Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

INTI ATOM

KELOMPOK 1

ABDUL GANI NASUTION (4143321001)


SURI ENDAH (4143321041)
SYARIFAH AINI NABILA (4143321042)
SARIFAH AINUN SIHOMBING (4153321034)

PENDIDIKAN FISIKA EKSTENSI 2014


Mata Kuliah : Pendahuluan Fisika Inti
Dosen Pengampu : Irpandi, M.Si

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan hidayah–
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang “Inti Atom “.
Makalah ini diharapkan dapat lebih membantu pemahaman mengenai mata kuliah yang
bersangkutan dengan judul makalah ini.

Makalah ini kami buat dengan tujuan agar lebih menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi penulis maupun mahasiswa / mahasiswi yang akan membaca atau
mempelajari tentang makalah saya ini. Dan juga bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Fisika Inti yaitu bapak Irpandi .

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.

Medan, 2 Maret 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan Energi ikatan inti?
 Bagaimana yang dimaksud dengan Transmutasi buatan?
 Bagaimana yang dimaksud dengan Daya tembus?
 Bagaimana Penggunaan radioisotop?
 Bagaimana Pengobatan dengan nuklir?
 Bagaimana Penentuan umur dengan radioisotop?
 Bagaimana Efek radiasi terhadap kehidupan?
1.3 Tujuan Penulisan
 Memahami Energi ikatan inti
 Memahami Transmutasi buatan
 Memahami Daya tembus
 Mengetahui Penggunaan radioisotop
 Mengetahui Pengobatan nuklir
 Mengetahui Penentuan umur dengan radioisotop
 Mengetahui Efek radiasi

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Energi Ikat Inti
Nukleus atom adalah inti yang berada di pusat, yang terdiri dari satu atau lebih proton
dan juga neutron, dengan pengecualian hanya untuk bentuk hidrogen yang paling ringan.
Tidak ada muatan untuk neutron, namun sesuatu dapat membuat mereka terlepas keluar dari
inti. Selain itu, setiap proton dalam inti bermuatan positif; mereka harus saling menolak satu
sama lain yang kemudian akan mengosongkan inti, tetapi sejumlah energi mencegah hal ini
terjadi.

Menurut definisi, energi yang menjaga semua partikel-partikel ini ada dalam inti
adalah “energi ikat inti”. Sejak Einstein menemukan hubungan matematis yang menyamakan
materi dengan energi – E = mc2, di mana E adalah energi, m adalah massa dan c adalah
kecepatan cahaya – energi ikat nuklir dapat dihitung dengan relatif mudah.

Massa inti kurang dari massa nukleon individual yang membentuk inti itu. Perbedaan
massa (Δm) antara keduanya adalah setara dengan energi ikat inti.
Δm = Zmp + (A – Z)mn – m nucleus
di mana:
Δm = perbedaan massa
mp = massa proton
mn = massa neutron
mnucleus = massa inti terbentuk
Z = jumlah proton atau nomor atom
A = jumlah nukleon atau nomor massa
Energi ikat nuklir adalah energi yang dibutuhkan untuk memecah inti menjadi
nukleon yang terpisah atau ini dapat dinyatakan sebagai energi yang dilepaskan ketika inti
terbentuk dari nukleon yang terpisah. Energi ikat adalah sama dengan penurunan energi
potensial nuklir dari nukleon ketika mereka masuk bersama-sama. Hal ini setara dengan
usaha yang dilakukan pada nukleon oleh gaya nuklir. Energi ikat adalah energi yang
berkaitan dengan gaya kuat yang memegang nukleon bersama-sama.
Jika kita mengetahui energi ikat dalam inti, dan jumlah nukleon, kita bisa mencari
energi ikat per nukleon, yang merupakan energi rata-rata yang diperlukan untuk
menghilangkan setiap nukleon.
Fisi nuklir, atau pemisahan inti atom untuk menghasilkan atom yang lebih kecil,
masing-masing memiliki energi ikat sendiri, sangat penting terutama untuk desain dan
pengoperasian pembangkit listrik. Energi ikat atom yang dihasilkan, dikurangi dari energi
ikat atom awal, memberikan hasil bersih yang baik diterapkan secara konstruktif atau
destruktif. Penggunaan konstruktif energi nuklir ini meliputi produksi listrik, hampir
seperlima dari semua tenaga listrik di Amerika Serikat dan lebih dari tiga-perempat dari daya
yang digunakan di Perancis.
2.2 Transmutasi
Telah diketahui bahwa adanya perbedaan antara atom yang satu dengan atom yang
lain semata-mata karena hanya perbedaan jumlah proton dan neutron yang terdapat dalam inti
atom.
Oleh sebab itu jika jumlah proton dan neutron yang menyusun inti dapat kita rubah
akan berubalah pula atom itu menjadi atom yang lain. Merubah atom secara buatan lazim
disebut TRANSMUTASI. Gagasan merubah inti atom secara buatan dirintis oleh Rutherford.
Pada tahun 1959 Rutherford menempatkan preparat radio akyif yang memancarkan
sinaradidalam tabung yang berisi gas niterogen. Setelah selang waktu tertentu, dalam
tabung itu terjadi oksigen dan proton. Rutherford berpendapat ada partikel-
partikel a yang membentur inti atom niterogen sebagai akibat benturan yang amat
dasyat, inti niterogen terbelah menjadi proton dan oksigen.

1P1
2a4 +
7N14 =
8O17

Peristiwa itu dapat dipandang sebagai reaksi inti antara partikel a dengan inti
niterogen. Reaksi ini lazim dituliskan sebagai berikut :
2a4 + 7N14 → 8 017 + 1P1
Dalam reaksi berlaku kekalan massa dan kekekalan muatan.
Jumlah nomor massa dan nomor atom sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
Pada tahun 1937 Chadwick menembaki logam berilium dengan partikel-partikel adari unsur
radioaktif. Hasilnya diperoleh karbon dan partikel netral yang kira-kira sama dengan
proton. Partikel ini disebut neutron.
2a4 + 4Be9 → 6 012 + on1
2.2.1 Tranmutasi oleh partikel-partikel yang dipercepat.
Tranmutasi dengan sinar ayang berasal dari unsur radioaktif tidak membawa hasil
yang memuaskan. Dari sekian banyak partikel-partikel ahanya beberapa yang dapat
mengadakan transmutasi.
Hal ini disebabkab karena partikel ayang mendekati inti atom yang mengalami gaya
tolak, sehingga hanya partikelayang kecepatannya besar yang dapat sampai pada inti.
Transmutasi akan lebih berhasil bila digunakan partikel-partikel yang kecepatan cukup tinggi.
Untuk itu diciptakan alat yang dapat mempercepat partikel bermuatan yang disebut
Cyclotron.
Pada tahun 1932 Coekroft dan Walton melaporkan hasil reaksi inti dengan proton.
1H1 + 3Li7 → 2He4 + 2He4
Pada reaksi inti tersebut jumlah energi sebelum reaksi adalah:
energi massa proton = 1,007825 sma
energi massa litium = 7,016005 sma
energi kinetik proton
150 keV = 0,000160 sma + 7,016005 sma
jumlah = 8,023990 sma
Jumlah energi sesudah energi :
energi massa helium 2x4,0026=8,0052 sma
ada selisih sebesar 8,023990-8,0052=0,01879 sma
=17,4939 MeV
Ketika diukur energi kinetik kedua atom He diperoleh sebesar 17,0 MeV
Suatu persesuaian yang cukup baik.
2.2.2 Transmutasi dengan detron yang dipercepat.
13A27 + 1H2 → 12Mg25 + 2He4
2.2.3 Transmutasi dengan netron.
Netron merupakan partikel netral, sangat baik untuk mengadakan transmutasi, sebab
hanya mengalami gaya tolak yang kecil ketika menghampiri inti.
7N14 + 0n1 → 5B11 + 2He4
Netron yang dipakai untuk transmutasi diprodusir dalam reaktor atom.
Dengan netron tersebut dapat diperoleh berbagai macam radio isotop.
11 Na23 + 0n1 → 11Na24
Natrium yang diperoleh adalah isotop radioaktif.
Dengan memancarkan sinar b, isotop natrium berubah menjadi magnesium yang stabil.

2.3 Radioaktif Terinduksi

2.4 Daya Tembus


Daya tembus sinar α < sinar ß < sinar gamma hal
ini dikarenakan oleh muatan yang dimiliki oleh masing-masing sinar tersebut. Sinar
α memiliki muatan positif, sinar ß memiliki muatan negatif dan sinar gamma tidak
bermuatan
Daya tembus sinar α < sinar ß < sinar gamma hal ini dikarenakan oleh muatan yang
dimiliki oleh masing-masing sinar tersebut. Sinar α memiliki muatan positif, sinar ß memiliki
muatan negatif dan sinar gamma tidak bermuatan.
Suatu benda terdiri atas beberapa atom, dimana atom-atom tersebut dapat dipecah lagi
menjadi sub atom yang terdiri dari proton, neutron dan elektron. Proton yang bermuatan
positif dan neutron yang tak bermuatan terletak pada inti atom, sedangkan elektron yang
bermuatan negatif tersebar pada kulit-kulit atom tersebut.
Sinar α memiliki daya tembus paling kecil dibandingkan sinar yang lain karena sinar
alfa yang bermuatan positif saat menabrak suatu atom maka sub atom yang pertama kali
ditabrak adalah elektron, karena muatannya berlawanan maka hampir seluruh energi sinar
alfa tersebut terserap oleh materi yang ditabraknya, sehingga sinar alfa tidak dapat menembus
partikel lain yang berada di depannya. Sedangkan sinar beta yang bermuatan negatif memiliki
daya tembus lebih jauh dibandingkan sinar alfa karena sinar beta saat menabrak suatu
partikel, maka secara otomatis yang ditabrak adalah elektron. Hal ini dikarenakan elektron
berada pada kulit paling luar suatu atom. Sinar beta dengan elektron yang sama-sama
bermuatan negatif, maka akan terjadi gaya tolak-menolak, sehingga saat menabrak atom-
atom penyusun partikel atau materi tersebut sinar beta dipantulkan oleh elektron yang berapa
pada kulit atom,yang kemudian menyebabkan arah sinarnya berbentuk zig-zag. Sehingga
daya tembusnya semakin besar dibandingkan dengan sinar alfa. Akan tetapi gaya tolak
tersbut juga menyababkan sinar beta melepaskan sebagian energinya, sehingga daya tembus
sinar beta tidak lebih jauh dari sinar gamma.
Sinar gamma memiliki daya tembus paling besar, menurut saya hal ini dikarenakan
tidak memiliki muatan, sehingga saat menabrak materi atau partikel tidak akan diserap
ataupun dipantulkan oleh elektron yang berada di kulit atom penyusun materi tersebut.
Sehingga gamma memiliki arah sinar lurus, dan dapat menembus materi yang lebih tebal
dibandingkan sinar alfa dan beta.
2.5 Penggunaan Radioisotop
2.5.1 Penggunaan Radioaktif Sebagai Perunut (Scanner)

Salah satu kegunaan radioisotop yaitu sebagai perunut atau pendeteksi, karena
perpindahannya dapat diiukuti berdasarkan sinar radiasi yang dipancarkan. Berikut ini
beberapa bidang yang menggunakan unsur radioaktif sebagai perunut :

1. Bidang Kimia

Dalam bidang kimia, radioaktif digunakan pada penentuan gugus –OH yang membentuk air
pada reaksi esterifikasi. Gugus –OH pada gugus karboksilat akan berikatan dengan atom H
pada alkohol yang diketahui dengan bantuan radioisotop O-18 sebagai zat perunut.
Radioisotop I-131, digunakan sebagai perunut dalam reaksi kesetimbangan kimia dinamis.
Selain itu, radioaktif digunakan sebagai perunut untuk mempelajari mekanisme fotosintesis.
Dalam proses fotosintesis, tanaman menggunakan klorofil dalam daun untuk menyerap energi
matahari yang digunakan untuk mengubah karbon dioksoda (CO 2) dan air (H2O) menjadi
karbohidrat (C6H12O6). Proses perubahan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan
radioisotop C-14 yang terdapat pada CO2 dan radioisotop O-18 pada H2O sebagai perunut.

2. Bidang Kedokteran
Apabila seseorang yang menderita penyakit dalam atau memiliki kelainan di dalam
tubuhnya, tetapi belum diketahui jenis dan letak penyakitnya, maka digunakanlah radioisotop
(unsur radioaktif) sebagai pendiagnosa. Diagnosis dilakukan dengan cara menyuntikkan
radioisotop kedalam tubuh ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah vena, sehingga
radioisotop akan mengalir bersama darah dan berkumpul pada bagian tubuh pasien yang
sakit. Dengan menggunakan alat detektor, maka bagian yang sakit pada tubuh dapat
ditemukan.
Radioisotop (unsur radioaktif) yang dapat digunakan sebagai perunut diagnosis antara lain :

Radioisotop Fungsi
Na-23 Mendeteksi penyakit penyumbatan darah
pada pembuluh darah
P-32 Mendeteksi letak tumor otak
I-131 Mengetahui penyakit hipertiroidi
Ca-47 Menentukan penyakit pada tulang dan darah
Fe-59 Mengetahui peredaran besi dalam darah
Tc-99 Melihat rangka internal organ tubuh
H-3 Menghitung volume cairan dalam tubuh
Tl-201 Mendeteksi penyakit jantung dan pembuluh
darah
Xe-133 Mendeteksi penyakit paru-paru
Sr-85 Mendeteksi penyakit pada tulang
Sr-75 Mendeteksi penyakit pada pankreas

3. Bidang Hidrologi
Hidrologi merupakan (Wiyono : 2007) ilmu yang mempelajari tentang air bawah
tanah, keterdapatannya, peredaran dan sebarannya (termasuk hubungannya dengan makhluk
hidup). Kegunaan radioisotop dalam bidang hidrologi adalah mengukur kecepatan aliran air
sungai, air tanah, dan minyak bumi dalam pipa serta mendeteksi kebocoran pipa dalam tanah.
Teknik pemanfaatan dalam hidrologi memanfaatkan kelarutan zat radio aktif pada air atau
minyak bumi.
Untuk mengukur kecepatan aliran air sungai, ditaburkan senyawa bertanda (senyawa
yang mengandung radioisotop) yang larut dalam air, misalnya, NaCl dengan isotop Na-24 di
bagian hulu sungai. Di arah hilir sungai, dipasang detektor yang akan menunjukkan kapan
radioisotop mencapai tempat itu. Dengan demikian, waktu yang diperlukan air untuk
menempuh jarak itu dapat diukur. Teknik ini juga dapat dilakukan untuk mengukur kecepatan
air tanahm dan minyak bumi dalam pipa.
Untuk menyelidiki kebocoran pipa air dibawah tanah, dimasukkan sedikit radioisotop
natrium dalam bentuk natrium karbonat yang larut dalam air ke dalam aliran air dalam pipa.
Setelah itu, dengan sebuah detektor intensitas radiasi diatas tanah yang melalui pipa tersebut
diperiksa. Jika ditemukan tempat yang memiliki intensitas radiasi lebih daripada normal,
dapat dicurigai di tempat itu ada kebocoran. Tanpa radioisotop, pekerjaan ini hanya dapat
dilakukan dengan menggali semua tanah di atas pipa.
4. Bidang Pertanian
Kadar dan kuantitas penyerapan besi oleh tumbuhan dapat diketahui dengan
mencampurkan fosforus yang bersifat radioaktif dalam besi, setelah beberapa waktu,
tumbuhan diuji dengen detektor Geiger-Muller. Selain itu, senyawa radioaktif P-32 juga
dapat digunakan untuk menyelidiki penempatan pupuk yang baik, apakah di permukaan atau
di dalam tanah, dan umur tanaman pada saat pemupukkan yang tepat, serta jarak
pemupukkannya dari tanaman. Untuk menyelidiki efektivitas pemupukan pada tanaman,
dapat digunakan unsur radioaktif N-15.
Untuk menentukan pemakaian jumlah pupuk optimum. Berapa jumlah senyawa fosfat
yang harus ditambahkan kedalam tanah dan jumlah senyawa fosfat yang digunakan tanaman.
Dengan menambahkan ammonium fosfat berlabel P-32 yang memiliki aktivitas tertentu,
selanjutnya dilakukan pengukuran aktivitasnya pada akar, daun, batang atau bagian tanaman
lainnya. Total fosfor yang dibutuhkan tanaman ditentukan melalui analisis kimia dan
penambahan pupuk ditentukan oleh keraktifan yang terukur. Selisih kedua pengukuran itu,
merupakan fosfor yasng terdapat dalam tanah. Berdasarkan dari hasil penelitian (Sunarya :
2012) terbukti bahwa hasil panen jauh lebih melimpah apabila penambahan pupuk fosfat
dilakukan pada saat benih disemai atau pada saat 60% pertumbuhan akar
5. Bidang Industri
Dalam industri, pemakaian perunut (pendeteksi) juga banyak digunakan. Jalannya
suatu katalis (zat yang mempercepat laju pembentukan produk) di pabrik kimia dapat dapat
diikuti dengan menggabungkan perunut radioaktif pada katalis, sebaga contoh Ir-192 pada
katalis Pt-Ir. Dengan mengikuti kereaktifan Ir-192 kita dapat menentukan kecepatan
pengangkutan katalis tersebut dan ke arah mana dari pabrik.
Selain itu, radioaktif dapat digunakan untuk menguji kualitas barang, yaitu apakah
barang baik ataukah berlubang-lubang. Contohnya, beton dan lembaran besi. Jika pada salah
satu sisi lembaran diletakkan zat radioaktif dan pada sisi yang lain dipasang alat pelacak
(detektor) dan lembaran itu bergerak perlahan-lahan. Bila intensitas sinar tidak sama, berarti
kualitas lembaran tersebut tidak baik atau berlubang-lubang.
2.5.2 Penggunaan Radioaktif Sebagai Sumber Radiasi
Radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop pada umumnya memiliki daya tembus
lebih besar dari pada daya tembus cahaya tampak. Daya tembus cahaya bergantung pada tiga
faktor yaitu sejenis radiasi, energi radiasi dan bahan yang dilalui oleh radiasi. Radiasi
radioisotop dapat menimbulkan pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh negatif
yaitu terhambatnya pertumbuhan tanaman. Adapun pengaruh positif dari radiasi yaitu
perubahan energi radiasi menjadi energi listrik yang dimanfaatkan untuk PLTN (Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir). Berikut ini adalah beberapa penggunaan radioisotop sebagai sumber
radiasi :
1. Bidang kedokteran
Salah satu penggunaan radioaktif sebagai sumber radiasi dalam bidang kedokteran
adalah sterilisasi radiasi. Radiasi menggunakan unur Co-60 dan Cs-137 dalam dosis tertentu
dapat mematikan mikroorganisme, sehingga dapat digunakan untuk sterilisasi alat-alat
kedokteran. Sterilisasi dengan cara radiasi mempunyai beberapa keunggulan jika
dibandingkan dengan sterilisasi konvensional (menggunakan bahan kimia), yaitu :
a. Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme.
b. Sterilisasi radiasi tidak menimbulkan residu (endapan atau ampas) bahan kimia.
c. Karena dikemas dahulu baru disterilkan, maka alat tersebut tidak mungkin akan
tercemar bakteri lagi sampai kemasan dibuka. Berbeda dengan cara konvensional,
yaitu disterilkan dahulu baru dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada
kemungkinan terkena bibit penyakit.
Selain itu, berbagai jenis tumor atau kanker dapat pula diterapi menggunakan radiasi.
Sebenarnya, baik sel normal maupun sel kanker, dapat dirusak oleh radiasi, tetapi sel kanker
atau tumor ternyata lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor
dapat dimatikan dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.
Radioisotop yang digunakan untuk terapi kanker adalah Co-60, suatu pemancar gama. Dan
dengan sinar beta dari P-32 telah digunakan untuk menyembuhkan penyakit polycythemia
(penyakit akibat berlebhnya jumlah sel darah merah).
2. Bidang Pertanian
Dalam bidang pertanian radiasi radioaktif dapat digunakan untuk pemberantasan
hama, pemuliaan tanaman dan penyimpanan makanan. Radiasi dapat mengakibatkan efek
biologis, misalnya kemandulan pada serangga jantan. Sifat ini digunakan untuk memberantas
hama. Di laboratorium (Purba : 2006), dibiakkan hama dalam jumlah banyak, lalu diradiasi,
sehingga yang jantan menjadi mandul. Setelah itu hama dilepas di daerah yang terserang
hama. Diharapkan terjadi perkawinan antara hama setempat dengan hama mandul yang
dilepas. Telur dari hasil perkawinan tersebut tidak akan menetas. Demikian populasi hama
akan berkurang. Kendala dari teknik ini adalah serangga (hama) yang dilepaskan harus cukup
banyak, sehingga lebih banyak perkawinan antara hama betina dan hama jantan yang sudah
dimandulkan. Oleh karena perkawinan dengan jantan setempat (yang tidak diradiasi) juga
tetap ada, maka hama tidak habis tetapi hanya jumlahnya saja yang berkurang.
Pemuliaan tanaman atau pembentukkan bibit unggul dapat dilakukan dengan
menggunakan radiasi. Misalnya pemuliaan padi (Purba : 2006) , bibit pada padi diberi dosisi
yang bervariasi, dari dosis kecil yang tidak membawa pengaruh, hingga dosis tersebasar yang
mematikan (biji tidak tumbuh). Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan
ditanam berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya. Selanjutnya akan dipilih varietas
yang dikehendaki, misalnya yang tanah hama, berbulir banyak dan berumur pendek.
Kita mengetahui bahwa bahan makanan seperti kentang dan bawang jik simpan lama
akan bertunas. Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan seperti itu. Jadi,
sebelum bahan tersebut disimpan diberi radiasi dengan dosis tertentu, sehingga tidak akan
bertunas, dengan demikian dapat disimpan lebih lama. Radiasiunur Cs-137 dan Co-60juga
digunakan untuk mensterilkan bahan makanan untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau
jamur. Selain itu Co-60 dan Cs-137 dapat digunakan untuk merusak enzim yang membuat
kentang berwarna coklat ketika diolah.
3. Bidang Industri
Salah satu kegunaan zat radioaktif sebagai sumber radiasi dalam bidang industri
adalah mengontrol ketebalan bahan. Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas,
film atau lepengan logm (seperti aluminium foil) dapat dikontrol menggunakan radiasi.
Prinsipnya adalah intensitas radiasi yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang
dilalui. Detektor radiasi dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal,
maka intensitas radiasi yang diterima detektor akan berkurang dan mekanisma alat akan
mengatur penekanan lebih kuat, sehingga ketebalan dapat dipertahankan. Sedangkan dalam
sector radiografi, pada pemotretan bagian dalam suatu benda, digunakan radiasi yang
memiliki daya tembus besar seperti sinar X dan sinar gama. Untuk bahan yang lebih tebal,
misalnya baja dengan ketebalan 4 cm digunakan radioisotop Co-60, sedangkan untuk bahan
dengan ketebalan 1 cm digunakan radioisotop Ir-92.
Selain itu, zat radioaktif sebagai sumber radiasi dalam bidang industri berguna dalam
pengawetan makanan. Sebenarnya radiasi telah banyak digunakan untuk mengawetkan
bahan seperti kayu, barang-barang seni dan makanan. Radiasi juga dapat meningkatkan mutu
tekstil karena mengubah stuktur serat, sehingga lebih kuat atau lebih baik mutu penyerapan
warnanya. Berbagai jenis makanan juga dapat diawetkan dengan dosis yang aman, sehingga
dapat disimpan lebih lama.

4. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir


PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) menggunakan prinsip reaksi nuklir. Suatu
reaksi nuklir dapat menghasilkan energi yang sangat besar, energi ini dimanfaatkan untuk
memanaskan air sehingga membentuk uap. Uap yang terbentuk dapat digunakan untuk
menggerakkan turbin yang akan memberikan kemampuan pada generator untuk mengubah
energi mekanik menjadi energi listrik.
Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang menakjubkan di bidang ilmu dan
teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan. Terobosan
penting dalam bidang ilmu dan teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat berharga
dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit termasuk penyakit-penyakit yang menjadi lebih
penting secara epidemologis sebagai konsekuensi logis dari pembangunan di segala bidang
yang telah meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada tahun 1901 oleh
Henri DANLOS yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tubercolusis pada
kulit. Namun yang dianggap Bapak Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C. de HEVESSY,
dialah yang meletakkan dasar prinsip perunut dengan menggunakan radioisotop alam Pb-212.
Dengan ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop alam tidak lagi digunakan.
Radioisotop buatan yang banyak dipakai pada masa awal perkembangan kedokteran
nuklir adalah I-131. Akan tetapi pemakaiannya kini telah terdesak oleh Tc-99m selain karena
sifatnya yang ideal dari segi proteksi radiasi dan pembentukan citra juga dapat diperoleh
dengan mudah serta relatif murah harganya. Namun demikian I-131 masih sangat diperlukan
untuk diagnostik dan terapi, khususnya kanker kelenjar tiroid.
Perkembangan ilmu kedokteran nuklir yang sangat pesat tersebut dimungkinkan
berkat dukungan dari perkembangan teknologi instrumentasi untuk pembuatan citra terutama
dengan digunakannya komputer untuk pengolahan data sehingga sistem instrumentasi yang
dahulu hanya menggunakan detektor radiasi biasa dengan sistem elektronik yang sederhana,
kini telah berkembang menjadi peralatan canggih kamera gamma dan kamera positron yang
dapat menampilkan citra alat tubuh, baik dua dimensi maupun tiga dimensi serta statik
maupun dinamik.
Dewasa ini, aplikasi teknik nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan
sumbangan yang sangat berharga dalam menegakkan diagnosis maupun terapi berbagai jenis
penyakit. Berbagai disiplin ilmu kedokteran seperti ilmu penyakit dalam, ilmu penyakit
syaraf, ilmu penyakit jantung, dan sebagainya telah mengambil manfaat dari teknik nuklir ini.
2.6 Pengobatan Nuklir
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber
radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari
perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada kedokteran Nuklir, radioisotop dapat
dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan
bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine da sebagainya, yang diambil dari
tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).
Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien
melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang
dapat diperoleh dari pasien dapat berupa:

1. Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapat diperoleh
dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron
(teknik imaging)
2. Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan
angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau
bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera
gamma atau kamera positron.

3. Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine dsb)
yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan
pada detektor radiasi (teknik non-imaging).

Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging


memberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada
kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan pencitraan dalam radiologi.
Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis
misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengan suatu
zat yang telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan
detektor radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini
biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu dalam darah
pasien seperti insulin, tiroksin dll.
Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis
berbagai penyakitseperti penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan
fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada
tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya,
serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi
nuklir yang pada saat ini berkembang pesat.
Disamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan
dalam terapi-terapi penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar
gondok yang membandel terhadap pemberian obat-obatan non radiasi, keganasan sel darah
merah, inflamasi (peradangan)sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi
obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang
sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar
terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-
sel yang menyusun jaringan kanker itu.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960an, yaitu
setelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di Bandung. Beberapa
tenaga ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit
kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung. Unit ini
merupakan cikal bakal Unit Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran. Menyusul kemudian unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP,
RS Gatot Subroto) dan di Surabaya (RS Sutomo). Pada tahun 1980-an didirikan unit-unit
kedokteran nuklir berikutnya di RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi (Semarang), RS Jantung
harapan Kita (Jakarta) dan RS Fatmawati (Jakarta). Dewasa ini di Indonesia terdapat 15
rumah sakit yang melakukan pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera
gamma, di samping masih terdapat 2 buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat
penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama Renograf
Siapa sangka karya Röntgen yang mengantarkan dirinya mendapatkan hadiah
nobel fisika pada 1901 ini akan menjadi sebuah alat yang sangat berguna sekali dalam
kedokteran. Sinar-X itulah sebuah fenomena yang ditemukan oleh Roentgen pada
laboratoriumnya. Sebuah fenomena yang kemudian menjadi awal pencitraan medis (medical
imaging) pertama, tangan kiri istrinya menjadi uji coba eksperimen penemuan ini. Inilah
menjadi titik awal penggunaan pencitraan medis untuk mengetahui struktur jaringan manusia
tanpa melalui pembedahan terlebih dahulu. Penemuan ini juga menjadi titik awal
perkembangan fisika medis di dunia, yang menkonsentrasikan aplikasi ilmu fisika dalam
bidang kedokteran.
Eksperimen Röntgen terhadap tangan istrinya, menjadi inspirasi produksi alat
yang dapat membantu dokter dalam diagnosa terhadap pasien, dengan mengetahui citra tubuh
manusia. Citra atau gambar yang dihasilkan dari sinar-X ini sifatnya adalah membuat gambar
2 dimensi dari organ tubuh yang dicitrakan dengan memanfatkan konsep atenuasi berkas
radiasi pada saat berinterakasi dengan materi. Gambar atau citra objek yang diinginkan
kemudian direkam dalam media yang kemudian dikenal sebagai film. Dari Gambar yang
diproduksi di film inilah informasi medis dapat digali sesuai dengan kebutuhan klinis yang
akan dianalisis.
Setelah puluhan tahun sinar-X ini mendominasi dunia kedokteran, terdapat
kelemahan yaitu objek organ tubuh kita 3 dimensi dipetakan dalam gambar 2 dimensi.
Sehingga akan terjadi saling tumpah tindih stukur yang dipetakan, secara klinis informasi
yang direkam di film dapat terdistorsi. Inilah tantangan berikutnya bagi fisikawan untuk
berkreasi. Tahun 1971, seorang fisikwan bernama Hounsfield memperkenalkan sebuah hasil
invensinya yang dikenal dengan Computerized Tomography atau yang lazim dikenal dengan
nama CT Scan. Invensi Hounsfield ini menjawab tantangan kelemahan citra sinar-X
konvensional yaitu CT dapat dapat mencitrakan objek dalam 3 Dimensi yang tersusun atas
irisan-irisan gambar (tomography) yang dihasilkan dari perhitungan algoritma(bahasa
program) komputer. Karya Hounsfield ini menjadi revolusi besar-besaraan dalam dunia
pencitraan medis atau kedokteran yang merupakan rangkaian yang berkaitan. Citra/gambar
hasil CT dapat menujukan struktur tubuh kita secara 3 dimensi, sehingga secara medis dapat
dijadikan sebagai sebuah alat bantu untuk penegakkan diagnosa yang dibutuhkan. Untuk
mengabadikan penemunya dalam CT terdapat bilangan CT atau Hounsfield Unit (HU),
namun penemuan ini juga meruapakan jasa Radon dan Cormack.
Tahun 1990an, lahir kembali sebuah perangkat yang dikenal dengan nama
Magnetic Resonance Imaging. Perangkat ini invensi yang tidak kalah hebatnya dengan CT,
karena menggunakan sistem fisika yang berbeda. MRI istilah kerennya menggunakan
pemanfaatan aktivitas fisis spin tubuh manusia pada saat berada dalam medan magnet yang
kuat dan kemudian dengan sistem gangguan gelombang radio yang sama dengan frekuensi
Larmor, menghasilkan sebuah sinyal listrik. Sinyal inilah yang dikenal dengan Free
Induction Decay yang kemudian dievaluasi dengan Transformasi Fourier menjadi citra 3
Dimensi. Invensi ini juga sangat fenomenal, karena terobosan baru yang tidak menggunakan
radiasi pengion seperti CT dan sinar Roentgen untuk dapat menghasilkan sebuah citra dengan
resolusi yang yang sangat baik dalam mencitrakan stuktur tubuh manusia khususnya organ
kepala. Inventor MRI mendapat ganjaran hadiah nobel bidang fisologi dan kedokteran tahun
2003.
Inilah sekelumit peranan fisika yang yang sangat revlusioner mengubah dunia
kedokteran menjadi modern. Tanpa lahirnya sinar-X, CT, dan MR bagaimana kita dapat
mengetahui posisi kelainan yang ada ditubuh kita bagian dalam atau kanker? Dengan karya
fisikawan, insiyur, ahli komputer munculah sebuah teknologi yang digunakan untuk
penegakkan diagnosa. Banyak teknologi lain yang dikembangkan oleh para fisikawan dan
ilmuwan lain untuk kedokteran seperti halnya ultrasonografi, linear accelerator untuk
radioterapi, dan juga CT dan USG 4 Dimensi.
2.7 Penentuan Umur Dengan Radioisotop

2.8 Efek Radiasi


Pencemaran zat radioaktif, pencemaran zat radioaktif adalah suatu pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor
atom serta bom atom. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang
telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang
tidak dapat digunakan lagi. yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir
adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di
sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga berbahaya. Zat radioaktif
pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR penyebab kanker tulang dan 131J.
Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya
akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang
merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan atau binatang.
Atau antara lain:
 Radiasi zat radioaktif dapat memperpendek umur manusia. Hal ini karena zat
radioaktif dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh dan menurunkan kekebalan
tubuh.
 Radiasi zat radioaktif terhadap kelenjar-kelenjar kelamin dapat mengakibatkan
kemandulan dan mutasi genetik pada keturunannya.
 Radiasi zat radioaktif dapat mengakibatkan terjadinya pembelahan sel darah putih,
sehingga mengakibatkan penyakit leukimia.
 Radiasi zat radioaktif dapat menyebabkan kerusakan somatis berbentuk lokal dengan
tanda kerusakan kulit, kerusakan sel pembentuk sel darah, dan kerusakan sistem saraf.
Efek serta akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia
seperti berikut di bawah ini:
 Pusing-pusing
 Nafsu makan berkurang atau hilang
 Terjadi diare
 Badan panas atau demam
 Berat badan turun
 Kanker darah atau leukemia
 Meningkatnya denyut jantung atau nadi
 Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah
putih yang jumlahnya berkurang.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Daftar Pustaka
Akhadi,M., (1997). Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: penerbit Rineka
Sutresna, N., (2008). Cerdas Belajar Kimia Untuk Kelas XII. Bandung : Grafindo Media
Pratama.
2011. http://www.warintek.ristek.go.id/nuklir/radioisotop.pdf

Anda mungkin juga menyukai