Anda di halaman 1dari 2

NAMA: SINARTI

NIM: A31116036

ANALISA KASUS PAJAK

“Grup Bakrie”

Tiga perusahaan Grup Bakrie yang dilaporkan telah lalai membayar pajak
sebesar Rp2,1 triliun. Perusahaan itu adalah PT Bumi Resource, PT Kaltim Prima Coal
(KPC), dan PT Arutmin Indonesia. Untuk PT Bumi menunggak pajak sebesar Rp376
miliar, KPC sebesar Rp 1,5 triliun dan Arutmin senilai Rp 300 Miliar. Sebenarnya
kasus ini telah muncul satu tahun sebelumya terkait dengan surat pemberitahuan
tahunan (SPT) 2007. Namun, pemerintah tidak tegas menyelesaikan kasus tersebut
sehingga kini muncul kembali dengan spectrum persoalan yang lebih kompleks karena
urusan pajak itu dikait-kaitkan dengan kasus Bank Century, yaitu ditengarai
memengaruhi sikap Golkar yang kini dipimpin Aburizal Bakrie. Setidaknya kasus Bank
Century di satu pihak, dan kasus pengemplangan pajak itu di lain pihak, telah
memunculkan ke permukaan penilaian bahwa ternyata ada perseteruan yang keras
antara Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Aburizal Bakrie. Sebuah perseteruan yang
disebut-sebut menyulut adanya kehendak kuat untuk menggusur Sri Mulyani dari
kabinet.

Analisis Kasus

kasus di atas jelas melanggar ketentuan dalam pasal 23 UU PPh yang mengatur
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
Dalam kasus ini, seharunya pemerintah bersikap tegas dan tidak membiarkan
kasus ini berlarut. Selain itu, pemerintah juga akan dianggap melakukan diskriminasi
terhadap wajib pajak, padahal nominal pajak yang tidak dibayarkan oleh grup Bakery
ini sangat besar, sehingga bedampak terhadap perekonomian maupun pembangunan
negara. Jika Rakyat biasa menunggak pajak yang nominalnya relative kecil selalu
diintai, maka sudah sepantasnya hal demikian lebih tegas dilakukan kepada pejabat
ataupun pengusaha besar. Agar kasus serupa tidak terulang maka dalam Undang-
undang perpajakan dikenal dua macam sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi
Pidana. Sanksi Administrasi yang berarti yang melanggar norma perpajakan harus
membayar kerugian negara, khsususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sedangkan
sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan yang dikenakan pada setiap orang
atau pihak yang tidak mematuhi norma perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai