Anda di halaman 1dari 63

KONTRASEPSI WANITA

Kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah


(EE 0.03mg dan LNG)

Pil progestin dgn dosis 35 mg norethindrone


atau 0.075 norgestrel.

Farmakokinetik :
• Kadar puncak tiap hari
• Walaupun dosis rendah, dosis yang diberikan tetap lebih
besar dibandingkan kebutuhan kadar dalam darah (karena
melalui metabolisme jalur pertama di hepar)
Kontrasepsi Hormonal
Transdermal Patch
Ditempelkan pada perut, pantat, lengan atas bagian
luar, badan bagian atas namun jangan pada payudara.
Dapat digunakan untuk 1 minggu
Amerika Serikat :
Ortho Evra®
(6 mg of norelgestromin/NGMN dan 0.75 mg of EE)
Indonesia (-)
Farmakokinetik :
• Tiap 24 jam  150 mcg NGMN & 20 mcg EE
• Dipertahankan dalam darah 0.6-0.8 ng/ml NGMN
& 40-50 pg/ml EE.
Efek samping :
Kemerahan / reaksi kulit pada daerah patch
Kontrasepsi nonhormonal lain pada
minggu pertama penggunaan
Selanjutnya kontrasepsi ekstra dibutuhkan
pada 2 hari pertama setiap minggu
Keuntungan :
Mudah, fungsi reproduksi cepat kembali pulih, dapat
mengatur siklus dengan baik setelah pemakaian tiga bulan
Kontrasepsi Hormonal
Cincin vagina

Mengandung progesteron saja dan kombinasi.

Disetujui FDA th 2001 & Beredar di Amerika


Serikat
NuvaRing (0.120 mg etonogestrel & 0.015 mg EE
tiap hari)
Indonesia (-)
Farmakokinetik :
• Kadar hormon dalam darah lebih stabil rata-rata 17pg/ml
• Kadar estrogen puncak 60 jam setelah pemasangan,
etonogestrel sekitar 8 hari
• Dapat digunakan 3 minggu

Efek samping :
• Ekspulsi
• Masalah koitus  terasa mengganjal
• Sekresi vagina meningkat

Keuntungan :
• Mudah
• Dapat mengatur siklus sejak bulan pertama pemakaian
• Fungsi reproduksi kembali dengan segera
Kontrasepsi Non-hormonal
Ligasi Tuba

 Cukup lama dipakai


 Keberhasilan yang sangat tinggi

Ikatan
Klip
Metode Cincin
Kauterisasi

Efektifitasnya tertinggi
 angka kegagalan 0.5-3.6%.
Efek samping :
• Berhubungan dengan komplikasi operasi
• Tidak reversible
• Risiko kehamilan ektopik

Keuntungan :
• Sangat efektif
• Sangat sedikit efek samping
• Tidak perlu diulang seperti metoda yang lain
• Tidak berpengaruh pada hormon tubuh ibu
Kontrasepsi Non-hormonal
“Tubal microinserts”

Metoda ini tergolong prosedur baru


Disetujui FDA sejak November 2002.

• Tergolong kontrasepsi permanen / sterilisasi wanita


• Dipasang dengan histeroskopi,
HSG dalam waktu 3 bulan pasca pemasangan
• Gunakan kontrasepsi tambahan sampai
terbukti tuba telah tertutup.
“Tubal microinserts”
“Tubal microinserts” menggunakan
kumparan logam konsentris kecil yang
membungkus serat polietilen tereptalat
(PET) yang diinsersikan pada tuba daerah
interstitialis.

Prinsip :
• PET menyebabkan peradangan lokal tuba
 jaringan fibrotik timbul

• Menyebabkan oklusi tuba komplit


 3-6 bulan
Jenis yang telah ada di Amerika Serikat : Essure®

Efek samping :
• Perforasi uterus / tuba, nyeri, spotting
• Prosedurnya Irreversibel & perlu kontrasepsi tambahan
• Risiko kehamilan ektopik meningkat
• Belum diketahui tingkat efektifitasnya.

Keuntungan :
Tidak mengganggu hormonal tubuh
Kontrasepsi Non-hormonal
AKDR non-hormonal

• Dikenal cukup lama & sering digunakan


• Metoda yang paling efektif dalam kontrasepsi
• Non-hormonal selain sterilisasi.

Angka kegagalan hanya 0.6%

Yang sering digunakan:


Copper T 380A

Efek samping :
• Meningkatkan jumlah darah menstruasi
• Dalam bulan pertama meningkatkan angka infeksi.
Kontrasepsi Non-hormonal
Diafragma dan Cervical cap

Salah satu metode terlama


 digabung dengan penggunaan spermisida.

Prinsip
 Bukan mencegah sperma masuk ke mulut rahim
 Penempatan spermisida lebih baik pada mulut rahim

Pemakaian tidak lebih dari 24 jam


Diafragma baru dilepas 6 jam setelah coitus

Angka kegagalan sampai pada 6-20%


Efek samping :
• Meningkatkan angka infeksi traktus urinarius
• Vaginosis bakterialis

Keuntungan :
• Murah
• Diganti setiap 2 tahun pemakaian
• Tidak mengganggu hormon tubuh
• Efek samping relatif lebih sedikit.
Kontrasepsi Non-hormonal
Spons vagina

• Pertama kali diperkenalkan th 1983


• Digunakan untuk sekali pemakaian
• Caranya :
Dibasahi dengan air  diperas sekali untuk
menyebarkan spermisid-nya
Dimasukkan ke vagina sampai menutupi daerah
mulut rahim

• Dapat dipakai selama 24 jam


• Pencabutan 6 jam setelah coitus terakhir
• Efektifitas tergantung paritas
Nullipara memiliki angka kegagalan 9-20% Multipara
memiliki angka kegagalan 20-40%.
• Efek samping :
Dapat meningkatkan kejadian infeksi jamur bila
pemakaian >24-30 jam.
Kontrasepsi Non-hormonal
Spermisida

• Bentuk :
Krim, foam, gel, supositoria, film

• Dapat digunakan bersamaan dengan metoda


barrier ataupun digunakan terpisah.

• Kehamilan terjadi 18-29% dari pemakaian metoda


ini selama 1 tahun
•Efektifitas bertambah  menggabungkan
spermisida dengan diafragma atau cervical cap
•Penggunaan lebih dari 1x sehari
 meningkatkan angka infeksi
•Tidak dapat mencegah penularan penyakit
menular seksual seperti HIV
TEKNOLOGI REPRODUKSI
BERBANTU (ART)
DEFINISI

Teknologi reproduksi buatan adalah metode penanganan terhadap sel


gamet (ovum, sperma) serta hasil konsepsi (embrio) sebagai upaya
untuk mendapatkan kehamilan di luar cara-cara alami, tidak termasuk
kloning atau duplikasi manusia
Teknologi ini memberi kesempatan kepada pasangan suami istri yang
memiliki masalah dengan proses reproduksi untuk memiliki keturunan
yang tetap berasal dari benih mereka
Teknologi Reproduksi Buatan mencakup setiap fertilisasi yang
melibatkan manipulasi gamet (sperma, ovum) atau embrio diluar
tubuh serta pemindahan gamet atau embrio ke dalam tubuh manusia.
KLASIFIKASI

• Inseminasi buatan
• In Vitro Fertilization (IVF),
• Zygote IntraFallopian Transfer(ZIFT),
• Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dan
• Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT).
INSEMINASI BUATAN

• Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat


sebagai AI) dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang
mengandung sperma dari pria ke dalam organ reproduksi wanita
tanpa melalui hubungan seks atau bukan secara alami.
• Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat
tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim
isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter
akan menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah pertama
sebelum menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya
IN VILTRO FERTILIZATION

Prosedur pembuahan ovum dan sperma di laboratorium yang


kemudian dilanjutkan dengan pemindahan embrio ke dalam uterus
(rahim).
TAHAPAN IFV

1. Induksi Ovulasi
2. Pengambilan Sel Telur
3. Fertilisasi Sel Telur
4. Transfer Embrio
INDUKSI OVULASI

• Pada tahap ini dilakukan stimulasi pertumbuhan sel telur sebanyak


mungkin yang dilakukan dengan pemberian Follicle Stimulating
Hormone (FSH).
• Setelah dihasilkan cukup banyak sel telur, diberikan hormon human
Chorion Gonadotropin (hCG) untuk menstimulasi pelepasan sel telur
yang matang. Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari melalui
pemeriksaan darah dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
PENGAMBILAN SEL TELUR

• Pada tahap ini, sel telur yang telah matang akan diambil dari ovarium
dengan menggunakan jarum yang runcing, kemudian dipindah-kan ke
dalam cawan petri yang telah berisi medium pertumbuhan. Setelah
dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut akan
dibuahi dengan sel sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya
dan dipilih yang terbaik kualitasnya.
FERTILISASI SEL TELUR

• Pada tahap ini, sel sperma motil yang telah diperoleh dari metode
swim-up dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi sel telur,
kemudian disimpan di dalam inkubator. Sel telur dansel sperma yang
telah dipertemukan dilakukan pemeriksaan selama 18-20 jam
kemudian.
• Setelah terjadi fertilisasi (pembuahan), embrio dibiarkan di dalam
inkubator selama 3 – 5 hari.
TRANSFER EMBRIO

• Setelah embrio hasil pembuahan tersebut terbentuk, embrio


tersebutditransplantasikan atau dikembalikan ke dalam rahim melalui
kateter Teflon tanpa pembiusan. Apabila dalam jangka waktu 14 hari
setelah pemindahan embrio tidak terjadi menstruasi / haid, maka
dilakukan pemeriksaan air kemih untuk menentukan adanya
kehamilan.
• Kahamilan baru dipastikan dengan pemerikasaan ultrasonogafi (USG)
seminggu kemudian.
ZIFT

prosedur pemindahan zigot sebagai hasil dari IVF ke dalam saluran


tuba fallopi dengan tujuan agar zigot tumbuh dalam saluran tuba
fallopi
ICSI

• metode yang dikembangkan untuk membantu pasangan infertilitas di


pihak pria.
• dilakukan dengan cara menyuntikkan sel sperma tunggal ke dalam
satu sel telur yang matang dengan menggu-nakan bantuan sebuah
pipet khusus yang kemudian ditransplantasikan ke dalam rahim.
• Metode ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan pada
kasus-kasus adanya ketidaknormalan dalam jumlah dan kualitas
sperma.
GIFT

• prosedur memindahkan ovum yang telah diaspirasi dari ovarium


bersama dengan sejumlah sperma langsung ke dalam saluran tuba
fallopi.
• Metode ini hampir sama dengan metode in Vitro Fertilization (IVF).
Yang menjadi perbedaan antara GIFT dan IVF adalah, pada metode
GIFT, pembuahan antara sel telur dan sel sperma tidak berlangsung
dilaboratorium melainkan secara alami di dalam saluran fallopi
pasien. Jadi setelah sel sperma dan sel telur dikumpulkan dalam
sebuah tabung kateter, sel sperma dan sel telur tersebut dimasukkan
kedalam saluran fallopi pasien agar terjadi pembuahan secara alami.
PERDARAHAN UTERUS
ABNOMRAL
ETIOLOGI PUA

Beberapa kelainan organik pada alat-alat genitalia interna yang


dapatmenjadi penyebab terjadinya PUA adalah bagian berikut ini.
a. Pada serviks uteri: polip serviks uteri, erosi porsio uteri,ulkus (borok)
porsio uteri,karsinoma (kanker pada sel tubuh) uteri.
b. Pada korpus uteri: polip endometrium uteri, abortus iminens, proses
berlangsungnyaabortus, abortus inkomplit, kehamilan mola hidatidosa,
khorio-karsinoma, subinvolusi uteri,karsinoma korpus uteri, sarkoma
(kanker pada jaringan lunak tubuh) uteri, dan mioma uteri.
c. Pada tuba fallopi: kehamilan ektopik terganggu (KET), peradangan
pada tuba fallopi, dantumor tuba fallopi.
d. Pada ovarium: peradangan pada ovarium dan tumor ovarium.
POLA PUA
• Menoragi (hipermenore): menstruasi yang berlarut-larut
atau aliran menstruasi yang hebat yang lebih jauh dapat
dipersulit oleh gumpalan darah. Menoragi dapat
disebabkan oleh leiomioma (seringkali submukosa),
komplikasi kehamilan, hiperplasia endometrium,
adenomiosis, keganasan atau koagulopati.
• Metroragi (perdarahan intermenstruasi): perdarahan
yang terjadi antara dua periode menstruasi. Penyebab:
perdarahan pertengahan siklus (ovulasi), polip
endometrium, kanker endometrium atau serviks,
produksi estrogen endogen dan pemberian estrogen
eksogen.
• Menometroragi: perdarahan yang terjadi pada interval
yang tidak teratur. Biasanya jumlah dan lama perdarahan
bervariasi. Penyebab: sama dengan penyebab metroragi.
POLA PUA
• Polimenore: perdarahan seperti-menstruasi yang terjadi
terlalu sering. Penyebab polimenore biasanya: anovulasi
tetapi kadang kesalahannya pada fase luteal yang memendek.
• Perdarahan pasca koitus (perdarahan kontak) harus diselidiki
untuk menyingkirkan kanker serviks meskipun penyebab yang
paling umum adalah jinak termasuk eversi serviks, polip
serviks, dan infeksi vagina atau serviks.
• Hipomenore (kriptomenore atau perdarahan bercak) adalah
perdarahan menstruasi ringan yang tidak biasa. Kemungkinan
penyebabnya adalah osbtruksi (masalah himen atau serviks),
pelekatan uterus (sindrom Asherman) dan dosis kontrasepsi
oral yang tidak sesuai (dapat dikoreksi).
• Oligomenore adalah menstruasi yang terjadi dengan interval
>35 hari.
KLASIFIKASI PUA

Berdasarkan penyebab perdarahan:


— Kelompok ‘PALM’ merupakan kelainan struktur
yang dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan
atau pemeriksaan histopatologi.
— Kelompok ‘COEIN’ merupakan kelainan non
struktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pencitraan atau histopatologi.
KLASIFIKASI PUA

Berdasarkan jenis perdarahan:


Ø Perdarahan uterus abnormal akut didefenisikan
sebagai perdarahan haid yang banyak sehingga perlu
dilakukan penanganan segera untuk mencegah
kehilangan darah.
Ø Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan
terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang
telah terjadi lebih dari 6 bulan. Kondisi ini biasanya
tidak memerlukan penanganan yang segera seperti
PUA akut.
GANGGUAN REPRODUKSI
PADA PRIA DAN WANITA
Pada Pria

A. Masalah pada sperma


1. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan
atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya
jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan
jumlah sperma yang abnormal di dalam semen. Pembentukan sperma
yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5 (lebih rendah dari suhu
tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di
dalam Skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian
marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan
nitrofurantoin).
2. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau
tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan) bisa
menyebabkan azoospermia (tidak terbentuk sperma
sama sekali)
Jika di dalam semen tidak terdapat fruktosa (gula yang
dihasilkan oleh vesikula seminalis) berarti tidak
terdapat vas deferens atau tidak terdapat vesikula
seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus
ejakulatorius.

3. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling


sering ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel
adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.
Variko kel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis
dan mengurangi laju pembentukan sperma.
4. Ejakulasi retrograde terjadi jika semen mengalir
melawan arusnya, yaitu semen mengalir ke dalam
kandung kemih dan bukan ke penis
Kelainan ini lebih sering ditemuk an pada pria yang
telah menjalani pembedahan panggul (terutama
pengangkatan prostat) dan pria yang menderita
diabetes. Ejakulasi retrograd juga bisa terjadi akibat
kelainan fungsi saraf.

b. Impotensi
c. Kekurangan hormon
d. Polusi lingkungan.
e. Pembentukan jarin gan parut akibat penyakit
menular seksual.
Pada Wanita

1. Jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis


2. Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh
ovarium/sel telur).
Kadang ovulasi tidak terjadi akibat tidak dilepaskannya GnRH
(Gonadonadotropin-releasing hormone) oleh hipotalamus
3. Kelainan hormon.
4. Kekurangan gizi.
5. Kista ovarium
6. Infeksi panggul.
7. Tumor.
8. Kelainan lendir servikal (lendir reher rahim).
KONSELING PADA KB
TUJUAN

1) Meningkatkan penerimaan
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan
komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan informasi mengenai KB oleh
klien
2) Menjamin pilihan yg cocok
Menjamin petugas dank lien memilih cara terbaik yang sesuai dengan keadaan
kesehatan dan kondisi klien
3) Menjamin penggunaan yg efektif
Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana menggunakan
KB dengan benar dan mengatasi informasi yang keliru tentang cara tersebut
4) Menjamin kelangsungan yang lebih lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara
tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efeksampingya
JENIS KONSELING

1) Konseling Awal
– Bertujuan menentukan metode apa yg diambil
– Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membentu klien untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya
– Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini :
• Menanyakan langkah yg disukai klien
• Apa yg diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan kekurangannya
2) Konseling Khusus
– Memberi kesempatan k/ untuk bertanya ttg cara KB dan membicarakan pengalamannya
– Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yg diinginkannya
– Mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang cocok dan mendapatkan penerangan lebih jauh
tentang penggunaannya
3) Konseling Tindak Lanjut
– Konseling lebih bervariasi dari konseling awal
– Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yg serius yang memerlukan rujukan dan masalah yang
ringan yang dapat diatasi di tempat
LANGKAH KONSELING

1) GATHER
G : Greet
Berikan salam, kenalkan diri dan buka komunikasi
A : Ask
Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/ kebutuhan sesuai dengan
kondisi yang dihadapi?
T : Tell
Beritahukan persoalan pokok yg dihadapi pasien dari hasil tukar informasi dan carikan upaya
penyelesaiannya
H : Help
Bantu klien memahami & menyelesaikan masalahnya
E : Explain
Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera
terlihat/ diobservasi)
R : Refer/Return visit
Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai. Buat jadwal kunjungan
Ulang)
LANGKAH KONSELING

2) Langkah Konseling KB SATU TUJU


Langka SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan dengan
kebutuhan klien.
SA : Sapa dan salam
· Sapa klien secara terbuka dan sopan
· Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi pasien
· Bangun percaya diri pasien
· Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T : Tanya
· Tanyakan informasi tentang dirinya
· Bantu klien pengalaman tentang KB dan kesehatan reproduksi
· Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan
U : Uraiakan
· Uraikan pada klien mengenai pilihannya
· Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain
LANGKAH KONSELING

TU : Bantu
· Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya
· Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya
J : Jelaskan
· Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya.
· Jelaskan bagaimana penggunaannya
· Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi
U : Kunjungan Ulang
· Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan
atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.
TAHAPAN KONSELING KB

1) KEGIATAN KIE
a) Sumber informasi pertama tentang jenis alat/ metode KB dari
petugas lapangan KB
b) Pesan yang disampaikan :
• Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan
keluarga
• Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang kaitannya dengan
cara kerja dan metode kontrasepsi)
• Jenis alat/metode kontrasepsi, cara pemakaian, cara kerjanya
serta lama pemakaian
TAHAPAN KONSELING KB
2) Kegiatan Bimbingan
a) Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan menjaring calon peserta KB
b) Tugas penjaringan : memberikan informasi tentang jenis
kontrasepsi lebih objektif, benar dan jujur sekaligus meneliti apakah
calon peserta memenuhi syarat
c) Bila iya à rujuk ke KIP/K

3) Kegiatan Rujukan
a) Rujukan calon peserta KB, utk mendapatkan pelayanan KB
b) Rujukan peserta KB, untuk menindaklanjuti komplikasi
TAHAPAN KONSELING KB
4) Kegiatan KIPK/K
a) Menjajaki alasan pemilihan alat
b) Menjajaki aa klien sudah mengetahui/ paham ttg alat kontrasepsi
tsb
c) Menjajaki klien tahu/tdk alat kontrasepsi lain
d) Bila belum, berikan informasi
e) Beri klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya
kembali
f) Bantu klien mengambil keputusan
g) Beri klien informasi, apapun pilihannya, klien akan diperiksa
kesehatannya
h) Hasil pembicaraan akan dicatat pada lembar konseling
TAHAPAN KONSELING KB
5) Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
a) Pemeriksaan kesehatan : anamnesis dan Px. Fisik
b) Bila tidak ada kontra indikasi à pelayanan kontrasepsi dapat
diberikan
c) Untuk kontrasepsi jangka panjang perlu inform consent

6) Kegiatan Tindak Lanjut


Petugas melakukan pemantauan keadaan peserta KB dan diserahkan
kembali kepada PLKB
INFORMED CONSENT

1) Persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarga atas informasi


dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap klien
2) Setiap tindakan medis yang beresiko harus persetujuan tertulisi
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan (klien) dlm
keadaan sadar dan sehat
KONSELING PADA
PASANGAN INFERTIL
a. Konseling Awal
• Konseling awal adalah konseling yang dilakukan pertama kali sebelum
dilakukan konseling spesifik. Biasanya dilakukan oleh petugas KB
lapangan (PLKB) yang telah mendapatkan pelatihan tentang konseling
kontap pria. Dalam konseling awal umumnya diberikan gambaran
umum tentang kontrasepsi. Walaupun penjelasan yang diberikan
adalah penjelasan secara umum, tetapi penjelasannya harus tetap
obyektif, baik keunggulan maupun keterbatasan sebuah alat
kontrasepsi dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, syarat
bagi pengguna kontrasepsi, serta komplikasi dan angka kegagalan
yang mungkin terjadi.
• Pastikan klien mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk
menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti
berbagai risiko yang mungkin terjadi. Apabila klien dan pasangannya
telah tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat
kontrasepsi, dirujuk pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk
tahapan konseling spesifik.
b. Konseling Spesifik
• Konseling spesifik dilakukan setelah konseling pendahuluan. Dalam
tahap ini konseling lebih ditekankan pada aspek individual dan
privasi. Pada konseling spesifik yang bertugas sebagai konselor adalah
petugas konselor, para dokter, perawat dan bidan. Konselor harus
mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela dengan
pendapat atau penjelasan konselor. Setelah semua informasi dari
klien terkumpul, maka lakukan pengelompokan dan penyaringan,
kemudian berikan informasi yang tepat dan jelas untuk
menghilangkan keraguan, kesalahpahaman. Berbagai penjelasan
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan rasional sangat
membantu klien mempercayai konselor serta informasi yang
disampaikan. Di samping itu klien dapat mengambil keputusan tanpa
tekanan dan berdasarkan informasi yang benar.
c. Konseling Pra Tindakan
• Konseling pra tindakan adalah konseling yang dilakukan pada saat
akan dilakukan prosedur penggunaan kontrasepsi. Pada konseling pra
tindakan yang bertindak sebagai konselor adalah dokter, operator
petugas medis yang melakukan tindakan. Tujuan konseling ini untuk
mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai tingkat
kemampuan klien untuk menghentikan infertilitas, evaluasi proses
konseling sebelumnya, melihat tahapan dari persetujuan tindakan
medis dan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan.
d. Konseling Pasca Tindakan
• Konseling pasca tindakan adalah konseling yang dilakukan setelah
tindakan selesai dilaksanakan. Tujuannya untuk menanyakan kepada
klien bila ada keluhan yang mungkin dirasakan setelah tindakan, lalu
berusaha menjelaskan terjadinya keluhan tersebut, memberikan
penjelasan kepada klien atau mengingatkan klien tentang perlunya
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar kontrasepsi efektif
misalnya pada kontrasepsi vasektomi perlu penggunaan kondom
selama 20 kali ejakulasi setelah divasektomi.
Mengelola Kasus Infertilitas

a) Pasangan suami –istri harus dipandang sebagai satu kesatuan


biologis yang utuh
b) Pasangan infertilitas sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang
telah dijadwalkan.
Selanjutnya beberapa hal yang dapat diambil sebagai langkah untuk
membantu mengatasi masalah yang dialami pasutri dengan infertilitas
a) Ubah gaya hidup dan kebiasaan bersenggama, yaitu terutama
dilakukan pada saat istri berada pada masa subur.
b) Pemberian obat-obatan (disesuaikan dengan penyebabnya).
c) Pemberian terapi hormonal (bila mengalami gangguan hormonal
yang mengakibatkan gangguan ovulasi pada wanita, maupun gangguan
produksi spermatozoa pada laki-laki).
d) Terapi reproduksi dibantu (perencanaan bayi tabung).
e) Adopsi
penekanan perilaku yang sangat dianjurkan untuk membantu pasutri
dengan masalah infertilitas. Hal tersebut meliputi :
a) Bersikap baik dan simpatik terhadap pasangan yang mengalami
infertilitas, karena mereka membutuhkan dukungan dan pengertian.
b) Memberikan pengertian terhadap pasangan untuk menghargai satu
sama lain. Jangan saling menyalahkan.
c) Memberi support bahwa keadaan sepeti ini tidak hanya menimpa
satu pasangan saja, berikan alternatif pengobatan lain yang masih bisa
di usahakan.
d) Membantu mencari alaternatif untuk mengadopsi anak, bila upaya
tindakan bayi tabung tidak berhasil.
e) Membantu pasangan untuk mencari jalan lain supaya dekat dengan
anak-anak dan bisa menerima kenyataan hidup.

Anda mungkin juga menyukai