyebabkan perubahan di dalam endometrium yang
menyebabkan terjadinya menstruasi.7
Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik, cairan jaringan, dan
debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah yang bervariasi. Biasanya
menstruasi terjadi selang waktu 22-35 hari dan pengeluaran darah menstruasi
berlangsung 1-8 hari. Fase-fase mentruasi sebagai berikut:7
1) Fase Proliferatif
Pada fase proliferatif terjadi proses perbaikan regeneratif, setelah
endometrium mengelupas sewaktu menstruasi. Permukaan endometrium dibentuk
kembali dengan metaplasia sel-sel stroma dan pertumbuhan keluar sel-sel epitel
kelenjar endometrium dan dalam tiga hari setelah menstruasi berhenti, perbaikan
seluruh endometrium sudah selesai.

2) Fase Luteal
Pada fase luteal, jika terjadi ovulasi maka endometrium akan mengalami
perubahan yang nyata, kecuali pada awal dan akhir masa reproduksi. Perubahan ini

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 9


mulai pada 2 hari terakhir fase proliferatif, tetapi meningkat secara signifikan
setelah ovulasi. Vakuol-vakuol sekretorik yang kaya glikogen tampak di dalam sel-
sel yang melapisi kelenjar endometrium. Pada mulanya vakuol-vakuol tersebut
terdapat di bagian basal dan menggeser inti sel ke arah superfisial. Jumlahnya cepat
meningkat dan kelenjar menjadi berkelok-kelok. Pada hari ke enam setelah ovulasi,
fase sekresi mencapai puncak. Vakuol-vakuol telah melewati nukleus. Beberapa di
antaranya telah mengeluarkan mukus ke dalam rongga kelenjar. Arteri spiral
bertambah panjang dengan meluruskan gulungan. Apabila tidak ada kehamilan,
sekresi estrogen dan progesteron menurun karena korpus luteum menjadi tua.
Penuaan ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan endoperoksidase bebas
di dalam endometrium. Enzim-enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk
mensintesis dan mensekresi prostaglandin (PGF2α dan PGE2) dan prostasiklin.
PGF2α merupakan suatu vasokonstriktor yang kuat dan menyebabkan kontraksi
uterus, PGE2 menyebabkan kontraksi uterus dan vasodilatasi, sedangkan
prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang menyebabkan relaksasi otot dan
menghambat agregasi trombosit. Perbandingan PGF2α dengan kedua prostaglandin
meningkat selama menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah melalui
kapiler endometrium dan menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan
endometrium ke kapiler, sehingga mengurangi ketebalan endometrium. Hal ini
menyebabkan bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan terus
berkurangnya aliran darah. Daerah endometrium yang disuplai oleh arteri spiral
menjadi hipoksik, sehingga terjadi nekrosis iskemik. Daerah nikrotik dari
endometrium mengelupas ke dalam rongga uterus disertai dengan darah dan cairan
jaringan, sehingga menstruasi terjadi.

3) Fase Menstruasi
Pada fase menstruasi lapisan endometrium superfisial dan media
dilepaskan, tetapi lapisan basal profunda endometrium dipertahankan.
Endometrium yang lepas bersama dengan cairan jaringan dan darah membentuk
koagulum di dalam uterus. Koagulum ini segera dicairkan oleh fibrinolisin dan
cairan, yang tidak berkoagulasi yang dikeluarkan melalui serviks dengan kontraksi
uterus. Jika jumlah darah yang dikeluarkan pada proses ini sangat banyak mungkin
fibrinolisin tidak mencukupi sehingga wanita ini mengeluarkan bekuan darah dari
serviks.

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 10


2.3 Definisi Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan yang terlalu banyak,
berkepanjangan, atau sering yang berasal dari uterus dan tidak disebabkan oleh
kehamilan atau penyakit panggul atau penyakit sistemik yang dapat dikenali.
Perdarahan uterus abnormal sering menggambarkan ketidakteraturan dalam siklus
menstruasi meliputi semua kelainan haid baik dalam hal frekuensi, jumlah maupun
lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid
yang memanjang atau tidak beraturan. Siklus menstruasi normal adalah 24 – 38
hari, berlangsung selama 7 – 9 hari, dengan kehilangan darah sebanyak 5 – 80 mL.
Variasi salah satu dari keempat parameter tersebut merupakan PUA.

Tabel 1. Batas Normal yang Disarankan untuk Parameter Menstruasi4

2.4 Epidemiologi Perdarahan Uterus Abnormal


Insiden pasti PUA tidak diketahui, ini dikarenakan banyak wanita tidak
mencari pengobatan untuk gejalanya, dan beberapa komponen diagnosis bersifat
objektif sedangkan yang lain bersifat subjektif, membuat prevalensi yang tepat sulit
untuk ditentukan.9

Prevalensi perdarahan uterus yang abnormal di antara wanita usia

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 11


reproduksi secara internasional diperkirakan antara 3% hingga 30%, dengan insiden
yang lebih tinggi terjadi di sekitar menarche dan perimenopause. Banyak penelitian
terbatas pada perdarahan menstruasi berat, tetapi ketika perdarahan tidak teratur
dan intermenstrual dipertimbangkan, prevalensi meningkat menjadi 35% atau
lebih.10
Dalam sebuah penelitian terhadap 400 wanita perimenopause, tipe yang
paling umum dari pola perdarahan adalah menorrhagia (67,5%), dan patologi yang
paling umum adalah hiperplasia endometrium sederhana tanpa atipik (31%).
Penelitian lain yang dilakukan pada RSUP Prof. R. D. Kandou Manado kurun
waktu Januari 2013 sampai Desember 2014 menemukan 51 kasus PUA didapatkan
paling sering pada usia 41-50 tahun sebanyak 24 kasus (47,06%), dengan usia
termuda 14 tahun dan usia tertua 55 tahun.11

2.5 Etiologi Perdarahan Uterus Abnormal 12


1) Keadaan Patologi Panggul

a. Lesi Permukaan pada Traktus Genital


 Mioma uteri, adenomiosis
 Polip endometrium
 Hiperplasia endometrium
 Adenokarsinoma endometrium, sarkoma
 Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus
 Kanker serviks, polip
 Trauma

b. Lesi Dalam
 Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium
 Endometriosis
 Malformasi arteri vena pada uterus

2) Penyakit Medis Sistemik

a. Gangguan hemostasis: penyakit von Willebrand, gangguan faktor II,


V, VII, VIII, IX, XIII, trombositopenia, gangguan platelet

b. Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 12


c. Gangguan hipotalamus hipofisis: adenoma, prolaktinoma, stress,
olahraga berlebih

3) Perdarahan Uterus Disfungsi (PUD)


Merupakan gangguan haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada
panggul, penyakit sistemik tertentu, atau kehamilan. PUD dapat terjadi pada siklus
ovulasi ataupun anovulasi yang sebagian besar disebabkan oleh gangguan fungsi
mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium.
Selain ketiga faktor penyebab tersebut, bila perdarahan uterus abnormal
terjadi pada perempuan usia reproduksi harus dipikirkan gangguan kehamilan
sebagai penyebab. Abortus, kehamilan ektopik, solusio plasenta perlu dipikirkan
karena juga memberikan keluhan perdarahan. Penyebab iatrogenik seperti
penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, obat antikoagulansia,
antipsikotik, dan preparat hormon juga dapat menyebabkan perdarahan sehingga
harus dipikirkan saat evaluasi perdarahan uterus abnormal.

2.6 Patofisiologi dan Klasifikasi Perdarahan Uterus Abnormal


1) Klasifikasi PUA berdasarkan jenis perdarahan13

a. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai pendarahan


haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera
untuk mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut
dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat
sebelumnya.
b. Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk
perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan.
Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang segera
seperti PUA akut. Menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists, PUA kronis yaitu perdarahan menstruasi abnormal
selama sebagian besar 6 bulan sebelumnya.
c. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan
haid yang terjadi diantara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan
dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama
setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi
metroragia.

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 13


2) Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahan10,13
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) terdapat 9 kategori utama yang disusun berdasarkan akronim “PALM-
COEIN”, yaitu: Polip, Adenomiosis, Leiomioma, Malignancy and hyperplasia,
Coagulopathy, Ovulatory dysfunction, Endometrial, Iatrogenik, dan Not yet
classified.

Kelompok “PALM” merupakan kelompok kelainan struktur yang dapat


dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi.
Sedangkan kelompok “COEIN” merupakan kelompok kelainan non struktur yang
tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi
ini disusun berdasarkan pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu
atau lebih faktor penyebab PUA.4
a. Polip (PUA-P)
Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal,
dapat tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa millimeter
hingga sentimeter. Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma,
dan pembuluh darah endometrium.
b. Adenomiosis (PUA-A)
Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan miometrium,
menyebabkan uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik
tampak sebagai endometrium ektopik, non-neoplastik, kelenjar
endometrium, dan stroma yang dikelilingi oleh jaringan miometrium

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 14


yang mengalami hipertrofi dan hiperplasia. Adenomiosis ditandai
dengan pembesaran rahim yang disebabkan oleh sisa ektopik dari
endometrium baik kelenjar maupun stroma yang terletak dalam di
miometrium.
c. Leiomioma uteri (PUA-L)
Leiomioma adalah tumor jinak fibromuskular pada permukaan
miometrium. Leiomioma sering disebut sebagai mioma uteri, dan
karena kandungan kolagennya yang menyebabkan konsistensinya
menjadi fibrous, leiomioma sering keliru disebut sebagai fibroid.
Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi menjadi: submukosa,
intramural, subserosum.
d. Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal berlebihan
dari kelenjar endometrium. Gambaran dari hiperplasia endometrium
dapat dikategorikan sebagai hiperplasia endometrium simpleks non
atipik dan atipik, dan hiperplasia endometrium kompleks non atipik
dan atipik.
e. Coagulopathy (PUA-C)
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan
hemostasis sistemik yang mengakibatkan PUA. 13% perempuan
dengan perdarahan haid banyak memiliki kelainan hemostatis
sistemik, dan yang paling sering ditemukan adalah penyakit von
Willebrand.
f. Ovulatory dysfunction (PUA-O)
Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan ketidakseimbangan
hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan uterus
abnormal. Dahulu termasuk dalam kriteria perdarahan uterus
disfungsional (PUD). Gangguan ovulasi dapat disebabkan oleh
sindrom ovarioum polikistik, hiperprolaktinemia, hipotiroid,
obesitas, penurunan berat badan, anoreksia atau olahraga berat yang
berlebihan.
g. Endometrial (PUA-E)
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 15


siklus haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
h. Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan
obat-obatan hormonal (estrogen, progesterone) ataupun non
hormonal (obat-obat antikoagulan) atau AKDR. Perdarahan haid
diluar jadwal yang terjadi akibat penggunaan estrogen atau progestin
dimasukkan dalam istilah perdarahan sela atau breakthrough
bleeding.

Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam


sirkulasi yang disebabkan oleh sebagai berikut :
 Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi
 Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
 Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna
anti koagulan (warfarin, heparin, dan low molecular weight
heparin) dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C.
i. Not yet classified (PUA-N)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
dimasukkan dalam klasifikasi (misalnya endometritis kronik atau
malformasi arteri-vena). Kelainan tersebut masih belum jelas
kaitannya dengan kejadian PUA.

2.7 Manifestasi Klinis Perdarahan Uterus Abnormal


Pola perdarahan uterus disfungsional:

1) Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran


reproduksi, penyakit medis tertentu atau kehamilan. Diagnosis PUD
ditegakkan per ekslusionam.14
2) Perdarahan akut dan banyak merupakan perdarahan menstruasi dengan
jumlah darah haid > 1 tampon per jam dan atau disertai dengan
gangguan hipovolemik.14
3) Perdarahan ireguler meliputi metroragia, menometroragia, oligomenore,
perdarahan haid yang lama (> 12 hari), perdarahan antara 2 siklus haid
dan pola perdarahan lain yang ireguler. Pasien usia perimenars yang
mengalami gangguan haid tidak dimasukkan dalam kelompok ini karena

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 16


kelainan ini terjadi akibat belum matangnya poros hipotalamus –
hipofisis
– ovarium.14
4) Menoragia merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah darah haid
> 80 cc atau lamanya > 7 hari pada siklus yang teratur. Bila
perdarahannya terjadi > 12 hari harus dipertimbangkan termasuk dalam
perdarahan ireguler.14

5) Perdarahan karena efek samping kontrasepsi dapat terjadi pada


pengguna PKK, suntikan depo medroksi progesteron asetat (DMPA)
atau AKDR. Perdarahan pada pengguna PKK dan suntikan DMPA
kebanyakan terjadi karena proses perdarahan sela. Infeksi Chlamydia
atau Neisseria juga dapat menyebabkan perdarahan pada pengguna
PKK. Sedangkan pada pengguna AKDR kebanyakan perdarahan terjadi
karena endometritis.14

2.8 Diagnosis Perdarahan Uterus Abnormal


2.8.1 Anamnesis
Anamnesis pada pasien yang mengalami PUA, perlu dilakukan untuk
menegakkan dan menyingkirkan diagnosis banding, dilakukan untuk menilai
kemungkinan adanya faktor risiko kelainan tiroid, penambahan dan penurunan BB
yang drastis, serta riwayat kelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya. Perlu
ditanyakan riwayat menstruasi meliputi menarche, HPHT, frekuensi, durasi, dan
banyaknya darah pada saat menstruasi serta keteraturan menstruasi, perdarahan
intermenstrual dan perdarahan post koitus, serta waktu mulai terjadinya perdarahan
uterus abnormal.14 Gejala Anemia juga perlu ditanyakan. Riwayat seksual dan
reproduksi seperti kehamilan terakhir dan metode persalinannya, keinginan untuk
memiliki keturunan di masa depan, keadaan subfertilias, alat kontrasepsi yang
sedang dipakai, riwayat infeksi menular seksual yang pernah diderita, riwayat
pemerikaan smear.4,14
Gejala-gejala yang berhubungan dengan perdarahan juga perlu ditanyakan
seperti adanya nyeri, sekret, kelainan saluran pencernaan dan kandung kemih pada
tekanan tertentu. Selain itu perlu juga digali kelainan-kelainan sistemik yang
menyertainya seperti penambahan atau penurunan berat badan yang drastis,

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 17


kelainan hemostasis, sindrom ovarium polikistik, penyakit-penyekit pada hepar,
ginjal, tiroid, pitutari dan adrenal. Penggunaan obat-abat seperti antiplatelet,
antikoagulan, tamoxifen, hormon, HRT, dan dopamin agonis juga harus ditanyakan
pada anamnesis.4
Prevalensi penyakit von Willebrand pada perempuan perdarahan haid rata-
rata meningkat 10% dibandingkan populasi normal. Karena itu perlu dilakukan
pertanyaan untuk mengidentifikasi penyakit von Willebrand. Pada perempuan
pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat kepatuhannya dan obat-obat lain
yang diperkirakan mengganggu koagulasi. Anamnesis terstruktur dapat digunakan
sebagai penapis gangguan hemostasis dengan sensitivitas 90%. Perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut pada perempuan dengan hasil penapisan positif.14

Tabel 2. Keluhan dan Gejala yang Berhubungan dengan Perdarahan dan Masalah
Kesehatan yang Menjadi Penyebabnya

2.8.2 Pemeriksaan Fisik

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 18


Gambar 3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas
keadaan hemodinamik. Pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis
dan tidak berhubungan dengan kehamilan. Pemeriksaan indeks massa tubuh, tanda
tanda hiperandrogen, pembesaran kelenjar tiroid atau manifestasi hipotiroid/
hipertiroid, galaktorea (hiperprolaktinemia), gangguan lapang pandang (adenoma
hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.14
2.8.3 Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan
pap smear. Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip,
hiperplasia endometrium atau keganasan.14
1) Penilaian Ovulasi
a. Siklus haid yang berovulasi berkisar 22-35 hari.
b. Jenis perdarahan PUA-O bersifat ireguler dan sering diselingi
amenorea.
c. Konfirmasi ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan
progesteron serum fase luteal atau USG transvaginal bila
diperlukan.14
2) Penilaian Endometrium
a. Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada
semua pasien PUA. Pengambilan sampel endometrium hanya

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 19


dilakukan pada:
– Perempuan umur > 45 tahun.
– Terdapat faktor risiko genetik.
b. USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium
kompleks yang merupakan faktor risiko hiperplasia atipik atau
kanker endometrium.
c. Terdapat faktor risiko diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, nulipara.
d. Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer
memiliki risiko kanker endometrium sebesar 60% dengan rerata
umur saat diagnosis antara 48-50 tahun.
e. Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan
uterus abnormal yang menetap (tidak respons terhadap pengobatan).

3) Penilaian Kavum Uteri


a. Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium
atau mioma uteri submukosum.
b. USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus
dilakukan pada pemeriksaan awal PUA.
c. Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri
submukosum disarankan untuk melakukan Saline Infusion
Sonography (SIS) atau histeroskopi. Keuntungan dalam penggunaan
histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan.
4) Penilaian Miometrium
a. Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau
adenomiosis.
b. Miometrium dinilai menggunakan USG (transvaginal, transrektal
dan abdominal), SIS, histeroskopi atau MRI.
c. Pemeriksaan adenomiosis menggunakan MRI lebih unggul
dibandingkan USG transvaginal.

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 20


Gambar 4. Pemeriksaan Estimasi Kehilangan Darah berdasarkan PBAC
2.8.4 Langkah Diagnostik
1) Perdarahan uterus abnormal didefinisikan sebagai setiap perubahan yang
terjadi dalam frekuensi, jumlah, dan lama perdarahan menstruasi.
Perdarahan uterus abnormal meliputi PUD dan perdarahan lain yang
disebabkan oleh kelainan organik.
2) Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk
menyingkirkan diagnosis diferensial perdarahan uterus abnormal.
3) Pada wanita usia reproduksi, kehamilan merupakan kelainan pertama
yang harus disingkirkan. Perdarahan yang terjadi dalam kehamilan dapat
disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik atau penyakit trofoblas
gestasional.
4) Penyebab iatrogenik yang dapat menyebabkan perdarahan uterus
abnormal antara lain penggunaan obat-obatan golongan antikoagulan,
sitostatika, hormonal, anti psikotik, dan suplemen.
5) Setelah kehamilan dan penyebab iatrogenik disingkirkan langkah
selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kelainan sistemik
meliputi fungsi tiroid, fungsi hemostasis, dan fungsi hepar. Pemeriksaan

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 21


hormon tiroid dan fungsi hemostasis perlu dilakukan bila pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala dan tanda yang
mendukung (rekomendasi C). Bila terdapat galaktorea maka perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap hormon prolaktin untuk menyingkirkan
kejadian hiperprolaktinemia.
6) Bila tidak terdapat kelainan sistemik, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan pada saluran
reproduksi. Perlu ditanyakan adanya riwayat hasil pemeriksaan pap
smear yang abnormal atau riwayat operasi ginekologi sebelumnya.
Kelainan pada saluran reproduksi yang harus dipikirkan adalah
servisitis, endometritis, polip, mioma uteri adenomiosis, keganasan
serviks dan uterus serta hiperplasia endometrium.
7) Bila tidak terdapat kelainan sistemik dan saluran reproduksi maka
gangguan haid yang terjadi digolongkan dalam perdarahan uterus
disfungsional (PUD).
8) Bila terdapat kelainan pada saluran reproduksi dilakukan pemeriksaan
dan penanganan lebih lanjut sesuai dengan fasilitas.
9) Pada kelainan displasia serviks perlu dilakukan pemeriksaan kolposkopi
untuk menentukan tata laksana lebih lanjut.
10) Bila dijumpai polip endoserviks dapat dilakukan polipektomi.
11) Bila dijumpai massa di uterus dan adneksa perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan USG transvaginal atau saline infusion sonography
(SIS). Ultrasonografi transvaginal merupakan lini pertama untuk
mendeteksi kelainan pada kavum uteri (rekomendasi A). Sedangkan
tindakan SIS diperlukan bila penilaian dengan USG transvaginal belum
jelas (rekomendasi A).
12) Bila dijumpai massa di saluran reproduksi maka dilanjutkan dengan tata
laksana operatif.

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 22


13) Diagnosis infeksi ditegakkan bila pada pemeriksaan bimanual uterus
teraba kaku dan nyeri. Pada kondisi ini dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan Chlamydia dan Neisseria. Pengobatan yang
direkomendasikan adalah doksisiklin 2 x 100 mg selama 10 hari

Gambar 5. Langkah Diagnostik Perdarahan Uterus Abnormal


2.8.5 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3. Pemeriksaan Penunjang Perdarahan Uterus Abnormal

Primer Sekunder Tersier


Laboratorium Hb Darah lengkap Prolaktin
Tes kehamilan urin Hemostasis (BTCT, Tiroid (TSH, FT4)
lainnya sesuai DHEAS, Testosteron
fasilitas) Hemostasis (PT,
aPTT, fibrinogen,
D-dimer)

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 23


USG USG transabdominal USG transabdominal
USG transvaginal USG transvaginal
SIS SIS
Doppler
Penilaian Mikrokuret Mikrokuret / D&K
Endometrium D&K Histeroskopi
Endometrial
sampling
(hysteroscopy
guided)
Penilaian IVA Pap smear Pap smear
serviks (bila Kolposkopi
ada patologi)

Keterangan:

aPTT = activated partial tromboplastin time, BT-CT = bleeding time-clotting time,


DHEAS = dehidroepiandrosterone sulfat, D&K = dilatasi dan kuretase, FT4 = free
T4, Hb = hemoglobin, PT = protrombin time, TSH = thyroid stimulating hormone,
USG = ultrasonografi, SIS = saline infusion sonography, IVA = inspeksi visual asam
asetat.

2.9 Diagnosis Banding Perdarahan Uterus Abnormal


1) Kehamilan dan komplikasi kehamilan:15,16
a. Solusio plasenta
b. Kehamilan ektopik
c. Abortus
d. Plasenta previa
e. Penyakit trofoblas

2) Medikasi dan penyebab iatrogenik:


a. Antikoagulan
b. Antipsikotik
c. Kortikosteroid

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 24


d. Suplemen herbal
e. Terapi sulih hormon
f. AKDR
g. Pil kontrasepsi

3) Penyakit Sistemik
a. Hiperplasia adrenal dan penyakit cushing
b. Koagulopati
c. Penyakit hepar
d. Leukemia dan trombositopenia

4) Supresi Hipotalamik
a. Sindroma polikistik
b. Penyakit tiroid
c. Penyakit ginjal

5) Patologi Traktus genitalis


a. Infeksi (servisitis, miometritis, endometritis)
b. Neoplasia
c. Kelainan anatomi jinak (mioma uteri, polip servik, adenomiosis)
d. Lesi praganas (displasia serviks, hiperpalsia endometrium)
e. Lesi ganas (karsinoma servik sel skuamosa, adenokarsinoma
endometrium, tumor ovarium penghasil estrogen, leiomiosarkom,
tumor ovarium penghasil testosteron)
f. Trauma, benda asing, abrasi, kekerasan seksual

2.10 Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal


2.10.1 Tatalaksana Awal
Segera lakukan perbaikan keadaan umum bila hemodinamik tidak stabil,
sebaliknya bila keadaan hemodinamik stabil segera lakukan penanganan untuk
menghentikan perdarahan.12
Pada
keadaan perdarahan aktif dan banyak disertai gangguan hemodinamik

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 25


dan atau Hb <10 g/dl perlu dilakukan rawat inap. Pasien rawat inap, diberikan infus
cairan kristaloid, oksigen 2 liter/menit dan transfusi darah jika Hb <7,5 g/dl untuk
perbaikan hemodinamik. Jika hemodinamik stabil, cukup rawat jalan, kemudian
lanjutkan dengan tatalaksana medikamentosa.17

2.10.2 Tatalaksana Perdarahan Akut dan Banyak


Sering terjadi pada tiga kondisi yaitu pada remaja dengan gangguan
koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada pemakaian obat antikoagulan.

1) Medikamentosa12,17
Pilihan obat hormon yang bisa digunakan:

a. Estrogen
Terapi oral yang diberikan yaitu dosis estrogen konjugasi dengan
dosis 1,25 mg atau 17β estradiol 2 mg setiap 6 jam selama 24 jam
atau EEK/ estrogen ekuin konjugasi dosis 2,5 mg peroral setiap 4-6
jam. Setelah perdarahan berhenti dilanjutkan dengan pemberian pil
kontrasepsi kombinasi. Efek sampingnya bisa timbul rasa mual
sehingga ditambahkan prometasin 25 mg peroral atau injeksi IM
setiap 4-6 jam.

b. Kombinasi estrogen progestin


Perdarahan akut dan banyak biasanya akan membaik bila diberikan
dalam bentuk pil kontrasepsi kombinasi/ PKK/ kombinasi estrogen
progestin. Pilihan pemberian yaitu:
– Dosis yang diberikan yaitu 2x1 tablet (5 - 7 hari) dan setelah
terjadi perdarahan lucut dilanjutkan 1x1 tablet (3-6 siklus);
– Dosis tapering 4x1 tablet (4 hari), turunkan dosis menjadi 3x1
tablet (3 hari), 2x1 tablet (2 hari) dan 1x1 tablet (3 minggu)
kemudian berhenti tanpa obat selama satu minggu, dilanjutkan
pil kombinasi 1x1 tablet (3 siklus).

c. Progestin
Progestin diberikan bila ada kontraindikasi terhadap PKK atau
estrogen. Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti
tanpa obat selama 14 hari diulang selama 3 bulan. Beberapa sediaan

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 26


progestin oral yaitu medroksi progesteron asetat (MPA) dosis 2x10
mg, noretisteron asetat dosis 2x5 mg, didrogesterone dosis 2x10 mg
dan normegestrol asetat dosis 2x5 mg. Progestin merupakan
antiestrogen yang akan menstimulasi aktivitas enzim 17β
hidroksisteroid dehidrogenase dan sulfotransferase sehingga
mengonversi estradiol menjadi estron. Progestin akan mencegah
terjadinya endometrium hiperplasia.

2) Dilatasi dan kuretase12,17


Tindakan ini tidak mutlak dilakukan hanya dilakukan bila ada
kecurigaan keganasan dan kegagalan dengan terapi medikamentosa.
Perdarahan uterus abnormal dengan risiko keganasan yaitu bila usia
lebih dari 35 tahun, obesitas, dan siklus anovulasi kronis atau
perdarahan tidak berhenti dalam 12-24 jam.

Gambar 6. Algoritma Tatalaksana Perdarahan Aktif dan Banyak17

2.10.3 Tatalaksana Perdarahan Ireguler


Perdarahan ireguler dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia
oligomenorea, perdarahan haid memanjang (>12 hari), perdarahan antara dua siklus

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 27


haid dan berbagai bentuk pola perdarahan lainnya. Perdarahan ireguler melibatkan
banyak pola perdarahan dan mempunyai berbagai macam penyebab. Evaluasi
penyebab sistemik terlebih dahulu sebelum memulai terapi hormon, seperti yang
dilakukan di bawah ini.12,17
1) Periksa TSH: evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid terutama
dalam keadaan oligomenorea.
2) Periksa prolaktin: bila terjadi oligomenorea atau hipomenorea.
Segera terapi bila terjadi hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh
hipotiroid.
3) Lakukan PAP smear: terjadi perdarahan pasca senggama.
4) Wanita usia > 35 tahun atau dengan risiko tinggi keganasan
endometrium: biopsi endometrium dan pertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan USG transvaginal.

Bila terdapat keterbatasan untuk melakukan evaluasi seperti tersebut di atas


dapat segera melakukan pengobatan seperti di bawah ini yaitu12,17:
1) Kombinasi estrogen progestin
PKK dosis 1x1 tablet sehari diberikan secara siklik selama 3 bulan.
2) Progestin
Bila terdapat kontraindikasi pemakaian PKK, dapat diberikan progestin
selama 14 hari dan dihentikan selama 14 hari, diulang selama 3 bulan.
Bila pengobatan medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk
dirujuk ke tempat pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pemeriksaan

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 28


USG transvagina atau infus salin sonohisterografi dilakukan untuk mendeteksi
mioma uteri dan polip endometrium. Kegagalan terapi medikamentosa bisa menjadi
pertimbangan untuk melakukan tindakan bedah misalnya ablasi endometrium,
reseksi histeroskopi, dan histerektomi. Perdarahan ireguler yang terjadi dalam 2
tahun setelah menarke biasanya terjadi karena anovulasi akibat belum matangnya
poros hipotalamus-hipofisis-ovarium. Haid tidak datang dengan interval
memanjang sering terjadi pada periode perimenopause. Pada keadaan demikian
konseling dapat dilakukan, tetapi bila diperlukan dapat diberikan kombinasi
estrogen progesteron.12

Gambar 7. Algoritma Tatalaksana Perdarahan Ireguler17


2.10.4 Menoragia
Menoragia adalah perdarahan lebih dari 80 ml atau mengganti pembalut
lebih dari 6 kali sehari atau lamanya >7 hari pada siklus yang teratur. Bila
perdarahan lebih dari >12 hari pertimbangkan termasuk dalam perdarahan
ireguler.12,17 Menoragia dapat ditangani tanpa biopsi endometrium. Tanda suatu
kondisi keganasan jarang karena siklus yang masih teratur. Walaupun demikian,
bila perdarahan lebih dari 7 hari atau terapi dengan obat gagal, pemeriksaan lanjut
perlu dilakukan dengan menggunakan USG transvagina dan biopsi endometrium
sangat dianjurkan. Diikuti juga dengan pemeriksaan faal pembekuan darah
sebaiknya dilakukan. Pengobatan medikamentosa untuk menoragia dapat dilakukan
seperti di bawah ini yaitu12:
1) Kombinasi estrogen progestin diberikan sesuai dengan tata cara
pengobatan perdarahan reguler.
2) Progestin diberikan bila terdapat kontraindikasi pemakaian estrogen.
Tata cara pengobatan sesuai dengan pengobatan perdarahan ireguler.
3) NSAID.

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 29


4) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi levonorgestrel. AKDR
levobigestrel ini terbukti efektif dan efisien dibandingkan operasi
histerektomi pada kasus menoragia.

Gambar 8. Algoritma Tatalaksana Menoragia

2.10.5 Tatalaksana Medikamentosa Non Hormon


Diberikan bila tidak ditemukan keadaan patologi pada panggul, tujuan
medikamentosa tersebut adalah mengurangi jumlah darah yang keluar, menurunkan
risiko anemia dan meningkatkan kualitas hidup. Medikamentosa non hormon yang
dapat digunakan untuk perdarahan uterus abnormal adalah sebagai berikut:12
1) Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Terdapat 5 kelompok yaitu;
a. Salisilat (aspirin)
b. Analog asam indoleasetik (indometasin)
c. Derivat asam aril proponik (ibuprofen)
d. Fenamat (asam mefenamat)
e. Coxibs (celecoxib).

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 30


Empat kelompok pertama bekerja dengan menghambat siklooksigenase-
1 (COX-1) dan kelompok terakhir bekerja menghambat siklooksigenase-2 (COX-
2). Asam mefenamat diberikan dengan dosis 250-500 mg 2-4 kali sehari. Ibuprofen
diberikan dosis 600-1200 mg perhari. NSAID dapat memperbaiki hemostasis
endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah haid 20-50%. Efek samping
secara umum adalah dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal dan merupakan
kontraindikasi pada perempuan dengan ulkus peptikum.
2) Antifibrinolisis
Pada perempuan dengan keluhan menoragia ditemukan kadar aktivator
plasminogen pada endometrium yang lebih tinggi dari normal. Penghambat
aktivator plasminogen atau obat antifibrinolisis dapat digunakan untuk pengobatan
menoragia.
Asam traneksamat bekerja menghambat plasminogen secara reversibel
dan bila diberikan saat haid mampu menurunkan jumlah perdarahan 40-50%. Efek
samping asam traneksamat adalah keluhan gastrointestinal dan tromboemboli yang
ternyata kejadiannya tidak berbeda bermakna dibandingkan kejadian pada populasi
normal.

Tabel 4. Sedian Obat Hormonal dan Non Hormonal

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 31


2.10.6 Tatalaksana Pembedahan
Faktor
utama yang mempengaruhi pilihan penanganan bedah adalah
tatalaksana medikamentosa sebagai pilihan pertama tidak berhasil. Histerektomi
merupakan prosedur bedah utama yang dilakukan pada kegagalan terapi
medikamentosa. Angka keberhasilan terhadap perdarahan mencapai 100%. Angka
kepuasan cukup tinggi mencapai 95% setelah 3 tahun pasca operasi. Walaupun
demikian, komplikasi tetap bisa terjadi berupa perdarahan, infeksi, dan masalah
penyembuhan luka operasi. Ablasi untuk mengurangi ketebalan endometrium saat
ini telah dikembangkan sebagai prosedur bedah invasif minimal. Cara ini diduga
lebih mudah dilakukan, dan sedikit komplikasi. Prosedur bedah yang saat ini
digunakan pada penanganan perdarahan uterus abnormal adalah ablasi
endometrium, reseksi transerviks, histeroskopi operatif, miomektomi, histerektomi
dan oklusi atau emboli arteri uterina.12

2.10.7 Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal Berdasarkan Penyebabnya

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 32


1) Tatalaksana Polip (PUA-P)
Tatalaksana polip endometrium dapat dilakukan dengan:14
a. Reseksi secara histeroskopi (Rekomendasi C)
b. Dilatasi dan kuretase
c. Kuret hisap
d. Hasil dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi

2) Tatalaksana Adenomiosis (PUA-A)14


a. Diganosis adenomiosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG
atau MRI
b. Tanyakan pada pasien apakah menginginkan kehamilan
c. Berikan analog GnRH + add-back therapy atau LNG IUS selama 6
bulan (Rekomendasi C)
d. Adenimiomektomi dengan teknik Osada merupakan alternatif pada
pasien yang ingin hamil (terutama pada adenomiosis >6 cm)
e. Reseksi atau ablasi endometrium dapat dilakukan (Rekomendasi C).
f. Histerektomi dilakukan pada kasus gagal pengobatan.

Gambar 9. Tatalaksana Adenomiosis14


3) Tatalaksana Leiomioma Uteri (PUA-L)14
a. Histeroskopi reseksi mioma uteri sebmukosum dilakukan terutama
pasien menginginkan kehamilan (Rekomendasi B)

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 33


– Pilihan pertama untuk mioma uteri submukosum berukuran <4
cm
– Pilihan kedua untuk mioma uteri submukosum derajat 0 atau 1
(Rekomendasi B)
– Pilihan ketiga untuk mioma uteri submukosum derajat 2
(Rekomendasi C)
b. Mioma uteri intramural atau subserosum dilakukan penanganan
sesuai PUA-E/ O (Rekomendasi C). Pembedahan dilakukan bila
respon pengobatan tidak cocok
c. Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat dilakukan
pengobatan untuk mengurangi perdarahan dan memperbaiki anemia
(Rekomendasi B). Bila respon pengobatan tidak cocok dilakukan
embolisasi arteri uterina (Rekomendasi A).

Gambar 10. Tatalaksana Leiomioma Uteri14


4) Tatalaksana Malignancy and Hyperplasia (PUA-M)14
a. Bila pasien ingin hamil dapat dilakukan D&K (dilatasi dan kuretase)
dilanjutkan pemberian progestin, analog GnRH atau LNG-IUS
selama 6 bulan (Rekomendasi C)

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 34


b. Pemeriksaan histologi pada akhir bulan ke-6 pengobatan dengan
melakukan biopsi endometrium
c. Bila pasien tidak ingin hamil atau bila gagal pengobatan dengan
keadaan hiperplasia atipik dapat dilakukan tindakan histerektomi
(Rekomendasi C)

Gambar 11. Tatalaksana Malignancy and Hyperplasia14

5) Tatalaksana Coagulopathy (PUA-C)


a. Terapi multidisiplin dengan pengobatan asam traneksamat, progestin,
PKK dan LNG-IUS
b. Bila terdapat kontraindikasi terhadap asam traneksamat atau PKK
dapat diberikan LNG-IUS atau pembedahan
c. Terapi spesifik dengan desmopressin untuk penyakit von Willebrand

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 35


Gambar 12. Tatalaksana Coagulopathy14
6) Tatalaksana Ovulatory Dysfunction (PUA-O)14
a. Bila tidak ditemukan faktor risiko keganasan endometrium lakukan
penilaian apakah pasien menginginkan kehamilan atau tidak
b. Pasien ingin hamil dapat mengikuti prosedur tatalaksana infertilitas
c. Pasien tidak ingin hamil diberikan terapi hormonal dengan menilai
ada atau tidak kontraindikasi PKK
d. Tidak kontraindikasi PKK, berikan PKK selama 3 bulan
(Rekomendasi A)
e. Kontraindikasi PKK, berikan progestin selama 14 hari, kemudian
stop 14 hari. Hal ini diulang sampai 3 bulan (Rekomendasi A)
f. Setelah 3 bulan pengobatan lakukan evaluasi. Lanjutkan atau stop
sesuai keinginan pasien bila keluhan berkurang. Bila keluhan tidak
berkurang, lakukan pemberian PKK atau progestin dosis tinggi
(naikkan dosis setiap 2 hari sampai perdarahan berhenti atau dosis
maksimal)
g. Bila gagal medikamentosa, dapat dilakukan ablasi endometrium,
reseksi mioma dengan histeroskopi atau histerektomi

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 36


Gambar 13. Tatalaksana Ovulatory Dysfuction14
7) Tatalaksana Perdarahan Endometrial (PUA-E)14
a. Tatalaksana lini pertama menoragia yaitu asam traneksamat 3x1 gr
dan asam mefenamat 3x500 mg (Rekomendasi A)
b. Lakukan observasi selama 3 siklus menstruasi. Bila tatalaksana lini
pertama tidak adekuat, berikan PKK bila tidak kontraindikasi atau
progestin bila kontraindikasi PKK selama 3 siklus

c. Bila tatalaksana pengobatan hormonal tidak adekuat dapat dilakukan

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 37


penilaian dengan pemeriksaan USG TV atau SIS untuk menilai
kavum uteri. Bila ditemukan polip atau mioma submukosum
pertimbangakan histeroskopi (Rekomendasi B). Bila dari
pemeriksaan didapatkan ketebelan endometrium >10 mm lakukan
pengambilan sampel untuk menyingkirkan hiperplasia
(Rekomendasi B), bila didapatkan adenomiosis pertimbangkan MRI,
terapi dengan progestin, LNG-IUS, GnRH atau histerektomi
d. Evaluasi terhadap fungsi reproduksi bila hasil pemeriksaan USG TV
atau SIS normal atau ada kelainan tapi tidak dapat dilakukan terapi
konservatif. Bila sudah tidak menginginkan fungsi reproduksi
lakukan ablasi endometrium atau histerektomi. Jika masih ingin
mempertahankan fungsi reproduksi anjurkan pasien mancatat siklus
haidnya dengan baik dan memantau kadar Hb

Gambar 14. Tatalaksana PUA-E (Endometrial)14


8) Tatalaksana Perdarahan Iatrogenik14

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 38


a. Tatalaksana Perdarahan karena Efek Samping PKK

Gambar 15. Tatalaksana Iatrogenik (efek samping PKK)14

b. Tatalaksana Perdarahan karena Efek Samping Kontrasepsi Progestin

Gambar 16. Tatalaksana Iatrogenik (efek samping progestin)14


c. Tatalaksana Perdarahan karena Efek Samping Penggunaan AKDR

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 39


Gambar 17. Tatalaksana Iatogenik (efek samping penggunaan AKDR)14

2.11 Komplikasi Perdarahan Uterus Abnormal


Komplikasi yang dapat terjadi pada perdarahan uterus abnormal diantaranya
adalah anemia, infertilitas, dan kanker endometrium. Apabila pasien dalam kondisi
yang berat dan tidak mendapatkan perawatan, pasien dapat menderita anemia yang
berat, hipotensi, syok, hingga kematian. Tatalaksana pada pasien perdarahan uterus
abnormal juga dapat menimbulkan komplikasi terutama pada penatalaksanaan yang
bersifat invasif, oleh karena itu tatalaksana yang bersifat invasif harus
dipertimbangkan setelah mempertimbangkan kemungkinan tatalaksana yang
bersifat non-invasif.18

2.12 Prognosis Perdarahan Uterus Abnormal


Prognosis dari perdarahan uterus abnormal ditentukan oleh etiologi yang
mendasarinya. Secara umum prognosis dari perdarahan uterus abnormal baik.
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada perdarahan uterus abnormal ini memiliki
tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mencegah kemungkinan
keganasan dan kemungkinan infertilitas. Prognosis juga ditentukan berdasarkan
perawatan medis dan bedah. Pengobatan non-hormonal dengan menggunakan obat
anti-inflamasi, anti-fibrinolitik dan non-steroid telah terbukti dapat mengurangi

kehilangan darah selama menstruasi hingga 50%.18,19 Pil kontrasepsi oral cukup

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 40


efektif yaitu pada wanita dengan perdarahan menstruasi yang berat. IUD dengan
levonorgestrel telah terbukti lebih efektif daripada terapi medis lainnya dan dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. Progestogen dan agonis GnRH yang diberikan
pada pasien melalui injeksi dapat membantu dengan prevalensi hingga 50% hingga
90%. Namun, progestogen yang diinjeksikan dapat menimbulkan efek samping dari
perdarahan, dan agonis GnRH biasanya hanya digunakan dalam kurun waktu 6
bulan karena memiliki efek samping yaitu dapat menghasilkan estrogen yang
rendah.19
Teknik
bedah, seperti ablasi endometrium mengendalikan perdarahan lebih
efektif pada 4 bulan pasca operasi, tetapi pada 5 tahun, tidak ada perbedaan jika
dibandingkan dengan manajemen medis. Tatalaksana dengan histerektomi
dibandingkan dengan IUD levonorgestrel menunjukkan bahwa histerektomi
memiliki hasil yang lebih baik pada 1 tahun. Tidak ada perbedaan dalam kualitas
hidup yang terlihat pada 5 hingga 10 tahun, tetapi banyak kelompok wanita dengan
IUD yang melepaskan levonorgestrel telah menjalani histerektomi hingga 10
tahun.1

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 41


BAB 3

LAPORAN KASUS
1. Laporan kasus 1

Identitas Pasien
Nama : Ny. RD
Usia : 50 tahun
No. Rekam Medik :
Tgl. Pemeriksaan    : 11 Januari 2021
Status Perkawinan : Sudah Menikah

Anamnesis
Seorang pasien wanita umur 50 tahun datang ke IGD RSUD achmad Mukhtar
Bukittinggi pada tanggal 11 Januari 2021 pukul 15.00 WIB dengan keluhan keluar darah
memanjang dari kemaluan sejak 1 tahun yang lalu, berwarna merah kehitaman dengan
frekuensi ganti duk 3-4 x sehari/hari.
Riwayat Penyakit Sekarang :
 keluar darah dari kemaluan sejak 1 tahun yang lalu, berwarna merah kehitaman
dengan frekuensi ganti duk 3-4 x sehari/hari.
 Keluar lendir bercampur daah tidak ada
 Nyeri abdomen tidak ada.
 Riwayat keputihan tidak ada.
 Penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan ada.
 BAB dan BAK dalam batas normal.
 Mual muntah ada.
 Riwayat menstruasi : menarche 13 tahun, siklus haid teratur 1x sebulan, lama haid
5-7 hari, nyeri haid (-), ganti duh 2-3x/hari sehari.
 Riwayat demam tidak ada.
 Riwayat trauma tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Belum pernah keguguran sebelumnya.
 Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan hipertensi. 

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 42


Riwayat Penyakit Keluarga :
 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.

Riwayat Perkawinan :
 1 x tahun 1989

Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas :


 tahun 1990/ spontan/ cukup bulan/ ditolong bidan/ BBL 3000 gr/ laki-laki/ menangis
kuat/ hidup dengan sehat.
 tahun 1993/ spontan/ cukup bulan/ ditolong bidan/ BBL 3100 gr/ perempuan/
menangis kuat/ hidup dengan sehat.
 tahun 1995/ spontan/ cukup bulan/ ditolong bidan/ BBL 3200 gr/ perempuan/
menangis kuat/ hidup dengan sehat.
 tahun 1997/ spontan/ cukup bulan/ ditolong bidan/ BBL 3000 gr/ perempuan/
menangis kuat/ hidup dengan sehat.
 tahun 1999/ spontan/ cukup bulan/ ditolong bidan/ BBL 3000 gr/ perempuan/
menangis kuat/ hidup dengan sehat.

Riwayat Kontrasepsi :
 Riwayat penggunaan AKDR selama 18 tahun sejak 2002 dihentikan ± 1 th yang
lalu.
 Riwayat telat mengeluarkan AKDR (+)

Riwayat Pekerjaan : Ibu rumah tangga


Riwayat Kebiasaan : Tidak ada riwayat merokok, minum alkohol dan narkoba

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis cooperatif (CMC)
Vital sign : Tekanan Darah : 169/90mmHg.
Nadi : 91 x/menit.
Nafas : 20 x/menit.

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 43


Temperatur : 36,50C.  
Kulit : dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Toraks :
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V.
Perkusi : Batas jantung :
Kanan : RIC IV parasternal dextra.
Kiri : RIC II midclavicula sinistra.
Atas : RIC II parasternal kiri.
Auskultasi : Irama jantung reguler, bising (-).

Pulmo : Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris kiri = kanan.


Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan.
Perkusi : Sonor kiri sama dengan kanan.
Auskultasi : Vesikuler, Rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen :
Inspeksi : Striae (-)
Palpasi : NT (+) NL (-) DM(-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU (+) N,
Genitalia :
I V/U tenang, PPV (+) flek2
Inspekulo : Vagina : tumor (-), laserasi (-), fluxus (-),
Porsio : Mp, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, OUE tertutup,
tumor (-), laserasi (-), fluksus (+) sedikit
Ekstremitas : Edema -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Hematologi
- Hb : 4,5 g/dL
- Leukosit : 6.900 /mm3

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 44


- Hematokrit : 14,6%
- Trombosit : 389.000/mm3
- HbsAg : non reaktif
- PT : 10,0
- aPTT : 33,3
2. USG:

Kesan : tampak massa hipoekoid pada serviks ukuran 4x 3 x2 cm


DIAGNOSIS
P5A0H5 + PUA ec Susp Ca. Cerviks+ Anemia Berat (Hb :4,5 g/dL)
TERAPI
1. Kontrol KU, VS, dan perdarahan pervaginam
2. IVFD RL 20 tpm
3. Transfusi PRC 4 unit, 1 unit/hari
4. Inj Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
5. inj Transamin 3x500 mg (iv)
6. Inj Vik K 3x10 mg (iv)
7. Pasang Kateter

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 45


FOLLOW UP
Selasa, 12 Januari 2020/Pukul 07.00 WIB
S/ : Keluar darah dari kemaluan (+), lemas (+), pusing (+)
PF/ :
KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CM 100/80 80 25 36,5

Abdomen : P : NT (-) NL (-) DM(-)


Genitalia : u/v tenang, PPV(+) flek

A/ : P5A0H5 + PUA ec Susp Ca. Cerviks+ Anemia Berat (Hb :4,5 g/dL)

P/ : Kontrol KU, VS, dan perdarahan pervaginam,


IVFD RL 20 tpm,
Transfusi PRC 4 unit, 1 unit/hari
Inj Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
inj Transamin 3x500 mg (iv)
Inj Vik K 3x10 mg (iv)
Pasang Kateter

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 46


2. Laporan Kasus 2
Identitas Pasien
Nama : Ny. TM
Usia / Tanggal Lahir : 47 tahun / 13 Desember 1973
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rekam Medik : 01.09.74.11
Tgl. Pemeriksaan    : 2 Februari 2021
Status Perkawinan : Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Nama Ibu Kandung : Suatri
Suku : Minang
Nomor HP : 085286739818
Alamat : Lolo Hilir, Gunung Raya, Jambi

Anamnesis
Keluhan Utama: Seorang pasien wanita usia 47 tahun kiriman dari poli dengan diagnosis
Adenomiosis Difus pro laparotomi dengan keluhan siklus menstruasi memanjang sejak 4
bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang:


- Seorang pasien wanita usia 47 tahun kiriman dari poli dengan diagnosis Adenomiosis
Difus pro laparotomi dengan keluhan siklus menstruasi memanjang sejak 4 bulan yang
lalu.
- Nyeri abdomen dirasakan setiap akan perdarahan sejam 4 bulan SMRS
- Riwayat keputihan (-)
- Keluar lendir bercampur darah (-)
- Mual muntah (-)
- Riwayat menstruasi: menarche usia 16 tahun, siklus haid teratur 1x per bulan (29 hari),
lama haid 7 hari, ganti duk 2-3 x / hari
- Riwayat demam (-)
- Riwayat trauma (-)

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 47


-
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Riwayat abortus pada kehamilan ke-4
 Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan hipertensi. 

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.

Riwayat Perkawinan : 1 x tahun 1994

Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas :


 tahun 1994/ spontan/ cukup bulan/ ditolong bidan/ BBL 3100 gr/ laki-laki/ hidup
dengan sehat.
 tahun 2001/ spontan/ cukup bulan/ ditolong bidan/ BBL 3000 gr/ perempuan/
menangis kuat/ hidup dengan sehat.
 tahun 2010/ gemelli / spontan/ cukup bulan/ ditolong dokter/ BBL 2400 dan 2500 gr/
perempuan/ menangis kuat/ hidup dengan sehat.
 tahun 2015 / abortus

Riwayat Kontrasepsi :
 Riwayat penggunaan spiral selama 5 tahun sejak 1994, spiral selama 7 tahun sejak
2010

Riwayat Pekerjaan : Ibu rumah tangga


Riwayat Kebiasaan : Tidak ada riwayat merokok, minum alkohol dan narkoba

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Composmentis cooperatif (CMC)
Vital sign : Tekanan Darah : 120/70mmHg.
Nadi : 86 x/menit.
Nafas : 18 x/menit.
Temperatur : 36,70C.  

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 48


Kulit : dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Toraks :
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V.
Perkusi : Batas jantung :
Kanan : RIC IV parasternal dextra.
Kiri : RIC II midclavicula sinistra.
Atas : RIC II parasternal kiri.
Auskultasi : Irama jantung reguler, bising (-).

Pulmo : Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris kiri = kanan.


Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan.
Perkusi : Sonor kiri sama dengan kanan.
Auskultasi : Vesikuler, Rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen :
Inspeksi : Striae (-)
Palpasi : NT (-) NL (-) DM(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N,
Genitalia :
I V/U tenang, PPV (-)
Inspekulo : Vagina : tumor (-), laserasi (-), fluxus (-),
Porsio : Mp, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, OUE tertutup,
tumor (-), laserasi (-), fluksus (+) sedikit
Ekstremitas : Edema -/-

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Hematologi
- Hb : 10,2 g/dL
- Leukosit : 6.500 /mm3
- Hematokrit : 31%

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 49


- Trombosit : 337.000/mm3
- Hitung jenis : 0/6/0/56/33/5
- HbsAg : non reaktif
- HIV : non reaktif
- PT : 10,5
- aPTT : 23,6
Kimia klinik
- Protein total : 7,1 g/dl
- Albumin : 4,3 g/dl
- Globulin : 2,8 g/dl
- Bilirubin total : 0,2 mg / dl (D: 0,1 / I: 0,1) mg/dl
- SGOT : 14 U/l
- SGPT : 13 U/l
- GDS : 97 mg/dl
- Ureum : 24 mg/dl
- Creatinin : 0,8 mg/dl
- Elektrolit (Na/K/Cl) : 136 / 4 / 108 mmol/L

2. USG

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 50


Diagnosis
P4A1H4 + Adenomiosis difus pro laparotomi + Anemia Ringan (Hb :4,5 g/dL)
Rencana Terapi
1. Kontrol KU, VS, dan perdarahan pervaginam
2. IVFD RL 20 tpm
3. Transfusi PRC 1 unit
4. Pro laparotomi

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 51


BAB 4
DISKUSI
TEORI KASUS 1
FAKTOR RISIKO
1. Usia >35 tahun 1. Usia : 50 Tahun
2. Obesitas
3. Nulipara
4. Siklus anovulasi
5. Faktor genetik
6. Obat-obatan hormonal
7. Pola hidup tidak sehat
MANIFESTASI KLINIS Keluhan perdarahan memanjang dan
- Perdarahan abnormal banyak, dialami sejak 1 bulan ini. Darah
(hipermenore, menoragia, yang keluar berupa bercak menggumpal
metroragia) berwarna merah kecoklatan dengan
- Rasa nyeri yang mungkin timbul frekuensi ganti doek 3-4 kali/hari.
karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis stempat dan peradangan.
- Gejala dan tanda penekanan
(poliuri, retensi urin, obstipasi,
serta edema tungkai dan nyeri
panggul
PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran : compos mentis
Pada pemeriksaan abdomen luar Tekanan darah :169/90 mmHg
kemungkinan tidak didapatkan kelainan, Nadi : 91 x/menit
namun dapat juga ditemukan pada palpasi Pernapasan : 20 x/menit Dyspnoe : -
bimanual uterus yang bentuknya tidak Temperatur : 36,5 oC
regular, tidak lunak atau penonjolan yang Oedema: -
berbnjol-benjol yang keras pada palpasi.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI I V/U tenang, PPV (+) flek2
Teraba massa yang keluar dari OUE (kanalis Inspekulo : Vagina : tumor (-), laserasi (-),
servikalis), lunak, mudah digerakkan, fluxus (-),
bertangkai serta mudah berdarah. Porsio : Mp, ukuran sebesar jempol kaki

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 52


Pada inspekulo terlihat massa keluar OUE dewasa, OUE tertutup, tumor (-), laserasi (-),
(kanalis servikalis) berwarna pucat. fluksus (+) sedikit

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium: Darah lengkap, - Laboratorium : Hb : 4,5 g/dL,
urine lengkap, tes kehamilan. Hematokrit : 14,6%
- Radiologi: Memungkinkan -
evaluasi dari kelainan anatomi
uterus dan endometrium.Selain itu, - USG
patologi dari miometrium, serviks, -
tuba, dan ovarium juga dapat
dievaluasi. Modalitas investigasi
ini dapat membantu dalam
diagnosis polip endometrium,
adenomiosis, leiomioma, anomali
uterus, danpenebalan endometrium
yang berhubungan dengan
hiperplasia dan keganasan.
- Biopsi Endometrium
TATALAKSANA - Kontrol KU, VS, dan perdarahan
- Medikamentosa pervaginam
- IVFD RL 20 tpm
- Transfusi PRC 4 unit, 1 unit/hari
- Inj Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
- inj Transamin 3x500 mg (iv)
- Inj Vik K 3x10 mg (iv)
- Pasang Kateter

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 53


BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Perdarahan uterus abnormal ialah perdarahan yang terlalu banyak,


berkepanjangan, atau sering, yang berasal dari uterus dan tidak disebabkan oleh
kehamilan, penyakit panggul atau penyakit sistemik yang dapat diketahui.
Perdarahan uterus abnormal sering menggambarkan ketidakteraturan dalam siklus
menstruasi yang meliputi semua kelainan haid baik dalam hal frekuensi, jumlah
maupun lamanya. Terdapat 9 kategori utama penyebab perdarahan uterus abnormal
yang disusun berdasarkan akronim “PALM-COEIN”, yaitu: Polip, Adenomiosis,
Leiomioma, Malignancy and hyperplasia, Coagulopathy, Ovulatory dysfunction,
Endometrial, Iatrogenik, dan Not yet classified.
Manifestasi klinis perdarahan uterus abnormal dapat berupa perdarahan
yang banyak, sedikit, siklus haid yang memanjang, atau tidak beraturan. Anamnesis
dan pemeriksaan fisik menyeluruh perlu untuk menyingkirkan diagnosis diferensial
dari perdarahan uterus abnormal, yaitu akibat kehamilan dan komplikasi kehamilan,
medikasi dan penyebab iatrogenik, penyakit sistemik, supresi hipotalamik, ataupun
patologi traktus genitalis. Tatalaksana pada perdarahan uterus abnormal dapat
berupa tatalaksana yang bersifat non-invasif dan invasif. Tatalaksana yang
diberikan dibedakan berdasarkan etiologi penyebab perdarahan. Komplikasi yang
dapat terjadi pada perdarahan uterus abnormal diantaranya adalah anemia,
infertilitas, dan kanker endometrium. Prognosis dari perdarahan uterus abnormal
ditentukan oleh etiologi yang mendasarinya. Secara umum prognosisnya adalah
baik.

Case Report Session-Perdarahan Uterus Abnormal 54


DAFTAR PUSTAKA

1. Germaine L Defendi. Abnormal (Dysfunctional) Uterine Bleeding in Pediatrics.


Medscape. 2019.

2. Fraser IS, Critchley HO, Munro MG, Broder M. Can we achieve international
agreement on terminologies and definitions used to describe abnormalities of
menstrual bleeding? Hum. Reprod. 2007 Mar;22(3):635-43.

3. American College of Obstetricians and Gynecologists. ACOG committee


opinion no. 557: Management of acute abnormal uterine bleeding in
nonpregnant reproductive-aged women. Obstet Gynecol. 2013 Apr;121(4):891-
6.

4. Munro MG, Critchley HOD, Fraser IS; FIGO Menstrual Disorders Committee.
The two FIGO systems for normal and abnormal uterine bleeding symptoms
and classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive
years: 2018 revisions. Int J Gynaecol Obstet. 2018 Dec;143(3):393-408

5. Strauss JF III, Lessey BA. The structure, function and evaluation of the female
reproductive tract. Strauss JF III, Barbieri RL, eds. Yen and Jaffe's
Reproductive Endocrinology. 5th ed. Philadelphia, Pa: Saunders-Elsevier; 2004.
Chapter 9.

6. Millie A Behera. Uterus Anatomy. Medscape. 2015.

7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2012.
839–45.

8. Ian S, Fraser MD, Hilary OD, et al. The FIGO recommendations on


terminologies and definitions for normal and abnormal uterine bleeding. Semin
Reprod Med 2011;29:383–90.

9. Liu Z, Doan QV, Blumenthal P, Dubois RW. A systematic review evaluating


health-related quality of life, work impairment, and health-care costs and
utilization in abnormal uterine bleeding. Value Health. 2007 May-
Jun;10(3):183- 94.

10. Munro MG, Critchley HOD, Fraser IS., FIGO Menstrual Disorders Committee.
The two FIGO systems for normal and abnormal uterine bleeding symptoms
and classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive
years: 2018 revisions. Int J Gynaecol Obstet. 2018 Dec;143(3):393-408.

11. Rifki M. Loho M. Wagey F.M.M Profil perdarahan uterus abnormal di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2014.
Jurnal e-Clinic (eCl).2016. Vol4(1):1-6.
12. Hendarto H. Gangguan Haid/Perdarahan Uterus Abnormal. Dalam: Ilmu
Kandungan Edisi Ketiga. Editor Mochamad Anwar, Ali Baziad, R. Prajitno
Prabowo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011. Halaman
161- 184.

13. Affandi B. Konsensus Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal karena Efek


Samping Kontrasepsi. Jakarta: Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan
Fertilitas Indonesia (HIFERI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (POGI). 2013. Halaman 8-12.

14. Badziad, A. Hestiantoro, A. Wiweko, B. Sumapradja, K. Panduan Tatalaksana


Perdarahan Uterus Abnormal. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan
Fertilitas Indonesia dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Aceh,
2011.

15. Shwayder JM. Pathophysiology of abnormal uterine bleeding. Obstet Gynecol


Clin North Am 2000; 27:219-34.

16. Oriel KA, Schrager S. Abnormal uterine bleeding. Am Fam Physician


1999;60:1371-80.

17. Hestiantoro, A. Wiweko B. Panduan Tatalaksana Perdarahan Uterus


Disfungsional (PUD). Jakarta. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan
Fertilitas Indonesia dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2007.

18. Davis, E. Sparzak, PB. Abnormal Uterine Bleeding (Dysfunctional Uterine


Bleeding). StatPearls Publishing;2020.

19. Cheong Y. Cameron, IT. Critchley, HOD. Abnormal uterine bleeding. British
Medical Bulletin. 2017;123(1):103-114.

Anda mungkin juga menyukai