Anda di halaman 1dari 27

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
1. Tekanan darah
a. Pengertian tekanan darah
Tekanan darah adalah aktivitas otot-otot jantung dan aliran
darah secara keseluruhan di mana saat jantung memompa darah, otot-
otot jantung mengerut atau berkontraksi, sebaliknya saat jantung
beristirahat darah dari seluruh tubuh masuk ke jantung (Ardiansyah.
(2012). Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri
oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah
mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Kontraksi
jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi aorta. (Poter & Perry,
2005).
Menurut Guyton (2007), tekanan darah berarti daya yang
dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.
Unit standar untuk pengukuran tekanan darah adalah millimeter air
raksa (mmHg). Pengukuran menandakan sampai setinggi mana
tekanan darah dapat mencapai kolom air raksa. Bila seseorang
mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh darah adalah 50 mmHg,
itu artinya daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air
rakda melawan gravitasi sampai setinggi 50 mm (Guyton, 2007).

b. Klasifikasi tekan darah


Menurut Poter & Perry (2005), tekanan darah diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu tekanan darah sitolik dan tekanan darah diastolik:
1) Tekanan darah sistolik
Tekanan darah sistolik adalah puncak dari tekanan maksimum saat
ejeksi terjadi. Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri
10

sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol,


atau tekanan sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg.
2) Tekanan darah diastolik
Tekanan darah diastolik adalah terjadinya tekanan minimal yang
mendesak dinding arteri setiap waktu darah yang tetap dalam arteri
menimbulkan tekanan. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu
darah mengalir keluar selama diastol yakni tekanan diastolik, rata-
rata tekanan diastol adalah 80 mmHg.

c. Mean Arterial Pressure


Mean Arterial Pressure atau biasa disebut MAP adalah
hitungan rata-rata tekanan darah arteri yang dibutuhkan agar sirkulasi
darah sampai ke otak. MAP yang dibutuhkan agar pembuluh darah
elastis dan tidak pecah serta otak tidak kekurangan oksigen/normal
MAP adalah 70-100 mmHg. Apabila < 70 atau > 100 maka tekanan
rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu dengan meningkatkan atau
menurunkan tekanan darah pasien tersebut (Devicaesaria, 2014).
Rumus menghitung MAP:
MAP = sistol + 2 (diastol)
3

2. Hipertensi
a. Pengertian hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 90 mmHg (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan penting di
seluruh dunia karena prevalensinya tinggi dan terus meningkat
sehubungan dengan penyakit kardiovaskuler, stroke dan penyakit
ginjal (Kartika, 2012).
11

b. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi sesuai dengan JNC-VIII 2013 (The Eight
Joint National Comitee) on prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure, antara lain:
Table 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VII 2013
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 160 atau >160 100 atau >100

Menurut Woods, Froelicher, Motzer & Bridges, (2009),


hipertensi juga dapat dikategorikan berdasarkan MAP (Mean Arterial
Pressure). Rentang normal MAP adalah 70-99 mmHg.
Table 2.2. Kategori Hipertensi berdasarkan MAP merujuk pada JNC
VIII (2013)
Kategori Nilai MAP (mmHg)
Normal <93
Pre hipertensi 93-105
Hipertensi stage 1 106-119
Hipertensi stage 2 120 atau >120

c. Etiologi
Penyebab hipertensi menurut Ardiansyah (2012) dibagi
menjadi dua, yaitu:
1) Hipertensi primer/hipertensi esensial
Hipertensi ini penyabnya tidak diketahui (idiopatik),
walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti
kurang bergerak dan pola makan. Penyebab ini mencapai 90%
yang terjadi pada penderita hipertensi (Kemenkes, 2014). Banyak
faktor yang mempengaruhinya, antara lain jenis kelamin, genetik,
usia, lingkungan, sistem saraf otonom, merokok, konsumsi garam
12

berlebih, alkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, dan stress (Fuad


2012)
2) Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial
Hipertensi ini diketahui penyebabnya sekitar 5-10%.
Beberapa gejala atau penyakit yang dapat menyebabkan penyakit
hipertensi adalah coarctation aorta (penyempitan aorta
kongenital), penyakit ginjal, gangguan kontrasepsi hormonal
(estrogen), gangguan endokrin, stress, kehamilan, luka bakar,
peningkatan volume intravaskuler dan merokok (Kemenkes, 2014).

d. Faktor-faktor risiko hipertensi


1) Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dirubah
Berikut adalah beberapa faktor risiko hipertensi menurut
Fuad (2012), antara lain:
a) Keturunan atau genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan anggota keluarga itu mempunyai faktor risiko
menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasiun
terhadap sodium. Seseorang dengan orang tua yang menderita
hipertensi berisiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi. Kasus hipertensi esensial 70-80% diturunkan dari
orang tuanya (Anggraini dkk, 2009).
b) Jenis kelamin
Prevalensi penderita hipertensi pada wanita lebih
banyak dari pada pada laki-laki. Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yan tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
13

pada usia menopause. Pada wanita pre-menoaupose mulai


kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama
ini melindungi pembuluh darah dan kerusakan. Proses ini
berlanjut di mana hormone estrogen tersebut merubah
kuantitasnya sesuai dengan usia wanita 45-55 tahun. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelain wanita sekitar 56,5% (Anggarini,
2009).
Hipertensi banyak terjadi pada pria bila terjadi pada
usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita
setelah usia 55 tahun dengan persentase 60%. Hal ini sering
dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause
(Marliani 2007 dalam Nuranto, 2014).
c) Umur
Tekanan darah cenderung meningkat seiring
bertambahnya usia. Pada umumnya hipertensi banyak terjadi
pada orang-orang berusia di atas 40 tahun. Menurut Hanns
Petter (2009 dalam Fuad 2012) mengemukakan bahwa kondisi
yang berkaitan dengan usia adalah arterosklerosis dari arteri-
arteri utama, terutama aorta dan akibat dari berkurangnya
elastisitas. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta kehilagan daya penyesuaian diri.
2) Faktor risiko hipertensi yang dapat dirubah
a) Aktivitas fisik/olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan
hipertensi karena olahraga isotonik dan dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah dan melatih otot jantung menjadi terbiasa apabila jantung
harus melakukan pekerjaan lebih berat karena adanya kondisi
tertentu. Kurangnya aktivitas meningkatkan risiko obesitas.
Orang-orang-orang yang tidak aktif cenderung memiliki detak
14

jantung yang lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
jantung memompa maka semakin besar pula kekakuan yang
mendesak arteri. Riset di Oregon Health Science kelompok
laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan
kelompok yang beraktivitas fisik dapat menurunkan sekitar
6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor
penyebab aterosklerosis (Rohaendi 2008 dalam Nuranto, 2014).
b) Obesitas
Obesitas berisiko terhadap muculnya beerbagai
penyakit jantung dan pembuluh darah. Seseorang disebut
obesitas apabila melebihi BMI (Body Mass Index). BMI untuk
orang Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran tentang
risiko kesehatan yang berhubungan dengan berat bedan.
Sebagian besar penderita hipertensi mempunyai berat badan
berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan yang berat
badannya normal dapat menderita obesitas (Marliani, 2007).
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi
yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
berat badannya normal (Marliani, 2007).
c) Konsumsi garam berlebih
WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang
dapt mengurangi risiko hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah kurang dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram atau 6 gram garam) per hari. Konsumsi natrium yang
berlebih dapat menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan tubuh ekstraseluler meningkat. Utuk normalnya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstravaskuler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler menyebabkan meningkatnya volume darah,
15

sehingga berdampak pada tekanan darah tinggi (Wolff, 2008


dalam Nuranto 2014).
d) Merokok
Perokok berat dapat dihubungkan dangan peningkatan
insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis yang
mengalami ateroklerosis. (Rahyani, 2007 dalam Nuranto,
2014).
e) Konsumsi alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat
merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh
darah. Kebiasaan meminum alkohol berlebihan termasuk salah
satu faktor risiko hipertensi (Marliani, 2007).
f) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan satu cangkir
kopi mengandung 75-200 mg kafein, di mana dalam satu
cangkir tersebut berpotensi menigkatkan tekanan darah 5-10
mmHg.
g) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis. Peningkatan saraf simpatis
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat meningkatkan
tekanan darah menetap tinggi (Rohaendi, 2008). Sedangkan
menurut Anggraini (2009), stress akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan
karakteristik personal (Nuranto, 2014).
16

h) Pil KB
Menurut Nuranto (2014), risiko meningkatnya tekanan
darah berhubungan denagn lamanya pemakaian pil KB (12
tahun berurut-turut).

e. Patofisiologi
Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem saraf
kompleks dan hormonal yang saling berhubungan antara satu dengan
yang lain dalam mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler
perifer, yang ikut serta dalam mempengaruhi tekanan darah yaitu
refleks baroreseptor dengan mekanismenya. Curah jantung ditentukan
oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung, dan tahanan perifer
ditentukan oleh diameter arteriol, jika diameternya mengalami
penurunan (vasokontriksi) maka tahanan perifernya akan meningkat
dan sebaliknya jika diameternya mengalami peningkatan (vasodilatasi)
maka perifernya akan menurun. Pengaturan primer tekanan arteri
dipengaruh oleh baroreseptor pada sinus karotikus dan arkus aorta
yang menyampaikan impuls ke pusat saraf simpatis di medulla
oblongata, impuls tersebut akan menghambat sinus saraf simpatis
(Muttaqin, 2009).
Dari berbagai penelitian telah di temukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Tingkat stress diduga
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. seseorang
mengalami stres katekolamin yang ada di dalam tubuh akan meningkat
sehingga mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis, dan
terjadi peningkatan saraf simpatis, ketika saraf simpatis meningkat
maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot jantung sehingga
menyebabkan curah jantung meningkat, keadaan inilah yang
cenderung menjadi faktor mencetus hipertensi (Khotimah, 2013).
Cara kerja sistem saraf simpatik berlawanan dengan cara kerja
sistem saraf parasimpatik. Keduanya mengontrol sebagian besar organ
17

dalam tubuh. Saraf simpatis berfungsi untuk vasokonstriksi,


meningkatkan kerja jantung, meningkatkan tekanan darah, sirkulasi
darah, kadar glukosa sel, dilatasi pupil, bronkhus dan naiknya aktivitas
mental. Sedamgkam saraf parasimpatis berperan terhadap vasodilatasi
pembuluh darah, menurunkan frekuensi jantung dan mengaktifkan
kerja organ pencernaan (Ganong, 2008).
Tekanan pada arteri akan meningkat sehingga ujung-ujung
baroreseptor akan tegang atau melebar dan memberikan respon
terhadap penghambat saraf simpatis, dengan respon terjadinya pusat
akselerasi gerak jantung dihambat. Mekanisme lain yang mempunyai
reaksi jangka panjang dari adanya peningkatan tekanan darah oleh
faktor ginjal. Renin yang dilepaskan oleh ginjal ketika aliran darah ke
ginjal menurun sehingga terbentuk angiotensin I, kemudian berubah
menjadi angiotesin II. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah
dengan mengakibatkan kontraksi arteriol secara langsung, sehingga
resistensi perifer menjadi meningkat,yang secara tidak langsung juga
akan merangsang pelepasan aldosteron, yang menyebabkan terjadinya
resistensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulsi perasaan
haus, selain itu juga pelepasan eritropoetin yang menyebabkan
produksi sel darah merah meningkat. Manifestasi dari ginjal dan secara
simultan tekanan darah akan meningkat (Muttaqin, 2009).

f. Manifestasi klinis hipertensi


Manifestasi klinis hipertensi menurut Ardiansyah (2012),
antara lain:
1) Nyeri kepala (pusing) yang kadang disertai dengan mual muntah
dan rasa berat di daerah tengkuk
2) Mata berkunang-kunang atau pandagan menjadi kabur
3) Sukar tidur dan nokturia (sering berkemih di malam hari)
4) Telingan berdenging (tinitus)
5) Mimisan (epistaksis)
18

6) Sesak nafas
7) Kelelahan
8) Mudah marah
9) Edema dependen dan terjadi pembengkakan akibat tekanan kapiler
meningkat

g. Komplikasi
Menurut Chung dalam Shanty (2011) menunjukkan hipertensi
mempunyai komplikasi, antara lain:
1) Stroke
Stroke merupakan salah satu komplikasi dari tekanan darah
tinggi. Stroke yaitu kerusakan otak yang disebabkkan oleh
berkurangnya atau terhentinya suplai darah ke otak secara tiba-tiba,
dan jaringan otak yang mengalami hal ini akan mengalami
kematian dan tidak dapat berfungsi lagi.
2) Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara secara sistemik dapat
meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari vertikel
kiri sehingga beban jantung bertambah, dari kejadian hal itu
akibatknya terjadi hipertrofi vertikel kiri untuk meningkatkan
kontriksi.
3) Penyakit arteri koronaria
Hipertensi merupakan faktor utama penyakit arteri koroaria
berdama dengan diabeters mellitus. Plak terbentuk pada daerah
percabangan arteri yang menuju ke erteri koronaria kiri, arteria
kanan, dan jarang pada arteri sirompleks.
4) Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
di mata, sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan
kebutaan.
19

5) Gagal ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran
darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring
kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut ginjal menyaring
lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Gagal
ginjal kronis terjadi akibat penimbunan garam dan air, atau system
renin angiotensin aldosterone (RAA).
6) Ensefalopati hipertensi
Ensepalopati hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan
tekanan arteri yang disertai mual, muntah, nyeri kepala yang
berkelanjutan ke koma dan tanda-tanda klinis kekurangan fungsi
saraf.

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi secara garis besar menurut Smelzer
& Bare (2009) dibagi menjadi dua, antara lain non-farmakologi
hipertensi antara lain:
1) Penatalaksanaan non-farmakologi, antara lain:
a) Mengurangi obesitas atau menurunkan berat badan
b) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Pengurangan
asupan garam menyesuaikan kebiasaan makan penderita.
c) Melakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat
selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
d) Berhenti meroko dan tidak mengkonsumsi alkohol.
e) Lakukan relaksasi dan hindari stress psikososisal
Relaksasi dengan cara melakukan yoga, meditasi, hipnoterapi,
terapi murottal, terapi relaksasi benson, terapi musik klasik
yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah. Ciptakan suasana menenangkan
bagi pasien penderita hipertensi.
20

2) Penatalaksanaan secara farmakologi


Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan
tekanan darah dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, antara
lain:
a) Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu
ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air.
Meningkatnya ekskresi pada ginjal yang akan mengurangi
cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
b) Vasodilator (obat-obatan antihipertensi yang efeknya
memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan
darah secara langsung.
c) Penghambat adrenergik (Beta blocker, alfa blocker, alfa-beta
blocker). Penghambat adrenergik berguna untuk menghambat
pelepasan renin, angiotensin, juga tidak akan aktif. Angiotensin
I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan
berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah.
d) Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
Obat ini mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga
terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang
menyebabkan terjadinya ekskresi natrium, air dan retensi
kalsium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah.
e) Antagonis kalsium
Antagonis kalsium mekanisme kerjanya menyebabkan
vasodilator atau yang memperlebar pembuluh darah.

3. Hipnoterapi
a. Pengertian
Hypnosis kondisi seseorang mampu berespon terhadap sugesti
yang sesuai, dengan mengalami perubahan persepsi daya ingat atau
21

mood (Kaplan, 2002 dalam Prasetya 2014). Sedangkan menurut Wong


(2013) hypnosis adalah kondisi pikiran di mana fungsi analitis logis
direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi
bawah sadar (subconscisius atau unconscisius). Pada alam bawah sadar
tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk
lebih meningkatkan kualitas hidup.
Hipnoterapi adalah terapi pikiran dan penyembuhan yang
mengguanakan metode hypnosis untuk memberi sugesti atau perintah
psikologis untuk mengubah pikiran, perasaan dan perilaku menjadi
lebih baik (Novrizal, 2010). Hipnoterapi sering digunakan untuk
memodifikasi perilaku manusia, perasaan, sikap, pola hidup, pola
makan, keadaan disfungsional, kecemasan, manajemen rasa sakit, dan
perkembangan pribadi bahkan kecantikan seperti melangsingkan
tubuh.

b. Jenis-jenis hypnosis
Menurut Mahardika (2015) ada 4 jenis hypnosis dilihat dari
pelakunya, antara lain:
1) Self hypnosis
Jenis hypnosis ini dilakukan oleh seseorang terhadap
dirinya sendiri.
2) Hetero hypnosis
Jenis hypnosis ini dilakukan oleh seseorang terhadap orang
lain. Contohnya adalah hypnosis yang dilakukan seorang
hipnoterapis terhadap subjek atau klien.
3) Para hypnosis
Jenis ini adalah kondisi hypnosis yang terjadi kerena obat.
Contohnya seorang tenaga medis menggunakan obat anastesi
hingga pasien tidak sadar secara fisik, namun pikiran pasien masih
aktif dan tetap dapat mendengar apapun yang dikatakan orang-
orang di sekitarnya.
22

4) Waking hypnosis
Jenis ini adalah hypnosis yang dilakukan dalam keadaan
sadar.

c. Struktur dasar hipnoterapi


1) Pre-induksi
Pre-induksi merupakan suatu proses untuk mempersiapkan
status situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara hipnoterapis
dengan klien agar proses pre-induksi berlangsung dengan baik,
maka sebelumnya hipnoterapis harus dapat mengenali aspek
psikologis dari klien, antara lain hal yang diminati, hal yang tidak
diminati, apa yang diketahui klien terhadap hypnosis, dan
sebagainya (Prasetya, 2014). Pre-induksi dapat berupa percakapan
ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat
mendekatkan seorang hipnoterapis secara mental terhadap seorang
klien. Pre-induksi merupakan tahapan yang bersifat kritis.
Seringkali kegagalan hypnosis dari proses induksi yang tidak tepat
(Novrizal, 2010). Salah satu yang dilakukan pada pre-induksi
adalah uji sugestibilitas yang harus dilakukan untuk mengetahui
tingkat sugestivitas alamiah dari klien, dan selanjutnya
hipnoterapis dapat melakukan hypnosis training yang biasanya
dapat meningkatkan tingkat sugestivitas (IBH, 2000 dalam
Novrizal 2010).
Menurut Wong (2011) ada beberapa jenis tes kedalaman
tingkat hypnosis, yaitu:
a) Rigid catalepsy
Prinsip dasar tes ini adalah memandu pasien untuk
berimajinasi agar tangannya menjadi keras dan kaku seperti
besi. Maka tidak ada kekuatan yang dapat membengkokkan
tangannya (tangan dikepal).
23

b) Eye catalepsy
Prinsip dasar tes ini adalah memandu pasien untuk
berimajinasi agar kelopak matanya terkunci rapat. Maka
matanya tidak dapat dibuka oleh siapapun termasuk dirinya
sendiri.
c) Lock the hands
Prinsip dasar tes ini memandu pasien untuk berimajinasi
agar kedua tangannya dijepit (seperti tangan berdoa) saling
terkunci rapat. Sehingga kedua tangannya tidak dapat dibuka
oleh siapapun, termasuk dirinya sendiri.
2) Induksi
Induksi adalah sarana utama untuk membawa seseorang
untuk berpindah dari conscisius mind ke sub conscisius mind
(tance) (Prasetya 2014). Menurut Wong (2011) induksi adalah
suatu teknik untuk membawa seseorang atau klien ke dalam
kondisi hypnosis. Secara sederhana, verbal induction adalah suatu
rangkaian sugesti yang dibawakan secara persuasif, sehingga
membawa klien berpindah dari conscisius mind ke sub conscisius
mind (Prasetya 2014). Salah satu teknik untuk menginduksi adalah
teknik relaksasi progresif.
Contoh skripnya adalah sebagai berikut:
“Sekarang, saya akan memandu Anda untuk melakukan
relaksasi… ambil posisi yang paling nyaman bagi Anda sekarang..
bagus… seperti itu… Tutup mata anda…. Tarik napas panjang dan
hembuskan dengan perlahan-lahan…. Rasakan bersama hembusan
napas Anda … berkatalah pada diri sendiri: “aku semakin rileks…”
dan rasakan bahwa diri Anda menjadi semakin rileks… dan
semakin nyaman… sekarang pusatkan perhatian pada bagian atas
kepala Anda… rasakan sensasi rileks yang ada di sana… dan
perintahkan kulit kepala Anda menjadi lebih rileks lagi… Anda
dapat melakukannya dengan tersenyum dalam hati.. dan Anda
24

rasakan sekarang Anda mulai merasa mengantuk… itu bagus..


nikmati saja perasaan tersebut… Sekarang… bawa sensasi rileks
tersebut menyebar ke bawah hingga menyebar ke seluruh kepala
Anda… bagus sekali… rasakan otot-otot di bawah wajah Anda
menjadi lebih rileks.. dan lebih nyaman lagi… rasakan kelopak
mata anda menjadi sangat malas untuk digerakkan.. dan itu
membuat Anda merasa jauh lebuh nyaman... Sebarkan lagi sensasi
rileks dan nyaman tersebut ke bagian leher, dada dan perut Anda…
rasakan sensasi tersebut perlahan-lahan membuat leher, dada dan
perut Anda berubah menjadi rileks… dan lebih nyaman... bagus…
seperti itu… sebarkan pula sensasi tersebut ke punggung Anda,
sehingga kini punggung Anda merasakan jauh lebih rileks dan
lebih nyaman… Sekarang, sebarkan sensasi tersebut ke kedua
lengan Anda… rasakan lengan Anda menjadi lebih rileks dan lebih
nyaman… Anda merasakan kenyamanan yang luar biasa ini
menjadi kedua lengan menjadi sangat malas untuk digerakkan..
bagus sekali… Sebarkan lagi rasa rileks tersebut ke kedua kaki
anda, mulai dari pinggul ke paha, lutut dan telapak kaki… rasakan
rasa rileks tersebut membuat Anda jauh lebih nyaman… dan
membuat kedua kaki Anda menjadi sangat malas untuk
digerakkan… bagus… seperti itu… Sekarang, seluruh tubuh Anda
telah menjadi sangat rileks… sangat nyaman… seluruh badan
Anda menjadi sedemikian malasnya untuk digerakkan dan Anda
menjadi sangat mengantuk.. sangat dalam… rasakan terus… Anda
kini lebih mengantuk lagi… lebih dalam.. lebih… dan Anda tetap
mendengar suara saya…“
3) Deepening
Deepening atau pendalaman adalah suatu teknik untuk
mendalami kondisi trance dari pasien. Semakin dalam trance
seseorang maka semakin mudah menerima berbagai macam sugesti
(Wong, 2011). Konsep dasar deepening adalah membimbing
25

subjek klien untuk mengimajinasi melakukan suatu kegiatan atau


berada di tempat yang mudah dirasakan oleh klien. Rasa
mengalami secara dalam ini akan membimbing subjek memasuki
trance level semakin dalam (Prasetya, 2014).
Contoh skrip untuk deepening:
“Sekarang gunakan imajinasi Anda untuk membayangkan diri
Anda berada di tempat yang sangat Anda sukai… sangat nyaman…
sangat damai… rasakan diri Anda benar-benar berada di sana…
dengarkan suara-suara yang ada di sekitar justru membuat Anda
tidur semakin dalam… Saya akan menghitung mundur mulai dari
lima ke satu. Dan pada hitungan ke satu Anda benar-benar
merasakan berada di tempat tersebut dengan kondisi yang semakin
rileks.. semakin rileks… dan semakin nyaman…
Lima, bayangkan Anda berada di suatu tempat yang Anda senangi
tersebut.. dengarkan suara-suara yang mungkin timbul.. dan suara
tersebut membawa Anda ke kondisi yang semakin nyaman dan
semakin dalam… rasakan pula sensasi kenyamanan yang ada pada
tempat tersebut… mungkin udara sekitar… atau apapun hal yang
membawa Anda dalam kondisi semakin nyaman dan dalam…
Empat… rasakan dan semakin nikmatilah sensasi nyaman tesebut..
bayangkan saja, Anda dapat mulai berbaring di situ… berbaring
dengan semakin nyaman dan tenang… dan semakin dalam…
Tiga… tidurlah dengan semakin dalam dan nyaman di tempat itu.
Sambil tetap medengarkan suara saya. semakin fokus dengan suara
saya… tidur semakin dalam…
Dua, lebih dalam lagi… lebih nyaman lagi… karena tempat
tersebut benar-benar Anda sukai.. dan Anda merasa jauh lebih
rileks sekarang… lebih nyaman… dan lebih dalam…
Satu... sekarang, Anda jauh lebih dalam lagi… sangat nyaman..
sangat nyenyak.. dan sangat dalam.. dua kali lebih dalam… dan
Anda tetap fokus pada suara saya…”
26

4) Sugesti
Sugesti adalah kalimat-kalimat saran yang disampaikan
oleh hipnoterapis kepada klien ketika klien berada dalam kondisi
trance. Sugesti yang diharapkan berlaku atau dapat menjadi nilai
baru bagi seorang klien walaupun telah disadarkan dari tidur
hypnosis atau disebeut dengan post hypnosis suggestion (PHS).
PHS tidak akan bertahan lama bilamana tidak sesuai atau
bertentangan dengan nilai dasar dari klien. Dalam hipnoterapi, PHS
merupakan bagian yang sangat penting karena merupakan inti dari
tujuan hipnoterapi. Terapi sugesti biasanya dilakukan selama 15-20
menit. Pada pelakanaannya dapat dilakukan proses deepening
berulang kali untuk pendalaman relaksasi klien (Prasetya, 2014).
Contoh skripnya adalah sebagai berikut:
“Saat ini seluruh tubuh anda semakin rileks dan santai. Dahi Anda
menjadi rileks dan santai. Wajah menjadi rileks dan santai. Anda
rasakan perlahan-lahan rasa rileks tersebut memasuki semua bagian
tubuh anda. Sekarang anda menjadi sangat rileks dan santai.”
“Sekarang, di setiap tarikan napas, Anda akan menarik energi
relaksasi berwarna kuning keemasan yang sangat besar. Energi
relaksasi, yang membuat pembuluh darah menjadi lebih rileks...
lebih elastis dan bayangkan sebuah meteran atau alat ukur yang
menggambarkan tekanan darah menjadi lebih normal... S“Saat ini
seluruh tubuh Anda semakin rileks dan santai. Dahi Anda menjadi
rileks dan santai. Wajah menjadi rileks dan santai. Anda rasakan
perlahan-lahan rasa rileks tersebut memasuki semua bagian tubuh
Anda. Sekarang Anda menjadi sangat rileks dan santai.”
“Sekarang, di setiap tarikan napas, Anda akan menarik energy
relaksasi berwarna kuning keemasan yang sangat besar. Energi
relaksasi, yang membuat pembuluh darah menjadi lebih rileks...
lebih elastis dan bayangkan sebuah tensimeter atau alat ukur yang
menggambarkan tekanan darah menjadi lebih normal...
27

Saat ini Anda berpikir… bahwa Anda mampu mengontrol tekanan


darah Anda… Anda rasakan bahwa aliran darah Anda mengalir
dengan baik ke seluruh tubuh Anda… tekanan darah Anda menjadi
normal… dan tubuh Anda menjadi sangat sehat…
“Setiap hari Anda menciptakan pikiran dan perasaan yang positif
dan selaras. Energi relaksasi mengubah kehidupan Anda dan
memberikan Anda kesehatan dan kebahagiaan. Kesehatan Anda
semakin baik dari hari ke hari. Anda semakin memancarkan
kesehatan. Anda bernapaskan keselarasan, kekuatan dan
kesehatan.”
5) Terminasi
Terminasi adalah tahapan untuk mengakhiri proses
hypnosis. Konsep dasar terminasi adalah memberikan sugesti atau
perintah agar klien tidak mengalami kejutan psikologis ketika
terbangun dari tidur hypnosis. Standar dari proses terminasi adalah
membangun sugesti positif yang akan membuat tubuh seorang
klien lebih segar dan relaks, kemudian diikuti dengan regresi
beberapa detik untuk membawa klien dalam kondisi normal
kembali (Prasetya, 2014).
Contoh skripnya adalah sebagai berikut:
“Dalam hitungan 5 Anda akan terbangun… kembali ke kesadaran
semula secara utuh… sehat wal afiat… dengan segala sugesti
positif saya melekat erat selama-lamanya pada diri dan jiwa Anda.
1… Tarik nafas panjang… 2… Hembuskan perlahan-lahan… 3…
Rasakan tubuh Anda menjadi semakin segar… semakin segar…
dan semakin sehat…. Semakin sehat… 4… Rasakan tubuh Anda
10 kali lipat lebih sehat… lebih segar… lebih sehat…. 5... Rasakan
tubuh dan pikiran Anda semakin sehat… semakin segar… semakin
sehat… dengan segala sugesti positif yang telah saya berikan…
buka mata Anda perlahan-lahan… Buka mata Anda perlahan-
28

lahan… sadari dan rasakan tubuh Anda semakin segar… semakin


sehat…”

d. Mekanisme pengaruh hipnoterapi terhadap tekanan darah


Stimulasi suara akan diterima oleh thalamus yang kemudian
diteruskan ke sistem limbik dan primary corties (sehingga akan
mempengaruhi sistem limbik). Zat-zat di sistem limbik (serotonin,
norephineprin, GABA) akan mempengaruhi hypothalamus akan
menstabilkan pengeluaran CRF yang berlebihan sehingga pengeluaran
hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari glandula pituitary stabil.
Selanjutnya aktivitas adrenal menjadi normal dan produksi kortisol
stabil, sehingga stress berkurang (Novrizal, 2010). Penurunan hormon
ACTH menyebabkan seseorang menjadi rileks dan tenang. Pada saat
relaksasi sistem saraf parasimpatis bekerja menstimuli turunnya fungsi
yang dinaikkan oleh sistem saraf parasimpatis. Kemudian sel saraf
mengeluarkan hormon norepinefrin yang menyebabkan tubuh menjadi
rileks dan tekanan darah menurun (Rachmawati & Diyah, 2015).

4. Terapi murottal
a. Pengertian
Murottal adalah rekaman suara Al-Quran yang dilagukan oleh
seorang qori’ (pembaca Al-Quran) (Siswantinah, 2011). Ada banyak
sekali jenis nyanyian atau lagu murottal yang telah direkam dan sudah
tersebar luaskan, adapun qori’ yang biasa diperdengarkan di Indonesia
adalah Sheikh Mishary Rashed Alafasy, Abdur-Rahman As-Sudais,
Hani Ar-Rifai, Ahmad Saud, dan lain-lain.
Bacaan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara
manusia, sedangkan suara manusia itu sendiri merupakan alat
penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah
dijangkau. Suara bisa menurunkan hormon-hormon stres.
Mengaktifkan hormon endofrin alami, perasaan rileks, dan
29

mengalihkan dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki system


kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak.
Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat
baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih
dalam dan metabolisme yang lebih baik (Heru, 2008).

b. Manfaat terapi murrottal


Al-Qur’an merupakan obat yang mujarab. Baik penyakit hati
maupun penyakit fisik, baik penyakit dunia ataupun penyakit akhirat.
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari murottal (mendengarkan
bacaan ayat-ayat Al-Qur’an) (Heru, 2008) antara lain:
1) Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil akan
mendapatkan ketenangan jiwa.
2) Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia,
suara manusia atau seseorang adalah instrument atau alat
penyembuhan yang sangat menakjubkan dan alat yang mudah
dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,
mengaktifkan hormon endoprin alami, meningkatkan perasaan
rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,denyut nadi,
dan aktifitas gelombang otak (Heru, 2008).

c. Cara kerja terapi murottal Al-Qur’an terhadap penurunan tekanan


darah
Terapi murottal memberikan dampak positif bagi psikologis.
Peneliti menggunakan audio murottal surat Ar-rahman sebagai sarana
relaksasi pada pasien hipertensi, terapi diperdengarkan kepada pasien,
efek suara dari audio berkaitan dengan proses impuls suara yang di
transmisikan kedalam tubuh dan mempengaruhi sel–sel tubuh. Suara
30

yang di terima oleh telinga kemudian di terima oleh saraf pusat


kemudian di transmisikan keseluruh bagian tubuh. Selanjutnya saraf
vagus dan sistem limbik membantu kecepatan denyut jantung,
respirasi, mengontrol emosi. Terapi audio murottal dapat
memunculkan gelombang delta di daerah frontal dan sentral di sebelah
kanan dan kiri otak. Daerah frontal yaitu sebagai pusat intelektual
umum dan pengatur emosi (Abdurrahman, 2008).
Ketika pasien di dengarkan terapi audio sistem saraf
mengkomunikasikan hipotalamus untuk mensekresi atau meningkatkan
hormon endofrin di kelenjar piutary dan menekan hormon stres,
epineprin dan norepinefrin di kelenjar adrenal sehingga terapi audio
mampu menurunkan tekanan darah, menurunkan denyut nadi,
memperlambat pernafasan, detak jantung, dan aktivitas gelombang
otak (Billal, 2015).

d. Murottal Surat Ar-Rahman


Salah satu metode penyembuhan Al-Qur’an adalah dengan
mendengarkan bacaan Al-Qur’an (murottal). Murottal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah surat Ar Rahman. Surat Ar-Rahman
merupakan surat ke 55 dan terdiri dari 78 ayat. Didalam surat ini
terdapat ayat yang dijadikan acuan para dokter muslim untuk
menangani masalah kesehatan yang dinyatakan sebagai “state of
equilibrium” dan merupakan sumber terbaik pada prinsip sehat
menurut Islam (Ernawati, 2013). Dasar pemilihan surah Ar-rahman
dalam penelitian ini adalah suart ini memiliki makna mengenai
kemurahan dan sifat kasih sayang Tuhan kepada hambaNya serta
terdapat 31 ayat yang diulang yang artinya “maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamudustakan?” Ayat ini mengajarkan rasa
syukur yang harus kita lakukan setiap saat kepada Tuhan (Qadhi, 2009
dalam Sokeh, Yunie & Chanif, 2013)
31

Pemberian murrotal surat Ar-rahman akan menimbulkan rasa


percaya diri, rasa optimisme (harapan kesembuhan), mendatangkan
ketenangan, damai dan merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
sehingga mengakibatkan rangsangan ke hipotalamus untuk
menurunkan produksi CRF (Corticotropin Releasing Factor). CRF
akan merangsang kelenjar pituitary anterior untuk menurunkan
produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormone). Hormon ini akan
merangsang kortek adrenal untuk menurunkan sekresi kortisol.
Kortisol ini menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi tingkat
kecemasan dan nyeri (Oken, 2004, dalam Sokeh, Yunie & Chanif,
2013).
Pramisiwi, Pratiwi, Frita, dkk (2011, dalam Sokeh, 2013)
mengatakan bahwa Surah Ar-rahman mempunyai timbre medium,
pitch 44 Hz, harmony regular dan consistent, Rhythm andate
(mendayu-dayu), volume 60 decibel, intensitas medium amplitudo,
sehingga mempunyai efek relaksasi. Karakteristik Surah Ar-Rahman
yang dilantunkan oleh Ahmad Saud telah divalidasi oleh seorang ahli
di laboratorium seni Fakultas Budaya dan Seni Universitas Negeri
Semarang. Uji reliabilitas dari MP3 Surah Ar-Rahman menunjukan
setiap yang mendengarkan mendapatkan kualitas, durasi yang sama
dari suara yang dihasilkan, karakteristik alat dan lantunan MP3 Surah
Ar-Rahman yang mempunyai efek terapeutik Pramisiwi, Pratiwi, Frita,
dkk (2011, dalam Sokeh, 2013).
Tabel 2.3 Karakteristik auditori Pramisiwi, dkk (2011, dalam
Sokeh, Yunie & Chanif, 2013)
Karakteristik Jenis Alat

MP3 Votre MP3 Player 2GB


Headphone Spesifikasi merk extreme Bass
Sensitivity 120 dB
Frequency response 20-20001 Hz
Power handling capacity 0,2 W
Impedance 32 
Mass Approx 276 g
32

Tabel 2.4 Karakteristik Lantunan Surat Ar-Rahman Pramisiwi, dkk (2011,


dalam Sokeh, Yunie & Chanif, 2013)
Nada Karakteristik
Tone Tone E
Timbre Medium
Pitch 44 Hz
Harmony Reguler and consistent tone colour
Medium amplitude
Intensity Andante
Rythm E, G, B minor
Interval 60 decibel
Volume 13 min 55 sec
Length

Ernawati (2013) membuktikan bahwa ada pengaruh


Mendengarkan Murottal Q.S. Ar-Rahman Terhadap Pola Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Nur Hidayah
Yogyakarta.
33

B. Kerangka teori
Kerangka teori menggambarkan hubungan variabel-variabel yang akan

diteliti. Kerangka teori pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut


Aktivitas fisik/olahraga Keturunan atau genetik

Obesitas Jenis kelamin

Konsumsi garam Umur


berlebih

Merokok

Konsumsi alkohol

Minum kopi

Stress

Pil KB

Tekanan darah di atas normal

Hipertensi

Manajemen hipertensi

Farmakologis: Non-farmakologis:
1. Diuretik
2. Vasodilator 1. Hipnoterapi
3. Penghambat adrenergik
(Beta blocker, alfa 2. Terapi murottal
blocker, alfa-beta
blocker).
4. Penghambat enzim Skema 2.1 Kerangka Teori (Rezky, 2011;
konversi angiotensin
Ardiansyah, 2012; Fuad 2012)
5. Antagonis kalsium
34

C. Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan suatu hubungan antara konsep satu
dengan yang lain dari masalah yang akan diteliti, dan fungsinya untuk
menghubungkan atau menjelaskan secara detail tentang suatu topic yang akan
dibahas (Setiadi, 2013). Pada penelitian ini konsep yang akan digunakan
adalah pengukuran tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum intervensi
hipnoterapi dan setelah intervensi hipnoterapi, serta pengukutan tekanan darah
pasien hipertensi sebelum intervensi terapi murottal dan setelah intervensi
terapi murottal. Kerangka konsep yang akan dilakukan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Independent Dependent
variabel variabel

Hipnoterapi Tekanan darah


pasien hipertensi
Terapi
murottal

Keturunan atau genetik Jenis kelamin Umur Merokok

Aktivitas fisik/olahraga Obesitas Konsumsi alkohol

Stres Konsusi garam berlebih Pil KB Minum kopi


s
Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: Pengaruh variabel dependen terhadap variebel independen
: Pengaruh Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak ditelliti
35

D. Variabel penelitian
Variabel adalah suatu objek yang akan diteliti dan merupakan ciri atau
sifat dari suatu benda, baik benda hidup maupun mati (Setiadi, 2013). Variabel
dalam penelitian ini adalah variabel independen (variable bebas) yaitu
hipnoterapi dan terapi murottal sedangkan variabel dependent (variable
terikat) yaitu tekanan darah pada pasien hipertensi.

E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan
duga atau dalil sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dalam
penelitian tersebut (Setiadi, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. Tekanan darah sistolik, tekanan diastolik dan MAP pada pasien hipertensi
menurun setelah mendapat perlakuan hipnoterapi.
2. Tekanan darah sistolik, tekanan diastolik dan MAP pada pasien hipertensi
menurun setelah mendapat perlakuan terapi murottal.
3. Ada perbedaan efektifitas hipnoterapi dan terapi murottal terhadap tekanan
darah sistolik, tekanan diastolik dan MAP pada pasien hipertensi di Desa
Jetak Kidul Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

Anda mungkin juga menyukai