Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

PARTUS PREMATURUS

Oleh:

Vania Sufi 1940312132


Nabila Hana Asri 1940312132

Pembimbing:
dr. Syahrial Syukur, SpOG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Persalinan Preterm 2
2.1.1 Definisi 2
2.1.2 Epidemiologi 2
2.1.3 Klasifikasi 3
2.1.4 Etiologi dan patofisiologi 3
2.1.5 Diagnosis 6
2.1.6 Penatalaksanaan 8
2.1.7 Komplikasi 10
2.1.8 Pencegahan 12
BAB III LAPORAN KASUS 13
BAB IV PEMBAHASAN 22
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan preterm menurut WHO adalah persalinan pada usia


kehamilan kurang dari 37 minggu lengkap atau kurang dari 259 hari, terhitung
sejak hari pertama siklus haid terakhir, atau dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Persalinan preterm merupakan kelainan proses yang multifaktorial.
Manajemen persalinan perterm meliputi tirah baring (bedrest), hidrasi dan
sedasi, pemberian tokolitik, pemberian steroid, pemberian antibiotik,
emergency cerclage, dan perencanaan persalinan.
Persalinan prematur adalah penyebab utama terjadinya morbiditas dan
mortalitas neonatal di seluruh dunia, yaitu sebesar 60-80%. Di Indonesia angka
morbitas pada premature mencapai 19% dan merupakan penyebab utama
kematian perinatal. Apabila kelahiran di Indonesia diperkirakan sebanyak
5.000.000 orang pertahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi sebanyak
56/1000 KH, menjadi sebesar 280.000 per tahun. Dimana artinya sekitar 2,2-
2,6 menit satu bayi meninggal. Penyebab kematian bayi premature antara lain
Asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-
7%), dan cacat bawaan (1-3%).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan Preterm


2.1.1 Definisi
Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu atau kurang dari 259 hari sejak hari
pertama haid terakhir1. Partus prematurus atau persalinan prematur juga
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran
dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) dari hari pertama
haid terakhir2. Himpunan Kedokteran Fetomaternal (POGI) di Semarang
menetapkan bahwa persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan 22 – 37 minggu3.

2.1.2 Epidemiologi
Persalinan preterm juga dapat dibagi menurut usia kehamilan, sekitar 5%
persalinan preterm terjadi pada usia kurang dari 28 minggu (extreme prematurity),
sekitar 15% terjadi pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar
20% pada usia 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia 34-36
minggu (near term)3
Diperkirakan terdapat 12.870 persalinan preterm per 1000 kelahiran di
seluruh dunia (9,6%), di USA kejadian persalinan preterm adalah 12 -13%, di
Afrika terdapat 4.047 persalinan preterm per 100 kelahiran (11,9%), di Eropa
sebesar 466 per 1000 kelahiran (6,2%), di Asia 6.097 per 1000 kelahiran atau
9,1%, dan di Asia Tenggara 6.097 per 1000 kelahiran(11,1%) 4. Angka kejadian
persalinan prematur di Indonesia pada taun 1983 adalah 18,5% dan pada tahun
1995 menurun menjadi 14,2%. Menurut data terakhir pada tahun 2005 jumlah
persalinan prematur di Indonesia adalah 10%2.

2
Prematuritas dewasa ini menjadi merupakan faktor tersering terkait
morbiditas dan mortalitas bayi. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi –
bayi prematur, gangguan respirasi menyebabkan kematian sebesar 44% pada
bayi usia kurang dari 1 bulan. Jika berat bayi kurang dari 1000 gram maka
angka kematian naik menjadi 74%. Karena lunaknya tulang tengkorak serta
immaturitas, bayi prematur lebih rentan terhadap kompresi kepala. Perdarahan
intrakranial lebih sering terjadi pada bayi prematur dibandikan dengan bayi
aterm2. Setiap tahun sekitar 4 juta bayi meninggal dalam 4 minggu pertama
kehidupan (periode neonatal). Secara global diperkirakan penyebab langsung
kematian neonatal adalah prematuritas (28%), infeksi berat 26%, dan asfiksia
28%.

2.1.3 Klasifikasi
Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi
beberapa, yaitu:
a. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very
preterm)
c. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur
(extremely preterm)

2.1.4 Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab persalinan preterm untuk semua kasus adalah berbeda–beda.
Persalinan preterm, merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi
keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik memiliki pengaruh
terhadap terjadinya persalinan preterm. Kadang hanya resiko tunggal dijumpai
seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini atau trauma5.
Beberapa faktor resiko terjadinya persalinan preterm adalah abortus
yang mengancam, faktor gaya hidup seperti merokok, pertambahan berat badan
ibu yang tidak adekuat, penggunaan narkoba. Faktor maternal lain yang terlibat

3
adalah usia ibu terlalu muda atau terlalu tua, tubuh pendek, kesenjangan ras dan
etnik, hiperaktivitas selama kehamilan, faktor genetik, penyakit periodontal,
cacat lahir, interval antara kehamilan sebelumnya dan saat ini, serta riwayat
persalinan preterm pada kehamilan sebelumnya6.

sTabel 2.1. Faktor resiko persalinan preterm


Terdapat empat penyebab utama untuk kelahiran kurang bulan di Amerika Serikat.
yaitu :
1. Persalinan atas indikasi ibu atau janin sehingga persalinan diinduksi atau bayi
dilahirkan dengan persalinan sesar.
2. Persalinan kurang bulan spontan tak terjelaskan dengan selaput ketuban utuh.
3. Ketuban pecah dini preterm (PPROM) idiopatik
4. Kelahiran kembar dan multijanin yang lebih banyak
Pada persalinan preterm, 30 – 35% teridentifikasi, sebanyak 40 – 45% dikarenakan
persalinan kurang bulan spontan dan 30-35% karena PPROM6.

4
Gambar 2.1. Tempat potensial terjadinya infeksi bakteri intrauterin

Ada beberapa jalur yang dapat menyebabkan masuknya bakteri ke


dalam uterus. Bakteri dapat berasal dari migrasi dari kavum abdomen melalui
tubafallopi, infeksi dari jarum amnionsintesis yang terkontaminasi, secara
hematogen melalui plasenta, atau melalui serviks dari vagina. Pada persalinan
preterm dengan membran yang utuh bakteri yang paling banyak ditemukan
adalah Ureaplasma urealitycum, Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis,
peptostretococcus, dan spesies bakterioides7. Organisme yang sering
berhubungan dengan infeksi saluran genital pada wanita tidak hamil Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis, jarang ditemukan dalam uterus
sebelum pecah ketuban, sedangkan bakteri yang sangat sering berhubungan
dengan korioamnionitis dan infeksi janin setelah pecah ketubah, group B
streptococci dan Escherichia coli, hanya ditemukan kadang-kadang. Jarang,
organisme saluran non genital, seperti organisme di mulut genus

5
capnocitophaga, ditemukan di dalam uterus yang berhubungan dengan
persalinan prematur dan korioamnionitis7.
Organisme ini mencapai uterus dapat melalui plasenta dari sirkulasi
atau mungkin dengan kontak oral genital. Meskipun demikian, kebanyakan
bakteria yang ditemukan dalam uterus dalam hubungannya dengan persalinan
prematur berasal dari vagina. Bakteri dari vagina menyebar secara ascendens
pertama kali ke dalam ruang koriodesidua. Pada beberapa wanita, organisme ini
melewati membran korioamniotik yang intak ke dalam cairan amnion, dan
beberapa fetus akhirnya menjadi terinfeksi. Bukti infeksi melalui rute ini
berasal dari penelitian 609 wanita yang fetusnya dilahirkan dengan seksio sesar
sebelum pecah ketuban. Setengah dari 121 wanita dengan kultur membran
positif juga memiliki organisme dalam cairan amnion. Sebagian kecil fetus
memiliki kultur darah atau cairan serebrospinal yang positif saat persalinan.
Wanita dengan kultur membran positif memiliki respon peradangan yang aktif,
ditandai dengan ditemukannya leukosit histologis pada membran dan adanya
konsentrasi interleukin 6 yang tinggi dalam cairan amnion.

Tabel 2.2. Etiologi dan jalur persalinan preterm yang diakui secara umum3

2.1.5 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis diperlukan untuk mencari faktor resiko. Faktor resiko ini penting dan
dalam kaitannya dengan terjadinya persalinan preterm. Berikut adalah beberapa
faktor resiko terjadinya persalinan preterm3:

6
1. Faktor resiko mayor :
a. Kehamilan multipel
b. Polihidramniom
c. Anomali uterus
d. Dilatasi serviks > 2cm pada usia kehamilan 32 minggu
e. Riwayat abortus 2 kali atau lebih pada trimester II
f. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
g. Riwayat menjalani prosedur operasi pada serviks (cone biopsy, loop
electrosurgical excision procedure)
h. Penggunaan cocain dan amphetamine
i. Operasi besar pada abdomen.
2. Faktor resiko minor
a. Perdarahan pervaginam setelah 12 minggu
b. Riwayat pyelonefritis
c. Merokok
d. Riwayat abortus
Pasien tergolong resiko tinggi apabila ditemukan lebih dari satu faktor resiko
mayor atau dua atau lebih fator resiko minor, atau keduanya. Disamping faktor resiko
di atas faktor resiko lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat sosiobiologi (usia ibu,
jumlah anak, obesitas, status sosioekonomi yang rendah, ras, stress lingkungan) dan
komplikasi kehamilan lainnya (infeksi maternal, preeklampsia-eklampsia, plasenta
previa, kehamilan yang diperoleh melalui bantuan medikasi, terlambat atau ridak
melakukan asuhan antenatal3.

2. Gejala Klinis
Beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai ancaman persalinan preterm :
a. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau 140 dan 259 hari.
b. Kontraksi uterus (his) yang teratur yaitu berulang 7-8 kali atau 2-3 kali dalam 10
menit.

7
c. Merasakan gejala seperti kaku di perut, menyerupai rasa kaku seperti menstruasi,
rasa tekanan intrapelvik, nyeri punggung bawah (low back pain).
d. Mengeluarkan lendir bercampu darah pervaginam.
e. Pemeriksaan dalam menunjukkan serviks telah mendatar 50-80%, atau telah terjadi
pembukaan sedikitnya 2 cm.
f. Selaput amnion sering kali telah pecah.
g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika6.
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The
American College of Obstreticians and Gynecologists, adalah sebagai berikut :
a. Kontraksi yang terjadi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60 menit dan
perubahan progresif pada serviks.
b. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm.
c. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.

2.1.6 Penatalaksanaan
Manajemen persalinan perterm meliputi7:
1. Tirah baring (bedrest)
2. Hidrasi dan sedasi
3. Pemberian tokolitik
4. Pemberian steroid
5. Pemberian antibiotik
6. Emergency Cerclage
7. Perencanaan persalinan

1. Tirah baring (bedrest)


Kepentingan istirahat rebah disesuaikan dengan kebutuhan ibu, namun
secara statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian kurang bulan secara
statistik7.

2. Hidrasi dan sedasi

8
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah
persalinan preterm, karena sering terjadi hipovolemik pada ibu dengan
kontraksi premature, walaupun mekanisme biologisnya belum jelas. Preparat
morfin dapat digunakan untuk mendapatkan efek sedasi7.

3. Pemberian tokolitik
Tokolitik akan menghambat kontraksi myometrium dan dapat menunda
persalinan. Berikut adalah alasan pemberian tokolitik pada persalinan
preterm5 :
a. Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.
b. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru
janin.
c. Memberi kesempatan trasnfer intrauterin pada afsilitas yang lebih lengkap.
d. Optimalisasi personel.

4. Pemberian Steroid
Pemakaian kortikosteroid dapat menurunkan kejadian RDS. kematian
neonatal dan perdarahan intraventrikuler. Dianjurkan pada kehamilan 24 — 34
minggu, namun dapat dipertimbangkan sampai 36 minggu.Kontra indikasi :
infeksi sistemik yang berat, (tuberkulosis dan korioamnionitis). Betametason
merupakan obat terpilih, diberikan secara injeksi intramuskuler dengan dosis 12
mg dan diulangi 24 jam kemudian. Efek optimal dapat dicapai dalam 1 - 7 hari
pemberian, setelah 7 hari efeknya masih meningkat. Apabilatidak terdapat
betametason, dapat diberikan deksametason dengan dosis 2 x 5 mg
intramuskuler per hari selama 2 hari7.

5. Antibiotika
Pemberian antibiotika pada persalinan tanpa infeksi tidak dianjurkan
karena tidak dapat meningkatkan luaran persalinan. Pada ibu dengan ancaman
persalinan preterm dan terdeteksi adanya vaginosis bakterial, pemberian

9
klindamisin ( 2 x 300 mg sehari selama 7 hari) atau metronidazol ( 2 x 500 mg
sehari selama 7 hari). atau eritromisin (2 x 500 mg sehari selama 7 hari) akan
bermanfaat bila diberikan pada usia kehamilan minggu7.

6. Emergency cerclage
Di negara maju telah dilakukan emergency cerclage pada ibu hamil
dengan pembukaan dan pendataran serviks yang nyata tanpa kontraksi. Secara
teknik hal ini sulit dilakukan dan berisiko untuk terjadi pecah ketuban7.

7. Perencanaan Persalinan
Persalinan preterm harus dipertimbangkan kasus perkasus, dengan
mengikutsertakan pendapat orang tuanya. Untuk kehamilan <32 minggu
sebaiknya ibu dirujuk ke tempat yang mempunyai fasilitas neonatal intensive
care unit (NICU).. Kehamilan 24- 37 minggu diperlakukan sesuai dengan risiko
obstetrik lainnya dan disamakan dengan aturan persalinan aterm. Tidak
dianjurkan forsep atau episiotomi elektif7.

2.1.7 Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu :
Pada ibu setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering
terjadi sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyenbuhan luka
episiotomi3.
b. Komplikasi pada bayi :
Tabel 3.3. Komplikasi persalinan preterm pada bayi
Masalah – masalah utama jangka pendek dan jangka panjang pada berat badan bayi
sangat rendah

Organ atau Masalah jangka pendek Masalah jangka panjang


sistem

10
Paru – paru Sindroma distress pernafasan, Displasia bronkopulmunore,
kebocoran udara, displasia penyakit jalan nafas reaktif,
bronkopulmuner, asma.
pneumoprematuritas.

Gastrointestinal Hiperbilirubinemia, gangguan Gagal tumbuh, sindroma


atau nutrisional makan, necritizing enterocolitis short-bowel, kolestasis

Imunologi Infeksi nosokomial, infeksi Infeksi respiratory syncitial


perinatal, imunodefisiensi. virus, bronkiolitis.

Sistem saraf Perdarahan intraventrikularm Cerebral palsy, hidrosefalus,


pusat leukomalasia periventrikular, atrofi serebral, hambatan
hidrosefalus neurodevelopmental,
gangguan pendengaran

Oftalmologi Retinopati prematuritas Kebutaan, ablasio retina,


miopia, starbismus
Kardiovaskuler Hipotensi, paten ductus arteriosus, Hipertensi pulmonal,
hipertensi pulmonal hipertensi saat dewasa
Renal Ketidakseimbangan air dan Hipertensi saat dewasa
elektrolit

Hematologi Anemia iatrogenik, memerlukan


transfusi berulang, anemia
prematuritas

Endokrinologi Hipoglikemia, kadar tiroksin Kelemahan regulasi glukosa,

11
rendah sementara, defisiensi peningkatan resistensi insulin
kortisol

2.1.8 Pencegahan
Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
yang beruhungan dengan persalinan preterm dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Pencegahan primer
Ditujukan kepada semua wanita, sebelum dan selama kehamilan untuk
mencegah dan mengurangi resiko.
a. Pencegahan primer sebelum pembuahan dan selama kehamilan
- Memberikan pendidikan : kepada semua wanita usia reproduksi diberikan
pendidikan mengenai faktor – faktor resiko persalinan preterm.
- Mengkonsumsi suplemen nutrisi
- Menghentikan konsumsi rokok
- Melakukan asuhna prenatal.
- Melakukan perawatan periodontal3.

b. Pencegahan sekunder
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko pada wanita
yang diketahui memiliki faktor resiko mengalami persalinan preterm. Bentuk
pencegahan sekunder antara lain, :
- Modifikasi aktivitas ibu (tirah baring, pembatasan aktifitas kerja, tidak
berhubungan seksual selama kehamilan).
- Pemberian sumplemen nutrisi
- Peningkatan perawatanbagi wanita yang beresiko
- Pemberian progesteron3.
BAB III

12
LAPORAN KASUS

Nama : Ny. Reza Okfarina


Usia : 35 tahun
No. Rekam Medik : 40.26.09
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 12 Januari 2021
Alamat : Balai-balai, Padang Panjang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Nama Ibu Kandung : Elmawati
Suku : Jambak
No. HP : 082174491960

Anamnesis:
Seorang pasien wanita usia 35 tahun masuk IGD RSUD Padang Panjang pada tanggal
12 Januari 2021 pukul 05.00 WIB dengan keluhan utama nyeri pinggang menjalar ke
ari-ari sejak 7 jam yang lalu disertai keluar lender bercamour darah sejak 3 jam yang
lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


 Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari hilang timbul dirasakan sejak 7 jam SMRS
 Keluar lendir campur darah dari kemaluan sejak 3 jam SMRS
 Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada
 Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada
 Tidak haid sejak ± 7 bulan yang lalu

13
 HPHT: 25-05-2020 TP: sulit ditentukan
 Gerak anak tidak dirasakan sejak awal kehamilan
 Riwayat Hamil Muda: Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
 ANC: kontrol ke bidan setiap bulann, kontrol ke Sp.OG bulan ke-3 dan ke-6
 Riwayat Hamil Tua: Mual (-),muntah (-), perdarahan (-)
 Riwayat Menstruasi:  Menarche umur 12 th, siklus haid tidak teratur, lamanya
3-4 hari, banyaknya 3-4x ganti duk/hari, nyeri haid (-)

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Tidak ada riwayat alergi
 Tidak ada riwayat penyakit asma dan penyakit paru lainnya
 Tidak ada riwayat penyakit darah tinggi
 Tidak ada riwayat penyakit kencing manis
 Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, dan ginjal lainnya
 Pasien tidak pernah menderita kelainan perdarahan.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.

Riwayat Perkawinan: 1  tahun 2007

Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 4/0/4


1. 2008, ♀, 3000 gram, cukup bulan, SC, hidup
2. 2012, ♂, 2900 gram, cukup bulan, spontan, SpOG, hidup
3. 2016, ♂, 2900 gram, cukup bulan, spontan, SpOG, hidup
4. Sekarang

Riwayat Kontrasepsi : kontrasepsi suntik, per 3 bulan

14
Riwayat Imunisasi : (-)
Riwayat Pendidikan : Tamat SMA
Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Kebiasaan : merokok (-), alkohol (-), narkoba (-)

Pemeriksaan Fisik :
KU : Sedang
Kesadaran : Komposmentis, kooperatif
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 65 kg
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 ⁰C
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Tenggorokan : Tidak ada kelainan

Gigi dan Mulut: Tidak ada kelainan

Leher : Inspeksi: JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Thorak :
- Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS ICS V
 Perkusi : batas jantung dalam batas normal

15
 Auskultasi : bunyi jantung murni reguler, murmur (-)
- Pulmo
 Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris, kiri=kanan
 Palpasi : vokal fremitus simetris kiri=kanan
 Perkusi : sonor, kiri=kanan
 Auskultasi : vesikuler, kiri=kanan, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : lihat status obstetrikus
Genitalia : lihat status obstetrikus
Ekstremitas : Gerakan dalam batas normal, edema -/-, Refleks Fisiologis +/+,
Refleks Patologis -/-

Status Obstetrikus :
Abdomen :
I Tampak membuncit sesuai usia kehamilan preterm, striae gravidarum
(-), linea mediana hiperpigmentasi (+), sikatrik (+) bekas SC tahun
2008
   Pa   Fundus uteri teraba 2 jari di atas pusat, ballotement (+)
TFU : 17 cm TBA : 620 gram His : (+) 3-4x/45”/kuat
Au   DJJ : 180-200x/menit

Genitalia         
Inspeksi V/U tenang, PPV (-)
VT Pembukaan 5 cm
Selaput ketuban (-)
Penipisan 100%

USG
Janin hidup tunggal intrauterin, presentasi kepala
Gerak aktifitas janin baik
BPD: 26 minggu

16
AC: 25 minggu
FL: 25 minggu

Kesan : Gravid preterm 25-26 minggu sesuai biometri


Janin hidup tunggal intra uterin presentasi kepala

Laboratorium Darah Tanggal 12 Januari 2021

Parameter Hasil Normal Value Unit

Haemoglobin 12,3 12.00-14.00 g/dl

Leukosit 21.660 5.600-16.900 /mm3

Trombosit 228,000 150.00-400.00 103/mm3


Hematokrit
34 37.00-43.00 %

Hitung jenis 0/1/90/4/5

Diagnosa :
G4P3A0H3 Parturien Preterm 25-26 minggu kala 1 fase aktif + bekas SC 1x
Janin Hidup Tunggal Intra Uterine Presentasi Kepala

Sikap :
- Kontrol KU, VS, His, DJJ
- Pandu persalinan

Rencana : Partus pervaginam

17
FOLLOW UP

Tanggal 12 Januari 2021, Jam 05.00 WIB


S/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari semakin lama semakin kuat dan sering (+),
gerak anak (-), keluar air-air dari kemaluan (-)

O/ KU Kes TD N R T
Sdg CMC 120/70 mmHg 80 x/m 20 x/m 36,7ºC
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Abdomen : His 3-4x/45’’/kuat, DJJ 180-200x/menit
Genitalia : V/U tenang, PPV (-), VT: pembukaan 4-5 cm, portio medial,
penipisan 80%, selaput ketuban (-) sisa jernih, UUK kanan depan HII-III
A/
– G4P3A0H3 parturien preterm 25-26minggu kala I fase aktif + bekas sc 1x
– Janin Tunggal Hidup Intra Uterine presentasi kepala

Sikap
 Kontrol KU, VS, PPV, his, DJJ
 Informed consent
 Konsul perinatologi

Rencana: Ikuti persalinan

Tanggal 12 Januari 2021, Jam 06.00 WIB


S/: nyeri pinggang menjalar ke ari-ari semakin lama semakin kuat dan sering (+),
keluar lendir campur darah (+) gerak anak (-), keluar air-air dari kemaluan (+)
O/ KU Kes TD N R T
Sdg CMC 120/80 mmHg 80 x/m 20 x/m 36,7ºC

Abd: His 4-5/45’/K

18
DJJ 80-90x/menit
Gen : I: v/u tenang, PPV (-)
VT: pembukaan 7cm
Selaput ketuban (-), sisa jernih
UUK kanan depan HII-III
A/:
– G4P3A0H3 parturien preterm 25-26minggu kala I fase aktif + bekas
SC 1x
– Janin hidup tunggal intra uterine presentasi kepala
P/:
Sikap
 Kontrol KU, VS, PPV, his, DJJ
 Informed consent

Rencana: ikuti persalinan

Tanggal 12 Januari 2021, Jam 06.05 WIB


S/: telah dilakukan partus pervaginam, lahir bayi laki-laki, berat 900gram, panjang
badan 40cm, APGAR Score 0/0, maserasi grade 0, bayi meninggal lahir plasenta
lengkap 1 buah
O/: KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CmC 120/70 80 22 36,5˚C
Abd : FUT teraba 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik
Gen : I: v/u tenang, PPV (-)
A/: P4A0H3 post partus prematurus pervaginam, bayi meninggal
P/: Pantau Kala IV

Follow up 13 Januari 2021, 08.00 WIB


S/: Demam (-) Asi (+/+) PPV (-) , BAB dan BAK(+)
O/ KU Kes TD N R T

19
Sdg CMC 120/70 mmHg 80 x/m 20 x/m 36,7ºC
Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Abd : FUT 2 jari dibawah pusat, Kontraksi baik
Gen : I: V/U tenang, PPV (-)
A/: P4A0H3 post partus prematurus spontan
P/: - Perawatan post partum
- Diatab 2x1
- Parasetamol 3x 500mg
- Amoksisilin 3x500mg
- Vit C 3x50mg
- Rencana pulang hari ini
- Edukasi diet TP
- Kontrol puskesmas 1 minggu setelah melahirkan

20
21
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien wanita usia 35 tahun didiagnosa sebagai G4P3A0H3 hamil 25-26


minggu inpartu kala I fase laten janin tunggal hidup presentasi kepala. Dari
anamnesis, pasien mengakui HPHT pasien jatuh pada tanggal 25 Mei 2020.
Kehamilan ini merupakan kehamilan keempat pasien. Pasien tidak memiliki
riwayat abortus. Pasien datang ke RSUD Padang Panjang pada tanggal 12
Januari 2021 pukul 05.00 WIB dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-
ari sejak 7 jam sebelumnya, dirasa makin lama makin sering disertai keluar
lender bercampur darah dan air-air yang banyak sejak 3 jam sebelum masuk
rumah sakit. Dari pemeriksaan fisik obstetri didapatkan fundus uteri teraba 2
jari di atas pusat, TFU 17 cm, TBA 620 gram, His (+) 3-4x/45’’/kuat, DJJ 180-
200x/menit. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 5 cm, portio
medial, penipisan 80%, selaput ketuban (-) sisa jernih, UUK kanan depan HII-III
dan presentasi kepala.
Pada pasien ini dilakukan persalinan pervaginam setelah pembukaan
dinilai cukup untuk melahirkan janin. Pada pasien ini dilakukan observasi
terhadap DJJ dan tanda vital ibu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan
janin dan juga keadaan ibu, DJJ dipantau untuk mengetahui jika ditemukan
adanya gawat janin yang dapat mengancam janin. Pada 06.00 WIB, didapatkan
penurunan DJJ menjadi 80-90x/menit, pembukaan 7cm, ketuban (-) sisa jernih
dan UUK kanan depan setinggi HII-III. Pada pukul 06.05 WIB, lahir bayi laki-
laki dengan APGAR score 0/0, BB 900 gram, PB 40 cm serta plasenta lahir
lengkap 1 buah, ukuran 16x15x2 cm, berat 400 gr, PJTP 48 cm, insersi
parasentralis.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya partus prematurus
yaitu stress, infeksi, plasenta previa, solusio plasenta, kebiasaan merokok pada
ibu, usia ibu <18 tahun atau >40 tahun, gizi buruk, indeks massa tubuh rendah,
anomali janin, oligohidramnion dan polihidramnion, dan lain-lain.
Pasien didiagnosis polihidramnion oleh SPOG sebelumnya pada saat

22
kontrol kehamilan usia 3 bulan dan 6 bulan. Pada pasien ini diperkirakan
polihidramnion merupakan faktor resiko terjadinya partus prematurus.
Polihidramnion merupakan keadaan berlebihnya volume cairan amnion pada
massa kehamilan. Sebagian besar penyebab kasus polihidramnion adalah
idiopatik, setelah penyebab lainnya disingkirkan. Defek menelan pada janin
menjadi penyebab utama terjadinya polihidramnion akibat ketidakmampuan
absorbsi cairan amnion.Pada keadaan normal, terdapat keseimbangan antara
produksi dan absorbsi cairan amnion. Penyebab lain keadaan ini pada janin
yaitu infeksi (TORCH), kelainan kromosom, kelainan urogenital dan
neuromuskular.
Prevalensi yang dilaporkan dari kelahiran prematur pada pasien dengan
polihidramnion adalah 11,1-29,4%. Distensi uterus yang berlebihan memainkan
peranan kunci dalam memulai persalinan prematur yang berhubungan dngan
kehamilan multiple, polihidramnion, dan makrosomia. Mekanisme dari distensi
uterus yang berlebihan hingga menyebabkan persalinan prematur masih belum
jelas. Namun diketahui, peregangan rahim akan menginduksi ekspresi protein
gap junction, seperti connexin-43 (CX-43) dan CX-26, serta menginduksi
protein lainnya yang berhubungan dengan kontraksi, seperti reseptor oksitosin.
Pada penelitian in vitro, regangan miometrium juga meningkatkan
prostaglandin H synthase 2 (PGHS-2) dan prostaglandin E (PGE). Regangan
otot pada segmen menunjukkan peningkatan produksi IL-8 dan kolagen, yang
pada gilirannya akan memfasilitasi pematangan serviks

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Cubinont, H. 2011. Prevention of Preterm Labour: 2011 Update on


Tocolysis. Saint-luc University Hospital :Hindawi Publishing Corporation.
Journal of Pregnancy.
2. Oxorn, Harry. 2010. Human Labor and Birth. Oxorn-Foote. Norwalk, Conn :
Appleton-Century-Crofts.
3. Novalia, Rima. 2010. Persalian Preterm. Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
4. Stacy et al. 2010. The worldwide incidence of preterm birth: a systematic
review of maternal mortality and morbidity. NCBI.
5. Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta : P.T Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
6. Cunningham et al. 2018. Obstetri Williams.Volume 2. Edisi 25. Dallas:
McGraw-Hill
7. P.O.G.I. 2011. Panduan Pengelolaan Persalianan Preterm Nasional.
Bandung : Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI.

24

Anda mungkin juga menyukai