Anda di halaman 1dari 191

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH,

AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM


AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA
ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (OPD) KOTA BALIKPAPAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


mencapai derajat sarjana S-1
pada Progran Studi Akuntansi

Nurul Fauziah
141.13.022.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MADANI


BALIKPAPAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH,


AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH PADA ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH (OPD) BALIKPAPAN

NAMA :NURUL FAUZIAH


NIM :141.13.022
PROGRAM STUDI :STRATA 1
JURUSAN :AKUNTANSI

Balikpapan, 22 Juli 2017

Ketua Program Studi, Dosen Pembimbing,

Dian Saripujiana, S.E., M.Sc. Dian Saripujiana, S.E., M.Sc.


NIP. 19820304.200501.2.002 NIP. 19820304.200501.2.002

Mengetahui :

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Madani Balikpapan

Dr. I Gusti Putu Darya M.M.


NIP. 19560929.197903.1.011.

ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama :Nurul Fauziah


NIM :141.13.022
Judul Skripsi :Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah,
Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan
Diuji Tanggal : 22 Juli 2017
Tim Penguji :

1. Dian Saripujiana, S.E., M.Sc. 1.


NIP : 19820304.200501.2.002

2. Jeany Ribka, S.E., MA. 2.


NIDN : 11.0505.9101

3.
3. Juspa Parasi, S.E., M. Ak., Ak., CA.
NIDN : 11.1212.8503

Ditetapkan di : Balikpapan

Tanggal : 22 Juli 2017

Ketua Program Studi

Dian Saripujiana, S.E., M.Sc.


NIP. 19820304.200501.2.002

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya Mahasiswa STIE Madani Balikpapan, dengan ini menyatakan bahwa :

Nama :Nurul Fauziah


NIM :141.13.022
Program Studi :S-1 Akuntansi
Judul Penelitian :Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah,
Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan
Tempat Penelitian :Balikpapan
Waktu Penelitian :30 Desember 2016 – 09 Mei 2017

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan ini
merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Balikpapan.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak

dipaksakan.

P e n u l i s,

Nurul Fauziah
NIM. 141.13.022

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk

Abah dan Ummiku serta keluargaku yang selalu memotivasi dan berdoa untukku,

Sahabat, teman-teman dan semua pihak yang membantu dan mendukungku.

Terimakasih semuanya, ku menyayangi kalian semua

Karena…..amanahku dari Sang Pencipta

v
ABSTRAK

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH,


AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA
ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (OPD) KOTA BALIKPAPAN

Nurul Fauziah
141.13.022

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi
penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan daerah, dan
sistem akuntansi keuangan daerah akan menyebabkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah semakin tinggi. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode survei dengan penyebaran kuesioner. Pengambilan
sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dari pegawai sub
bagian keuangan seluruh Organisasi Perangkat Daerah Kota Balikpapan. Data
dianalisis menggunakan regresi linier berganda dengan alat program statistik
SPSS versi 23. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyajian laporan
keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan daerah, dan sistem akuntansi
keuangan daerah semakin tinggi menyebabkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah semakin tinggi. Sehingga, dengan menyajikan
laporan keuangan daerah yang baik, memberikan kemudahan akses terhadap
pengguna laporan keuangan daerah serta memiliki sistem akuntansi keuangan
daerah yang baik maka akan mampu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah.

Kata Kunci: Penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan


keuangan daerah, sistem akuntansi keuangan daerah, transparansi
dan akuntabilitas.

vi
ABSTRACT

THE EFFECT OF REGIONAL FINANCIAL STATEMENTS PRESENTATION,


REGIONAL FINANCIAL STATEMENTS ACCESIBILITY, AND REGIONAL
FINANCIAL ACCOUNTING SYSTEMS TO TRANSPARENCY AND
ACCOUNTABILITY REGIONAL FINANCIAL MANAGEMENT OF
REGIONAL DEVICE ORGANIZATION ON BALIKPAPAN CITY

Nurul Fauziah
141.13.022

This research aims to provide empirically examine the higher of regional


financial statements presentation, accessibility of regional financial statements,
and regional financial accounting system will lead to higher of the transparency
and accountability of regional financial management. The research method used
is survey method with questionnaire distribution. Sampling used is purposive
sampling method from sub-division of finance employees of Balikpapan City
Regional Device Organization. The data were analyzed using multiple linear
regression with SPSS version 23 statistical tool. The results of this research show
that the presentation of regional financial statements, accessibility of regional
financial statements, and regional financial accounting system increasingly high
induce of the transparency and accountability of regional financial management
is higher. So that, by means of presenting good regional financial statements,
providing easy access to users of regional financial statements and have a good
regional financial accounting system will be able to improve transparency and
accountability of regional financial management.

Keywords: regional financial statements presentation, accessibility of regional


financial statements, regional financial accounting system,
transparency and accountability

vii
RIWAYAT HIDUP

Nurul Fauziah, lahir pada tanggal 04 Mei 1995 di Balikpapan, Kalimantan


Timur. Anak keempat dari empat bersaudara, pasangan dari Bapak H. Amiruddin
dengan Ibu Hj. Siti Aminah.
Tahun 2001 mulai menempuh Sekolah Dasar Negeri 001 Balikpapan Utara
dan mendapatkan ijazah dari sekolah tersebut pada tahun 2007, menamatkan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP Negeri 11 Balikpapan pada
tahun 2010, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
SMK Negeri 2 Balikpapan dan menamatkannya pada tahun 2013.
Pada tahun yang sama melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi Swasta
dalam Program Strata 1 Program Studi Akuntansi di STIE Madani Balikpapan
hingga saat ini.
Di samping itu pula pengalaman organisasi antara lain :

1. Bendahara OSIS di SMP Negeri 11 Balikpapan

viii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


penulis telah dapat menyelesaikan Skripsi yang merupakan persyaratan dalam
menyelesaikan Program Strata 1 di Sekolah Tinggi Ilmu (STIE) Madani
Balikpapan. Skripsi ini merupakan penelitian tentang Pengaruh Penyajian Laporan
Keuangan Daerah, Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota
Balikpapan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa penghargaan dan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. I Gusti Putu Darya, M.M., selaku Ketua STIE Madani Balikpapan
atas segala arahan dan kemudahan yang diberikan.
2. Bapak Drs. B. Mardjono, M. Pd., selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik atas
segala dukungan dan arahan.
3. Ibu Dian Saripujiana, S.E., M.Sc., selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi
dan sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing saya, memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman hingga
skripsi ini dapat saya selesaikan.
4. Ibunda tercinta Hj. Siti Aminah, dan ayahanda tercinta H. Amiruddin atas
segala dukungan dan motivasi yang diberikan agar terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Astani, selaku Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik, beserta seluruh
pegawai yang terdapat pada Sekretariat, Dinas, Badan atau Kantor, serta
Kecamatan sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan
yang telah banyak membantu penulis.
6. Sahabat dan rekan-rekan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan
ikut berperan dalam memperlancar penulisan ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan pahala yang setimpal kepada
semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan maupun nasihat-
nasihat untuk saya.

ix
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
secara ilmiah.

Penulis,

Nurul Fauziah
NIM. 141.13.022

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI…………………………. iii

HALAM PERNYATAAN…………………………………………….... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………… v

ABSTRAK………………………………………………………………. vi

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………... viii

KATA PENGANTAR…………………………………………………... ix

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………….. xiii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. xiv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang…………………………………….. 1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………. 9

1.3. Batasan Masalah…………………………………... 10

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………….... 13

2.1. Gambaran Umum Objek Penelitian………………. 13

2.2. Landasan Teori……………………………………. 21

2.3. Penelitian Terdahulu………………………………. 54

xi
2.4. Rerangka Pemikiran……………………………….. 58

2.5. Pengembangan Hipotesis………………………….. 60

BAB III METODE PENELITIAN………………………………... 64

3.1. Jenis Penelitian…………………………………….. 64

3.2. Data Penelitian…………………………………….. 64

3.3. Definisi Operasional(Variabel)……………………. 67

3.4. Metode Analisis…………………………………… 77

3.5. Analisis Regresi Linier Berganda…………………. 82

3.6. Pengujian Hipotesis (uji statistik t)……………….. 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..... 86

4.1. Uji Kualitas Data………………………………….. 86

4.2. Deskripsi Data Statistik……………………………. 88

4.3. Uji Asumsi Klasik…………………………………. 110

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda…………………. 115

4.5. Pengujian Hipotesis (Uji Parsial dengan T-Test…... 120

4.6. Pembahasan Penelitian…………………………….. 124

BAB V PENUTUP……………………………………………….. 131

5.1. Kesimpulan………………………………………... 131

5.2. Saran………………………………………………. 132

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 135

LAMPIRAN – LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2011 – 2015………….. 3

Tabel 1.2 Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPD Kota Balikpapan……... 8

Tabel 2.1 Konversi Belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran……... 48

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu……………………………. 54

Tabel 3.1 Ringkasan Sampel………………………………………….. 66

Tabel 3.2 Operasional Variabel……………………………………….. 71

Tabel 4.1 Uji Validitas……………………………………………….... 86

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas…………………………………………….... 88

Tabel 4.3 Tingkat Respon Keseluruhan……………………………….. 88

Tabel 4.4 Jabatan…………………………………………………….... 89

Tabel 4.5 Umur………………………………………………………... 90

Tabel 4.6 Jenis Kelamin……………………………………………….. 91

Tabel 4.7 Latar Belakang Pendidikan…………………………………. 91

Tabel 4.8 Pendidikan Terakhir………………………………………… 92

Tabel 4.9 Transparansi dan Akuntabilitas (P1)………………………. 92

Tabel 4.10 Transparansi dan Akuntabilitas (P2)……………………….. 93

Tabel 4.11 Transparansi dan Akuntabilitas (P3)……………………….. 93

Tabel 4.12 Transparansi dan Akuntabilitas (P4)……………………….. 94

Tabel 4.13 Transparansi dan Akuntabilitas (P5)……………………….. 95

Tabel 4.14 Transparansi dan Akuntabilitas (P6)……………………….. 96

Tabel 4.15 Transparansi dan Akuntabilitas (P7)……………………….. 96

xiii
Tabel 4.16 Transparansi dan Akuntabilitas (P8)……………………….. 97

Tabel 4.17 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P1)………………… 98

Tabel 4.18 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P2)………………… 98

Tabel 4.19 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P3)………………… 99

Tabel 4.20 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P4)………………… 100

Tabel 4.21 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P5)………………… 100

Tabel 4.22 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P6)………………… 102

Tabel 4.23 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P7)………………… 102

Tabel 4.24 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P8)………………… 102

Tabel 4.25 Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P9)………………… 103

Tabel 4.26 Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P1)……………... 104

Tabel 4.27 Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P2)……………... 104

Tabel 4.28 Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P3)……………... 105

Tabel 4.29 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P1)………………….. 106

Tabel 4.30 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P2)………………….. 106

Tabel 4.31 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P3)………………….. 107

Tabel 4.32 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P4)………………….. 107

Tabel 4.33 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P5)………………….. 108

Tabel 4.34 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P6)………………….. 109

Tabel 4.35 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P7)………………….. 109

Tabel 4.36 Uji Normalitas Kolmogrov-Sminorv……………………….. 112

Tabel 4.37 Uji Multikolinieritas………………………………………… 113

Tabel 4.38 Uji Glejser…………………………………………………... 115

xiv
Tabel 4.39 Uji Analisis Regresi Linier Berganda………………………. 116

Tabel 4.40 Uji Koefisien Determinasi………………………………….. 118

Tabel 4.41 Hasil Uji F………………………………………………….. 119

Tabel 4.42 Hasil Uji t…………………………………………………… 120

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rerangka Reformasi Sektor Publik…………………… 25

Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran…………………………………... 59

Gambar 4.1 Histogram dengan Kurva Normal…………………….. 110

Gambar 4.2 Kurva P-Plot Normal………………………………….. 111

Gambar 4.3 Diagram Scatterplot…………………………………… 114

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Permasalahan transparansi dan akuntabilitas di Indonesia menjadi

sorotan dari berbagai pihak, terutama pada institusi publik. Kebebasan politik

telah mendorong media massa dengan bebas membuka berbagai kasus dan

peristiwa berkaitan dengan keuangan pemerintah yang sebelumnya hampir

tidak tersentuh oleh mata dan telinga publik. Perhatian terhadap isu

transparansi pengelolaan keuangan yang berujung pada tingkat akuntabilitas

pemerintah semakin meningkat seiring dengan peningkatan sistem teknologi

dan informasi.

Laporan keuangan dari instansi pemerintahan merupakan salah satu

bentuk dari pertanggungjawaban untuk menciptakan transparansi dan

akuntabilitas baik di pemerintahan pusat, provinsi, maupun daerah. Akuntansi

keuangan (pemerintahan) daerah di Indonesia merupakan salah satu bidang

dalam akuntansi sektor publik yang mendapatkan perhatian besar dari

berbagai pihak semenjak reformasi di tahun 1998 (Halim, 2012 : 1). Hal

tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan baru dari Pemerintah Republik

Indonesia yang mereformasi berbagai hal, termasuk pengelolaan keuangan

daerah. Manajemen keuangan daerah di era (pasca)-reformasi (periode : 1999-

2004) direalisasikan oleh dua peraturan yakni Undang-undang Nomor 25

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25


Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah. Sedangkan manajemen keuangan daerah pada era reformasi lanjutan

(periode: 2004-sekarang) muncul Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Setelah peraturan

tersebut berjalan selama 5 (lima) tahun, Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan (KSAP) merevisi dengan menerbitkan Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) berbasis akrual yang ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Dengan adanya reformasi di bidang pengelolaan keuangan yang

mengarahkan untuk mengimplementasikan good governance, maka

pemerintah daerah tidak dapat lagi menutupi kondisi keuangannya dari publik.

Oleh karena itu, pemerintah mampu memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan

yang baik, seperti akuntabilitas, transparansi (keterbukaan), partisipasi,

keadilan, dan kemandirian. Salah satu upaya untuk meningkatkan good

governance adalah dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Upaya transparansi bisa dilakukan melalui pelaksanaan akuntansi dan

pembuatan laporan keuangan. Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, maka informasi

laporan keuangan juga harus dipublikasikan agar masyarakat mengetahui dan

bisa melakukan analisis yang diperlukan dalam rangka mengevaluasi kinerja.

Sedangkan upaya untuk mewujudkan akuntabilitas adalah penyampaian

laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip

2
tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP) secara umum. Transparansi dan akuntabilitas merupakan elemen yang

berbeda meski merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari

peranan dalam penyajian laporan keuangan, khususnya dalam pengelolaan

keuangan pemerintah daerah. Jika akuntabilitas keuangan daerah tidak disertai

dengan transparansi, maka keuangan daerah tersebut bisa menunjukkan

informasi yang bukan sebenarnya.

Pada penyajian laporan keuangan di Indonesia, masih terdapat

Pemerintah Daerah yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian

(WDP), Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Opini

tersebut bisa diketahui melalui hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia (BPK-RI). Penilaian opini pemeriksaan laporan keuangan

dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang signifikan. Berikut tabel di

bawah ini akan mengemukakan perkembangan opini Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2011 – 2015 yang bersumber dari ikhtisar

hasil pemeriksaan semester II Tahun 2016 (Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia, 2016 : 371) :

Tabel 1.1

Perkembangan Opini (LKPD) Tahun 2011 – 2015

LKPD OPINI
JUMLAH
(Tahun) WTP WDP TW TMP
2011 67 349 8 100 524
2012 120 319 6 79 524
2013 156 311 11 46 524
2014 269 246 4 20 539
2015 313 194 4 31 542
Sumber : BPK-RI (www.bpk.go.id/ihps), 2016

3
Penyajian laporan keuangan yang baik adalah Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) yang menunjukkan opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP). Penilaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

menunjukkan peningkatan secara berturut-turut dari tahun 2011 hingga tahun

2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan daerah

semakin tinggi dan akan berimplikasi dalam peningkatan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Untuk mendapatkan penilaian

opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK), maka dibutuhkan penyajian laporan keuangan daerah yang baik dan

mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien,

transparan, dan akuntabel.

Sehingga perlu perbaikan terhadap struktur, prosedur, dan sumber daya

dalam penyusunan pelaporan keuangan pusat serta penyusunan laporan

keuangan daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 agar terciptanya

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu,

semakin tinggi penyajian laporan keuangan daerah, maka akan otomatis dapat

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hehanussa (2015) yang

mengungkapkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara

penyajian laporan keuangan daerah dengan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Kota Ambon.

4
Permasalahan lain yang timbul adalah aksesibilitas dari laporan

keuangan yang tidak berjalan dengan maksimal. Agar informasi yang

disampaikan dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah dapat memenuhi

prinsip transparansi dan akuntabilitas, Pemerintah Daerah harus meningkatkan

aksesibilitas laporan keuangannya tidak hanya sekedar menyampaikan ke

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) saja, tetapi juga memfasilitasi

masyarakat luas agar dapat mengetahui atau memperoleh laporan keuangan

dengan mudah (Aliyah dan Nahar, 2012).

Pada faktanya, pemerintah daerah masih kurang memberikan akses

kepada masyarakat agar mendapat informasi laporan keuangan. Laporan

keuangan seakan dirahasiakan dari masyarakat dan hanya menjadi konsumsi

untuk kalangan tertentu saja. Seharusnya pemerintah daerah mampu

memberikan kemudahan akses bagi para pengguna laporan keuangan, tidak

hanya kepada lembaga legislatif dan badan pengawasan tetapi juga masyarakat

yang telah memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk

mengelola dana publik berhak untuk mendapatkan informasi keuangan daerah.

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah dituntut agar dapat membuat laporan

keuangan dan menyampaikan informasi keuangan tersebut secara transparan

kepada publik. Selain itu, laporan keuangan tersebut hendaknya mudah

diperoleh masyarakat dengan biaya yang murah.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa penyajian laporan keuangan yang

mudah diakses akan mempengaruhi peningkatan transparansi dan

akuntabilitas. Semakin tinggi aksesibilitas laporan keuangan daerah, maka

5
akan otomatis dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Handri et.al. (2015)

yang mengungkapkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

aksesibilitas laporan keuangan daerah dengan transparansi dan akuntabilitas

laporan keuangan daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota

Padang.

Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan

daerah tidak akan sempurna jika tidak dijalankan melalui suatu sistem.

Pemerintah dianjurkan untuk menyusun suatu laporan keuangan yang

dilakukan dengan melaksanakan kegiatan akuntansi keuangan daerah. Agar

transparansi dan akuntabilitas dapat terjamin, diperlukan suatu sistem

akuntansi yang baik, sistem tersebut dijalankan melalui sistem akuntansi

keuangan daerah. Kebutuhan akan suatu sistem diperkuat oleh adanya

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menjelaskan bahwa

pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan

prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk peraturan daerah. Sistem

akuntansi keuangan daerah merupakan keharusan bagi pemerintah daerah

sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.

Sistem akuntansi keuangan daerah yang transparan dan akuntabel diharapkan

mampu mewujudkan pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang lebih

bertanggung jawab, jujur, dan adil.

Magdalena dan Kurniawati (2016) menyatakan bahwa sistem

akuntansi keuangan daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses

6
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan

keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dapat dilakukan secara manual

atau menggunakan aplikasi komputer. Sistem ini sangat membantu agar

tercapainya penyajian laporan keuangan daerah yang utuh, sehingga mampu

menciptakan transparansi dan akuntabilitas dengan baik. Maka semakin tinggi

sistem akuntansi keuangan daerah, akan otomatis meningkatkan transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Magdalena dan Kurniawati (2016) yang mengungkapkan adanya

pengaruh positif antara sistem akuntansi keuangan daerah dengan transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Kabupaten Jember.

Penyajian laporan keuangan daerah yang diberi kemudahan akses

untuk pengguna laporan keuangan melalui sistem akuntansi keuangan daerah

yang dijalankan, menjadi suatu entitas pelaporan yang diwajibkan untuk

masing-masing Pemerintah Daerah. Pemerintah Kota Balikpapan juga

termasuk dalam entitas laporan keuangan yang wajib menyajikan laporan

keuangan daerah sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku

umum. Hasil kinerja Pemerintah Kota Balikpapan dapat dicerminkan melalui

hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Berikut hasil

pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) pada Pemerintah Kota Balikpapan yang

bersumber dari situs online Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (2016), yaitu:

7
Tabel 1.2

Hasil Pemeriksaan LKPD Kota Balikpapan (BPK)

No. Tahun Opini


1 2008 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
2 2009 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
3 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
4 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
5 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
6 2013 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
7 2014 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
8 2015 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Sumber: BPKP-Kaltim (http://samarinda.bpk.go.id), 2016

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa tahun anggaran 2008

hingga tahun 2012 berturut-turut mendapatkan opini Wajar Dengan

Pengecualian (WDP). Sedangkan pada tahun anggaran 2013, 2014, dan 2015

ditemukan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota

Balikpapan mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Meski

demikian, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan kondisi yang dapat

dilaporkan berkaitan dengan adanya kelemahan sistem pengendalian intern

(Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia, 2014 : 1). Sehingga

menjadi perhatian khusus agar Pemerintah Daerah Kota Balikpapan agar dapat

mempertahankan serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Balikpapan menjadi objek dari

penelitian ini. Setiap daerah wajib melaporkan laporan pertanggungjawaban,

yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang merupakan entitas untuk

menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Namun seiring

berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, istilah Satuan Kerja

8
Perangkat Daerah (SKPD) berganti menjadi Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) yang mulai diterapkan pada tahun 2017. Dengan adanya perubahan

tersebut, beberapa instansi mengalami peleburan dan terdapat instansi baru.

Sehingga, penulis memilih objek penelitian pada seluruh Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) di Pemerintah Kota Balikpapan yang terdiri dari 3

Sekretariat, 18 Dinas, 10 Badan atau Kantor, serta 6 Kecamatan.

Berdasarkan teori yang mendukung disertai dengan fenomena isu yang

terjadi dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis akan melakukan

penelitian dengan judul : “Pengaruh Penyajian laporan Keuangan Daerah,

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) Kota Balikpapan”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah penyajian laporan keuangan daerah yang semakin tinggi akan

menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah semakin tinggi?

2. Apakah aksesibilitas laporan keuangan daerah yang semakin tinggi

akan menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah semakin tinggi?

9
3. Apakah sistem akuntansi keuangan daerah yang semakin tinggi akan

menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah semakin tinggi?

1.3.Batasan Masalah

Setiap penulisan harus memiliki batasan masalah dalam melakukan

suatu penelitian, agar pokok permasalahan penelitian ini memiliki arah yang

jelas. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti hanya menerapkan metode survei melalui kuesioner dan tidak

melakukan wawancara, sehingga tidak terlibat secara langsung pada

aktivitas dalam Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.

2. Peneliti menggabungkan variabel transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah sebagai satu variabel dependen di dalam

penelitian ini. Dikarenakan komponen tersebut merupakan elemen

yang tidak dapat dipisahkan dari peranan dalam penyajian laporan

keuangan, khususnya dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah.

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan bukti empiris bahwa penyajian laporan keuangan

daerah yang semakin tinggi akan menyebabkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah semakin tinggi pada

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.

10
2. Untuk memberikan bukti empiris bahwa aksesibilitas laporan

keuangan daerah yang semakin tinggi akan menyebabkan transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah semakin tinggi pada

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.

3. Untuk memberikan bukti empiris bahwa sistem akuntansi keuangan

daerah yang semakin tinggi akan menyebabkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah semakin tinggi pada

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan

keuangan daerah, dan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan laporan keuangan daerah

pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Balikpapan dalam upaya

peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan

literatur akuntansi sektor publik atau akuntansi pemerintahan di bidang

akademik dalam penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas

laporan keuangan daerah, dan sistem akuntansi keuangan daerah.

11
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk penelitian

selanjutnya mengenai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

laporan keuangan daerah dengan lebih baik lagi.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Gambaran Umum Objek Penelitian

Berdasarkan pembagian wilayah administratif, Indonesia saat ini

terdiri dari 34 provinsi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi itu dibagi

atas Daerah Kabupaten dan Kota. Daerah Kabupaten atau Kota selain

berstatus sebagai Daerah juga merupakan wilayah administratif yang menjadi

wilayah kerja bagi Bupati atau Wali Kota dalam menyelenggarakan urusan

umum. Namun dalam penelitian ini, dibatasi dengan menggambarkan salah

satu ruang lingkup dari Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Kota

Balikpapan.

Balikpapan merupakan kota yang terdapat di wilayah Provinsi

Kalimantan Timur. Letak astronomis Balikpapan berada di antara 1,0o LS –

1.5o LS. Dan 116,5o BT – 117,5o BT dengan luas sekitar 503,3 km2 dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar.

Topografi wilayah Kota Balikpapan memiliki karakteristik

wilayah yang luas ±85% berbukit-bukit dan ±15% berupa daerah datar yang
sempit terutama berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sungai kecil serta

pesisir pantai. Berdasarkan konfirmasi Stasiun Badan Metrologi dan

Geofisika (BMG) keadaan cuaca Kota Balikpapan, suhu tertinggi dan suhu

terendah yaitu 26,3oC, kelembapan udara rata-rata 85% dengan cuaca rata-

rata di Kota Balikpapan yaitu 2.998 mm.

Penduduk kota Balikpapan sebagian besar berasal dari kalangan etnis,

suku, dan budaya. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pendatang dari luar

daerah kota Balikpapan. Sehingga, banyak diantaranya yang mendirikan

paguyuban kedaerahan yang keberadaannya justru memberikan kontribusi

positif bagi pembangunan daerah. Hari jadi kota Balikpapan adalah tanggal 10

Februari 1897.

Pemerintah Kota Balikpapan memiliki perangkat adanya unsur

pembantu Wali Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan untuk daerah kabupaten atau

kota yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang saat ini berganti

menjadi Organisasi Perangkat Daerah (OPD), hal ini diperkuat dengan adanya

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 dan mulai diberlakukan pada

tahun 2017. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 merupakan tindak

lanjut dari amanat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah serta adanya perubahan pembagian urusan pemerintahan

antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan

Kota. Dengan adanya perubahan tersebut, akan ada beberapa perubahan yang

harus dilakukan penyesuaian, yakni berubahnya struktur organisasi, adanya

14
beberapa peleburan dinas, dan adanya dinas baru. Kelurahan pun tidak

termasuk dalam daftar Organisasi Perangkat Daerah (OPD), karena

merupakan perangkat kecamatan yang dibentuk untuk membantu atau

melaksanakan sebagian tugas camat serta dana kas seluruh kelurahan

dipusatkan pada Kecamatan. Sehingga daftar Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) pada Pemerintahan Kota Balikpapan saat ini, diantaranya sebagai

berikut:

A. Sekretariat, merupakan unsur pembantu pimpinan Pemerintah Daerah,

yang terdiri dari:

1. Sekretariat Daerah

Merupakan unsur pembantu pimpinan Pemerintah Kabupaten/Kota

yang dipimpin oleh sekretaris daerah, berada di bawah dari

tanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Sekretariat Daerah

Kabupaten/Kota terdiri atas 3 asisten, yaitu:

a. Asisten Tata Pemerintahan

Mempunyai tugas membantu pelaksanaan Sekretariat Daerah

dalam penyelenggaraan tata pemerintahan, hukum, organisasi,

dan tata laksana serta kesatuan perlindungan masyarakat dan

Hak Asasi Manusia (HAM)

b. Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan

Rakyat

Mempunyai tugas membantu pelaksanaan Sekretariat Daerah

dalam merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina,

15
dan mengendalikan kegiatan di bidang perekonomian,

administrasi, dan kesejahteraan rakyat.

c. Asisten Administrasi Umum

Mempunyai tugas membantu pelaksanaan Sekretariat Daerah

dalam melaksanakan penyusunan dan evaluasi kebijakan di

bidang hukum, organisasi, ketatalaksanaan, kepegawaian,

umum, humas, dan keprotokolan serta melaksanakan

pengoordinasian dinas daerah dan lembaga teknis.

2. Sekretariat DPRD

Merupakan penyelenggara administrasi kesekretariatan,

administrasi keuangan, pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi

DPRD, dan bertugas menyediakan serta mengoordinasikan tenaga

ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan

keuangan daerah.

3. Staf Ahli Wali Kota

Merupakan unsur pembantu Wali Kota dalam melaksanakan tugas

diluar tugas pokok perangkat daerah sesuai dengan keahliannya.

Staf ahli Wali Kota terdiri dari 3 bidang, yaitu:

a. Bidang Sosial Kesejahteraan dan Pengembangan SDM

Mempunyai tugas untuk menganalisa kebijakan daerah di

bidang kesejahteraan dan pengembangan SDM dan mengolah

data pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang

kesejahteraan dan pengembangan SDM.

16
b. Bidang Pemerintahan

Mempunyai tugas untuk menganalisa kebijakan daerah di

bidang pemerintahan dan mengolah data pelaksanaan urusan

pemerintahan daerah di bidang pemerintahan.

c. Bidang Perekonomian dan Pembangunan

Mempunyai tugas untuk menganalisa kebijakan daerah di

bidang perekonomian dan pembangunan serta mengolah data

pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang

perekonomian dan pembangunan.

B. Dinas, merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten/Kota yang

dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah tanggung jawab

kepada Bupati/Walikota melalui Sekretariat Daerah, yang terdiri dari:

1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

2. Dinas Kesehatan

3. Dinas Pekerjaan Umum

4. Dinas Perumahan dan Permukiman

5. Dinas Pertahanan dan Penataan Ruang

6. Dinas Perhubungan

7. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

8. Dinas Tenaga Kerja

9. Dinas Sosial

10. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Peindustrian

11. Dinas Perdagangan

17
12. Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata

13. Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan

14. Dinas Komunikasi dan Informatika

15. Dinas Lingkungan Hidup

16. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga

Berencana

17. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

18. Dinas Perpustakaan dan Arsip

C. Badan/Kantor, merupakan lembaga teknis daerah yang dipimpin oleh

seorang Kepala yang berada di bawah tanggung jawab kepada

Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah.

1. Inspektorat

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan

Pengembangan

3. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

4. Badan Pengelola Keuangan Daerah

5. Badan Pengelola Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

7. Kantor Kesbang dan Politik

8. Satuan Polisi Pamong Praja

9. Rumah Sakit Khusus Bersalin Sayang Ibu Kelas “B”

10. RSUD Kota Balikpapan

18
D. Kecamatan, merupakan pembagian wilayah administratif di Indonesia

di bawah Kabupaten atau Kota. Wilayah kerja camat sebagai perangkat

daerah Kota Balikpapan dibagi menjadi:

1. Kecamatan Balikpapan Timur, terdiri dari:

a. Kelurahan Manggar

b. Kelurahan Manggar Baru

c. Kelurahan Lamaru

d. Kelurahan Teritip

2. Kecamatan Balikpapan Barat, terdiri dari:

a. Kelurahan Baru Ilir

b. Kelurahan Baru Tengah

c. Kelurahan Baru Ulu

d. Kelurahan Margomulyo

e. Kelurahan Margasari

f. Kelurahan Kariangau

3. Kecamatan Balikpapan Tengah, terdiri dari:

a. Kelurahan Gunung Sari Ilir

b. Kelurahan Gunung Sari Ulu

c. Kelurahan Mekar Sari

d. Kelurahan Karang Jati

e. Kelurahan Karang Rejo

f. Kelurahan Sumber Rejo

19
4. Kecamatan Balikpapan Utara, terdiri dari:

a. Kelurahan Gunung Samarinda

b. Kelurahan Muara Rapak

c. Kelurahan Karang Joang

d. Kelurahan Graha Indah

e. Kelurahan Batu Ampar

f. Kelurahan Gunung Samarinda Baru

5. Kecamatan Balikpapan Kota, terdiri dari:

a. Kelurahan Prapatan

b. Kelurahan Telaga Sari

c. Kelurahan Klandasan Ulu

d. Kelurahan Klandasan Ilir

e. Kelurahan Damai

6. Kecamatan Balikpapan Selatan, terdiri dari:

a. Kelurahan Gunung Bahagia

b. Kelurahan Sepinggan

c. Kelurahan Damai Baru

d. Kelurahan Damai Bahagia

e. Kelurahan Sepinggan Raya

f. Kelurahan Sepinggan Baru

g. Kelurahan Sungai Nangka

20
2.2. Landasan Teori

1. Teori Stewardship

Grand Teory dalam penelitian ini menggunakan Stewardship

Theory. Teori stewardship menjelaskan mengenai situasi manajemen

tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu melainkan lebih

ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan

organisasi (Donaldson dan Davis, 1991). Teori Stewardship dapat

diterapkan pada penelitian akuntansi organisasi sektor publik seperti

organisasi pemerintahan (Thorton, 2009) dan non profit lainnya

(Wilson, 2010) yang sejak awal perkembangannya, akuntansi

organisasi sektor publik dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan

informasi hubungan antara steward dengan principal.

Akuntansi sebagai penggerak (driver) berjalannya transaksi ke

arah yang semakin kompleks dan diikuti dengan tumbuhnya

spesialisasi dalam akuntansi dan perkembangan organisasi sektor

publik. Kondisi semakin kompleks dengan bertambahnya tuntutan

akan transparansi dan akuntabilitas pada organisasi sektor publik.

Pemerintah selaku steward dengan fungsi pengelola sumber daya dan

rakyat selaku principal sebagai pemilik sumber daya (Estiyati, 2015).

Hubungan antara Pemerintah (steward) dan rakyat (principal)

atas dasar kepercayaan, bertindak kolektif, sesuai dengan tujuan

organisasi, sehingga model yang sesuai pada kasus organisasi sektor

publik adalah stewardship. Implikasi teori stewardship dalam

21
penelitian ini, dapat menjelaskan eksistensi Pemerintah Daerah

khususnya di Organisasi Perangkat Daerah Kota Balikpapan sebagai

suatu lembaga yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan

kepentingan publik dengan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan

baik. Selain itu, mampu membuat pertanggungjawaban keuangan yang

diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi, pelayanan publik

maupun kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara maksimal.

Untuk melaksanakan tanggungjawab tersebut, maka peran steward

mampu mengarahkan semua kemampuannya dalam mengefektifkan

pengendalian intern agar menghasilkan informasi laporan keuangan

yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan di depan publik.

2. Akuntansi Sektor Publik dan Good Governance

Pengertian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola

urusan-urusan publik. Mardiasmo (2009 : 17) menyatakan bahwa

World Bank memberikan definisi governance sebagai “the way state

power is used in managing economic and social resources for

development of society”. Sementara itu, United Nation Development

Program (UNDP) mendefinisikan governance sebagai “the exercise of

political, economic, and administrative author to manage a nation’s

affair at all levels”. Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada

cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk

kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP lebih

menekankan pada aspek politik, ekonomi, dan administratif dalam

22
pengelolaan negara.

Political governance mengacu pada proses pembuatan

kebijakan (policy/strategy formulation). Economic governance

mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang

berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan

peningkatan kualitas hidup. Administrative governance mengacu pada

sistem implementasi kebijakan. Jika mengacu pada program World

Bank dan United Nation Development Program (UNDP), orientasi

pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good

governance (kepemerintahan yang baik).

United Nation Development Program (UNDP) memberikan

beberapa karakteristik pelaksanaan good governance (Mardiasmo,

2009: 18), yakni sebagai berikut:

a. Participation

Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga

perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi

tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan

berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

b. Rule of law

Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang

bulu.

23
c. Transparency

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh

informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik

secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang

membutuhkan.

d. Responsiveness

Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam

melayani stakeholder.

e. Consensus orientation

Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.

f. Equity

Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk

memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

g. Efficiency and effectiveness

Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna

(efisien) dan berhasil guna (efektif).

h. Accountability

Pertanggungjawaban kepada publik atas aktivitas yang

dilakukan.

i. Strategic vision

Penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat harus memiliki

visi jauh ke depan.

24
Dari kedelapan karakteristik tersebut, terdapat tiga hal yang

dapat diperankan oleh akuntansi sektor publik yaitu penciptaan

transparansi, akuntabilitas publik, dan value for money (economy,

efficiency, dan effectiveness). Di bawah ini merupakan rerangka

reformasi sektor publik, yakni sebagai berikut:

Gambar 2.1

Rerangka Reformasi Sektor Publik

Sumber : Data yang diolah, 2017

25
Untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi

kelembagaan (institution reform) dan reformasi manajemen publik

(public management reform). Reformasi kelembagaan menyangkut

pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di daerah baik struktur

maupun infrastrukturnya. Selain reformasi kelembagaan dan reformasi

manajemen sektor publik untuk mendukung terciptanya good

governance, maka diperlukan serangkaian reformasi lanjutan terutama

yang terkait dengan sistem pengolahan keuangan pemerintah daerah,

yaitu:

a. Reformasi sistem penganggaran (budgeting reform)

b. Reformasi sistem akuntansi (accounting reform)

c. Reformasi sistem pemeriksaan (audit reform)

d. Reformasi sistem manajemen keuangan daerah (financial

management reform)

Tuntutan pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar

pengelolaan uang rakyat (public money) dilakukan secara transparan

dengan mendasarkan konsep value for money sehingga tercipta

akuntabilitas publik.

3. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Demokrasi yang diterapkan oleh negara, menjadi sebuah

perkembangan untuk dilakukannya sebuah reformasi. Khususnya

dalam reformasi manajemen keuangan. Shende dan Bennet (2004)

menyatakan bahwa istilah demokrasi mengisyaratkan setidaknya ada

26
tiga elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu, transparansi,

akuntabilitas, dan keadilan. Transparansi, akuntabilitas, dan keadilan

merupakan atribut yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama

adalah tidak independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan

transparansi.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dalam kerangka

konseptual paragraf 25 menyatakan bahwa setiap entitas pelaporan

mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya yang telah dilakukan

serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis

dan terstruktur pada suatu periode pelaporan salah satunya untuk

kepentingan transparansi, dalam artian memberikan informasi

keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah

dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan

ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Transparansi artinya keterbukaan pemerintah dalam

memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan

sumberdaya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi

(Hehanussa, 2015). Transparansi dibangun atas dasar kebebasan

memperoleh informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik

secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa transparansi di suatu Negara dapat

27
tercipta apabila sistem pemerintahan Negara tersebut memberikan

kebebasan bagi masyarakatnya untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan oleh masyarakat luas.

Akuntabilitas merupakan salah satu peranan pelaporan

keuangan yang wajib dicapai dalam pelaksanaan kegiatan kinerja

pemerintahan. Deklarasi Tokyo (Modul I AKIP 2000:22) dalam

Firmansyah (2008) mengenai petunjuk akuntabilitas publik

menetapkan definisi sebagai berikut bahwa “Akuntabilitas merupakan

kewajiban-kewajiban dari individu-individu atas penguasa yang

dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang

bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang

menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan program”.

Oleh karena itu, pemberlakuan undang-undang otonomi daerah harus

dapat meningkatkan daya inovatif dari pemerintah daerah untuk dapat

memberikan laporan pertanggung jawaban mengenai pengelolaan

keuangan daerah dari segi efisiensi dan efektivitas kepada DPRD

maupun masyarakat luas.

Mardiasmo (2009:21) menjelaskan bahwa terdapat empat

dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor

publik, yaitu:

a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability

for probity and legality)

Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan

28
penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power),

sedangkan akuntabilitas hukum (legal accountability) terkait

dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

lain yang disyaratkan dalam penggunaan kekayaan publik.

b. Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang

digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal

kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi

manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses

termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,

responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap

pelaksanaan akuntabilitas proses dapat dilakukan, misalnya dengan

memeriksa ada tidaknya mark up dan punguitan-pungutan lain di

luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber efisiensi dan

pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik

dan kelambanan dalam pelayanan. Pengawasan dan pemeriksaan

akuntabilitas proses juga terkait dengan pemeriksaan terhadap

proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik.

c. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan

yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah

mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil

yang optimal dengan biaya yang minimal.

29
d. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban

pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan

yang diambil pemerintah terhadap DPRD dan masyarakat luas.

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (Rahmatia,

2016). Peraturan Menteri Perdagangan Negeri No.13 Tahun 2006

dijelaskan bahwa asas umum pengelolaan keuangan daerah adalah

sebagai berikut:

a. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,

kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat.

b. Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa

keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang

didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

c. Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

d. Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan,

30
yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

e. Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu

atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran

tertentu.

f. Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada

tingkat harga yang terendah.

g. Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk

mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya

tentang keuangan derah.

h. Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber

daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya

dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

i. Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau

keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan

pertimbangan yang obyektif.

j. Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan

atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

31
k. Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan

kebutuhan masyarakat.

Mengacu pada pemahaman tersebut, maka jelas bahwa

akuntabilitas memiliki ruang lingkup yang lebih luas, karena dalam

akuntabilitas terkandung dimensi kepuasan dari para pihak

(stakeholders) yang telah memberikan wewenang kepadanya, serta

adanya kewajiban membuktikan bahwa kinerja yang dicapai atas

penggunaan wewenang tersebut telah sesuai dengan standar yang telah

disetujui sebelumnya.

Setiap kebijakan dan standar yang berlaku pada pemerintah

pasti akan mempengaruhi transparansi dan akuntabilitas, sehingga

elemen tersebut mengalami reformasi. Reformasi di bidang

transparansi dan akuntabilitas didukung oleh Undang-Undang Nomor

33 Tahun 2004 (pasal 103) yang menyatakan bahwa informasi yang

termuat dalam sistem informasi keuangan daerah sebagaimana juga

yang dimaksudkan dalam pasal 101 merupakan data terbuka yang

dapat diketahui, diakses, dan diperoleh mayarakat. Informasi laporan

keuangan yang termuat mampu diolah dalam sistem informasi

pelaporan monitoring dan evaluasi (e-Controlling). Sistem informasi

pelaporan monitoring dan evaluasi (e-Controlling) merupakan suatu

sistem yang berfungsi untuk menghimpun, menganalisis, dan

menyusun pelaporan hasil evaluasi dan monitoring realisasi kegiatan

32
Organisasi Perangkat Daerah serta mengidentifikasi kegiatan yang

berpotensi atau ada indikasi bermasalah dalam pelaksanaannya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi

keuangan daerah yang mampu menciptakan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah kepada masyarakat secara

terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan keuangan

dapat diakses oleh berbagai pihak berkepentingan dengan anggapan

bahwa masyarakat berhak mengetahui informasi tersebut. Selain itu,

masyarakat dapat menilai kinerja keuangan, khususnya pada

Pemerintah Daerah sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan

kegiatannya dengan adanya ketersediaan sistem informasi manajemen

dan monitoring hasil yang telah dicapai pemerintah.

4. Penyajian Laporan Keuangan Daerah

Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang

mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang

menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas

dasar akuntansi yang diselenggarakan. Laporan keuangan yang berada

dalam pemerintahan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk mengetahui

sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan

kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,

mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, baik di

pemerintah pusat, pemerintah daerah, masing-masing kementerian

33
negara atau lembaga di lingkungan pemerintahan pusat maupun satuan

organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi.

Penyajian laporan keuangan merupakan hal yang sangat

penting, pengungkapan informasi ini merupakan suatu elemen dasar

dari transparansi fiskal dan akuntabilitas. Penyajian laporan keuangan

tentu memiliki karakteristik yang telah ditetapkan, yakni berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dalam Kerangka

Konseptual Paragraf 35 yang menyatakan bahwa karakteristik

kualitatif laporan keuangan adalan ukuran-ukuran normatif yang perlu

diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi

tujuannya. Adapun karakteristik kualitas laporan keuangan tersebut

yaitu:

a. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang

termasuk di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna

dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau

masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau

mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian,

informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan

dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan:

a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau

mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

34
b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa

yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian

masa kini.

c) Tepat waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh

dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d) Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap

mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan

kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir

informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan

diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan

informasi tersebut dapat dicegah.

b. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta jujur,

serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika

hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka

penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

35
a) Penyajian jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta

peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara

wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

b) Dapat diverifikasi (verifiability)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji,

dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak

yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkkan simpulan yang

tidak berbeda jauh.

c) Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak

pada kebutuhan pihak tertentu.

c. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih

berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode

sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada

umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan

eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu

entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke

tahun. Perbedaan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang

diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.

Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang

lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan,

36
perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya

perubahan.

d. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami

oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang

disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu,

pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas

kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya

kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Disamping itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2010 pada kerangka konseptual paragraf 25 menyatakan bahwa

setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan

upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan

kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan

untuk kepentingan:

a. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

b. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan

kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga

memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian

37
atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk

kepentingan masyarakat.

c. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki

hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas

pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya

yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan

perundang-undangan.

d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan

penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai

seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang

akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban

pengeluaran tersebut.

e. Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam

penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk

mencapai kinerja yang direncanakan.

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor

1, Paragraf 14 (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)

menyatakan bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam satu set

setiap entitas laporan keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan

38
anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh

komponen menjadi sebagai berikut:

a. Laporan Realisasi Anggaran

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

c. Neraca

d. Laporan Operasional

e. Laporan Arus Kas

f. Laporan Perubahan Ekuitas

g. Catatan atas Laporan Keuangan

Komponen-komponen tersebut disajikan oleh setiap entitas

pelaporan keuangan, khususnya dalam Pemerintah Daerah. Pemerintah

Daerah harus menyusun laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) yang diterima secara umum dan memenuhi

karakteristik kualitatif laporan keuangan. Semakin baik penyajian

laporan keuangan tentu akan semakin memperjelas pelaporan

keuangan pemerintah daerah karena semua transaksi keuangan

dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada dan akan disajikan dengan

lengkap dan jujur dalam laporan keuangan pemerintah daerah

(Nurmuthmainnah, 2015).

Dalam setiap pemerintah daerah memiliki Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) sebagai accounting entity yang

bertanggungjawab dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan

daerah. Sebagaimana tujuan laporan keuangan yang dinyatakan dalam

39
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 1,

Paragraf 9 (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010) secara

spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan

untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya

yang dipercayakan kepadanya, dengan:

a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas pemerintah.

b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya

ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah.

c. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan

penggunaan sumber daya ekonomi.

d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap

anggarannya.

e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk

membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi

kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

5. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

Aksesibilitas menurut Wikipedia Indonesia adalah kemudahan

dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan, atau lingkungan.

40
Sedangkan Aksesibilitas menurut perspektif tata ruang adalah keadaan

atau ketersediaan hubungan dari suatu tempat ke tempat lainnya atau

kemudahan seseorang atau kendaraan untuk bergerak dari suatu tempat

ke tempat lain dengan aman, nyaman, serta kecepatan yang wajar

(Rohman, 2009). Jadi, dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas dalam

laporan keuangan merupakan kemudahan seseorang untuk

memperoleh atau mengakses informasi laporan keuangan. Penggunaan

informasi keuangan yang efektif tergantung kepada akses publik

laporan keuangan yang dapat dibaca dan dipahami.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik (pasal 1 ayat 2) disebutkan juga bahwa

informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,

dikirim dan/atau diterima oleh badan publik yang berkaitan dengan

penyelenggara dan penyelenggaraan Negara dan penyelenggaraan

badan publik lainnya yang berkaitan dengan kepentingan publik. Hak

publik atas informasi keuangan muncul sebagai konsekuensi konsep

pertanggungjawaban publik. Pertanggungjawaban publik

mensyaratkan organisasi publik untuk memberikan laporan keuangan

sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan (accountability

dan stewardship).

Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh

media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, website

(internet), dan forum yang memberikan perhatian langsung atau

41
peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap

masyarakat (Shende dan Bennet, 2004). Agar informasi yang

disampaikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dapat

memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, Pemerintah Daerah

harus meningkatkan aksesibilitas laporan keuangannya tidak hanya

sekedar menyampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat mengetahui

atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah (Aliyah dan Nahar,

2012).

6. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Sistem akuntansi keuangan daerah adalah sistem akuntansi

yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran,

peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan

keuangan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) yang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD). Maghdalena dan Kurniawati (2016) menyatakan

bahwa sistem akuntansi keuangan daerah meliputi serangkaian

prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,

pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi komputer.

42
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good

governance) sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan sistem

akuntansi keuangan daerah yang baik serta sumber daya manusia yang

kompeten dalam penggunaan dan pelaporan keuangannya. Akuntansi

keuangan Pemerintah Daerah merupakan bagian dari akuntansi sektor

publik, yang mencatat dan melaporkan semua transaksi yang berkaitan

dengan keuangan daerah. Akuntansi keuangan daerah merupakan salah

satu bagian akuntansi, maka di dalam akuntansi keuangan daerah juga

terdapat proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan

pelaporan transaksi-transaksi keuangan ekonomi yang terjadi di

pemerintah daerah.

Sebelum reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan

dalam akuntansi keuangan daerah selama ini adalah pembukuan.

Padahal menurut akuntansi, pengertian demikian tidaklah tepat. Hal ini

disebabkan karena akuntansi menggunakan sistem pencatatan. Ada

beberapa sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem

pencatatan single entry, double entry dan triple entry (Firmansyah,

2008).

Salah satu yang membedakan antara pembukuan dan akuntansi

adalah dalam menggunakan sistem pencatatan. Pembukuan hanya

menggunakan sistem single entry, sedangkan akuntansi dapat

menggunakan double entry dan triple entry. Dalam sistem single entry,

pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali.

43
Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat di sisi

penerimaan di dalam Buku Kas Umum (BKU) sedangkan transaksi

yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat disisi pengeluaran di

dalam Buku Kas Umum (BKU).

Double entry sering juga disebut sistem tata buku

berpasangan. Maksudnya, pencatatan transaksi ekonomi dua kali

dalam arti, bahwa setiap transaksi minimal akan mempengaruhi dua

perkiraan, yaitu satu disisi debit dan satu disisi kredit. Setiap

pencatatan harus menjaga keseimbangan antara sisi debet dan sisi

kredit dari persamaan dasar akuntansi, sistem ini disebut dengan

menjurnal. Sedangkan pencatatan triple entry adalah pencatatan yang

menggunakan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku

anggaran. Pencatatan pada buku anggaran ini merupakan pencatatan

tentang anggaran yang telah digunakan sesuai dengan pencatatan pada

double entry. Dengan adanya pencatatan triple entry ini, maka dapat

dilihat sisa anggaran untuk masing-masing komponen di Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Basis akuntansi yang digunakan oleh pemerintah daerah

menjadi beragam. Saputra (2014) menyatakan basis akuntansi terdiri

dari:

a. Akuntansi berbasis kas (Cash Based Accounting)

Akuntansi berbasis kas adalah akuntansi yang mengakui dan

mencatat transaksi keuangan pada saat kas diterima atau

44
dibayarkan. Fokus pengukurannya pada saldo kas dan perubahan

saldo kas, dengan cara membedakan antara kas yang diterima dana

kas yang dikeluarkan. Lingkup akuntansi berbasis kas ini meliputi

saldo kas, penerimaan kas dan pengeluaran kas. Keterbatasan

sistem akuntansi ini adalah keterbatasan informasi yang dihasilkan

karena terbatas pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi tidak

memperlihatkan pertanggungjawaban manajemen atas aktiva dan

kewajiban.

b. Akuntansi Berbasis Akrual (Accrual Based Accounting)

Akuntansi berbasis akrual adalah akuntansi yang mengakui dan

mencatat transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau

pada saat perolehan. Fokus sistem akuntansi ini pada pengukuran

sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu

entitas. Sistem akuntansi ini merupakan sistem yang paling modest.

Keberhasilan New Zealand menerapkan akuntansi akrual telah

menyebabkan berbagai perubahan dalam manajermen sektor

publik. Dalam akuntansi akrual, informasi yang dihasilkan jauh

lebih lengkap dan menyediakan informasi rinci mengenai aktiva

dan kewajiban. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 71 tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, telah mewajibkan

laporan keuangan pemerintah menggunakan basis akrual.

Sedangkan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, masih menggunakan

45
basis akuntansi “cash toward accrual”

c. Akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual based

accounting) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2005

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan

pemerintah, yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja,

transfer dan pembiayaan, sedangkan basis akrual digunakan untuk

pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Laporan keuangan yang disusun oleh masing-masing

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tersebut akan dikonsolidasikan

oleh entitas pelaporan dalam hal ini disebut sebagai Satuan Kerja

Pengelolan Keuangan daerah (SKPKD) menjadi laporan keuangan

Pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten. Saputra (2014) menyatakan

bahwa laporan keuangan pemerintahan Provinsi/Kota/Kabupaten

terdiri dari: (1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); (2) Laporan

Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL); (3)

Neraca; (4) Laporan Operasional (LO); (5) Laporan Arus Kas (LAK);

(6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); (7) Catatan Atas Laporan

Keuangan (CALK).

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Unsur-unsur yang mencakup secara langsung dalam Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) terdiri dari pendapatan-Laporan

Realisasi Anggaran, belanja, transfer, dan pembiayaan. Belanja

46
yang merupakan wewenang organisasi untuk mencatat dan

melaporkannya, maka Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

memerlukan konversi, yaitu: Belanja tidak langsung tidak dikenal

dalam struktur pada format Standar Akuntansi Pemerintah (SAP),

sehingga perlu dikonversi ke Belanja Operasi. Sedangkan untuk

Belanja Langsung dikonversikan sebagai berikut:

a) Dari komponen belanja langsung, yaitu belanja pegawai

komponen belanja operasi pada akun belanja pegawai.

b) Dari komponen belanja langsung, yaitu akun belanja barang

dan jasa ke komponen belanja barang.

c) Dari komponen belanja langsung, yaitu akun belanja modal ke

komponen belanja modal.

Dalam konversi agar sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP), pelaporan realisasi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran

tidak berdasarkan program dan kegiatan, sebagaimana klasifikasi

anggaran belanja langsung dalam Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD), tetapi untuk tujuan penjabaran laporan realisasi

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), belanja harus

dilaporkan bersama program dan kegiatan.

Dengan demikian, perlu dibuat dua versi pelaporan Laporan

Realisasi Anggara (LRA), yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

47
Nomor 59 Tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 kemudian konversinya

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Konversi

dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 ke Laporan Realisasi

Anggaran (LRA) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2010 dapat dijelaskan dengan bagan berikut:

Tabel 2.1

Konversi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran

Permendagri No. 13 Tahun 2006 PP 71 Tahun 2010 Tentang SAP


BELANJA BELANJA
A. Belanja Tidak Langsung A. Belanja Operasi
- Belanja Pegawai - Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan social
B. Belanja Modal
- Belanja Tanah
B. Belanja Langsung - Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Pegawai - Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Barang dan Jasa - Belanja Jalan, Irigasi dan
- Belanja Modal Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya
Sumber: Data yang diolah, 2017

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan

SAL)

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan

SAL) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan saldo

anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan tahun sebelumnya.

48
c. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur

yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas.

d. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional (LO) menyajikan ikhtisar sumber daya

ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang

dikelola oleh pemerintah pusat atau daerah untuk kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

e. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan Arus Kas (LAK) menyajikan informasi kas sehubungan

dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang

menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo

akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.

f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan ekuitas awal,

surplus/defisit-Laporan Operasional pada periode bersangkutan,

dan koreksi-koreksi yang langsung menambah atau mengurangi

ekuitas yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang

disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi

kesalahan mendasar.

49
g. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) meliputi penjelasan

naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan

Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan

Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan

Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup

informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh

entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan

dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi

Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk

menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat

Pengelola Keuangan daerah (PPKD), sedangkan sistem akuntansi

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dilakukan oleh Pejabat

Penatausahaan Keuangan (PPK-OPD). Berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelola

Keuangan Daerah bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah

sekurang-kurangnya meliputi sebagai berikut:

a. Prosedur akuntansi penerimaan kas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 241

mengatakan bahwa prosedur akuntansi penerimaan kas adalah:

“serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran sampai

50
dengan pelaporan keuangan yang berkitan dengan penerimaan kas

dalam rangka pertanggungjawaban APBD yang dapat dilakukan

secara manual menggunakan aplikasi komputer”.

Prosedur akuntansi penerimaan kas dilaksanakan oleh

Pejabat Pengelolaan Keuangan (PPK-OPD) berdasarkan buku

transaksi penerimaan kas melainkan pencatatan dalam jurnal

penerimaan kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal

penerimaan kas berkenaan, secara periodik jurnal tersebut

diposting ke buku besar.

b. Prosedur akuntansi pengeluaran kas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang pedoman pengelola keuangan daerah pasal 247

mengatakan bahwa prosedur akuntansi kas adalah : “serangkaian

proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan

pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam

rangka pertanggungjawaban APBD yang dapat dilakukan secara

manual atau menggunakan aplikasi komputer.”

Prosedur akuntansi penerimaan kas dilaksanakan oleh

Pejabat Pengelolaan Keuangan (PPK-OPD) berdasarkan bukti

transaksi pengeluaran kas melakukan pencatatan dalam jurnal

pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal

penerimaan kas berkenaan, secara periodik jurnal tersebut

diposting ke buku besar.

51
c. Prosedur akuntansi asset tetap/barang milik daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang pedoman pengelola keuangan daerah pasal 253

mengatakan bahwa prosedur akuntansi aset adalah : “serangkaian

pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan,

reliabitas, perubahan klasifikasi dan penyusutan terhadap asset

yang dikuasai”.

Prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh Pejabat

Pengelola Keuangan (PPK-OPD) serta pejabat pengurus dan

penyimpanan barang Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Pengelola Keuangan (PPK-OPD) berdasarkan bukti memorial

melakukan pencatatan ke dalam jurnal umum, dan secara periodik

jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar. Setiap asset kecuali

tanah dan konstruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan

sistematis sesuai dengan masa manfaatnya. Metode penyusutan

yang dapat dilakukan adalah garis lurus, saldo menurun ganda dan

unit produksi.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi

aset berupa memorial yang memuat informasi jenis/nama aset

tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap dan

tanggal transaksi dan/atau kejadian.

52
d. Prosedur akuntansi selain kas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang pedoman pengelola keuangan daerah pasal 259

mengatakan bahwa prosedur akuntansi selain kas adalah :

“serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran sampai

dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi

atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi komputer.”

Prosedur akuntansi selain kas dilaksanakan oleh Pejabat

Pengelolaan Keuangan (PPK-OPD) berdasarkan bukti memorial

melakukan pencatatan ke dalam jurnal umum, dan secara periodik

jurnal tersebut diposting ke buku besar.

Bukti transkasi yang digunakan dalam prosedur akuntansi

selain kas berupa bukti memorial yang memuat informasi berita

acara penerimaan barang, surat keputusan penghapusan barang,

surat keputusan mutasi barang, berita acara pemusnahan barang,

berita acara serah terima barang, berita acara penilaian dan berita

acara penyelesaian pekerjaan.

Pembuatan laporan keuangan dilakukan oleh masing-

masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Laporan keuangan

tersebut akan dikonsolidasikan oleh entitas pelaporan menjadi

laporan keuangan pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten.

53
2.3.Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya memiliki hasil penelitian 1 (satu) arah,

namun tetap memiliki perbedaan, berikut ringkasannya:

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Judul dan Nama Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


1 Pengaruh Penyajian Neraca - Penyajian neraca SKPD dan Sama-sama - Terdapat variabel penyajian neraca
SKPD dan Aksesibilitas aksesibilitas laporan keuangan menggunakan sebagai variabel independen
Laporan Keuangan SKPD SKPD secara parsial maupun variabel - Tidak terdapat variabel penyajian
Terhadap Transparansi dan simultan berpengaruh positif dan independen laporan keuangan daetah, dan sistem
Akuntabilitas Pengelolaan signifikan terhadap transparansi seperti akuntansi keuangan daerah
Keuangan SKPD di dan akuntabilitas pengelolaan aksesibilitas - Menguji apakah penyajian neraca
Pemerintahan Provinsi keuangan SKPD laporan SKPD dan aksesibilitas laporan
Sumatera Utara keuangan keuangan SKPD berpengaruh positif
(Nasution,2009) terhadap transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan SKPD dengan
objek penelitian dan tahun penelitian
yang berbeda
2 Pengaruh Penyajian dan - Penyajian laporan keuangan Sama-sama - Tidak ada variabel independen sistem
Aksesibilitas Laporan daerah dan aksesibilitas laporan menggunakan akuntansi keuangan daerah
Keuangan Daerah Terhadap keuangan secara individu variabel - Menguji apakah penyajian laporan

54
No Judul dan Nama Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Transparansi dan maupun secara bersama-sama independen keuangan daerah dan aksesibilitas
Akuntabilitas Pengelolaan berpengaruh positif dan seperti laporan keuangan daerah berpengaruh
Keuangan Daerah Pada signifikan terhadap transparansi penyajian positif terhadap transparansi dan
Pemerintah Kabupaten dan akuntabilitas pengelolaan laporan akuntabilitas pengelolaan keuangan
Samosir (Sagala, 2011) keuangan daerah. keuangan daerah dengan objek penelitian dan
daerah dan tahun penelitian yang berbeda
aksesibilitas
laporan
keuangan
daerah
3 Pengaruh Penyajian dan - Penyajian laporan keuangan Sama-sama - Tidak ada variabel independen sistem
Aksesibilitas Laporan berpengaruh secara signifikan menggunakan akuntansi keuangan daerah
Keuangan Daerah Terhadap terhadap transparansi dan variabel - Menguji apakah penyajian laporan
Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan independen keuangan daerah dan aksesibilitas
Akuntabilitas Pengelolaan keuangan daerah. seperti laporan keuangan daerah berpengaruh
Keuangan Daerah - Akuntabilitas berpengaruh penyajian terhadap transparansi dan akuntabilitas
Kabupaten Jepara (Aliyah secara signifikan terhadap laporan pengelolaan keuangan daerah dengan
dan Nahar, 2012) transparansi dan akuntabilitas keuangan objek penelitian dan tahun penelitian
pengelolaan keuangan daerah. daerah dan yang berbeda
aksesibilitas
laporan
keuangan
daerah
4 Pengaruh Penyajian - Penyajian laporan posisi Sama-sama - Terdapat variabel independen
Laporan Posisi Keuangan, keuangan berpengaruh menggunakan penyajian laporan posisi keuangan

55
No Judul dan Nama Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Aksesibilitas Laporan signifikan terhadap transparansi variabel - Tidak ada variabel independen seperti
Keuangan dan Sistem dan akuntabilitas pengelolaan independen penyajian laporan keuangan daerah
Akuntansi Keuangan keuangan SKPD seperti - Menguji apakah penyajian laporan
Daerah Terhadap - Aksesibilitas laporan keuangan aksesibilitas posisi keuangan, aksesibilitas laporan
Transparansi dan daerah berpengatuh signifikan laporan keuangan, dan sistem akuntansi
Akuntabilitas Pengelolaan terhadap transparansi dan keuangan keuangan daerah berpengaruh terhadap
Keuangan SKPD akuntabilitas pengelolaan daerah dan transparansi dan akuntabilitas
(Penelitian Pada SKPD di keuangan SKPD sistem pengelolaan keuangan SKPD dengan
Pemerintahan Kota Padang) - Sistem akuntansi keuangan akuntansi objek penelitian dan tahun penelitian
(Handri, Rifa, dan daerah berpengatuh signifikan keuangan yang berbeda
Rahmawati, 2015) terhadap transparansi dan daerah
akuntabilitas pengelolaan
keuangan SKPD
5 Pengaruh Penyajian laporan - Penyajian laporan keuangan Sama-sama - Tidak ada variabel independen seperti
Keuangan Daerah dan daerah berpengaruh positif dan menggunakan sistem akuntansi keuangan daerah
Aksesibilitas Laporan signifikan terhadap transparansi variabel - Menguji apakah penyajian laporan
Keuangan Daerah Terhadap dan akuntabilitas pengelolaan independen keuangan daerah dan aksesibilitas
Transparansi dan keuangan daerah. seperti laporan keuangan daerah berpengaruh
Akuntabilitas Pengelolaan - Aksesibilitas laporan keuangan penyajian positif terhadap transparansi dan
Keuangan Daerah Pada daerah berpengaruh positif dan laporan akuntabilitas pengelolaan keuangan
Pemerintah Kota Ambon signifikan terhadap transparansi keuangan daerah dengan objek penelitian dan
(Hehanussa, 2015) dan akuntabilitas pengelolaan daerah dan tahun penelitian yang berbeda
keuangan daerah. aksesibilitas

56
No Judul dan Nama Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
laporan
keuangan
daerah
6 Pengaruh Penyajian laporan - Penyajian laporan keuangan Sama-sama - Menguji apakah penyajian laporan
Keuangan Daerah, berpengaruh signifikan positif menggunakan keuangan daerah, aksesibilitas laporan
Aksesibilitas Laporan terhadap transparansi dan variabel keuangan daerah, dan sistem akuntansi
Keuangan Daerah dan akuntabilitas pengelolaan independen keuangan daerah berpengaruh positif
Sistem Akuntansi Keuangan keuangan daerah. seperti terhadap transparansi dan akuntabilitas
Daerah Terhadap - Aksesibilitas laporan keuangan penyajian pengelolaan keuangan daerah dengan
Transparansi dan daerah berpengaruh signifikan laporan objek penelitian dan tahun penelitian
Akuntabilitas Pengelolaan positif terhadap transparansi dan keuangan yang berbeda
Keuangan Daerah (Studi akuntabilitas pengelolaan daerah,
pada Satuan Kerja keuangan daerah aksesibilitas
Perangkat Daerah - Sistem Akuntansi Keuangan laporan
Kabupaten Jember) Daerah berpengaruh positif keuangan, dan
(Magdalena dan terhadap transparansi dan sistem
Kurniawati, 2016) akuntabilitas pengelolaan akuntansi
keuangan daerah keuangan
daerah
Sumber : Data yang diolah, 2017

57
2.4.Rerangka Pemikiran

Rerangka pemikiran yang baik adalah menjelaskan secara teoritis

tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sugiyono (2013) menyatakan

bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting.

Permasalahan yang muncul pada penelitian ini adalah isu transparansi

dan akuntabilitas yang semakin meningkat, baik pada pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Namun, pemerintah daerah menjadi perhatian

khusus pada penelitian ini. Penyajian laporan keuangan daerah yang baik dan

disebarkan oleh masing-masing pemerintah daerah dapat mempengaruhi

peningkatan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah. Sehingga penyajian laporan keuangan daerah menjadi variabel

independen pertama.

Selain itu, penyajian laporan keuangan daerah yang mudah diakses

bagi pengguna laporan keuangan akan mempengaruhi peningkatan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pula, inilah yang

dinamakan sebagai aksesibilitas laporan keuangan daerah. Sehingga variabel

independen kedua adalah aksesibilitas laporan keuangan daerah.

Semua penyusunan laporan keuangan tersebut akan menggunakan

suatu sistem. Bagi pemerintah daerah menggunakan sistem akuntansi

keuangan daerah. Sistem akuntansi keuangan daerah yang baik dan sesuai

dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku secara umum,

58
maka akan mempengaruhi peningkatan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah. Sehingga, sistem akuntansi keuangan daerah

menjadi variabel independen ketiga dalam penelitian ini.

Variabel independen akan memiliki pengaruh terhadap variabel

dependen. Ketiga variabel independen tersebut, seperti penyajian laporan

keuangan daerah (X1), aksesibilitas laporan keuangan daerah (X2), dan

sistem akuntansi keuangan daerah (X3) akan menggambarkan hubungannya

terhadap variabel dependen, yakni transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah (Y). Jika digambarkan, maka rerangka pemikirannya

sebagai berikut:

Gambar 2.2

Rerangka Pemikiran

Sumber: Data yang diolah, 2017

Keterangan:

Garis = Menggambarkan hubungan secara parsial

59
2.5. Pengembangan Hipotesis

A. Hubungan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Penyajian laporan keuangan daerah merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban pemerintah daerah bagi masing-masing Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) terhadap pengguna laporan keuangan. Laporan

keuangan yang disajikan oleh masing-masing Pemerintah Daerah tentunya

berbeda, hasil tersebut menunjukkan kinerja sesungguhnya sesuai dengan

pengelolaan sumberdayanya. Namun, jika tiap pemerintah daerah

menyajikan suatu pelaporan keuangan memenuhi karakteristik kualitatif

laporan keuangan maka penyajian laporan tersebut bisa menghasilkan

informasi yang baik.

Penyajian informasi yang transparan akan mewujudkan

akuntabilitas publik karena akan menggambarkan kinerja yang

sesungguhnya dari suatu entitas yang merupakan bentuk

pertanggungjawaban dari entitas kepada publik. Sehingga masing-masing

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) memberikan informasi keuangan

yang terbuka dan jujur kepada masyarakat.

Hal ini diperkuat oleh Magdalena dan Kurniawati (2016) yang

menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh

positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah pada Kabupaten Jember. Hal ini menunjukkan bahwa penyajian

laporan keuangan daerah yang baik dapat dikatakan sebagai penyajian

60
yang tinggi akan berimplikasi terhadap peningkatan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, sehingga semakin tinggi

penyajian laporan keuangan daerah maka akan otomatis meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Berdasarkan dukungan penelitian terdahulu dan uraian tersebut,

maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Diduga semakin tinggi penyajian laporan keuangan daerah

menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah semakin tinggi.

B. Hubungan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Aksesibilitas laporan keuangan merupakan kemudahan bagi

seseorang untuk memperoleh informasi mengenai laporan keuangan.

Hehanussa (2015) juga menunjukkan hasil bahwa aksesibilitas laporan

keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kota

Ambon.

Laporan keuangan yang disajikan oleh Pemerintah Kota

Balikpapan masih sulit untuk diakses secara online ataupun media massa

lainnya. Penyajian laporan keuangan tanpa memberikan kemudahan akses

bagi para pengguna laporan keuangan akan menyebabkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tidak berjalan maksmimal. Hal

ini pasti akan menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat,

61
khususnya warga Balikpapan itu sendiri.

Dengan demikian, untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas

yang efektif, pemerintah dapat menggunakan berbagai media untuk

mempublikasikan laporan pertanggungjawabannya agar dapat

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik. Hal ini menunjukkan

bahwa mudahnya akses terhadap laporan keuangan daerah tersebut dapat

menunjukkan aksesibilitas yang tinggi berimplikasi terhadap peningkatan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, sehingga

semakin tinggi aksesibilitas laporan keuangan daerah maka akan otomatis

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.

Berdasarkan dukungan penelitian terdahulu dan uraian tersebut,

maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Diduga semakin tinggi aksesibilitas laporan keuangan daerah

menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah semakin tinggi.

C. Hubungan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian

prosedur mulai dari proses pengumpulan data hingga pelaporan keuangan

dalam rangka pertanggungjawaban yang dapat dilakukan secara manual

atau menggunakan aplikasi komputer. Magdalena dan Kurniawati (2016)

menunjukkan hasil bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh

62
positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah pada Kabupaten Jember.

Sistem akuntansi keuangan daerah yang menyediakan informasi

keuangan terbuka bagi masyarakat dapat mewujudkan penyelenggaraan

pemerintahan yang baik. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah

daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah yakni dengan menerapkan sistem akuntansi keuangan

daerah yang tepat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

yang telah berlaku secara umum.

Dengan sistem akuntansi keuangan daerah yang baik akan

mendukung terciptanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa sistem akuntansi yang

memadai dapat dikatakan sistem akuntansi keuangan daerah yang tinggi

akan berimplikasi terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah, sehingga semakin tinggi sistem akuntansi

keuangan daerah maka akan otomatis meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Berdasarkan dukungan penelitian terdahulu dan uraian tersebut,

maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Diduga semakin tinggi sistem akuntansi keuangan daerah

menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah semakin tinggi.

63
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni data yang

diperoleh berupa angka-angka dan dianalisis. Berdasarkan tingkat penjelasan

dari kedudukan variabelnya maka penelitian ini bersifat asosiatif kausal, yaitu

penelitian yang mencari pengaruh (hubungan) sebab akibat karena

bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan

hubungan penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan

daerah, dan sistem akuntansi keuangan daerah sebagai 3 (tiga) variabel

independen terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah sebagai variabel dependen.

3.2 Data Penelitian

A. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

subjek, yakni jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman

atau karakteristik dari seseorang yang menjadi subjek penelitian

(responden). Tanggapan yang diberikan oleh responden berupa respon

tertulis melalui kuesioner yang diajukan oleh peneliti.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner yang merujuk kepada Hanim (2009) dalam

Sagala (2011) dengan sedikit dimodifikasi, Nurmuthmainnah (2015), dan

Erlina et.all (2012) dalam Saputra (2014) yang sebelumnya telah diuji

tingkat validitas dan reliabilitasnya.

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data ini, peneliti mengumpulkan data dengan

maksud agar penelitian dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini

diperoleh penulis dengan cara survei. Survei (survey) atau lengkapnya self-

administered survey adalah metode pengumpulan data primer dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu (Hartono,

2015 : 140). Teknik dalam penelitian ini dengan melakukan survei

lapangan melalui penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para

pegawai sub bagian keuangan pada seluruh Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) di Pemerintah Kota Balikpapan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masing-masing pegawai sub

bagian keuangan pada seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di

Pemerintah Kota Balikpapan, baik itu Sekretariat, Dinas, Badan atau

Kantor Inspektorat, serta Kecamatan. Teknik penentuan sampel dalam

penelitian ini adalah metode pengambilan sampel secara non probabilitas

yang berupa Purposive Sampling. Hartono (2015 : 98) menyatakan bahwa

pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan

65
mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement)

tertentu atau jatah (quota) tertentu.

Dengan terbatasnya waktu dan biaya, peneliti mengambil sampel

terdekat di daerah tempat tinggal, yakni Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) Kabupaten Penajam Paser Utara sebanyak 30 responden di

beberapa Dinas untuk digunakan sebagai uji validitas dan reliabilitas

dengan kondisi dan kriteria yang sama seperti pada responden utama pada

Kota Balikpapan. Kriteria dalam pemilihan sampel adalah yang memiliki

kriteria sebagai berikut:

1) Responden yang ikut terlibat dalam proses pengelolaan keuangan.

2) Memahami penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

dalam pembuatan laporan keuangan.

3) Memahami penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.

4) Telah bekerja pada bidang tersebut minimal 1 (satu) tahun.

Berikut ringkasan sampel yang sudah memenuhi kriteria

(responden) yang terdapat pada seluruh Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) Kota Balikpapan dalam mengisi kuesioner:

Tabel 3.1

Ringkasan Sampel

No. Keterangan Jumlah


1 Penyebaran Kuesioner 128
2 Kuesioner ditolak (27)
3 Kuesioner tidak lengkap (6)
4 Total sampel (responden) 95
Sumber: Data primer yang diolah, 2017

66
3.3 Definisi Operasional (Variabel)

A. Variabel Dependen (Y) yaitu Transparansi dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan Daerah

Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

adalah pertanggungjawaban pemerintah daerah berkenaan dengan

pengelolaan keuangan daerah kepada publik secara terbuka dan jujur

melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat diakses oleh

berbagai pihak berkepentingan dengan anggapan bahwa publik berhak

mengetahui informasi tersebut.

Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadopsi

dari Hanim (2009) dalam Sagala (2011) yang berjumlah 8 (delapan)

namun sedikit dimodifikasi pada pernyataan nomor 3 dan 4. Nomor 3

menyatakan adanya mekanisme yang menjamin bahwa standar telah

terpenuhi, dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika

standar tersebut tidak terpenuhi.

Sedangkan pada nomor 4 menyatakan bahwa konsistensi maupun

kelayakan dari target operasional yang telah ditetapkan maupun

prioritas dalam mencapai target tersebut.

Berikut 8 (delapan) indikator yang digunakan untuk mengukur

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah setelah

dimodifikasi, yaitu:

1. Pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-

nilai yang berlaku.

67
2. Adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah

sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang

berlaku.

3. Adanya mekanisme yang menjamin bahwa standar telah

terpenuhi sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

4. Pengelola sumber daya mampu memberikan laporan pertanggung

jawaban secara efisien dan efektif

5. Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan.

6. Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan

cara-cara mencapai sasaran suatu program.

7. Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil

yang telah dicapai pemerintah.

8. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran

informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik dalam

kegiatan melayani.

B. Variabel Independen (X)

1. Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

Penyajian laporan keuangan daerah sebagai variabel

independen dalam penelitian ini adalah penyajian informasi keuangan

pemerintah daerah yang memenuhi karakteristik kualitatif laporan

keuangan yang berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

68
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini

diadopsi dari Nurmuthmainnah (2015). Ada 4 (empat) indikator yang

digunakan untuk mengukur penyajian laporan keuangan daerah, yaitu:

1. Relevan

2. Andal

3. Dapat dibandingkan

4. Dapat dipahami

2. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2).

Aksesibilitas laporan keuangan daerah sebagai variabel

independen dalam penelitian ini adalah kemudahan bagi seseorang

untuk mengakses dan memperoleh informasi mengenai laporan

keuangan pemerintah daerah pada masing-masing Organisasi

Perangkat Daerah (OPD).

Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini

diadopsi dari Nurmuthmainnah (2015). Ada 3 (tiga) indikator yang

digunakan untuk mengukur aksesibilitas laporan keuangan daerah,

yaitu:

1. Terbuka di media massa

2. Mudah diakses

3. Ketersediaan informasi

3. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X3)

Sistem akuntansi keuangan daerah sebagai variabel independen

dalam penelitian ini adalah sistem akuntansi yang meliputi serangkaian

69
prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,

pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara

manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini

diadopsi dari Erlina et.all (2012) dalam Saputra (2014). Ada 4 (empat)

indikator yang digunakan untuk mengukur sistem akuntansi keuangan

daerah, yaitu:

1. Basis akuntansi

2. Unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

3. Unsur-unsur Laporan Operasional (LO)

4. Penyusunan APBD sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006

5. Penyusunan laporan keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010

Pengukuran variabel-variabel tersebut menggunakan skala

likert (likert scala). Skala ini digunakan untuk mengukur respons

subjek ke dalam 5 poin skala dengan interval yang sama (Hartono,

2015 : 83). Jawaban akan diberi skor sebagai berikut: Skor 1 = Sangat

Tidak Setuju (STS), skor 2 = Tidak Setuju (TS), skor 3=Ragu-Ragu

(RR), skor 4 = Setuju (S) , skor 5 = Sangat Setuju (SS). Berikut

ringkasan operasional variabel yang disajikan dalam bentuk tabel:

70
Tabel 3.2

Operasional Variabel

Indikator Pernyataan
Variabel Konsep Variabel
Pengukuran Kuesioner
Transparansi Pertanggung 1. Pembuatan 1. Pembuatan
dan jawaban keputusan Laporan Keuangan
Akuntabilitas Pemerintah sudah OPD Balikpapan
Pengelolaan Daerah berkenaan memenuhi sudah memenuhi
Keuangan dengan standar etika standar etika dan
Daerah (Y) pengelolaan dan nilai-nilai nilai-nilai yang
keuangan daerah yang berlaku. berlaku, artinya
kepada publik sesuai dengan
secara terbuka prinsip-prinsip
dan jujur melalui administrasi yang
media berupa benar maupun
penyajian laporan nilai-nilai yang
keuangan yang berlaku di
dapat diakses oleh Stakeholders.
berbagai pihak 2. Adanya 2. Laporan Keuangan
yang kejelasan dari OPD Balikpapan
berkepentingan sasaran telah memenuhi
dengan anggapan kebijakan sasaran kebijakan
bahwa publik yang diambil, yang diambil, dan
berhak dan sudah sudah sesuai
mengetahui sesuai dengan dengan visi dan
informasi visi dan misi misi organisasi,
tersebut. organisasi, serta standar yang
serta standar berlaku.
yang berlaku.
3. Adanya 3. Laporan Keuangan
mekanisme OPD Balikpapan
yang telah memenuhi
menjamin standar yang
bahwa standar berlaku umum,
telah yakni Standar
terpenuhi Akuntansi
sesuai dengan Pemerintah dalam
Standar Peraturan
Akuntansi Pemerintah Nomor
Pemerintah 71 Tahun 2010.
dalam
Peraturan
Pemerintah
Nomor 71

71
Indikator Pernyataan
Variabel Konsep Variabel
Pengukuran Kuesioner
Tahun 2010.
4. Pengelola 4. Pengelola sumber
sumber daya daya sebagai
mampu pembuat laporan
memberikan keuangan mampu
laporan memberikan
pertanggung laporan
jawaban pertanggung
secara efisien jawaban secara
dan efektif. efisien dan efektif
kepada DPRD
maupun
masyarakat luas.
5. Penyebarluasa 5. Penyebarluasan
n informasi laporan keuangan
mengenai OPD Balikpapan
suatu telah disampaikan
keputusan. melalui media
massa, media
nirmassa, maupun
media komunikasi
personal.
6. Akurasi dan 6. Terdapat akurasi
kelengkapan dan kelengkapan
informasi informasi yang
yang berhubungan
berhubungan dengan
dengan cara- penyusunan
cara mencapai laporan keuangan
sasaran suatu OPD Balikpapan.
program.
7. Ketersediaan 7. Ada ketersediaan
sistem sistem informasi
informasi manajemen dan
manajemen monitoring hasil
dan yang telah dicapai
monitoring oleh OPD
hasil yang Balikpapan.
dicapai
pemerintah.
8. Mekanisme 8. Penyampaian
yang laporan keuangan
memfasilitasi OPD Balikpapan
pelaporan telah melalui

72
Indikator Pernyataan
Variabel Konsep Variabel
Pengukuran Kuesioner
maupun kerjasama dengan
penyebaran media massa dan
informasi lembaga
maupun pemerintahan.
penyimpanga
n tindakan
aparat publik
Penyajian Penyajian 1. Relevan 1. OPD Balikpapan
Laporan informasi mampu menyusun
Keuangan keuangan laporan keuangan
secara lengkap
Daerah (X1) pemerintah
(laporan Realisasi
daerah yang Anggaran, Neraca,
memenuhi Laporan Arus Kas
karakteristik dan Catatan Atas
kualitatif laporan Laporan
keuangan yang Keuaangan).
berdasarkan 2. OPD Balikpapan
mampu
Standar
menyelesaikan
Akuntansi laporan keuangan
Pemerintah (SAP) (laporan Realisasi
dalam Peraturan Anggaran, Neraca,
Pemerintah Laporan Arus Kas
Nomor 71 Tahun dan Catatan Atas
2010. Laporan
Keuangan).
3. Laporan keuangan
OPD Balikpapan
menyediakan
informasi yang
dapat mengoreksi
aktifitas keuangan
di masa lalu.
4. Laporan keuangan
OPD Balikpapan
menyediakan
informasi yang
mampu
memprediksi masa
yang akan datang
berdasarkan hasil
masa lalu dan
kejadian masa kini.

73
Indikator Pernyataan
Variabel Konsep Variabel
Pengukuran Kuesioner
2. Relevan 5. Informasi yang
dihasilkan dari
laporan keuangan
OPD Balikpapan
telah
menggambarkan
dengan jujur
transaksi yang
disajikan dalam
laporan keuangan.
6. Apabila dilakukan
pengujian terhadap
laporan keuangan
lebih dari sekali
oleh pihak yang
berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan
simpulan yang
tidak berbeda jauh.
3. Dapat 7. Informasi yang
dibandingkan termuat dalam
laporan keuangan
OPD Balikpapan
dapat
dibandingkan
dengan laporan
keuangan periode
sebelumnya.
8. Laporan keuangan
yang disusun oleh
OPD Balikpapan
telah dapat
dijadikan sebagai
tolak ukur dalam
penyusunan
anggaran tahun
berikutnya.
4. Dapat 9. Informasi dari
dipahami laporan keuangan
OPD Balikpapan
yang dihasilkan
dapat dipahami
oleh pengguna
karena dinyatakan

74
Indikator Pernyataan
Variabel Konsep Variabel
Pengukuran Kuesioner
dalam bentuk serta
istilah yang
disesuaikan
dengan batas
kemampuan
pengguna.
Aksesibilitas Kemudahan bagi 1. Terbuka di 1. Laporan keuangan
Laporan seseorang untuk media massa daerah Balikpapan
Keuangan mengakses dan dipublikasikan
Daerah (X2) memperoleh secara terbuka
informasi melalui media
mengenai laporan massa.
keuangan 2. Mudah 2. Memberikan
pemerintah diakses kemudahan
daerah pada kepada para
masing-masing pengguna laporan
Organisasi keuangan dalam
Perangkat Daerah memperoleh
(OPD) informasi tentang
laporan keuangan
daerah
Balikpapan.
3. Ketersediaan 3. Masyarakat dapat
informasi mengakses laporan
keuangan daerah
Balikpapan
melalui internet
(website).
Sistem Sistem akuntansi 1. Basis 1. Basis akuntansi
Akuntansi yang meliputi akuntansi penyusunan
Keuangan serangkaian laporan keuangan
Daerah (X3) prosedur mulai berdasarkan PP 24
dari proses Tahun 2005 yang
pengumpulan berbasis kas.
data, pencatatan, 2. Basis akuntansi
pengikhtisaran penyusunan
sampai dengan laporan keuangan
pelaporan berdasarkan PP 71
keuangan dalam Tahun 2010 adalah
rangka berbasis akrual.
pertanggungjawa 2. Unsur-unsur 3. Unsur yang
ban pelaksanaan Laporan terdapat dalam
APBD yang dapat Realisasi LRA (Laporan
dilakukan secara Anggaran Realisasi

75
Indikator Pernyataan
Variabel Konsep Variabel
Pengukuran Kuesioner
manual atau (LRA) Anggaran) OPD
menggunakan Balikpapan adalah
aplikasi pendapatan-LRA,
komputer. belanja, dan
pembiayaan.
3. Unsur-unsur 4. Unsur-unsur yang
Laporan terdapat dalam LO
Operasional (Laporan
(LO) Operasional)
adalah
Pendapatan-LO,
Beban, dan
Pembiayaan.
4. Penyusunan 5. Klasifikasi belanja
APBD sesuai menurut Peraturan
dengan Menteri Dalam
Peraturan Negeri No. 13
Menteri Dalam tahun 2006 dalam
Negeri Nomor penyusunan APBD
13 Tahun 2006 adalah Belanja
Tidak Langsung
dan Belanja
Langsung.
5. Penyusunan 6. Dalam membuat
laporan laporan keuangan
keuangan daerah,
berdasarkan penyelenggara
Peraturan sistem akuntansi
Pemerintah harus mengacu
Nomor 71 pada petunjuk
Tahun 2010. teknis dari atasan.
7. Klasifikasi belanja
menurut PP No. 71
Tahun 2010
tentang Standar
Akuntansi
Pemerintahan
dalam penyusunan
laporan keuangan
adalah belanja
operasi dan belanja
modal.
Sumber : Data yang diolah, 2017

76
3.4.Metode Analisis

Data yang diperoleh kemudian diolah untuk dianalisis dan

diinterprestasikan. Pengolahan data menggunakan Statistical Package For

Sosial Science (SPSS) versi 23.

A. Uji Kualitas Data

Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu reliabilitas

dan validitas. Artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan

yang bias jika datanya kurang valid dan reliable. Sedangkan kualitas data

penelitian ini ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data.

1. Uji Validitas

Uji validitas (validity) menunjukkan seberapa nyata suatu

pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur (Hartono, 2015: 146).

Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan

tugasnya mencapai sasarannya, sesuai dengan kenyataan (actually), dan

berhubungan dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan

valid jika mengukur tujuannya dengan benar.

Pada penelitian ini, pengukuran validitas dilakukan dengan

menggunakan alat bantu statistik, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel(dua sisi), maka butir

pertanyaan tersebut valid.

b. Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel (dua sisi), maka butir

pertanyaan tersebut tidak valid.

77
Nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k

Keterangan:

n = jumlah responden

k = jumlah variabel bebas

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas (reliability) menunjukkan akurasi dan ketepatan

dari pengukur-pengukurnya (Hartono, 2015: 146). Reliabilitas

berhubungan dengan akurasi (accurately) dari pengukurannya dan

konsistensi dari pengukur. Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat

diandalkan) jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Penelitian ini menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α)

untuk mengukur tingkat reliabilitas suatu variabel dependen maupun

independen. Suatu kontruk atau variabel dikatakan reliable jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70 (Ghozali, 2016).

B. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik responden maupun variabel yang diteliti

untuk mendapatkan suatu gambaran mengenai responden dalam penelitian

ini.

Dalam hal ini penelitian akan menggambarkan tingkat respons

responden dan demografi responden. Demografi responden ini meliputi

jabatan responden, umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan

78
pendidikan terakhir. Selain itu, penelitian ini juga menggambarkan

frekuensi jawaban responden pada tiap pernyataan variabel transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, penyajian laporan

keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan daerah dan sistem

akuntansi keuangan daerah, Untuk data kategori hanya dapat menjelaskan

angka atau nilai jumlah (frekuensi) dan presentase dari masing-masing

kelompok tersebut.

C. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan

analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi

pengujian: (a)normalitas, (b)multikolinearitas, dan (c)heterokedastisitas.

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa teknik analisis

regresi yang digunakan dapat diinterprestasinnya, sehingga data yang

digunakan tidak bias.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Hal ini dapat menunjukkan bahwa antara variabel dependen dan variabel

independen mengikuti atau mendekati distribusi normal.

Cara untuk mendeteksi distribusi normal pada penelitian ini

dengan menggunakan analisis grafik, yakni dengan melihat grafik

histogram dan grafik normal plot. Ghozali (2016 : 156) menyatakan

dasar pengambilan keputusan pada grafik histogram maupun plot, yakni:

79
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memnuhi asumsi

normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Namun untuk memperkuat distribusi normal, maka

menggunakan analisis statistik Kolmogrov Sminorv. Nurmuthmainnah

(2015) menyatakan bahwa pedoman pengambilan keputusan dengan uji

Kolmogrov-sminorv tentang data tersebut mendekati atau merupakan

distribusi normal dapat dilihat dari:

a. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi

data adalah tidak normal.

b. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi

data adalah normal.

2. Uji Multikoliniearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen.

80
Pengujian multikolonieritas dalam penelitian ini dilihat dari (1)

nilai tolerance dan lawannya (2) Varian Inflation Factor (VIF). Nilai

cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas

adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan VIF ≥ 10 (Ghozali, 2016:

103).

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atas

suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual

dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut

homoskedastisitas.

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

dalam penelitian ini dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi

variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnua SRESID,

dasar analisis dalam hal ini (Ghozali, 2016 : 134) :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

81
Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup

signifikan, oleh karena itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat

menjamin keakuratan hasil yang menggunakan data residual. Salah

satunya adalah Uji Glejser. Probabilitas signifikansinya diatas tingkat

kepercayaan 5% atau di atas nilai signifikansi 0,05. Jika model regresi

lebih dari 0,05 maka disimpulkan bahwa model regresi tidak

mengandung adanya heteroskedastisitas, namun jika model regresi

kurang dari 0,05 maka disimpilkan terjadi adanya heteroskedastisitas

(Ghozali, 2016 : 109).

3.5. Analisis Regresi Linier Berganda

Pada penelitian ini dilakukan dengan regresi linier berganda karena

menggambarkan suatu hubungan dimana satu atau lebih vaiabel (variabel

independen) mempengaruhi variabel lainnya (variabel dependen). Dalam

regresi linier berganda, selain mengukur kekuatan pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen juga menunjukkan arah pengaruh

tersebut yang dibantu dengan menggunakan SPSS. Pengujian-pengujian

tersebut didasarkan pada persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Keterangan:

Y : Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

a : Konstanta

b1 : kefisien regresi dari X1

b2 : kefisien regresi dari X2

82
b3 : kefisien regresi dari X3

X1 : Penyajian Laporan Keuangan Daerah

X2 : Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

X3 : Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

e : kesalahan residual (error tum)

A. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisen Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur tingkat

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.

Analisis Koefisisensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa

besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen

(Y). Koefisien determinasi memiliki nilai antara nol dan satu.

Semakin kecil nilai R2 berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas sedangkan

koefisien determinasi yang mendekati satu berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen mendekati

sempurna. Adapun klasifikasi koefisien kolerasi sebagai berikut (Sugiyono,

2009 : 250) adalah :

a. Jika Interval Koefisien berkisar 0,00 – 0,199, maka tingkat korelasi

sangat lemah.

b. Jika Interval Koefisien berkisar 0,20 – 0,399, maka tingkat korelasi

rendah.

c. Jika Interval Koefisien berkisar 0,40 – 0,599, maka tingkat korelasi

sedang.

83
d. Jika Interval Koefisien berkisar 0,60 – 0,799, maka tingkat korelasi

kuat.

e. Jika Interval Koefisien berkisar 0,80 – 1,000, maka tingkat korelasi

sempurna.

B. Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk menganalisa pengaruh positif dan signifikan

dari seluruh variabel bebas (Penyajian Laporan Keuangan Daerah,

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah) secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya

(Tranparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah). Pada

penelitian ini, Uji F ini membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel

pada tingkat keyakinan tertentu untuk melihat tingkat signifikan pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan tingkat

(𝑘−1)
signifikansi 0,05=5%. Ftabel dapat dihitung dengan = (𝑛−𝑘−1)

Keterangan:

k = jumlah variabel bebas dan terikat (pembilang)

n = jumlah responden

k = jumlah variabel bebas (penyebut)

Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika probability value (p value)

< 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.

3.6. Pengujian Hipotesis (Uji Statistik t)

Uji statistik t digunakan untuk menguji seberapa berpengaruhnya

setiap variabel independen secara individu (parsial) yaitu Penyajian

84
Laporan Keuangan Daerah (X1), Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

(X2), dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X3) dalam menerangkan

variabel dependen yaitu Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Daerah (Y). Perumusan hipotesis untuk pengujian satu arah (one

tailed-test) menghasilkan penjabaran berikut (Suyono, 2015):

Kaidah yang menyatakan rumusan hipotesis berpengaruh secara

positif atau negatif apabila:

a. Nilai koefisien regresi (β) lebih besar daripada nol dan bertanda positif,

maka variabel independen (X) secara parsial berpengaruh positif

terhadap variabel dependen (Y).

b. Nilai koefisien regresi (β) lebih kecil daripada nol dan bertanda negatif,

maka variabel independen (X) secara parsial berpengaruh negatif

terhadap variabel dependen (Y).

Sedangkan kaidah pengambilan keputusan dalam uji t penelitian ini

dengan menggunakan statistik SPSS dengan tingkat signifikansi yang

ditetapkan 95% atau (α) = 0,05 (5%). Dalam uji signifikansi, sebuah

statistik dikatakan signifikan jika nilai dari uji statistiknya berada di daerah

kritis, sebaliknya sebuah pengujian dikatakan tidak signifikan jika nilai dari

uji statistiknya berada di daerah penerimaan. Pada pengujian ini

menggunakan satu arah (one tailed-test) tingkat signifikansi nilai α tidak

dibagi dua (tα) = t0,05).

85
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Kualitas Data

Penyebaran kuesioner untuk uji kualitas data diberikan kepada 30

responden di luar dari responden utama dari penelitian ini, tetapi memiliki

karakteristik yang sama dengan ketentuan responden penelitian. Hasil

tersebut menunjukkan data yang valid dan reliable. Namun di bawah ini akan

disajikan hasil data yang menunjukkan valid dan reliable pada responden

utama, yakni seluruh pegawai sub bagian keuangan pada seluruh Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.

A. Uji Validitas

Nilai rtabel dengan ketentuan df (degree of freedom), yakni dengan

Jumlah Responden (n) adalah 95 dan jumlah variabel bebas (k) adalah 3

dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, maka df = 30 – 3 = 27. Angka

rhitung yang diperoleh adalah 0,2028.

Tabel 4.1

Uji Validitas

No. Pernyataan rhitung rtabel Validitas


1 TDAPKD1 0.664 0.2028 Valid
2 TDAPKD2 0.783 0.2028 Valid
3 TDAPKD3 0.513 0.2028 Valid
4 TDAPKD4 0.779 0.2028 Valid
5 TDAPKD5 0.762 0.2028 Valid
6 TDAPKD6 0.683 0.2028 Valid
7 TDAPKD7 0.584 0.2028 Valid
8 TDAPKD8 0.745 0.2028 Valid
9 PLKD1 0.612 0.2028 Valid
10 PLKD2 0.704 0.2028 Valid
11 PLKD3 0.697 0.2028 Valid
12 PLKD4 0.616 0.2028 Valid
13 PLKD5 0.697 0.2028 Valid
14 PLKD6 0.577 0.2028 Valid
15 PLKD7 0.619 0.2028 Valid
16 PLKD8 0.751 0.2028 Valid
17 PLKD9 0.639 0.2028 Valid
18 ALKD1 0.916 0.2028 Valid
19 ALKD2 0.823 0.2028 Valid
20 ALKD3 0.919 0.2028 Valid
21 SAKD1 0.594 0.2028 Valid
22 SAKD2 0.493 0.2028 Valid
23 SAKD3 0.649 0.2028 Valid
24 SAKD4 0.691 0.2028 Valid
25 SAKD5 0.602 0.2028 Valid
26 SAKD6 0.618 0.2028 Valid
27 SAKD7 0.620 0.2028 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan kuesioner

telah valid karena rhitung > rtabel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masing-

masing indikator pada seluruh variabel seperti Transparansi dan

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah, Penyajian Laporan Keuangan

Daerah, Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah telah valid.

B. Uji Reliabilitas

Jika data yang diuji menunjukkan hasil yang valid, maka langkah

berikutnya adalah dengan menguji tingkat reliabilitasnya agar dapat

dikatakan data yang berkualitas. Hasil uji reliabilitas berdasarkan data

yang diolah dengan bantuan aplikasi SPSS 23 dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

87
Tabel 4.2

Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Batas Reliabilitas Keterangan


TDAPKD (Y) 0.846 0.70 Reliabel
PLKD (X1) 0.836 0.70 Reliabel
ALKD (X2) 0.864 0.70 Reliabel
SAKD (X3) 0.748 0.70 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha’s

variabel Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

(Y), Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1), Aksesibilitas Laporan

Keuangan Daerah (X2), dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X3)

lebih besar dari 0,70 yang berarti bahwa instrumen yang terdapat pada

keempat variabel tersebut dinyatakan reliabel. Sehingga, responden mampu

menjawab pernyataan dari masing-masing variabel tersebut secara

konsisten.

4.2. Deskripsi Data Secara Statistik

A. Tingkat Respon

Tingkat respon merupakan proporsi dari sampel yang melengkapi

kuesioner. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diterima dari

responden, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3

Tingkat Respon Keseluruhan

Keterangan Total
Kuesioner yang disebar 128
Kuesioner yang kembali dan lengkap 95
Total Kuesioner yang dapat digunakan 95 (74,22%)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

88
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa kuesioner

yang disebar sebanyak 128, namun kuesioner yang kembali dengan

jawaban kuesioner lengkap berjumlah 95 responden, sedangkan sisanya

yang berjumlah 33 merupakan kuesioner yang tidak kembali dan tidak

dapat digunakan. Sehingga tingkat respon keseluruhan berkisar 74,22%.

B. Demografi Responden

Demografi responden merupakan identitas tertentu yang dimiliki

responden untuk kepentingan kualifikasi dari kriteria sampel. Analisis

demografi responden yang akan dicantumkan dalam penelitian ini adalah

jabatan yang dimiliki responden, umur, jenis kelamin, latar belakang

pendidikan, dan pendidikan terakhir.

Tabel 4.4

Jabatan

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden yang

mengisi kuesioner terdiri dari 14 orang (14,7%) sebagai Kasubag Program

89
dan Keuangan, 8 orang (8,4%) sebagai Kasubag Keuangan, 12 orang

(12,6%) sebagai Bendahara Penerimaan, 23 orang (24,2%) sebagai

Bendahara Pengeluaran, 7 orang (7,4%) sebagai Staff Keuangan, 5 orang

(5,3%) sebagai Staff Program dan Keuangan, 12 orang (12,6%)

sebagai staff pelaksana, 6 orang (6,3%) sebagai Verifikator Keuangan,

dan 8 orang (8,4%) sebagai Administrasi Keuangan.

Tabel 4.5

Umur

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden yang

mengisi kuesioner terdiri dari 6 orang (6,3%) responden yang berumur 20 –

24 tahun, 22 orang (23,2%) responden yang berumur 25 – 30 tahun, 19

orang (20,0%) responden yang berumur 31 – 34 tahun, 21 orang (22,1%)

responden yang berumur 35 – 40 tahun, 9 orang (9,5%) responden yang

berumur 41 – 44 tahun, 7 orang (7,4%) responden yang berumur 45 – 50

tahun, 6 orang (6,3%) responden yang berumur 51 – 54 tahun, 5 orang

(5,3%) responden yang berumur 55 – 60 tahun.

90
Tabel 4.6

Jenis Kelamin

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden yang

menngisi kuesioner terdiri dari 21 orang (22,1%) sebagai laki-laki dan 74

orang sebagai perempuan.

Tabel 4.7

Latar Belakang Pendidikan

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.7 dapat diketahui dari 95 orang responden yang

mengisi kuesioner terdiri dari 48 orang (50,5%) berlatar belakang

Ekonomi/Akuntansi, 3 orang (3,2%) berlatar belakang hukum, 3 orang

(3,2%) berlatar belakang teknik, 6 orang (6,3%) berlatar belakang

sosial, dan selain daripada ekonomi/akuntansi, hukum, teknik, sosial,

terdapat 35 orang (36,8%).

91
Tabel 4.8

Pendidikan Terakhir

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.8 dapat diketahui dari 95 orang responden yang

mengisi kuesioner terdiri dari 45 orang (47,4%) berpendidikan SLTA, 17

orang (17,9%) berpendidikan D3, 30 orang (31,6%) berpendidikan S1, 3

orang (3,2%) berpendidikan S2.

C. Analisis Deskriptif Variabel

1. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah(Y)

Berdasarkan hasil survei kuesioner terhadap 95 orang

responden, maka dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada tabel-

tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Transparansi dan Akuntabilitas (P1)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

92
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang memberikan jawaban tentang pernyataan pertama (Pembuatan

laporan keuangan OPD Balikpapan sudah memenuhi standar etika dan

nilai-nilai yang berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip

administrasi yang benar maupun nilai-nilai yang berlaku di

stakeholders), yakni tidak ada responden menjawab sangat tidak

setuju, 1 orang (1,1%) tidak setuju, 3 orang (3,2%) ragu-ragu, 64

orang (67,4%) setuju, dan 27 orang (28,4%) menjawab sangat setuju.

Tabel 4.10

Transparansi dan Akuntabilitas (P2)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang memberikan jawaban tentang pernyataan kedua (laporan keuangan

OPD Balikpapan telah memenuhi sasaran kebijakan yang diambil, dan

sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang

berlaku), yakni tidak ada responden yang menjawab sangat tidak

setuju, 1 orang (1,1%) menjawab tidak setuju, 7 orang (7,4%)

menjawab ragu-ragu, 63 orang (66,3%) menjawab setuju, dan 24 orang

(25,3%) yang menjawab sangat setuju.

93
Tabel 4.11

Transparansi dan Akuntabilitas (P3)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang memberikan jawaban tentang pernyataan ketiga (Laporan

Keuangan OPD Balikpapan telah memenuhi standar yang berlaku

umum, yakni Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010), yakni tidak ada responden yang

menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju, 6 orang (6,3%)

menjawab ragu-ragu, 59 orang (62,1%) menjawab setuju, dan 30 orang

(31,6%) responden yang menjawab sangat setuju.

Tabel 4.12

Transparansi dan Akuntabilitas (P4)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 95 responden yang

memberikan jawaban tentang pernyataan keempat (Pengelola sumber

94
daya sebagai pembuat laporan keuangan mampu memberikan laporan

pertanggung jawaban secara efisien dan efektif kepada DPRD maupun

masyarakat luas), yakni tidak ada responden yang menjawab sangat

tidak setuju, 2 orang (2,1%) menjawab tidak setuju, 14 orang (14,7%)

menjawab ragu-ragu, 56 orang (58,9%) responden menjawab setuju,

dan 23 orang (24,2%) dari jumlah responden yang menjawab sangat

setuju.

Tabel 4.13

Transparansi dan Akuntabilitas (P5)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang memberikan jawaban tentang pernyataan keempat

(Penyebarluasan laporan keuangan OPD Balikpapan telah disampaikan

melalui media massa, media nirmassa, maupun media komunikasi

personal), yakni tidak ada responden yang menjawab sangat tidak

setuju, 14 orang (14,7%) menjawab tidak setuju, 32 orang (33,7%)

menjawab ragu-ragu, 39 orang (41,1%) menjawab setuju dan 10 orang

(10,5%) menjawab sangat setuju.

95
Tabel 4.14
Transparansi dan Akuntabilitas (P6)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan keenam (Terdapat akurasi dan

kelengkapan informasi yang berhubungan dengan penyusunan Laporan

Keuangan OPD Balikpapan), yakni tidak ada responden yang

menjaweb sangat tidak setuju, 1 orang (1,1%) menjawab tidak setuju, 2

orang (2,1%) menjawab ragu-ragu, 72 orang (75,8%) responden yang

menjawab setuju, dan 20 orang (21,1%) dari jumlah responden yang

menjawab sangat setuju.

Tabel 4.15

Transparansi dan Akuntabilitas (P7)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan ketujuh (Ada ketersediaan

sistem infomasi manajemen dan monitoring hasil yang telah dicapai

96
oleh OPD Balikpapan), yakni tidak ada responden yang menjawab

sangat tidak setuju, 1 orang (1,1%) responden yang menjawab tidak

setuju dan ragu-ragu, 77 orang (81,1%) responden yang menjawab

setuju, dan 16 orang (16,8%) dari jumlah responden yang menjawab

sangat setuju.

Tabel 4.16

Transparansi dan Akuntabilitas (P8)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab pernyataan kedelapan (Penyampaian laporan keuangan

OPD Balikpapan telah melalui kerjasama dengan media massa dan

lembaga non pemerintahan), yakni 3 orang (3,2%) yang menjawab

sangat tidak setuju, 12 orang (12,6%) responden yang menjawab tidak

setuju, 40 orang (42,1%) responden yang menjawab ragu-ragu, 34

orang (35,8%) responden yang menjawab setuju, dan 6 orang (6,3%)

responden yang menjawab sangat setuju.

2. Penyajian Laporan Keuangan Daerah

Berdasarkan hasil survei kuesioner terhadap 95 orang

responden, maka dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang

penyajian laporan keuangan daerah pada tabel-tabel berikut ini:

97
Tabel 4.17

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P1)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan pertama (OPD Balikpapan mampu

menyusun laporan keuangan secara lengkap (Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan

Keuangan), yakni tidak ada responden yang menjawab sangat tidak

setuju dan ragu-ragu, 1 orang (1,1%) responden yang menjawab tidak

setuju, 45 orang (47,4%) responden yang menjawab setuju, dan 49

orang (51,6%) dari jumlah responden yang menjawab sangat setuju.

Tabel 4.18

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P2)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan kedua (OPD Balikpapan mampu

98
menyelesaikan laporan keuangan (Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan), yakni tidak

ada responden yang menjawab sangat tidak setuju, 1 orang (1,1%)

responden yang menjawab tidak setuju dan ragu-ragu, 48 orang

(50,5%) responden yang menjawab setuju, dan 45 orang (47,4%) dari

jumlah responden yang menjawab sangat setuju.

Tabel 4.19

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P3)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menyawab tentang pernyataan ketiga (Laporan keuangan OPD

Balikpapan menyediakan informasi yang dapat mengoreksi aktifitas

keuangan di masa lalu), yakni tidak ada responden yang menjawab

sangat tidak setuju, 1 orang (1,1%) responden yang menjawab tidak

setuju, 11 orang (11,6%) responden yang menjawab ragu-ragu, 56

orang (58,9%) responden yang menjawab setuju, dan 27 orang (28,4%)

dari jumlah responden yang menjawab sangat setuju.

99
Tabel 4.20

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P4)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.20 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan keempat (laporan keuangan OPD

Balikpapan menyediakan informasi yang mampu memprediksi masa

yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini),

yakni tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju, 1 orang

(1,1%) responden yang menjawab tidak setuju, 14 orang (14,7%)

responden yang menjawab ragu-ragu, 66 orang (69,5%) responden yang

menjawab setuju, dan 14 orang (14,7%) dari jumlah responden yang

menjawab sangat setuju.

Tabel 4.21

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P5)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

100
Dari Tabel 4.21 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan kelima (Informasi yang dihasilkan

dari laporan keuangan OPD Balikpapan telah menggambarkan

dengan jujur transaksi yang seharusnya disajikan dalam laporan

keuangan), yakni tidak ada responden yang menjawab sangat tidak

setuju dan tidak setuju, 2 orang (2,1%) responden yang menjawab ragu-

ragu, 69 orang (72,6%) responden yang menjawab setuju, dan 24 orang

(25,3%) dari jumlah responden yang menjawab sangat setuju.

Tabel 4.22

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P6)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.22 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan keenam (Apabila dilakukan

pengujian terhadap laporan keuangan lebih dari sekali oleh pihak yang

berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda

jauh), yakni tidak ada responden yang menjawab tidak setuju, 1 orang

(1,1%) responden yang menjawab sangat tidak setuju, 3 orang (3,2%)

responden yang menjawab ragu-ragu, 73 orang (76,8%) responden

yang menjawab setuju, dan 18 orang (18,9%) dari jumlah responden

yang menjawab sangat setuju.

101
Tabel 4.23

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P7)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.23 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan ketujuh (Informasi yang termuat

dalam laporan keuangan OPD Balikpapan dapat dibandingkan dengan

laporan keuangan periode sebelumnya), yakni tidak ada responden

yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju, 3 orang (3,2%)

responden yang menjawab ragu-ragu, 62 orang (365,3%) responden

yang menjawab setuju, dan 30 orang (31,6%) dari jumlah responden

yang menjawab sangat setuju.

Tabel 4.24

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P8)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.24 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan kedelapan (Laporan Keuangan

yang disusun oleh OPD Balikpapan telah dapat dijadikan sebagai tolak

102
ukur dalam penyusunan anggaran tahun berikutnya), yakni tidak ada

responden yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju, 5 orang

(5,3%) responden yang menjawab ragu-ragu, 60 orang (63,2%)

responden yang menjawab setuju, dan 30 orang (31,6%) dari jumlah

responden yang menjawab sangat setuju.

Tabel 4.25

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P9)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.25 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan kesembilan (Informasi dari alporan

keuangan OPD Balikpapan yang dihasilkan dapat dipahami oleh

pengguna karena dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang

disesuaikan dengan batas kemampuan pengguna), yakni tidak ada

responden yang menjawab sangat tidak setuju, 1 orang (1,1%)

responden yang menjawab tidak setuju, 5 orang (5,3%) responden yang

menjawab ragu-ragu, 74 orang (77,9%) responden yang menjawab

setuju, 15 orang (15,8%) dari jumlah responden yang menjawab sangat

setuju.

103
3. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

Tabel 4.26

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P1)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.26 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan pertama (Laporan keuangan daerah

Balikpapan dipublikasikan secara terbuka melalui media massa), yakni

3 orang (3,2%) menjawab sangat tidak setuju, 6 orang (6,3%) tidak

setuju, 34 orang (35,8%) menjawab ragu-ragu, 44 orang (46,3%)

menjawab setuju, dan 8 orang (8,4%) menjawab sangat setuju.

Tabel 4.27

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P2)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.27 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan kedua (Memberikan kemudahan

104
kepada para pengguna laporan keuangan dalam memperoleh informasi

tentang laporan keuangan daerah Balikpapan), yakni 2 orang (2,1%)

responden yang menjawab sangat tidak setuju, 1 orang (1,1%)

responden yang menjawab tidak setuju, 14 orang (14,7%) responden

menjawab ragu-ragu, 65 orang (68,4%) responden yang menjawab

setuju, dan 13 orang (13,7%) dari jumlah responden yang menjawab

sangat setuju.

Tabel 4.28

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P3)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.28 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan ketiga (Masyarakat dapat

mengakses laporan keuangan daerah Balikpapan melalui internet

(website)), yakni 3 orang (3,2%) responden yang menjawab sangat

tidak setuju, 10 orang (10,5%) responden yang menjawab tidak setuju,

35 orang (36,8%) responden yang menjawab ragu-ragu, 37 orang

(38,9%) responden menjawab setuju, dan 10 orang (10,5%) dari jumlah

responden yang menjawab sangat setuju.

105
4. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Tabel 4.29

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P1)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.29 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan pertama (Basis akuntansi

penyusunan laporan keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 2005 yang berbasis kas), yakni 10 orang (10,5%)

sangat tidak setuju, 24 orang (25,3%) tidak setuju, 8 orang (8,4%) ragu-

ragu, 42 orang (44,2%) setuju, dan 11 orang (11,6%) sangat setuju.

Tabel 4.30

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P2)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari Tabel 4.30 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan kedua (Basis akuntansi

penyusunan laporan keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah

106
Nomor 71 Tahun 2010 adalah berbasis akrual), yakni tidak ada

responden yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju, 1 orang

(1,1%) menjawab ragu-ragu, 58 orang (61,1%) menjawab setuju, dan

36 orang (37,9%) menjawab sangat setuju.

Tabel 4.31

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P3)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.31 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan ketiga (Unsur yang terdapat dalam

LRA (Laporan Realisasi Anggaran) OPD Balikpapan adalah

pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan), yakni tidak ada yang

menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju, 8 orang (8,4%) ragu-

ragu, 61 orang (64,2%) setuju, dan 26 orang (27,4%) sangat setuju.

Tabel 4.32

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P4)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

107
Dari tabel 4.32 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan keempat (Unsur yang terdapat

dalam LO (Laporan Operasional) OPD adalah pendapatan-LO, beban,

dan pembiayaan), yakni tidak ada responden yang menjawab sangat

tidak setuju, 2 orang (2,1%) responden menjawab tidak setuju, 7 orang

(7,4%) responden menjawab ragu-ragu, 59 orang (62,1%) responden

menjawab setuju, dan 27 orang (28,4) dari jumlah responden yang

menjawab sangat setuju.

Tabel 4.33

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P5)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.33 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan kelima (Klasifikasi belanja menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 dalam

penyusunan APBD adalah Belanja Tidak Langsung dan Belanja

Langsung), yakni tidak ada responden yang menjawab sangat tidak

setuju, tidak setuju, dan ragu-ragu, 72 orang (75,8%) responden

menjawab setuju, dan 23 orang (24,2%) dari jumlah responden yang

menjawab sangat setuju.

108
Tabel 4.34

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P6)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.34 dapat diketahui bahwa dari 95 orang responden

yang menjawab tentang pernyataan keenam (Dalam membuat laporan

keuangan daerah, penyelenggara sistem akuntansi harus mengacu

pada petunjuk teknis dari atasan), yakni 1 orang (1,1%) yang

menjawab sangat tidak setuju, 9 orang (9,5%) responden menjawab

tidak setuju, 14 orang (14,7%) responden yang menjawab ragu-ragu, 55

orang (57,9%) responden yang menjawab setuju, dan 16 orang (16,8%)

dari jumlah responden yang menjawab sangat setuju.

Tabel 4.35

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P7)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Dari tabel 4.35 dapat diketahui bahwa dari 95 orang

responden yang menjawab tentang pernyataan ketujuh (Klasifikasi

109
belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan dalam penysusunan laporan keuangan

adalah belanja operasi dan belanja modal), yakni 1 orang (1,1%)

responden menjawab sangat tidak setuju, 5 orang (5,3%) menjawab

tidak setuju, 4 orang (4,2%) menjawab ragu-ragu, 68 orang (71,6%)

responden menjawab setuju, dan 17 orang (17,9%) dari jumlah

responden yang menjawab sangat setuju.

4.3. Uji Asumsi Klasik

A. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual

berdistribusi normal. Dalam menguji normalitas data maka ada dua cara

yang dapat digunakan yaitu:

1. Analisis grafik

Gambar 4.1

Histogram dengan Kurva Normal

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

110
Pada gambar 4.1 histogram dengan kurva normal diatas

menunjukkan bahwa kurva transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah memiliki bentuk kurva yang cenderung di tengah,

tidak condong ke kiri maupun ke kanan, maka data pada variabel

tersebut cenderung terdistribusi normal. Namun jika hanya melihat

histogram, hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel

yang kecil. Untuk itu, metode yang lebih handal adalah dengan

melihat normal probability plot, berikut gambarnya di bawah ini:

Gambar 4.2

Kurva P-Plot Normal

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Pada gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa titik data

menyebar di sekitar diagonal serta penyebaran mengikuti arah garis

diagonal sehingga asumsi normalitas dapat terpenuhi.

111
2. Analisis statistik

Tabel 4.36

Uji Normalitas Kolmogrov-Sminorv

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Berdasarkan pengolahan data pada tabel diatas dapat dilihat

bahwa nilai statistik Kolmogrov-Sminorv untuk variabel penyajian

laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan daerah, dan

sistem akuntansi keuangan daerah serta transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah adalah sebesar 0,075. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena lebih besar

dari nilai signifikansi 0,05.

B. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah variabel

pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen,

yakni antara penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan

keuangan daerah, dan sistem akuntansi keuangan daerah. Model regresi

yang baik seharusnya tidak ditemukan adanya korelasi di antara variabel

independen tersebut. Berikut hasil data yang menunjukkan ada tidaknya

multikolinieritas pada tabel berikut:

112
Tabel 4.37

Uji Multikolinieritas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa tidak ada variabel

independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti

tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak

ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel

independen dalam model regresi.

C. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah di

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu

pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas

dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji

heteroskedastisitas dilakukan dengan dua cara, yaitu:

113
1. Analisis Grafik Plot

Gambar 4.3

Diagram Scatterplot

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Berdasarkan grafik Scatterplot tersebut terlihat bahwa titik-titik

menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0

pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak

dipakai untuk memprediksi transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah berdasarkan masukan variabel independen penyajian

laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan daerah, dan

sistem akuntansi keuangan daerah. Namun analisis dengan grafik plots

memiliki kelemahan yang cukup signifikan, sehingga dibutuhkan untuk uji

statistik.

114
2. Analisis Statistik

Analisis statistik yang digunakan adalah uji glejser, dilakukan

dengan cara meregresikan antara variabel indepen dengan nilai

absolute residualnya, jika nilai signifikansi antara variabel independen

dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Tabel 4.38

Uji Glejser

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Berdasarkan tabel 4.38 menunjukkan tidak satupun variabel

independen (Penyajian Laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas Laporan

Keuangan Daerah, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) yang

signifikan mempengaruhi variabel dependen absolute Ut (AbsUt). Hal ini

terlihat nilai signifikan yang diatas 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa

model regresi tidak memengaruhi heterokedastisitas.

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian analisis menggunakan uji regresi linear berganda untuk

mengetahui Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas

Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap

115
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keungan Daerah Pada

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.

Tabel 4.39

Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Berdasarkan tabel 4.39 tersebut yang digunakan untuk menguji

pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel

dependen. Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel uji Coefficients. Pada

tabel coefficients yang dibaca adalah nilai dalam kolom B pada baris pertama

menunjukkan konstanta (𝛼) dan baris selanjutnya menunjukkan konstanta

variabel independen. Berdasarkan tabel di atas maka model regresi yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Y = 0,871 + 0,495 X1 + 0,615 X2+ 0,193 X3 + e

Dari persamaan regresi tersebut, maka dapat dianalisis sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 0,871 menunjukkan bahwa jika nilai Penyajian

Laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas Laporan Keuangan

Daerah, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah nol atau

konstan, maka nilai Transparansi Laporan Keuangan Daerah adalah

0,871.

116
b. Koefisien regresi Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

sebesar 0,495, menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 satuan

variabel Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1) akan mendorong

peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan

Daerah sebesar 0,495 satuan dengan anggapan variabel Aksesibilitas

Laporan Keuangan Daerah (X2) adalah tetap atau konstan.

c. Koefisien regresi Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)

sebesar 0,615, menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 satuan

variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2) akan

mendorong peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan Daerah sebesar 0,615 satuan dengan

anggapan variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X3) adalah

tetap atau konstan.

d. Koefisien regresi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X3)

sebesar 0,193, menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 satuan

variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X3) akan mendorong

peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan

Daerah sebesar 0,193 satuan dengan anggapan bahwa variabel

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1) adalah tetap atau

konstan.

e. Standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

117
A. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel independen mampu menjelaskan variabel

dependen. Dengan kata lain koefisien determinasi digunakan untuk

mengukur kemampuan variabel penyajian laporan keuangan daerah (X1),

aksesibilitas laporan keuangan daerah (X2), dan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (X3) dapat menjelaskan variabel transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y).

Tabel 4.40

Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Hasil regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai koefisien

korelasi (R) sebesar 0,834 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan

antara variabel penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas

pengelolaan keuangan daerah, dan sistem akuntansi keuangan daerah

dengan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sebesar

83,4%.

Sedangkan nilai Adjusted R Square atau koefisien determinasi

sebesar 0,685 yang berarti bahwa variabel dependen (transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah) mampu dijelaskan oleh

118
variabel independen (penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas

laporan keuangan daerah, dan sistem akuntansi keuangan daerah) sebesar

68,5% dan sisanya sebesar 31,5% dapat dijelaskan oleh faktor lain di luar

penelitian ini.

B. Uji simultan dengan F-test

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel penyajian laporan

keuangan daerah (X1), aksesibilitas laporan keuangan daerah (X2), dan

sistem akuntansi keuangan daerah (X3), secara simultan atau bersama-

sama mempunyai pengaruh terhadap transparansi pengelolaan keuangan

daerah (Y). Nilai Fhitung dapat diperoleh dengan menggunakan alat bantu

program statistik seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.41

Hasil Uji F

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam pengujian

menunjukkan hasil f hitung sebesar 69,250 dengan signifikan 0,000 yang

lebih kecil dari 0,05. Berarti penyajian laporan keuangan daerah,

aksesibilitas laporan keuangan daerah, dan sistem akuntansi keuangan

daerah secara bersama-sama atau serempak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

119
daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menyajikan

laporan keuangan daerah dengan baik, memberikan kemudahan akses

terhadap pengguna laporan keuangan daerah serta memiliki sistem

akuntansi keuangan daerah yang baik maka akan mampu meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

4.5. Pengujian Hipotesis (Uji Parsial dengan T-Test)

Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel penyajian laporan

keuangan daerah (X1), aksesibilitas laporan keuangan daerah (X2), dan

sistem akuntansi keuangan daerah (X3), secara parsial atau individu

menunjukkan seberapa berpengaruhnya terhadap transparansi pengelolaan

keuangan daerah (Y). Nilai t hitung dapat diperoleh dengan menggunakan

alat bantu program statistik seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.42

Hasil Uji T

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan SPSS 23, 2017

1. Variabel Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)

Berdasarkan tabel 4.41 menunjukkan bahwa nilai variabel

penyajian laporan keuangan daerah memiliki koefisien regresi (β) yang

lebih besar dari angka nol dan bertanda positif, serta memiliki nilai

signifikansi kurang dari 0,05, yaitu 0,000. Artinya variabel penyajian

120
laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan, sehingga

hipotesis pertama dapat diterima. Dengan demikian, hipotesis pertama

telah terbukti bahwa diduga semakin tinggi penyajian laporan keuangan

menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan laporan

keuangan daerah semakin tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyajian laporan

keuangan daerah yang baik sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan

keuangan, seperti relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat

dipahami. Disamping itu, entitas pelaporan yang dilakukan sudah sesuai

untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi,

keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity), dan evaluasi

kinerja. Komponen-komponen dalam laporan keuangan pemerintah

daerah juga sudah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) pada Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun

2010 yang diterima secara umum.

Tujuan pelaporan keuangan pemerintah mampu menunjukkan

akuntabilitas yang dipercayakan, yakni dengan menyediakan informasi

mengenai posisi sumber daya ekonomi, perubahan posisi sumber daya

ekonomi, kewajiban, ekuitas pemerintah, sumber, alokasi, penggunaan

sumber daya ekonomi, ketaatan realisasi terhadap anggarannya, cara

entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan

kasnya, potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan, serta menyediakan informasi yang berguna untuk evaluasi

121
kemampuan entitas pelaporan. Sehingga, penyajian laporan keuangan

daerah yang baik dan mampu mendukung teori yang ada, maka akan

berimplikasi terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

2. Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

Berdasarkan tabel 4.41 menunjukkan bahwa nilai variabel

aksesibilitas laporan keuangan daerah memiliki koefisien regresi (β)

yang lebih besar dari angka nol dan bertanda positif serta memiliki nilai

signifikansi kurang dari 0,05, yaitu 0,000. Artinya variabel aksesibilitas

laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan, sehingga

hipotesis kedua diterima. Dengan demikian, hipotesis kedua telah

terbukti bahwa diduga semakin tinggi aksesibilitas laporan keuangan

daerah menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah semakin tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mudahnya

pengguna laporan keuangan untuk mengakses laporan keuangan daerah

sesuai dengan asas demokrasi yang terbuka oleh berbagai media, seperti

surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, website (internet), dan forum

yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mampu

mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat. Di samping

itu, informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah yang

disampaikan tidak hanya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD), melainkan kepada masyarakat luas agar dapat mengetahui

122
informasi tersebut dengan mudah. Sehingga, aksesibilitas laporan

keuangan daerah yang mudah dan mampu mendukung teori yang ada,

maka akan berimplikasi terhadap peningkatan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

3. Variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Berdasarkan tabel 4.41 menunjukkan bahwa nilai variabel sistem

akuntansi keuangan daerah memiliki koefisien regresi (β) yang lebih

besar dari angka nol dan bertanda positif serta memiliki nilai signifikansi

kurang dari 0,05, yaitu 0,028. Artinya variabel sistem akuntansi

keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan, sehingga hipotesis

ketiga diterima. Dengan demikian, hipotesis ketiga telah terbukti bahwa

diduga semakin tinggi sistem akuntansi keuangan menyebabkan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah semakin

tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem akuntansi

keuangan daerah yang memadai sesuai dengan basis akuntansi dalam

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berbasis akrual dan berlaku

secara umum. Selain itu, laporan keuangan yang disusun oleh masing-

masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sudah mencakup unsur-

unsur, baik pada penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA),

maupun unsur-unsur Laporan Operasional (LO). Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga sesuai dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang dikonversi agar

123
sesuai dengan prosedur yang ada pada Peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2010. Sehingga, sistem akuntansi keuangan daerah yang baik dan

mampu mendukung teori yang ada, maka akan berimplikasi terhadap

peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

4.6. Pembahasan Penelitian

A. Hubungan Penyajian Laporan Keuangan Daerah terhadap

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penyajian

laporan keuangan daerah menyebabkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

Kota Balikpapan semakin tinggi. Penyajian laporan keuangan daerah

berpengaruh positif dan dikatakatan signifikan karena memiliki nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Dengan demikian, hipotesis

pertama diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baiknya penyajian

laporan keuangan daerah, maka secara otomatis akan meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Penyajian informasi yang transparan akan mewujudkan

akuntabilitas publik karena penyajian informasi yang utuh dan transparan

ini akan menggambarkan kinerja sesungguhnya dari suatu entitas yang

merupakan bentuk pertanggungjawaban dari entitas publik. Hal ini sejalan

dengan penelitian Hehanussa (2015) yang mengungkapkan bahwa

penyajian laporan keuangan Pemerintah Kota Ambon berpengaruh

signifikan dan positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

124
keuangan daerah.

Jadi dengan adanya penyajian laporan keuangan yang baik dan

memenuhi karakteristik, seperti relevan, andal, dapat dibandingkan, dan

dapat dipahami dapat menunjang terciptanya transparansi dan akan

mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Serta tujuan

pelaporan keuangan pemerintah yang mampu menunjukkan akuntabilitas

yang dipercayakan, yakni dengan menyediakan informasi mengenai posisi

sumber daya ekonomi, perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,

ekuitas pemerintah, sumber, alokasi, penggunaan sumber daya ekonomi,

ketaatan realisasi terhadap anggarannya, cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya, potensi pemerintah untuk

membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, serta menyediakan

informasi yang berguna untuk evaluasi kemampuan entitas pelaporan pada

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan harus mampu

menyusun laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah

yang diterima secara umum.

Hal ini sesuai dengan kondisi riil yang ada, bahwa Kota

Balikpapan mampu menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah yang

baik dan mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) berturut-

turut pada tahun 2013, 2014, dan 2015. Selain itu, dapat dilihat bahwa

banyak yang menjawab setuju pada pernyataan kuesioner informasi yang

dihasilkan dari laporan keuangan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota

Balikpapan yang telah menggambarkan dengan jujur transaksi yang

125
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan dan mampu menyusun

laporan keuangan secara lengkap. Namun, Pemerintah Daerah Kota

Balikpapan harus mampu meningkatkan kepercayaan kepada publik bahwa

penyajian laporan keuangan daerah memiliki transparansi dan akuntabilitas

yang tinggi.

B. Hubungan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah terhadap

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

aksesibilitas laporan keuangan daerah menyebabkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) Kota Balikpapan semakin tinggi. Aksesibilitas Laporan

Keuangan Daerah berpengaruh positif dan dikatakatan signifikan karena

memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Dengan

demikian, hipotesis kedua diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

mudahnya aksesibilitas laporan keuangan daerah maka secara otomatis

akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah.

Dengan memberikan kemudahan akses terhadap laporan keuangan

daerah bagi para pengguna maka akan mampu menciptakan transparansi

dan akan meningkatkan akuntabilitas. Hal ini sejalan dengan penelitian

Magdalena dan Kurniawati (2016) yang mengungkapkan bahwa

aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positf terhadap

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada

126
Kabupaten Jember.

Jadi, semakin mudah akses bagi pengguna laporan keuangan untuk

mengakses laporan keuangan daerah sesuai dengan asas demokrasi yang

terbuka oleh berbagai media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun

televisi, website (internet), dan forum yang memberikan perhatian

langsung akan mampu mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap

masyarakat. Di samping itu, informasi dalam laporan keuangan

pemerintah daerah yang disampaikan tidak hanya kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), melainkan kepada masyarakat luas

agar dapat mengetahui informasi tersebut dengan mudah, maka semakin

baik transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan yang tercipta.

Oleh karena itu, pemerintah daerah khususnya kota Balikpapan dapat

menggunakan berbagai media untuk mempublikasikan laporan keuangan

daerah untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat

luas.

Hal ini masih tidak sesuai dengan kondisi riil yang ada, karena

tidak semua laporan keuangan yang terdapat pada Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) Kota Balikpapan mampu memberikan kemudahan akses

untuk para pengguna laporan keuangan. Banyak yang menjawab ragu-ragu,

dan tidak setuju terhadap pernyataan kuesioner jika laporan keuangan

daerah Balikpapan dipublikasikan secara terbuka melalui media massa dan

juga banyak responden menjawab tidak setuju terhadap pernyataan yang

menyatakan bahwa masyarakat dapat mengakses laporan keuangan daerah

127
melalui internet (website). Namun, hal tersebut menjadi hal yang lumrah

bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan, karena tidak

semua aktivitas dan kinerja keuangan dapat diketahui langsung oleh

masyarakat luas disebabkan adanya sebuah pertimbangan, agar transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah masih tetap terjaga utuh

untuk mewujudkan good governance yang baik.

C. Hubungan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sistem

akuntansi keuangan daerah menyebabkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

Kota Balikpapan semakin tinggi. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

berpengaruh positif dan dikatakatan signifikan karena memiliki nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,028. Dengan demikian, hipotesis

ketiga diterima. Hal ini menunjukkan bahwa baik sistem akuntansi

keuangan daerah maka secara otomatis akan meningkatkan transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Pengelolaan Pemerintah Daerah yang baik adalah yang mampu

menghasilkan laporan pertanggungjawaban secara transparan dan

akuntabilitas yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Magdalena dan

Kurniawati (2016) yang mengungkapkan bahwa sistem akuntansi

keuangandaerah berpengaruh positf terhadap transparansi dan akuntabilitas

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Kabupaten Jember.

128
Jadi, dengan sistem akuntansi keuangan daerah yang memadai

sesuai dengan basis akuntansi dalam Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP) yang berbasis akrual dan berlaku secara umum. Serta laporan

keuangan yang disusun oleh masing- masing Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) sudah mencakup unsur-unsur, baik pada penyusunan Laporan

Realisasi Anggaran (LRA), maupun unsur-unsur Laporan Operasional

(LO). Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga

sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

yang dikonversi agar sesuai dengan prosedur yang ada pada Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 akan mendukung terciptanya

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Artinya, tiap

entitas pemerintah daerah khususnya Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

mampu menciptakan, mengoperasikan, dan memelihara sistem akuntansi

keuangan daerah secara baik.

Hal ini sesuai dengan kondisi riil yang ada bahwa sistem akuntansi

keuangan daerah pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota

Balikpapan sudah mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 yang yang berbasis akuntansi akrual, meskipun masih terdapat

beberapa instansi yang memakai basis akuntansi kas sebagaimana dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 terutama entitas yang

membuat Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Banyak yang memberikan

pendapat tidak setuju pada pernyataan kuesioner jika basis akuntansi

penyusunan laporan keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

129
24 Tahun 2005 yang berbasis kas. Hal ini membuktikan bahwa sistem

akuntansi keuangan daerah bisa terorganisir dengan baik dan mampu

menciptakan transparansi dan akuntabilitas atas pengelolaan keuangan

daerah.

130
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan daerah,

dan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota

Balikpapan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Semakin tinggi penyajian laporan keuangan daerah menyebabkan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan semakin tinggi.

Artinya, semakin baiknya penyajian laporan keuangan daerah, maka

secara otomatis akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah. Hal ini sesuai dengan kondisi riil di

lapangan bahwa Pemerintah Kota Balikpapan mampu menyajikan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang baik dan

mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) berturut-turut

pada tahun 2013, 2014, dan 2015.

2. Semakin tinggi aksesibilitas laporan keuangan daerah memiliki

menyebabkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan

semakin tinggi. Artinya, semakin mudahnya aksesibilitas laporan


keuangan daerah maka secara otomatis akan meningkatkan transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini masih tidak

sesuai dengan kondisi riil di lapangan, karena tidak semua laporan

keuangan yang terdapat pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota

Balikpapan mampu memberikan kemudahan akses untuk para pengguna

laporan keuangan dikarenakan ada pertimbangan tertentu yang tidak

perlu diketahui oleh masyarakat umum.

3. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas Pengelolaan Keuangan

daerah pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.

Artinya, semakin baiknya sistem akuntansi keuangan daerah maka secara

otomatis akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. Hal ini sesuai dengan kondisi riil di lapangan bahwa

Pemerintah Kota Balikpapan sudah mengacu kepada Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sehingga sistem akuntansi keuangan

daerah bisa diteorganisir dengan baik.

5.2. Saran

Mengingat pentingnya informasi yang disampaikan dalam laporan

keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan

daerah, maka dalam hal ini Pemerintah Kota Balikpapan harus mampu

menyajikan laporan keuangan sesuai karakteristik seperti relevan, andal,

dapat dipahami, dan dapat dibandingkan yang menggunakan Standar

Akuntansi Pemerintahan. Selain itu, mampu memberikan kemudahan akses

132
bagi pengguna laporan keuangan kepada masyarakat luas serta Pemerintah

Kota Balikpapan mampu mengoperasikan, dan memelihara sistem akuntansi

keuangan daerah dengan baik sebagaimana amanat pada Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang berlaku secara umum.

Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan untuk memperhatikan hal-

hal berikut:

1. Bagi Pemerintah Daerah Kota Balikpapan

Diharapkan untuk dapat meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dengan menyajikan laporan

keuangan secara lengkap sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

yang berlaku secara umum. Sehingga, dapat dipublikasikan melalui media

massa, seperti surat kabar, radio, website, dan media lainnya yang

memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong terhadap

masyarakat.

Selain itu, diharapkan mampu memberi kemudahan akses untuk

semua pihak yang berkepentingan. Dikarenakan masih terdapat beberapa

instansi di Balikpapan yang ragu-ragu dan tidak setuju jika masyarakat

dapat mengakses laporan keuangan pemerintah daerah melalui media

massa dan internet (website), sehingga dengan penelitian ini menjadi

bahan agar dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Serta mampu menjaga, mengoperasikan serta sistem akuntansi

keuangan daerah dengan baik dan menyusunnya sesuai dengan Standar

133
Akuntansi Pemerintah pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Sehingga, dengan sistem pengelolaan yang baik, akan mampu

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

dengan baik.

2. Bagi akademisi

Diharapkan untuk dapat menambah bahan pembelajaran mengenai

akuntansi sektor publik ataupun akuntansi pemerintahan tentang

penyajian laporan keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan

daerah, dan sistem akuntansi keuangan daerah serta transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan untuk dapat menambahkan metode wawancara atau

pertanyaan lisan, sehingga meningkatkan sikap kepedulian dari responden

dalam menjawab pertanyaan kuesioner dari peneliti. Selain itu, dapat

memisahkan variabel dependen antara variabel transparansi pengelolaan

keuangan daerah dan variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah,

dikarenakan kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Karena

keterbatasan dalam penelitian ini menggabungkan variabel tranparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sebagai satu variabel

dependen.

134
DAFTAR PUSTAKA

Aliyah,Siti dan A.Nahar. 2012. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah


dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Jepara. Jurnal
Akuntansi dan Auditing 8(2).Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdatul
Ulama Jepara.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2016. Ikhtisar Hasil


Pemeriksaan Semester II Tahun 2016.
http://www.bpk.go.id/assets/files/ihps/2016/II/ihps_ii_20161491461165.pdf
.22 Juli 2017. (11:11)

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan


Timur. 2012. Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Balikpapan Tahun Anggaran 2011.
http://samarinda.bpk.go.id/?p=8631. 23 Januari 2017. (17:27).

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan


Timur. 2014. Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Balikpapan Tahun Anggaran 2013 dan 2012.
http://samarinda.bpk.go.id/?p=5223. 23 Januari 2017. (17:25).

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan


Timur. 2016. Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kota Balikpapan Tahun Anggaran 2014.
http://samarinda.bpk.go.id/?p=8631. 23 Januari 2017. (17:27).

Donaldson, Lex., JH.Davis, 1991. “Stewardship Theory or Agency Theory : CEO


Covernance and Shareholders Return”. Australian Journal of Management
16(1).

Estiyati. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana


Perimbangan Terhadap Belanja Modal (Studi Kasus Pada Kabupaten Kota
se-Jawa Tahun 2010-2012).Tesis UNIMUS Digital Library. Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Firmansyah, Irman. 2008. Peran Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam


Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah
Daerah (Survei Pada Bagian Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Widyatama.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

135
Halim, Abdul., SK. Muhammad. 2012. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi
Keuangan Daerah. Jakarta. Salemba Empat.

Handri, Dandes R., Noiva R. 2015. PENGARUH Penyajian Laporan Posisi


Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan, dan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan SKPD (Penelitian pada SKPD di Pemerintahan Kota Padang).
Jurnal Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta.

Hartono, Jogiyanto. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan


Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta. BPFE.

Hehanussa, Salomi J. 2015. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan


Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Ambon. Jurnal
Bisnis, Akuntansi dan Manajemen ISSN 2302 – 9791. 2(1). Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. 2012. Standar Akuntansi Pemerintahan.


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010.22
Oktober 2010. Jakarta. Salemba Empat.

Magdalena, Maria dan H.Kurniawati. 2016. Pengaruh Penyajian Laporan


Keuangan Daerah, Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah.Artikel Ilmiah Mahasiswa 2016. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi.Universitas Jember.

Maghfiroh, Nur Insani., A. Idris dan F.Jamanie. 2016. Efektifitas Sistem


Informasi Pelaporan Monitoring dan Evaluasi (e-controlling) Pada Bagian
Evaluasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Bandung.eJournal
Administrative Reform 4(1): 14-25. Universitas Mulawarman Samarinda.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Nurmuthmainnah, Wahida. 2015. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah


dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Konawe Utara. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin.

Pemerintah Kota Balikpapan. 2016. Laporan Keuangan Tahun 2015 Pemkot


Balikpapan Raih Opini WTP. http://balikpapan.go.id/berita/detail/7117/la
poran-keuangan-tahun-2015-pemkot-balikpapan-raih-opini-wtp. 20 April
2017. (22:37).

136
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. 15 Mei 2006. Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007. Perubahan Atas


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 26 Oktober 2007. Jakarta.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005. Sistem


Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005. Standar


Akuntansi Pemerintahan. 13 Juni 2005. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 49. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005. Pengelolaan


Keuangan Daerah. 09 Desember 2005. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140. Jakarta.

Rahmatia, Nuzli. 2016. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,


Transparansi Publik dan Aktivitas Pengendalian Terhadap Akuntabilitas
Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintahan
Kota Medan.Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sumatera
Utara.

Rohman, abdul. 2009. Kajian Terhadap Implementasi Kebijakan Pengelolaan


Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kota di Jawa Tengah. Jurnal Maksi
9(1): 96-108. Universitas Diponegoro.

Sagala, Marjuki. 2011. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah Dan


Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Studi Empiris Di
Kabupaten Samosir).Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera
Utara.

Saputra, Iskandar. 2014. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan


Daerah, Transparansi Publik dan Aktivitas Pengendalian Terhadap
Akuntabilitas Keuangan Pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten
Bintan.Skripsi. Program Studi Akuntansi. Universitas Maritim Raja Ali
Haji.

137
Shende, Suresh dan T. Bennet. 2004. Transparency and Accountability in Public
Financial Administration. RAB/01/006: Transparency and Accountability
in the Public Sector in The Arab Region. UN DESA.

Suyono. 2015. Analisis Regresi Untuk Penelitian. Depublish. Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif


dan R & D. CV. Alfa Beta. Bandung.

Thornton D. Deborah. 2009. “Stewardship in Government Spending:


Accountability, Transparency, Earmarks, and Competition”.Policy
StudyNo.09-1. Public Interest Institute.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008. Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 30 April
2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61.
Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004. Keterbukaan


Informasi Publik. 15 Oktober 2004. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126. Jakarta.

Wilson, R, Kent. 2010.“Steward Leadship: Characteristics of The Steward Leader


in Christian Nonprofit Organizations”.A Dissertation Presented for the
Degree of PhD. University of Aberdeen.

138
LAMPIRAN
Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Kepada
Yth.Calon Responden Penelitian
Di-
Balikpapan
Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya penelitian skripsi, saya memohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari agar sudi kiranya menjadi responden untuk
memberikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner ini. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan merupakan
bantuan yang sangat berarti dalam menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul
PengaruhPenyajian laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas Laporan
KeuanganDaerah, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan. Dan saya menjamin
serta bertanggung jawab atas informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan
adalah untuk kepentingan akademis semata.
Untuk itu diharapkan para responden dapat memberikan jawaban yang
sebenar-benarnya demi membantu penelitian ini. Atas bantuan dan perhatian yang
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan, saya ucapkan terima kasih. Semoga
penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Mengetahui, Balikpapan, 11 Februari 2017


Dosen Pembimbing Hormat Saya,

Dian Saripujiana, S.E., M.Sc. Nurul Fauziah


NIP: 19820304.200501.2.002 NIM: 141.13.022
2. Pengantar Kuesioner

Perihal : Persetujuan Menjadi Responden


Judul Skripsi : Pengaruh Penyajian laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas
Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Daerah Pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Kota Balikpapan
Saya (*bersedia/tidak bersedia) menjadi responden pada penelitian skripsi
yang dilaksanakan oleh Nurul Fauziah. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian
dari penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyajian laporan
keuangan daerah, aksesibilitas laporan keuangan daerah, dan distem akuntansi
keuangan daerah terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.
Saya telah diberitahukan bahwa (*partisipasi/penolakan) ini tidak
merugikan saya dan saya mengerti bahwa tujuan dari penelitian skripsi ini akan
bermanfaat baik bagi saya, Organisasi Perangkat Daerah maupun dunia
perekonomian serta akademis.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
(bersedia/tidak bersedia) berperan serta dalam penelitian ini.

Balikpapan, Maret 2017


Responden

Nama Instansi:
(*Coret yang tidak perlu)
3. Lembar Kuesioner Penelitian

A. Demografi Responden
Nama Instansi :
Nama Lengkap :
Jabatan :
Umur :
Jenis Kelamin : PerempuanLaki-Laki
Latar Belakang Pendidikan : Ekonomi/akuntansi
Hukum
Teknik
Sosial
Lainnya…..
Pendidikan Terakhir : SLTA/Sederajat
Diploma (D3)
Strata1 (Sarjana)
Strata2 (Master)
Strata3 (Doctor)
Tanggal Pengisian :
B. Petunjuk Pengisian
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat menurut Bapak/Ibu
/Saudara/Saudari untuk masing-masing pernyataan yang tersedia pada
lembaran daftar kuesioner dengan memberikan tanda centang pada kolom
kode jawaban yang tersedia, yaitu: SS, S, RR, TS, dan STS. Adapun
skor untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut:
(STS)
(SS) (RR) (TS)
(S) Sangat
Keterangan Sangat Ragu- Tidak
Setuju Tidak
Setuju Ragu Setuju
Setuju
Skor 5 4 3 2 1
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah
No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Pembuatan Laporan Keuangan
OPD Balikpapan sudah memenuhi
standar etika dan nilai-nilai yang
berlaku, artinya sesuai dengan
prinsip-prinsip administrasi yang
benar maupun nilai-nilai yang
berlaku di Stakeholders
2 Laporan Keuangan OPD
Balikpapan telah memenuhi sasaran
kebijakan yang diambil, dan sudah
sesuai dengan visi dan misi
organisasi, serta standar yang
berlaku
3 Laporan Keuangan OPD
Balikpapan telah memenuhi standar
yang berlaku umum, yakni Standar
Akuntansi Pemerintahan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010
4 Pengelola sumber daya sebagai
pembuat laporan keuangan mampu
memberikan laporan pertanggung
jawaban secara efisien dan efektif
kepada DPRD maupun masyarakat
luas
5 Penyebarluasan laporan keuangan
OPD Balikpapan telah disampaikan
melalui media massa, media
nirmassa, maupun media
komunikasi personal
6 Terdapat akurasi dan kelengkapan
informasi yang berhubungan
dengan penyusunan Laporan
Keuangan OPD Balikpapan
7 Ada ketersediaan sistem informasi
manajemen dan monitoring hasil
yang telah dicapai oleh OPD
Balikpapan
8 Penyampaian laporan keuangan
OPD Balikpapan telah melalui
kerjasama dengan media massa dan
lembaga non pemerintahan
(Hanim,2009 dalam Sagala,2011)

Penyajian Laporan Keuangan Daerah


No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 OPD Balikpapan mampu menyusun
laporan keuangan secara lengkap
(Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan Atas Laporan Keuangan)
2 OPD Balikpapan mampu
menyelesaikan laporan keuangan
(Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan Atas Laporan Keuangan)
3 Laporan keuangan OPD Balikpapan
menyediakan informasi yang dapat
mengoreksi aktifitas keuangan di
masa lalu
4 Laporan keuangan OPD Balikpapan
menyediakan informasi yang
mampu memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa
lalu dan kejadian masa kini
5 Informasi yang dihasilkan dari
laporan keuangan OPD Balikpapan
telah menggambarkan dengan jujur
transaksi yang seharusnya disajikan
dalam laporan keuangan
6 Apabila dilakukan pengujian
terhadap laporan keuangan lebih
dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya tetap menunjukkan
simpulan yang tidak berbeda jauh
7 Informasi yang termuat dalam
laporan keuangan OPD Balikpapan
dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya
8 Laporan keuangan yang disusun
oleh OPD Balikpapan telah dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam
penyusunan anggaran tahun
berikutnya
9 Informasi dari laporan keuangan
OPD Balikpapan yang dihasilkan
dapat dipahami oleh pengguna
karena dinyatakan dalam bentuk
serta istilah yang disesuaikan
dengan batas kemampuan pengguna
(Nurmuthmainnah, 2015)

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah


No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Laporan keuangan daerah
Balikpapan dipublikasikan secara
terbuka melalui media massa
2 Memberikan kemudahan kepada
para pengguna laporan keuangan
dalam memperoleh informasi
tentang laporan keuangan daerah
Balikpapan
3 Masyarakat dapat mengakses
laporan keuangan daerah
Balikpapan melalui internet
(website)
(Nurmuthmainnah, 2015)
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Basis akuntansi penyusunan
laporan keuangan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005 yang berbasis
kas
2 Basis akuntansi penyusunan
laporan keuangan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 adalah berbasis
akrual
3 Unsur yang terdapat dalam
LRA (Laporan Realisasi
Anggaran) OPD Balikpapan
adalah pendapatan-LRA,
belanja, dan pembiayaan
4 Unsur-unsur yang terdapat
dalam LO (Laporan
Operasional) adalah
Pendapatan-LO, Beban, dan
Pembiayaan
5 Klasifikasi belanja menurut
Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 tahun 2006
dalam penyusunan APBD
adalah Belanja Tidak Langsung
dan Belanja Langsung
6 Dalam membuat laporan
keuangan daerah,
No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
penyelenggara sistem akuntansi
harus mengacu pada petunjuk
teknis dari atasan
7 Klasifikasi belanja menurut PP
No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi
Pemerintahan dalam
penyusunan laporan keuangan
adalah belanja operasi dan
belanja modal
(Erlina et.all, 2012 dalam Saputra,2014)

148
Lampiran 2
Surat-Surat
1. Surat Izin Penelitian oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
2. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Penyebaran Kuesioner oleh

STIE Madani Balikpapan


Lampiran 3

Statistik Deskriptif

1. Jabatan

2. Umur

3. Jenis Kelamin
4. Latar Belakang Pendidikan

5. Pendidikan Terakhir
Lampiran 4

Frekuensi Jawaban Kuesioner

1. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P1)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P2)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P3)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P4)


Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P5)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P6)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P7)

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (P8)


2. Penyajian Laporan Keuangan Daerah

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P1)

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P2)

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P3)

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P4)


Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P5)

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P6)

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P7)

Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P8)


Penyajian Laporan Keuangan Daerah (P9)

3. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P1)

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P2)

Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (P3)


4. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P1)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P2)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P3)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P4)


Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P5)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P6)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (P7)


Lampiran 5

Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas

2. Uji Reliabilitas

a. Tranparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

b. Penyajian Laporan Keuangan Daerah

c. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah


d. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Lampiran 6

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

A. Analisis Grafik

Histogram dan Kurva Normal

Kurva P-Plot Normal


B. Analisis Statistik

Uji Normalitas Kolmogrov-Sminorv

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas

3. Uji Heteroskedastisitas

A. Analisis Grafik

Diagram Scatterplot
B. Analisis Statistik

Uji Glejser
Lampiran 7

Uji Regresi Linier Berganda

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi

2. Uji simultan dengan F-Test

Hasil Uji F
Lampiran 8

Pengujian Hipotesis

Uji Parsial dengan T-Test

Hasil Uji T
Lampiran 9
Hasil Jawaban Kuesioner

Y X1 X2 X3
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Skor 1 2 3 Skor 1 2 3 4 5 6 7 Skor
1 4 4 4 4 4 4 4 3 31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 3 3 9 4 4 4 4 4 4 4 28
2 4 4 4 5 5 4 4 3 33 5 5 4 4 4 4 4 5 4 39 3 3 3 9 4 4 4 4 4 4 4 28
3 4 4 4 4 4 4 4 3 31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 3 3 9 4 4 4 4 4 4 4 28
4 4 4 4 5 5 4 4 3 33 5 5 4 4 4 4 4 5 4 39 3 3 3 9 4 4 4 4 4 4 4 28
5 4 4 4 3 3 4 4 3 29 4 4 3 4 4 4 4 4 4 35 3 3 3 9 3 4 4 4 4 4 4 27
6 4 4 4 4 3 4 4 3 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 3 3 9 2 4 4 2 4 2 4 22
7 4 4 4 3 3 5 4 3 30 4 4 5 5 4 4 5 4 4 39 3 5 3 11 2 5 4 4 4 3 5 27
8 4 4 4 4 3 4 4 3 30 5 4 3 4 4 4 4 4 4 36 3 4 3 10 4 4 3 3 4 4 4 26
9 3 4 4 4 3 4 4 3 29 5 4 3 4 4 4 4 4 4 36 3 4 3 10 4 4 3 3 4 4 4 26
10 4 4 4 3 2 4 4 3 28 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 4 2 3 9 2 5 3 2 5 2 2 21
11 4 4 4 4 3 4 4 3 30 5 4 3 4 4 4 4 4 4 36 3 4 3 10 4 4 3 3 4 4 4 26
12 4 4 4 4 3 4 4 3 30 5 4 3 4 4 4 4 4 4 36 3 4 3 10 4 4 3 3 4 4 4 26
13 5 5 5 5 3 5 5 3 36 5 5 5 5 4 5 5 5 5 44 3 5 3 11 2 5 4 3 4 4 4 26
14 5 4 4 4 4 4 4 3 32 5 4 3 3 4 4 5 5 5 38 4 4 4 12 4 4 5 5 4 4 4 30
15 4 4 3 4 4 4 4 3 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 4 3 10 3 4 4 4 4 4 4 27
16 5 4 4 4 4 4 4 4 33 5 5 5 4 4 4 4 4 5 40 4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 4 28
17 4 4 5 4 4 4 5 4 34 5 5 5 5 4 4 4 5 4 41 4 5 4 13 4 5 5 5 5 4 5 33
18 4 4 4 4 2 4 4 2 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 4 4 11 3 4 4 4 4 4 4 27
19 4 5 5 5 4 4 5 4 36 4 5 5 4 5 5 5 5 4 42 4 4 5 13 5 5 5 5 5 4 5 34
20 4 4 4 4 2 4 4 2 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 12 2 4 4 4 4 3 4 25
21 4 4 4 4 4 5 4 4 33 4 4 4 4 5 5 5 5 4 40 4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 4 28
22 4 4 4 4 3 4 5 3 31 5 4 4 3 4 4 4 4 4 36 4 4 4 12 2 4 4 4 4 4 4 26
23 4 4 4 4 3 4 4 4 31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 12 3 4 4 4 5 4 4 28
24 4 3 4 4 2 4 4 3 28 5 5 3 4 4 4 4 4 3 36 4 4 3 11 2 5 5 5 4 3 4 28
25 4 4 5 4 4 4 4 4 33 5 5 4 4 4 4 4 4 5 39 4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 4 28
26 2 2 5 2 2 4 4 1 22 5 5 2 2 4 4 5 4 2 33 1 1 1 3 1 4 4 4 4 1 4 22
27 5 5 5 5 4 4 4 2 34 5 5 4 3 5 4 4 4 4 38 4 3 2 9 2 4 4 4 4 4 3 25
28 3 3 3 3 3 3 3 3 24 4 4 4 4 4 4 4 3 4 35 3 3 3 9 2 4 4 4 4 2 4 24
29 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 4 28
30 4 4 4 4 4 4 4 3 31 4 4 3 4 4 4 3 4 4 34 3 4 3 10 4 4 4 4 4 3 4 27
31 4 4 4 4 3 4 4 3 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 4 2 9 2 4 3 3 4 4 4 24
32 5 4 4 4 3 4 4 4 32 4 5 4 4 4 4 4 5 4 38 4 4 4 12 4 5 4 4 4 4 4 29
33 4 4 4 4 3 4 4 3 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 4 2 9 2 4 3 3 4 4 4 24
34 4 4 5 4 3 4 4 3 31 5 5 5 4 4 4 5 5 4 41 4 4 5 13 4 5 5 5 5 4 5 33
35 3 4 3 3 3 4 4 3 27 5 5 4 3 3 3 3 4 4 34 3 4 3 10 3 4 4 4 4 4 3 26
36 4 4 5 3 3 3 4 3 29 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 3 4 3 10 5 5 5 5 5 4 5 34
37 4 4 3 4 3 4 4 3 29 4 4 4 3 4 4 4 4 3 34 3 3 3 9 2 4 4 4 4 4 4 26
38 5 5 4 4 4 4 4 4 34 5 5 4 3 4 4 4 4 4 37 4 4 4 12 4 4 4 4 5 5 5 31
39 5 4 5 5 4 4 4 4 35 5 5 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 4 12 2 5 5 5 4 2 4 27
40 4 4 4 3 3 4 4 2 28 4 4 3 3 4 4 4 3 3 32 2 3 2 7 2 4 4 4 4 3 4 25
41 4 4 5 4 4 4 4 4 33 5 5 5 4 5 4 5 5 5 43 4 4 4 12 3 4 4 4 4 3 4 26
42 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 4 4 5 4 4 36 4 4 4 12 5 5 4 4 4 4 4 30
43 4 3 4 4 4 4 4 4 31 4 4 4 3 4 4 5 4 4 36 4 4 4 12 1 5 5 5 4 4 4 28
44 4 3 4 4 4 4 4 4 31 4 4 4 4 4 4 4 5 4 37 4 4 4 12 1 5 5 5 4 4 2 26
45 4 3 4 4 4 4 4 4 31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 12 1 5 5 5 4 4 2 26
46 4 4 5 4 2 4 4 2 29 4 4 5 4 4 4 5 5 4 39 3 4 4 11 1 5 5 5 5 2 5 28

171
47 4 4 4 4 3 4 4 3 30 4 4 4 3 4 4 3 4 4 34 3 4 3 10 4 4 4 4 4 3 3 26
48 4 5 5 5 3 5 4 3 34 5 5 5 4 5 4 4 4 4 40 3 4 3 10 3 5 5 5 5 3 4 30
49 4 5 5 5 3 5 4 3 34 5 5 5 4 4 4 4 4 4 39 3 4 3 10 2 4 4 4 4 2 4 24
50 5 5 5 5 3 5 5 5 38 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5 5 5 15 5 5 5 5 5 5 5 35
51 5 5 5 4 3 4 4 3 33 5 5 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 3 11 4 4 4 4 4 3 4 27
52 5 4 4 4 4 4 4 3 32 5 5 4 4 5 5 4 5 4 41 3 4 2 9 5 4 4 4 4 4 4 29
53 4 4 5 5 4 4 5 3 34 5 5 4 4 5 5 5 5 5 43 4 4 3 11 2 5 5 5 5 5 5 32
54 4 4 4 4 4 4 4 2 30 4 4 4 4 4 5 4 5 4 38 4 4 2 10 4 4 3 4 4 4 4 27
55 4 4 4 4 3 4 4 3 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 2 10 2 4 4 4 4 4 4 26
56 4 5 5 5 4 4 4 3 34 4 4 4 3 4 4 5 5 4 37 3 4 3 10 4 4 4 4 4 4 4 28
57 4 5 5 5 4 4 4 3 34 4 4 3 3 4 4 5 4 4 35 3 3 3 9 4 4 4 4 4 3 4 27
58 5 5 5 5 4 5 4 4 37 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 4 4 4 12 1 5 5 5 5 5 5 31
59 5 5 5 5 4 5 4 4 37 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 4 4 4 12 1 5 5 5 5 5 5 31
60 4 3 5 3 3 4 4 3 29 4 3 4 3 4 4 4 3 4 33 3 3 3 9 2 5 4 4 4 3 4 26
61 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5 5 5 15 1 5 5 5 5 2 1 24
62 4 4 4 4 2 4 4 2 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2 4 2 8 2 4 4 4 4 4 4 26
63 5 4 5 2 2 4 2 2 26 2 2 4 4 4 4 4 3 4 31 2 4 2 8 2 5 4 4 4 4 4 27
64 5 5 5 5 4 5 4 4 37 5 5 5 4 5 5 5 5 4 43 4 4 4 12 1 5 5 5 5 5 5 31
65 5 5 5 5 4 5 5 4 38 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 4 4 4 12 5 5 5 5 5 5 5 35
66 5 5 5 5 5 5 5 4 39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 4 4 4 12 5 5 5 5 5 5 5 35
67 5 5 5 5 5 5 5 4 39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 4 4 4 12 5 5 5 5 5 5 5 35
68 5 5 5 5 5 5 5 4 39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 4 4 4 12 5 5 5 5 5 5 5 35
69 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 5 5 14 4 4 4 4 4 3 4 27
70 4 4 4 4 2 4 4 2 28 4 4 3 4 4 4 4 4 4 35 2 4 3 9 4 4 4 4 4 4 4 28
71 4 4 4 4 2 4 4 2 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 2 4 3 9 2 4 4 4 4 4 2 24

172
72 4 4 4 4 3 4 4 4 31 5 5 4 4 4 4 4 4 4 38 3 4 4 11 4 4 4 4 4 4 4 28
73 4 4 4 4 4 4 5 4 33 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4 4 3 11 4 4 4 4 5 5 4 30
74 5 4 4 4 4 4 4 4 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 12 2 4 4 4 4 4 4 26
75 4 4 4 4 2 4 4 2 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 12 2 4 4 4 4 2 4 24
76 4 4 4 5 4 4 4 4 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 4 4 12 4 4 4 5 4 5 4 30
77 5 4 4 4 4 4 4 4 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 4 4 11 4 4 4 4 4 4 4 28
78 4 3 4 3 2 2 4 2 24 4 4 4 4 4 4 4 3 4 35 2 3 2 7 2 4 4 4 4 4 4 26
79 4 4 4 4 3 4 4 3 30 5 5 4 3 5 5 4 4 4 39 4 4 4 12 4 3 4 4 4 4 3 26
80 4 4 3 3 4 4 4 4 30 5 5 4 4 4 4 5 4 3 38 4 4 3 11 1 5 4 4 4 2 4 24
81 4 4 4 4 4 4 4 3 31 5 5 4 4 4 4 5 5 4 40 5 5 4 14 5 5 5 5 5 3 5 33
82 5 5 5 5 4 5 5 5 39 5 5 4 4 5 1 5 4 4 37 5 5 5 15 5 5 5 5 5 3 4 32
83 4 4 4 4 3 4 4 4 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 4 28
84 4 4 3 4 2 4 4 1 26 4 4 5 5 4 3 4 4 4 37 1 1 1 3 4 4 4 4 4 4 4 28
85 5 4 4 3 2 5 5 1 29 5 5 4 4 4 4 5 5 4 40 1 3 1 5 3 4 4 4 5 5 2 27
86 4 4 4 3 3 4 4 3 29 5 5 5 4 3 4 4 4 4 38 3 4 3 10 4 4 4 4 4 4 4 28
87 4 4 4 3 3 4 4 3 29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 3 4 3 10 4 4 4 4 4 4 4 28
88 4 4 4 3 3 4 4 3 29 5 5 5 4 4 4 4 5 4 40 3 4 3 10 4 4 4 4 4 4 4 28
89 4 4 5 4 4 4 4 4 33 5 5 4 4 5 4 5 4 5 41 4 4 5 13 4 5 5 5 4 5 4 32
90 4 5 4 5 5 4 5 5 37 4 4 4 5 4 5 4 5 5 40 4 5 4 13 4 5 5 5 4 5 4 32
91 5 4 4 4 4 4 4 4 33 5 5 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 4 28
92 4 5 4 4 5 5 4 5 36 5 5 5 5 5 4 4 4 4 41 5 5 4 14 4 4 4 4 4 5 4 29
93 5 5 4 4 5 5 4 4 36 5 5 4 4 5 4 4 4 4 39 5 5 5 15 4 5 4 4 4 4 4 29
94 5 5 4 4 4 5 5 4 36 5 5 5 5 5 4 5 4 4 42 5 5 5 15 4 5 4 4 4 4 4 29
95 5 5 4 4 5 5 4 5 37 5 5 5 4 5 4 4 4 4 40 5 5 5 15 4 5 4 4 4 4 4 29

173
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Nurul Fauziah

NIM : 141.13.022

Tahun Akademik : 2016/2017

Judul Skripsi : Pengaruh Penyajian laporan Keuangan Daerah,


Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pada
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Balikpapan.

Dosen Pembimbing : Dian Saripujiana, S.E., M.Sc.

No Hari, Materi Konsultasi Saran Pembimbing Paraf


. Tanggal Pembimbing
1 Jum’at, 30 Pengajuan Judul ACC judul alternatif
Desember dan kerangka 1, Membuat BAB 1 -
2016 pemikiran 3 serta kuesioner
2 Selasa, 31 Pengajuan BAB 1 Revisi dan
Januari – 3 serta kuesioner mengganti judul
2017 dengan
menggabungkan
variabel dependen
(Y) semula 2
menjadi 1
3 Selasa, 14 Pengajuan revisi Melanjutkan sambil
Februari BAB 1 – 3 dengan melakukan
2017 judul baru serta penyebaran
kuesioner untuk pre
test (uji validitas dan
reliabilitas)
4 Sabtu, 04 Pengajuan data Melanjutkan tetapi
Maret 2017 kuesioner (hasil uji revisi judul dengan
validitas dan objek baru dan
reliabilitas) merevisi BAB 1 – 3
5 Rabu, 17 Pengajuan judul ACC, membuat BAB
Maret 2017 dan kuesioner yang 1 – 3 dengan judul
sudah direvisi yang direvisi
6 Jum’at, 21 Pengajuan data Revisi BAB 1 – 3
April 2017 kuesioner pada
responden utama
7 Senin, 24 Pengajuan revisi Sedang diperiksa
April 2017 BAB 1 – 3 BAB 1 – 3 dan
sambil melanjutkan
BAB 4 – 5
8 Selasa, 02 Pengajuan revisi Revisi BAB 1 – 3
Mei 2017 BAB 1 – 3 sambil melanjutkan
BAB 4 – 5
9 Senin, 08 Pengajuan BAB 1 Revisi BAB 1 – 5
Mei 2017 –5
10 Selasa, 09 Pengajuan BAB 1 ACC BAB 1 – 5
Mei 2017 – 5 yang sudah
direvisi

Balikpapan, 09 Mei 2017

Penu lis

Nurul Fauziah

Catatan:
1. Lembar konsultasi harus selesai dibawa saat bimbingan
2. Pelaksanaan bimbingan maksimal 6 (enam) kali

175

Anda mungkin juga menyukai