Anda di halaman 1dari 7

Laporan Pendahuluan

A. Definisi/ Deskripsi Konsep


Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah leher rahim (serviks), yaitu
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang
terletak antara uterus dan vagina (Priyanto, 2010).
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kankeryang paling sering
menyerang wanita dan menjadi ancaman berbahaya bagi para wanita diseluruh dunia. Angka
kejadian dan tingkat kematian perempuan akibat kanker serviks cukup tinggi dan diperkirakan
akan terus meningkat. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada organ reproduksi
wanita. Penyakit ini terjadi pada wanita usia reproduktif antara 20-30 tahun (Wijaya Delia,
2010).

B. Mekanisme fisiologi sesuai kebutuhan dalam bentuk skematik

Sumber: Mansjoer (2007)

C. Rencana asuhan klien


1. Pengkajian
1.1 Identitas
a. Initial Klien
b. Usia
Menikah pada usia muda <20 tahun beresiko terhadap kanker serviks karena belum
matangnya organ reproduksi wanita. Dan usia >35 tahun beresiko karena semakin
tua usia seseorang maka sistem imun akan semakin menurun.
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Suku Bangsa
f. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja ditempat-tempat terlarang beresiko terhadap ca serviks
karena aktivitas seksual yang berlebih.
1.2 Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina ( keputihan ).
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid lainnya dapat
menimbulkan berkembangnya masalah fungsional genital pada keturunannya.
1.3 Pemeriksaan fisik: Head To toe
1. Kepala
Bentuk kepala normal. Rambut pasien tampak sehat dan berwarna hitam. Pasien
tidak memiliki keluhan pada kepalanya.
2. Mata
Kelopak mata normal dan bisa menutup dengan rapat. Konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor. Tidak ada kelainan pada mata pasien.
3. Hidung
Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada nafas cuping hidung
4. Mulut dan Tenggorokan
Gigi pasien tampak bersih, pasien tidak miliki stomatitis. Pasien tidak memiliki
kesulitan dalam menelan.
5. Dada dan Axilla
Bentuk dada normal, bentuk payudara normal, tidak ada benjolan atau sianosis.
Irama nafas normal, bunyi nafas normal. Pasien memiliki refleks batuk dan tidak
ada terdengar sekret saat batuk.
6. Abdomen
Tampak normal, ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah dan terdengar redup
saat diperkusi.
7. Genitalia
Keluar darah seperti menstruasi dari vagina dan keputihan yang berbau.
8. Indera
Penglihatan : normal
Pendengaran : normal
Pengecapan/rasa : normal
Perabaan : pasien dapat merasakan sensasi sentuhan
Penciuman : normal
9. Ektremitas (Integumen/Muskuloskeletal)
1) Kulit
Warna kulit kuning langsat. Kulit pasien teraba lembab dan turgor kulit kembali
< 2 detik (normal).
2) Kuku
3) Kuku ekstremitas atas dan bawah klien normal dan tampak diektremitas atas
dextra terpasang tranfusi darah.
4) Kesulitan dalam pergerakan
Pasien tidak memiliki kesulitan dalam pergerakan

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat
2. Patologi Anatomi
Untuk memeriksa keganasan pada jaringan
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pap smear
Pemeriksaan pap smear juga dapat mendeteksi perubahan sel-sel leher rahim Anda yang
kemungkinan dapat berubah menjadi kanker di masa depan
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah suatu cara yang digunakan oleh dokter dengan menggunakan alat
pembesar khusus untuk melihat vulva, vagina, dan serviks. Jika terlihat adanya masalah
selama kolposkopi, sedikit sampel jaringan akan diambil dari serviks atau dari dalam
pembukaan serviks (endoservikal kanal).
c. Biopsy kerucut
Biopsi kerucut (juga disebut konisasi) adalah biopsi di mana sepotong jaringan yang
berbentuk kerucut besar diambil dari leher rahim dengan menggunakan prosedur eksisi
elektrosurgikal melingkar atau prosedur biopsi kerucut pisau dingin. Prosedur biopsi
kerucut dapat digunakan sebagai pengobatan lesi prakanker dan kanker dini.
d. MRI atau CT-Scan abdomen ataupun pelvis
Salah satu cara dokter memeriksa dan menghasilkan gambar organ, jaringan, dan sistem
rangka dengan resolusi tinggi.

E. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
(akibat pendarahan).
1. Definisi
Penurunan cairan intravaskuler, interstial, atau intrased. Diagnosisi ini merujuk pada
dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
2. Batasan karakteristik
1) Subjektif
Haus
2) Objektif
a. Perubahan status mental
b. Penurunan turbor kulit dan lidah
c. Penurunan pengeluaran urin
d. Penurunan pengisian vena
e. Kulit dan membran mukosa kering
f. Hematokrit meningkat
g. Suhu tubuh meningkat
h. Peningkatan frekuensi nadi
i. Konsentrasi urin meningkat
j. Penurunan berat badan yang tiba-tiba
k. Kelemahan
3. Faktor yang berhubungan
a. Kehilangan volume cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme pengaturan

Diagnosa 2: Risiko infeksi dengan faktor resiko proses penyakit kronis (metastase sel kanker)
1. Definisi
Berisiko terhadap invasi organisme patogen
2. Faktor yang berhubungan
a. Penyakit kronis
b. Penekanan sistem imun
c. Ktidakadekuatan imunitas dapatan
d. Pertahan primer tidak adekuat
e. Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen
f. Pengetahuan yang kurang
g. Prosedur invasif
h. Malnutrisi
i. Agens
j. Pecah ketuban
k. Kerusakan jaringan
l. Trauma

F. Perencanaan
Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
(akibat pendarahan)
Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Tujuan: tidak terjadi perdarahan. Kriteria hasil: setelah dilakukan perawatan selama 1x6 jam
tidak terjadi kekurangan volume cairan
Dengan kriteria hasil:
Keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, dan
status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.
Intervensi keperawatan dan rasional:
Pengkajian:
a. Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan
Rasional: semakin banyak dan sering cairan yang keluar dapat menimbulkan kekurangan
volume cairan tubuh dan warna urine yang pekat menandakan kurang cairan
b. Pantau perdarahan
Rasional: jika darah yang keluar >500cc dikatakan perdarahan
Aktivitas Mandiri:
a. Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung asupan yang diinginkan
sepanjang sif siang, sore dan malam
Rasional: mempertahankan kebutuhan cairan tubuh pasien
b. Ubah posisi pasien trendelenburg atau tinggikan tungkai pasien bila hipotensi, kecuali
dikontraindikasikan
Rasional: mencegah iskemia pada otak
c. Tingkatkan asupan oral, jika perlu
Rasional: mempertahankan kebutuhan cairan tubuh pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga

a. Anjurkan pasien untuk banyak minum


Rasional: mengganti cairan yang banyak keluar
Aktivitas kolaboratif
a. Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, bila perlu
Rasional: seseorang yang mengalami perdarahan Hb cenderung rendah
b. Berikan terapi IV, sesuai program
Rasional: mengganti cairan yang banyak keluar

Diagnosa 2: Risiko infeksi b/d proses penyakit kronis (metastase sel kanker)
Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x72 jam tidak terjadi infeksi dengan
Kriteria hasil: faktor resiko akan hilang
a. TTV dalam rentang normal
b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi keperawatan dan rasional:
a. Kaji tanda / gejala infeksi secara kontinyu pada semua sistem tubuh (misalnya :
pernafasan, pencernaan, genitourinaria)
Rasional: mengetahui tanda-tanda infeksi
b. Pantau perubahan suhu pasien
Rasional: suhu tubuh yang tinggi menandakan adanya infeksi didalam tubuh
c. Pertahankan personal hygiene dengan teknik perawatan aseptik. Hindari / batasi prosedur
invasive
Rasional: personal hygine yang baik mengurangi penyebaran bakteri atau kuman penyakit
Kolaborasi :
a. Awasi hasil laboratorium untuk melihat adanya diferensial atau peningkatan WBC
Rasional: kadar WBC yang tinggi menyatakan adanya infeksi
b. Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional: antibiotic dapat membunuh bakteri penyebab penyakit
G. Daftar Pustaka
Novel, S., S. (2010). Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus (HPV). Jakarta :
Javamedia Network
Priyanto, S., H. (2010). Yes, I Know Everything Abaut Kanker Servik. Yogyakarta: Tiga
Kelana
Bertiani, S. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Servik (Leher Rahim). Yogyakarta
Genius Printika
Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta: Sinar Kejora

Banjarmasin, 13 November 2017

Preseptor Akademik, Ners Muda,

(Hj. Ruslinawati, Ns., M. Kep) (Merry Azmi, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai