Anda di halaman 1dari 45

Bab 3.

Mekanika Batuan

3.1. Klasifikasi Serta Sifat Fisik Dan Sifat Mekanik Batuan


3.1.1. Klasifikasi Batuan
Berdasarkan cara terjadinya batuan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu :
a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf
Batuan beku adalah batuan yang terjadi akibat pembekuan magma
(penurunan tekanan dan temperatur). Dikenal ada 2 macam batuan beku,
yaitu batuan beku dalam (membeku di bawah permukaan bumi), dan batuan
beku luar (membeku di permukaan). Pada umumnya batuan beku masif,
kompak dan keras.
Batuan sedimen adalah batuan hasil proses penghancuran batuan lain
(pelapukan, abrasi, aktivitas organik) yang ditransportasikan pada suatu
cekungan pengendapan. Setelah mengendap (tersedimentasi) batuan
tersebut mengalami kompresi. Pada umumnya batuan sedimen berlapis dan
mempunyai porositas.
Batuan metamorf adalah batuan yang terjadi dari batuan beku atau
batuan sedimen yang mengalami perubahan tekanan dan temperatur,
sehingga mengalami perubahan tekstur, struktur dan mineraloginya. Batuan
metamorf pada umumnya lebih keras dan kompak, jika dibandingkan dengan
batuan sedimen.
Karena penelitian dari mekanika batuan lebih ditekankan pada perilaku
batuan dibandingkan dengan cara terjadinya, maka pengklasifikasian lebih
lanjut dapat dibagi menjadi Kelas dan Sub-Kelas, yaitu : Crystalline texture,
Clastic texture, Very Fine Grained Rocks, dan Organic Rocks. Klasifikasi
Kelas dan Sub-Kelas tersebut dapat dilihat pada (Tabel 3.1).
13)
Tabel 3.1. Klasifikasi batuan menurut kelas dan sub-kelas
I.Crystalline Texture
Examples
A. Soluble carbonates and salts Limestone, dolomite, marble,
rock salt, trona, gypsum
B. Mica or other planar minerals with Mica schist, chlorite schist,
out continuous mica sheets graphite schist
C. Banded silicate minerals with out Gneiss
continuous mica sheets
D. Randomly oriented and distributed Granite, diorite, gabbro, syenite
silicate minerals of uniform grain
size
E. Randomly oriented and distributed Basalt, rhyolite, other volcanic
silicate minerals in a back ground rocks
of very fine grain and with vugs

Mekanika Batuan 1
F. Highly sheared rocks Serpentinite, mylonite
II. Clastic Texture
Examples
A. Stably cemented Silica-cemented sandstone and
limonite sandstones
B. With slightly soluble cement Calcite-cemented sandstone
and conglomerate
C. With highly solube cement Gypsum-cemented sandstones
and conglomerates
D. Incompletely or weakly cemented Friable sandstones, tuff
E. Uncemented Clay-bound sandstones
III. Very Fine-Grained Rocks
Examples
A. Isotropic, hard rocks Hornfels, some basalts
B. Anisotropic on a macro scale but Cemented shales, flagstones
microscopically isotropic hard
rocks
C. Microscopically anisotropic hard Slate, phillite
rocks
D. Soft, soil-like rocks Compaction shale, chalk, marl
3.1.2. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam
mekanika batuan, dan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Sifat fisik batuan, seperti : densitas, porositas, saturasi, permeabilitas,
konduktivitas, absorbsi, void ratio, kecepatan rambat gelombang suara,
dsb.
2. Sifat mekanik batuan, seperti: kuat tekan, kuat tarik, modulus
elastisitas, dan Poisson's ratio.
3.1.2.1. Sifat Fisik Batuan
a. Densitas Batuan
Densitas batuan atau satuan berat batuan adalah specific weight
yang dinyatakan dalam pound per cubic feet (pcf) atau kiloNewton
per cubic meter. Specific gravity suatu padatan (G) adalah
perbandingan densitas padatan dengan densitas air, yang
diperkirakan mendekati 1 gram-force/cm3 (9.8 kN/m3 atau 0.01
MN/m3).Densitas dibedakan menjadi 2, yaitu : natural density (bobot
isi asli) dan dry density (bobot isi kering), yang masing-masing
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Wn
Bobot isi asli (Natural Density) =  nat  ...............................(3-1)
Ww  Ws
Wo
Bobot isi kering (Dry density) =  dry  .................................(3-2)
W w  Ws
Ws
Bobot isi jenuh (saturated density ) =  sat  ........................(3-3)
Ww  Ws

2 Mekanika Batuan
dimana ;
Wn = Berat contoh asli (natural)
Wo = Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam
oven selama 24 jam dengan temperature
kurang lebih 90oC)
Ww = Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan
air selama 24 jam)
Ws = Berat contoh jenuh dalam air
Densitas kering dari berbagai jenis batuan dapat dilihat pada (Tabel
3.2).
13)
Tabel 3.2. Densitas dari beberapa jenis batuan dalam kondisi kering
Rock Dry Dry Dry
(g/cm2) (kN/m3) (lb/ft3)
Nepheline syenite 2.7 26.5 169
Syenite 2.6 25.5 162
Granite 2.65 26.0 165
Diorite 2.85 27.9 178
Gabbro 3.0 29.4 187
Gypsum 2.3 22.5 144
Rock salt 2.1 20.6 131
Coal 0.7 – 2.0
(density varies with the ash content)
Oil shale 1.6 – 2.7
(density varies with the kerogen content, and therefore with the oil yield
in gallons per ton)
30 ggal/ton rock 2.13 21.0 133
Dense limestone 2.7 20.9 168
Marble 2.75 27.0 172
Shale, Oklahoma b
1000 ft depth 2.25 22.1 140
3000 ft depth 2.52 24.7 157
5000 ft depth 2.62 25.7 163
Quarts, mica 2.82 27.6 176
schist
Amphibolite 2.99 29.3 187
Rhyolite 2.37 23.2 148
Basalt 2.77 27.1 173
a. Data from Clark (1966), Davis and De Weist (1966), and other
sources
b. This is the Pennsylvanian age shale

b. Saturasi
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori batuan yang ditempati oleh fluida tertentu dengan
volume pori total batuan tersebut.
Kadar air asli (natural water content)

Mekanika Batuan 3
Wn  Wo
=  100% ............................................................................... (3-4)
Wo
Saturated water content (absorbsion)
W w  Wo
=  100% .............................................................................(3-5)
Wo
c. Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori
batuan terhadap volume batuan, dan dapat dinyatakan dengan
persamaan :
Wn  Wo
Porositas =  100% ................................................................(3-6)
Ww  W s
d. Void Ratio

Diberi simbol (e) = ....................................................................(3-7)
1 
dimana ;
 = porositas batuan
e. Cepat Rambat Gelombang Suara
Secara teoritis kecepatan gelombang yang ditransmisikan dalam
batuan tergantung atas sifat elastisitas dan densitasnya. Cepat
rambat gelombang suara dibedakan 2, yaitu : cepat rambat
gelombang suara primer dan cepat rambat gelombang suara
sekunder.
1. Cepat rambat gelombang primer (Vp)
L
Vp  m / sec .....................................................................................(3-8)
tp
dimana;
L = Panjang sampel batuan, m.
tp = Waktu yang diperlukan gelombang primer merambat
sepanjang sampel, second.
2. Cepat rambat gelombang sekunder (Vs)
L
Vs  m / sec ......................................................................................(3-9)
ts
dimana;
ts = waktu yang diperlukan gelombang sekunder
merambat sepanjang sampel (detik).
3.1.2.2. Sifat Mekanik Batuan
Sifat mekanik batuan dapat ditentukan dari kurva tegangan-tegangan.
Kurva tersebut diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan di laboratorium dan
hasil yang diperoleh berupa sifat mekanik batuan diantaranya adalah : kuat
tekan (C), batas elastisitas (E), Modulus Young (E) dan Poisson's ratio (v)
pada tegangan (1).
Secara umum Modulus Young dapat ditentukan dengan persamaan :

4 Mekanika Batuan

E ...............................................................................................(3-10)
 a
dimana ;
 = Tegangan
 a = Regangan Axial
Sedangkan harga Poissons ratio, dapat dihitung dengan persamaan :
 lateral
v ............................................................................................(3-11)
 axial
Modulus Young (E) dan Poisson's ratio (v) juga dapat ditentukan
secara tidak langsung (dinamis) dengan ultrasonic velocity test, yaitu
mengukur cepat rambat gelombang “ultrasonic” pada sampel batuan. Dari
hasil pengujian diperoleh nilai-nilai cepat rambat gelombang primer dan
cepat rambat gelombang sekunder. Dari kedua nilai cepat rambat gelombang
tersebut maka dapat dihitung Modulus Young dan Poisson's dari batuan yang
diuji.
3.2. Strength Batuan Dan Kriteria Penghancuran
Dalam mekanika batuan perlu diketahui bagaimana kriteria
penghancuran dari batuan akibat adanya tegangan (stress) dan regangan
(strain). Tegangan dan regangan ini terjadi jika ada suatu gaya yang
dikenakan pada batuan tersebut.
Dalam bab ini akan dibahas tentang model penghancuran batuan,
analisa tegangan dan regangan di laboratorium, serta kriteria penghancuran
batuan dari hukum Mohr-Coulomb.
3.2.1. Model Penghancuran Batuan
Adanya variasi beban yang diberikan pada suatu batuan akan
mengakibatkan penghancuran batuan, jika beban (gaya) yang diberikan
melebihi kekuatan batuan. Ada 4 jenis kerusakan batuan yang umum, yaitu
flexure failure, shear failure, crushing & tensile failure, dan direct tension
failure.
a. Flexure failure terjadi karena adanya beban pada potongan batuan
akibat gaya berat yang ditanggungnya, karena adanya ruang pori
formasi dibawahnya. Tahap awal terjadi pelengkungan kemudian
timbul retakan pada daerah yang menanggung gaya tersebut.
b. Shear failure, kerusakan terjadi akibat geseran pada suatu bidang
perlapisan karena adanya suatu ruang pori pada formasi
dibawahnya. Untuk lebih jelasnya keempat model penghancuran
(failure) batuan dapat dilihat pada (Gambar 3.1).
c. Crushing atau Compressive FailureKerusakan pada batuan terjadi
akibat gerusan suatu benda atau tekanan, sehingga membentuk
suatu bidang retakan.
d. Direct Tension, kerusakan terjadi searah dengan bidang geser dari
suatu perlapisan.

Mekanika Batuan 5
Gambar 3.1. Beberapa Contoh Yang Berperan di Dalam Kerusakan
Batuan
a. Flexure, b. Shear, c. Crushing and Tensile Cracking, d dan e Direct
Tension 13)
3.2.2. Pengujian Strain dan Stress Batuan
Pengujian di laboratorium untuk sifat mekanik batuan, dapat dilakukan
dengan beberapa metoda, yaitu : pengujian kuat (unconfirmed compressive
strength test), pengujian kuat tarik (indirect tensile strength test), point load
test (test Franklin), pengujian triaxial, pengujian geser langsung (Punch shear
stress), direct box shear test, ultrasonic velocity test. Dalam hal ini hanya
akan dijelaskan tentang pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik dan
pengujian triaxial.
3.2.2.1. Pengujian Kuat Tekan
Pengujian ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk
menekan contoh batuan yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu
arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam contoh batuan secara teoritis
adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada batuan tersebut karena
ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel
batuan, sehingga bentuk pecahan tidak berbentuk bidang pecah yang searah
dengan gaya melainkan berbentuk cone (Gambar 3.2).

6 Mekanika Batuan
Gambar 3.2. Penyebaran Tegangan Dalam Sampel Batuan Dan Bentuk
Pecahannya Pada Pengujian Kuat Tekan
Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel batuan yang di
nyatakan dalam l/D akan mempengaruhi harga nilai kuat tekan batuan. Untuk
perban-dingan l/D = 1, maka kondisi tegangan axial saling bertemu sehingga
akan memperbesar nilai kuat tekan batuan (Gambar 3.3). Untuk pengujian
kuat tekan ini umumnya digunakan 2 <l/D<2,5. Semakin besar harga l/D
maka harga kuat tekannya menjadi semakin kecil. Sedangkan regangan
(strain) yang dihasilkan dari pengujian kuat tekan, dapat dilihat pada Gambar
3.4, dan peralatan yang digunakan dalam uji kuat tekan ini diperlihatkan pada
(Gambar 3.5).

Gambar 3.3. Kondisi Tegangan (stress) Dalam Sampel Batuan Untuk l/D
Yang Berbeda

Mekanika Batuan 7
Gambar 3.4. Regangan yang dihasilkan dari kuat tekan batuan

Gambar 3.5. Pengukuran Uji Kuat Tekan Dengan Dial Gauge Dan
Electric Strain Gauge 13)
Dari hasil pengujian kuat tekan pada sampel batuan dapat
digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-strain). Selanjutnya dari
kurva tersebut dapat ditentukan sifat mekanik batuan seperti : kuat tekan ( ),
batas elastisitas (), modulus young (E), dan Poisson's ratio (v). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada (Gambar 3.6).

8 Mekanika Batuan
Gambar 3.6. Kurva Tegangan-regangan Hasil Pengujian Kuat Tekan
Untuk Suatu Jenis Batuan
3.2.2.2. Pengujian kuat tarik (indirect tensile strength test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength)
dari sampel batuan yang berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang
digunakan adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan. Besarnya
harga kuat tarik dapat dihitung dengan persamaan :
P
t  ...........................................................................................(3-12)
RH
dimana;
 t = kuat tarik
P = beban maksimum yang diberikan
R = jari-jari sampel batuan
H = tinggi sampel batuan
Pengujian ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Gambar 3.7).

Gambar 3.7. Pengujian kuat tarik.


3.2.2.3. Pengujian Triaxial
Mekanika Batuan 9
Pengujian ini adalah pengujian yang terpenting dalam mekanika
batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan triaxial.
Sampel batuan yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat
sama seperti uji kuat tekan. Secara skematis pengujian triaxial dapat dilihat
pada (Gambar 3.8).

Gambar 3.8. Skema pengujian triaxial


Dari hasil pengujian triaxial tersebut dapat ditentukan antara lain:
strength envelope (kurva instrinsic), kuat geser (shear strength), sudut geser
dalam (  ), dan kohesi (C). Hasil pengujian triaxial tersebut dapat dilihat
pada (Gambar 3.9).

Gambar 3.9. Lingkaran Mohr dan Kurva Instrinsic dari hasilPengujian


Triaxial 13)
3.2.2.4. Direct box shear strength test

10 Mekanika Batuan
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kuat geser batuan pada
tegangan normal tertentu. Dari hasil pengujian (Gambar 3.10) dapat
ditentukan : garis Coulomb's shear strength, kuat geser (shear strength),
sudut gesekan dalam (  ), dan kohesi (C).

Gambar 3.10. Direct box Shear Strength test dan garis Coulomb's Shear
Strength.
3.2.3. Perilaku Tegangan dan Regangan dalam Tekanan
3.2.3.1. Tegangan (Stress) dan Regangan (Strain)
Jika sebuah batang prisma ditarik dengan gaya yang terbagi rata pada
kedua ujungnya (Gambar 3.11a), maka gaya dalam juga terbagi merata
sepanjang potongan penampang sembarang (m-m). Tegangan (stress) pada
potongan penampang m-m tersebut adalah gaya P dibagi dengan luas
potongan penampang A atau s = P/A (Gambar 3.11b).

Mekanika Batuan 11
Gambar 3.11. Batang Prisma Yang Mengalami Tarikan
Regangan (strain) dari batang prisma tersebut adalah pertambahan
panjang batang prisma (L) dibagi dengan panjang batang mula-mula (L),
atau   L / L (Gambar 3.11a). Tegangan pada potongan penampang
miring dengan luas penampang A' = A/Cos  ada 2 buah, yaitu tegangan
normal (normal stress)  n yang tegak lurus pada bidang potongan, dan
tegangan geser (shear stress)  nt yang sejajar dengan bidang potongan,
sehingga berlaku persamaan :
P P
S  cos    cos  .................................................................(3-13)
A' A
1  cos 2 
 n  S cos    cos 2      ..............................................(3-14)
 2 
1
 nt  S sin    cos  sin    sin 2 ..............................................(3-15)
2
 n maksimum pada  = 0 yang besarnya  n  
1
 nt maksimum pada  = 45o yang besarnya  nt  
2
Tegangan akan tergantung pada titik yang dikenai gaya, orientasi dari
luas permukaan yang dikenai gaya, dan sistem dari gaya-gaya luar yang
dikenakan pada sebuah benda.

12 Mekanika Batuan
Hubungan antara regangan dan Poisson's ratio (n) dapat dinyatakan
dalam persamaan :  lateral     axial , dimana harga  dari batuan
berkisar 0 sampai dengan 0,5 dan pada umumnya diasumsikan berharga
0,25. Jika perubahan volume per unit volume dinyatakan dalam notasi V/V,
maka hubungannya dengan regangan dan Poisson's ratio adalah :
V / V   axial  2 lateral   axial (1  2 ) ..............................................(3-16)
3.2.3.2. Hydrostatic Compression
Penekanan hidrostatik pada batuan sangat berhubungan erat dengan
non-derivative stress (mean) dan umumnya dipengaruhi oleh kemasan dan
porositas bauan. Hubungan antara perubahan volume per unit volume vs
mean stress dengan deriatoric stress constant dapat dilihat pada (Gambar
3.12).

Gambar 3.12. Volumetric Compression Dibawah Pengaruh Mean Stress


13)

3.2.3.3. Deviatoric Compression


Kerusakan batuan akibat deviatoric compression dengan mean stress
yang konstan dapat dilihat pada (Gambar 3.13).

Mekanika Batuan 13
Gambar 3.13. Deformasi Dibawah Pengaruh Kenaikan Deviatoric Stress
Dengan mean Stress Tetap. (a). Axial Dan Lateral Normal Strain Dengan
Kenaikan Deviatoric stress; (b). Volumetric Strain Dengankenaikan Axial
Normal Strain(dilatancy) 13)
3.2.3.4. Axial Normal Strain
Pada saat batuan pecah tidak membentuk garis lurus karena masih
ada daya tarik batuan (ikatan) pada bagian tertentu. Axial normal strain
(regangan normal axial) merupakan gaya balik dari benda tersebut setelah
mendapat gaya.
3.2.3.5. Pengaruh Confining Pressure
Selain tekanan hidrostatik pada batuan juga dipengaruhi oleh tekanan
pembatas (confining pressure) dari batuan. Dalam uji laboratorium dilakukan
dengan triaxial compression, dimana confining pressure ini dinyatakan
sebagai harga yang merupakan tegangan dari samping batuan.
3.2.4. Kriteria Failure dari Mohr-Coulomb
3.2.4.1. Konsep Dasar Failure Mohr-Coulomb
Mohr mengembangkan teorinya untuk menganalisa tegangan yang
terjadi pada pecahan batuan. Pemecahan secara geometri untuk analisa
tegangan-tegangan dengan arah yang berbeda diperoleh dari lingkaran
Mohr, sedangkan Coulomb mengembangkan teorinya dari analisa kuat geser
batuan pada tegangan normal tertentu, sehingga diperoleh garis Coulomb.

14 Mekanika Batuan
Jika  1 merupakan variasi dari puncak tegangan (peak stress) dan
 3 merupakan confining pressure (batas tekanan samping batuan) pada
kriteria kerusakan batuan. Kriteria failure dari Mohr-Coulomb dapat dilihat
pada (Gambar 3.14).

13)
Gambar 3.14. Kriteria Failure Dari Mohr-coulomb Tension Cut-off
Harga shear strength dapat dihitung dengan persamaan :
 p  Si   tan  ...................................................................................(3-17)
Dalam batasan prinsip dasar dari stress pada kondisi beban puncak
Mohr-Coulomb memberikan persamaan :

 1, p  qu   3 tan 2 ( 45  ) ................................................................(3-18)
2
dimana ;
 1, p = Stress utama dalam hubungannya dengan puncak
dari kurva strain-stress
qu = Unconfined compressive strength
Si = Shear strength intercept
 = Sudut yang dibentuk oleh garis Mohr-
Coulomb dengan bidang tekanan
Perubahan persamaan diatas dengan memasukkan hubungan antara
shear strength intercept (Si) dan unconfined compressive strength (qu),
diperoleh persamaan :

q u  2 Si tan(45  ) ...........................................................................(3-19)
2
Pada kenyataannya siklus kritis pembungkus dari Mohr dengan satu
prinsip stress negatif (-To) yang setara dengan s3 pada pengujian uniaxial,
maka garis pembungkus Mohr-Coulomb akan berubah pada titik potong
tension, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.15. Hal ini juga akan memaksa
menurunkan harga tensile strength (To) dan shear strength intercept (Si).
Mekanika Batuan 15
Kriteria ini digunakan untuk menyederhanakan kriteria failure dalam kondisi
praktis.

Gambar 3.15. Perbandingan Garis Pembungkus Empiris Dan Kriteria


Mohr-Coulomb pada Daerah Tensile 13)
a. Faktor keamanan
Faktor keamanan (safety factor) dengan menggunakan kriteria Mohr-
Coulomb ditentukan berdasarkan jarak dari titik pusat lingkaran Mohr
ke garis kekuatan batuan (kurva instrinsic) dibagi dengan jari-jari
lingkaran Mohr. Faktor keamanan ini menyatakan perbandingan
antara keadaan kekuatan batuan dengan tegangan (stress) yang
bekerja pada batuan tersebut. Faktor keamanan ini dapat dilihat pada
(Gambar 3.16).

Gambar 3.16. Penentuan Faktor Keamanan Pada Kriteria Failure Mohr-


Coulomb
b. Kriteria tegangan tarik maksimum

16 Mekanika Batuan
Kriteria ini menganggap bahwa batuan mengalami failure oleh
fracture fragile (brittle) yang diakibatkan oleh tarikan (tension) jika
dikenakan tegangan utama 3 yang besarnya sama dengan kuat tarik
uniaxial (T) dari batuan tersebut atau 3 = T.
c. Kriteria tegangan geser maksimum
Kriteria failure dari Tresca berlaku untuk batuan isotop dan ductile.
Kriteria ini merupakan fungsi dari tegangan utama  1 dan  3.
Menurut kriteria ini, batuan mengalami
failure jika tegangan geser maksimum (max) sama dengan kuat
geser batuan (S), dinyatakan dengan persamaan :
1   3
S   max  ..........................................................................(3-20)
2
dimana ;
 1 = Major principal stress
 3 = Minor principal stress
Intermediate principal stress (  2) tidak berperan dalam kriteria ini.
Kriteria Tresca adalah hal khusus dari kriteria Mohr-Coulomb, dan
dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17. Kriteria Mohr-Coulomb-Tresca, jika  = 0 (pure cohesive


material)
d. Pengaruh Air
Adanya pengaruh fluida yang mengisi pori batuan dengan harga
tekanan air Pw, maka harga stress efektif (  ') dapat dihitung dengan
persamaan :
'  '    Pw ........................................................................................(3-21)

Mekanika Batuan 17
Differential stress (  1 -  3) dengan adanya pengaruh air menjadi ;(
 1 -  3) = (  1 - Pw) - (  3 - Pw) =  1 -  3, dan normal stress
menjadi
 
 1, p  qu   '3 tan 2  45   ..............................................................(3-22)
 2
   
 1, p   3  qu   '3 tan 2  45    1 .............................................(3-23)
  2 
   
 1, p   3  qu    '3  Pw  tan 2  45    1 .................................(3-24)
  2 
Pengaruh Pw dalam kriteria Mohr-Coulomb dapat dilihat pada
(Gambar 3.18).

Gambar 3.18. Pengaruh Tekanan Air Pada Kriteria Failure


Mohr-Coulomb 13)
Harga shear strength intercept (Si) dan sudut dalam gesekan internal
friction, q untuk beberapa batuan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

18 Mekanika Batuan
Tabel 3.3. Harga Shear Strength Intercept (Si) Dan Sudut Internal
Friction (q) Yang Mewakili Untuk Beberapa Jenis Batuan 13)

Description Porosity
(%)
Si
(MPa)
 Range of
Confining
Refere
nce b
Pressure
(MPa)
Berea sandstone 18.2 27.2 27.8 0-200 4
Bartlesville sandstone 8.0 37.2 0-203 3
Pottsville sandstone 14.0 14.9 45.2 0-68.9 8
Repetto siltstone 5.6 34.7 32.1 0-200 4
Muddy shale 4.7 38.4 14.4 0-200 4
Stockton shale 0.34 22.0 0.8-4.1 2
Edmonton bentonitic shale 44.0 0.3 7.5 0.1-3.1 9
(water content 30%)
Sioux quartzite 70.6 48.0 0-203 3
Texas slate; loaded
30o to cleavage 26.2 21.0 34.5-276 6
90o to cleavage 70.3 26.9 34.5-276 6
Georgia marble 0.3 21.2 25.3 5.6-68.9 8
Wolf Camp limestone 23.6 34.8 0-203 3
Indiana limestone 19.4 6.72 42.0 0-9.6 8
Hasmark dolomite 3.5 22.8 35.5 0.8-5.9 4
Chalk 40.0 0 31.5 10-90 1
Blaine anhydrite 43.4 29.4 0-203 3
Inada biotite granite 0.4 55.2 47.7 0.1-98 7
Stone Mountain granite 0.2 55.1 51.0 0-68.9 8
Nevada Test Site basalt 4.6 66.2 31.0 3.4-34.5 10
Schistose gneiss
90o to schistocity 0.5 46.9 28.0 0-69 2
30o to schistocity 1.9 14.8 26.7 0-69 2
a. Data form Kulhawy (1975) (Ref.5).
b.
1. Dayre, M., Dessene, J.L., and Wack, B. (1970) Proc. 2nd Congres of ISRM, Belgrade.
Vol. 1.pp. 373-381.
2. DeKlotzs, E., Heck. W.J., and Neff, T.L. (1964) First Interim Report, MRD Lab Report
64/493, U.S. Army Corps of Engineers, Missuori River Division.
3. Handin, J.and Hager, R.V., (1957) Bull, A.A.P.G. 41: 1-50.
4. Handin, J.and Hager, R.V., Friedman, M., and Feather, J.N., (1963) Bull A.A.P.G. 47:
717-755.
5. Kulhawy, F. (1975) Eng. Geol. 9: 327-350
6. Mc Lamore, R.T. (1966_ Strength-deformation characteristics of anisotropic
sedimentary rocks, Ph.D. Thesis, University of Texas Austin.
7. Mogi, K. (1964) Bull, Earthquake Res. Inst. Tokyo, Vol. 42, Part 3,pp. 491-514
8. Schwartz, A.E (1964) Proc. 6th Symp. On Rock Mech., Rolla, Missouri, pp. 109-151.
9. Sinclair, S.R. and Brooker, E.W. (1967) Proc. Geotech. Conf. On Shear Strength
Properties of Natural Soil and Rocks. Oslo, Vol. 1, pp. 295-299.
10. Stowe. R.L. (1969) U.S. Army Corps of Engineers Waterways Experiment Station
Vicks burg, Misc. Paper C-69-1.

Dari hasil percobaan laboratorium untuk uji triaxial, terlihat adanya


hubungan antara volume strain terhadap perubahan harga axial stress yang
dapat dilihat pada (Gambar 3.19).

Mekanika Batuan 19
Gambar 3.19. Drained And Undrained Triaxial Compression Test Pada
Batuan Shale 13)
3.2.4.2. Pengaruh dari Principal Stress Ratio pada Failure
Dalam percobaan penekanan triaxial (tiga sumbu) yang umum
digunakan, batuan dikenai hydrostatic stress, dengan suatu pembebanan
stress K =  3/  1, setelah itu s1 dinaikkan dan harga K diturunkan sampai
terjadi retakan. Hal ini tidak mungkin menjadi alur pembebanan yang nyata
untuk semua kondisi, dan itu mungkin dapat diharapkan mengingat perilaku
batuan ketika perbandingan stress utama (principal) ditetapkan pada
beberapa harga. Perubahan asumsi dari stress awal akan meningkatkan
atau menurunkan stress tersebut, tetapi tidak akan merubah harga K selama
batuan memiliki sifat elastis.
Ada beberapa ahli yang membahas tentang ukuran dari failure dalam
ratio stress principal, seperti yang dikemukakan oleh Hook (1968). Hasil
percobaan yang dkemukakan menunjukkan bahwa ada suatu harga K
dimana failure tidak dapat terjadi, dan ini dapat diketahui dengan test.
Dalam istilah kerusakan Mohr-Coulomb pembagian kedua sisi dari
3
persamaan 3-18 dengan  1, p dan memasukkan harga K  diperoleh
1
persamaan :

20 Mekanika Batuan
qu
 1, p 
   .................................................................(3-25)
1  K tan 2  45  
 2
Dari persamaan 3-25 tersebut terlihat bahwa puncak dari stress utama
(principal stress) menjadi besar pada saat harga K mendekati
 
cot 2  45   . Sebagai contoh, untuk harga  = 45o, kerusakan tidak
 2
dapat terjadi diatas ratio stress principal K = 0,17.
3.2.4.3. Kriteria Failure Empiris
Kriteria Mohr-Coulomb dapat digunakan secara praktis, karena banyak
kriteria failure suatu batuan dapat dihitung secara teliti dalam selubung Mohr
yang mewakili principal stress dalam uji laboratorium (Gambar-3.20).
Jaeger dan Cook (1976) serta Hook (1968) mengemukakan bahwa
selubung failure terihat lurus, sedangkan teori failure dari Griffith
memperkirakan adanya suatu parabola dalam daerah tensile stress. Teori ini
menggunakan dalil dalam suatu sampel yang acak dan berorientasi pada
celah dalam batuan, perilakunya menghasilkan konsentrasi stress lokal
sebagai suatu retakan baru. Akan tetapi, teori Griffith ini tidak didukung oleh
dasar fisika.
Dalam hal praktis kurva empiris merupakan prosedur untuk
mendapatkan kriteria failure dari suatu batuan. Sebagai contoh, Herget dan
Urung (1976) mengembangkan suatu metoda untuk mendapatkan penyatuan
tension cut-off,  3 = -T0, dan hukum tenaga (bienniawski, 1974) :
M
 1, p 3
 1  N   ............................................................................(3-26)
qu  qu 
Konstanta N dan M dapat dihitung dengan persamaan :

Gambar 3.20. Kriteria Failure Batuan Secara Empiris Dengan Selubung


Dari Beberapa seri lingkaran Mohr. (A). Direct tension; (B). Brazilian;
(C). Unconfined compression; (D). Triaxial compression.13)
3
N  ............................................................................................. (3-27a)
qu

Mekanika Batuan 21
 1, p
M   1 .....................................................................................(3-27b)
qu
Pendekatan data lainnya dari uji lingkaran shear untuk menentukan
persamaan empiris dari Mohr yang lebih sempurna (Lunborg, 1966). Puncak
shear strength (  p) diplot terhadap harga untuk mendefinisikan selubung
kekuatan (strength envelope), seperti diperlihatkan pada (Gambar 3.21a).
Lunborg mendefinisikan kurva selubung dengan perpotongan Si dan
asymtote  F, dan dinyatakan dengan persamaan :
 '
p  Si 
  ' 
1  
 Sf  Si  ......................................................................(3-28)
Simbol  ` digunakan oleh Lumborg untuk membedakan koefisien
tersebut dengan koefisien interval friksi Mohr-Coulomb,
yaitu   tan  . Persamaan 3-28 juga dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan :
1 1 1
  .....................................................................(3-29)
p  Si  ' Sf  Si
Sehingga m` ditentukan sebagai kebalikan dari kemiringan garis yang
didapat dari plot (  p- Si)-1 sebagai ordinat terhadap (  )-1 sebagai absis
(Gambar 3.21b).

Gambar 3.21. Pengukuran Secara Empiris Dari Failure Yang Diperoleh


Dari Test Shear Lingkaran (oleh Lunborg, 1966). (a). Plot Dari
Persamaan 1-28; (b). Penentuan  ` Secara Grafis.13)
Tabel 3.4 memperlihatkan harga dari berbagai parameter Lunborg.
Kekuatan yang ditentukan oleh lingkaran shear cenderung menjadi sedikit
tinggi dari pada hubungan strength-strength yang ditentukan dari uji triaxial.

22 Mekanika Batuan
Tabel 3.4. Beberapa Harga Konstanta Untuk Persamaan Strength
Lunborg 13)


Batuan 6 Si Sf
(MPa) (Mpa)
Granite 2,0 60 970
Pegmatite 2,5 50 1170
Quarzite 2,0 60 610
Slate 1,8 30 570
Limestone 1,2 30 870

3.2.4.4. Pengaruh Dari Ukuran Pada Strength


Batuan tersusun dari kristal-kristal dan butiran-butiran dalam suatu
pabrik. Sampel-sampel batuan yang agak besar digunakan untuk
mendapatkan kumpulan-kumpulan yang secara statistik melengkapi semua
komponen yang mempengaruhi strength jika ukuran dari suatu sampel yang
digunakan terlalu kecil sehingga relatif sedikit yang pecah. Kekuatan batuan
adalah merupakan ukuran yang berdiri sendiri. Perbandingan strength hasil
lapangan terhadap pengujian laboratorium kadang-kadang diperoleh harga
10 atau lebih.
Gambar 3.22 memperlihatkan pola dari kelakuan tersebut diatas yang
diperoleh dari uji laboratorium terhadap batubara (coal) dan iron ore, dan
juga quarzt diorite yang terubah (Pratt et al, 1972).

Gambar 3.22. Ukuran Model Compressive Strength Yang Tidak Terbatas


(Bilniawski & Van Heeder, 1975) 13)
3.2.4.5. Batuan Anisotropik

Mekanika Batuan 23
Variasi dari compressive strength menurut arah stress pokok di
istilahkan ©strength anisotropyª. Anisotropy kuat adalah sifat dari batuan
yang tersusun secara paralel dari aturan-aturan paralel dari lembaran
mineral, seperti hornblende. Dengan demikian batuan metamorf, khususnya
sekis dan slate, sering menandakan arah sesuai dengan perilakunya. Donath
(1964) menemukan perbandingan compressive strength minimum dan
maksimum yang tidak tak terbatas dari slate. Anisotropy juga terjadi dalam
campuran-campuran antar lapisan yang teratur dari komponen-komponen
yang berbeda.
Strength anisotropy dapat dihitung dengan uji laboratorium dari
sampel-sampel batuan yang dibor dalam arah yang berbeda. Uji
compression tiga sumbu pada berbagai tekanan yang terbatas untuk setiap
arah yang diberikan untuk menentukan parameter Si dan f sebagai fungsi
dari arah. Jaeger (1960) dan Mc Lamore (1966) mengemukakan bahwa Si
dan f merupakan fungsi kontinyu arah menurut persamaan :
Si  S1  S 2  cos 2 PSi   min,s   .......................................................(3-30)
n

dan
tan   T1  T2  cos 2   min    .....................................................(3-31)
dimana ;
S1, S2, T1, T2, m = Konstanta
 = Sudut antara arah dari belahan (schistocity, bidang perlapisan
atau bidang simetri) dan arah  1.
 min, s dan  min  = Harga yang berhubungan dengan Si dan  .
Untuk suatu slate, Mc Lamore mengemukakan bahwa friksi dan shear
strength memotong pada harga  yang berbeda, masing-masing 50 dan
30. Parameter strength untuk slate adalah :
 
Si  65,0  38,6 cos 2 PSi  30  MPa ..........................................(3-32)
3

dan
tan   0,600  0,280 cos 2  50  .................................................(1-33)
Pada umumnya,  bervariasi dari 0 - 900. Tetapi pada kenyataannya
strength beban paralel biasanya lebih tinggi dari beban strength ketiga tegak
lurus terhadap bidang lemah dalam batuan (lihat Gambar 3.23a dan 3.23b).
Karena oil shale, merupakan perlapisan yang berulang, yaitu dari marlstone
dan kerogen, dan Mc Lamore menggunakan harga 0 <  < 300 dan 300 <
 < 900.

24 Mekanika Batuan
Gambar 3.23. Strength Anisotropy Dalam Kompressi Triaxial 13)
3.3. Penerapan Mekanika Penghancuran Batuan
Dalam Operasi Pemboran
Operasi pemboran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan minyak dan gas bumi. Dengan berbedanya kedalaman
batuan cadangan untuk suatu tempat dengan tempat lainnya, maka lapisan-
lapisan batuan yang dibor akan bervariasi pula.
Para ahli mekanika batuan telah mencoba menerapkan konsep-
konsep penghancuran batuan dengan proses pemboran berputar. Penerapan
ini dikembangkan dengan memahami sifat fisik dan mekanik batuan yang
dikenai gaya mekanik, seperti halnya pada proses pemboran. Adanya fluida
pemboran dan fluida formasi juga dipertimbangkan sebagai gaya yang
bekerja pada batuan tersebut.
3.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Pemboran
Laju pemboran merupakan kecepatan dari pahat untuk menembus
batuan yang dibor. Jika laju pemboran cepat dan umur pahat lama, maka
biaya pemboran per kedalaman menjadi semakin murah. Biaya pemboran
yang murah, waktu penyelesaian yang cepat, dan tujuan pemboran tercapai
dengan baik sesuai dengan kondisi yang ada, maka operasi pemboran
disebut optimum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pemboran, antara lain :
1. Karakteristik batuan formasi : batuan yang dibor pada umumnya
batuan sedimen yang mempunyai sifat fisik dan sifat mekanik yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Sifat fisik batuan seperti ;
densitas, porositas, saturasi, permeabilitas, dsb. Sedangkan sifat
mekanik batuan antara lain ; compressive strength, Poisson's ratio,
dsb. Para ahli pemboran mengelompokkan sifat batuan yang
mempengaruhi laju penembusan, yaitu ; kekerasan, keabrasifan
dan drillabilitas.

Mekanika Batuan 25
2. Pahat : jenis pahat, jenis gigi, dan parameter mekanik dari pahat,
yaitu; beban di atas pahat (WOB) dan putaran pahat (RPM). Jenis
pahat yang umum digunakan adalah drag bit dan rolling cutter bit.
Pahat dengan mata intan (diamond bit) juga sering digunakan
khususnya untuk membor batuan yang sangat keras. Rolling cutter
bit dapat digunakan untuk membor formasi lunak sampai keras.
Besarnya kombinasi harga WOB dan RPM disesuaikan dengan
jenis batuan yang dibor.
3. Fluida pemboran : jenis dan sifat fisik fluida pemboran sangat
berpengaruh terhadap laju penembusan. Hidrolika lumpur
pemboran juga mempengaruhi hidrolika pada pahat dan proses pe-
ngangkatan serbuk bor (cutting).
3.3.2. Kriteria Mohr-Coulomb Pada Penghancuran Batuan Oleh Pahat
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang uji kriteria Mohr-Coulomb
dengan menggunakan beban gigi pahat, mekanisme penghancuran batuan
dengan drag bit, dan mekanisme penghancuran batuan dengan rolling cutter
bit.
3.3.2.1. Uji Kriteria Mohr-Coulomb dengan beban gigi pahat
Para ahli mekanika batuan telah menerapkan beberapa kriteria atau
standar failure batuan dalam upaya untuk mengkaitkan kekuatan batuan
yang diukur dalam uji pemampatan (compression test) yang sederhana
terhadap proses pemboran berputar.
Salah satu kriteria kerusakan yang sering digunakan adalah teori Mohr
tentang failure yang menyatakan bahwa perekahan seharusnya terjadi ketika
shear stress melebihi jumlah dari tahanan kohesi dari material (C) dan fraksi
tahanan bidang geser atau bidang rekah, seperti ditunjukkan pada (Gambar
3.24).

Gambar 3.24. Lingkaran Mohr Yang Menunjukkan Kriteria Failure 9)


Kriteria failure dari lingkaran Mohr secara matematis dapat dinyatakan
dengan persamaan :
   C   n tan   .............................................................................(3-34)
26 Mekanika Batuan
dimana ;
 = Tegangan geser pada failure
C = Tahanan kohesi dari batuan
 n = Tegangan normal pada bidang failure
 = Sudut dari gesekan internal.
Gambar 3.24 memperlihatkan persamaan suatu garis yang
menyinggung lingkaran Mohr.
Untuk memahami manfaat dari kriteria Mohr, anggaplah suatu sampel
batuan yang rusak sepanjang bidang, seperti diperlihatkan pada (Gambar
3.25).
Pada saat pembebanan berada di bawah suatu gaya compressive
(tekan) F, dan suatu tekanan P yang mengikat (confining pressure), maka
tegangan kompresif (  1) dapat dinyatakan dengan persamaan :
F
1  ............................................................................................. (3-35)
r 2
Tegangan yang mengikat (terkurung) atau confining stress dinyatakan
oleh 3= P.
Jika diteliti pada suatu elemen kecil di atas bidang vertikal yang
membagi sampel, elemen dalam tegangan diperlihatkan pada (Gambar
3.25a). Lebih lanjut dapat diamati adanya kekuatan di sepanjang bidang
failure pada kerusakan (failure) yang menggunakan elemen free body seperti
diperlihatkan pada (Gambar 3.25b). Kecenderungan bidang failure
ditunjukkan oleh sudut  antara bidang normal ke bidang failure dan suatu
bidang horizontal atau sama dengan sudut antara bidang failure dan arah
tegangan  1. Kedua shear stress dan tegangan normal sn harus
dihadirkan untuk menyeimbangkan  1 dan  3. Penjumlahan gaya normal
ke bidang rekah (Gambar 3.25c) dinyatakan dengan persamaan :
ndAn   3dA3 cos    1dA1sin  ..............................................(3-36)
Unit luasan sepanjang bidang rekah dAn dihubungkan ke unit luasan
dA1dan dA3 dengan persamaan :
dA3  dAn cos 
dA1  dAn sin 
Subsitusi ini dalam persamaan kesetimbangan gaya dinyatakan :
n   1sin 2    3 cos 2 
1
   1   3  1  1   2 cos 2 ..................................................(3-37)
2 2

Mekanika Batuan 27
Gambar 3.25. Analisa Lingkaran Mohr Secara Grafis. (a). Contoh Bahan
batuan (b). Bahan Free-body Stress; (c). Keseimbangan Kekuatan
normal Dan Sejajar Dengan Bidang Kerusakan, ; (d). Konstruksi dari
Lingkaran Mohr 9)
Dengan menjumlahkan gaya yang sejajar ke bidang rekah diperoleh
persamaan :
Jika dinyatakan dalam semua unit luasan dAn diperoleh :
    1   3 sin  cos 
1
   1   3 sin 2 .......................................................................(3-38)
2
Peralatan yang digunakan dalam uji kecepatan penembusan gigi pahat
pada simulasi kondisi dalam lubang bor diperlihatkan pada (Gambar 3.26).
Penembusan Gigi Pahat
Persamaan 3-37 dan 3-38 secara grafis diwakili oleh lingkaran Mohr
diperlihatkan pada (Gambar 3.25d). Sudut internal friksi untuk berbagai
batuan mempunyai harga antara 30 - 400.
28 Mekanika Batuan
Kriteria failure Mohr-Coulomb dapat digunakan untuk meramalkan
karakteristik sudut antara bidang geser dan bidang dari gaya dorong untuk
suatu drag bit.

Gambar 3.26. Simulator Yang Digunakan Dalam Uji Kecepatan 9)


3.3.2.2. Mekanisme Penghancuran Batuan oleh Drag Bit
Drag bit dirancang untuk pemboran awal dengan menggunakan gaya
memotong (cutting force). Jika drag bit dapat dipertahankan untuk membor
dengan sistem pengikisan, maka tidak cepat menjadi tumpul. Pada saat drag
bit menyeret dan kemudian mengikis serta mengasah batuan secara
perlahan, maka bit akan cepat aus.
Secara skematis aksi pemotongan batuan oleh gigi drag bit
diperlihatkan pada (Gambar 3.27). Tekanan vertikal dikenakan pada gigi-gigi
drag bit yang dihasilkan dari beratan diatas pahat (WOB), dan tekanan
horizontal yang dikenakan pada gigi-gigi drag bit yang dihasilkan dari tenaga
putar (RPM) yang digunakan untuk memutar pahat, akan menghasilkan
bidang daya dorong dari gigi-gigi tersebut untuk memotong batuan. Serbuk
bor yang dihasilkan pada bidang gerus pada sudut awal terhadap bidang
daya dorong tergantung dari sifat-sifat batuan yang ditembus.
Kedalaman pemotongan dipengaruhi oleh bidang daya dorong yang
ditentukan berdasarkan kekuatan batuan dan jari-jari pemotongan.
Kedalaman pemotongan biasanya dinyatakan sebagai sudut dasar  yang
merupakan fungsi dari penembusan cutter per putaran (Lp) dan jari-jari dari
pusat lubang bor. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan persamaan :
Lp
tan   .........................................................................................(3-39)
2r
Sudut dasar seharusnya tidak terlalu besar, untuk mencegah
penggalian yang terlalu dalam, yang mengakibatkan perbandingan antara
WOB terhadap RPM terlalu besar.

Mekanika Batuan 29
Gambar 3.27. Aksi Pemotongan Batuan Dengan Drag Bit 9)
3.3.2.3. Mekanisme Penghancuran Batuan oleh Diamond Bit
Diamond bit dirancang untuk membor formasi yang sangat keras
dengan laju penembusan yang sangat kecil. Diameter masing-ma-sing
butiran dalam formasi seperti batupasir mungkin tidak lebih kecil dari
kedalaman penembusan diamond bit.
Aksi pemboran dari diamond bit menggunakan efek gores, sehingga
pemecahan batuan ke arah samping. Diamond bit gigi-giginya pendek dan
untuk memberikan efek gores yang tinggi dapat dilakukan dengan
menggunakan RPM yang tinggi. Prinsip penghancuran batuan dengan
diamond bit diperlihatkan

13)
Gambar 3.28. Proses Penggoresan Batuan Dengan Diamond Bit
3.3.2.4. Mekanisme Penghancuran Batuan oleh Rolling
Cutter Bit.
Rolling cutter bit dirancang untuk membor formasi lunak sampai keras.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan gigi tunggal pada sampel batuan
merupakan model dasar untuk penentuan kerusakan gigi-gigi pahat.
Maurer melakukan percobaan dengan menggunakan simulator seperti
yang diperlihatkan pada (Gambar 3.26), mempelajari penembusan gigi pahat
dibawah kondisi lubang bor yang disimulasikan. Simulator tersebut tidak

30 Mekanika Batuan
sama seperti yang digunakan sebelumnya. Maurer membiarkan tekanan
lubang bor, tekanan pori batuan dan batas tekanan batuan bervariasi.
Simulator tersebut juga dilengkapi dengan suatu alat beban statik (piston
udara untuk mensimulasikan pengaruh gaya konstan), seperti halnya yang
dialami oleh sistem pemboran berputar. Ukuran tegangan yang dibaca
dengan potensiometer digunakan untuk menentukan kurva force
displacement yang diplot pada sumbu x-y.
Maurer mengemukakan bahwa mekanisme penembusan tergantung
dari luas di atas perbedaan tekanan antara lubang bor dan tekanan batuan,
seperti diperlihatkan pada (Gambar 3.29).

9)
Gambar 3.29. Mekanisme penembusan gigi pahat
Pada harga tekanan differential rendah, batuan yang tergerus gigi
pahat terlempar, sedangkan jika harga tekanan differential tinggi, batuan
yang tergerus menjadi plastis. Mekanisme penggerusan kedua tekanan
differential tersebut ditunjukkan pada (Gambar 3.29).

Mekanika Batuan 31
Bentuk kurva force displacement dari berbagai tekanan differential
diperlihatkan pada (Gambar 3.30).

Gambar 3.30. Bentuk Bentuk Kurva Force Displacement Untuk Berbagai


Differential Pressure 9)
Contoh-contoh lubang (crater) yang dihasilkan dari kedua differential
pressure tersebut (tinggi dan rendah) diperlihatkan pada (Gambar 3.31).
Suatu penetrator tungsten carbide berukuran 5 mm dibebankan pada sampel
batu pasir Rush Spring. Sampel batuan dilapisi dengan platik untuk
mensimulasikan build-up dari mud cake.

Gambar 3.31. Contoh Lubang (crater) Yang Terbentuk Dalam Simulator


Gigi Tunggal 9)
Kedua lubang disebelah kiri terbentuk pada tekanan atmosfir dengan
beban gigi mata bor sebesar 1600 dan 2200 lb. Serbuk bor yang terbentuk

32 Mekanika Batuan
dapat dibersihkan dengan mudah. Kedua lubang disebelah kanan terbentuk
pada tekanan differential 3500 psi dan beban gigi mata bor sebesar 3500
dan 4000 lb. Serbuk bor yang dihasilkan memiliki sifat pseudo plastis yang
sukar dibersihkan.
Gerakan pahat berskala penuh (full scale) dengan kecepatan tinggi
yang membor pada kondisi atmosfir dengan udara sebagai fluida sirkulasi
telah membuktikan bahwa mekanisme kerusakan rolling cutter bit baik yang
©offsetª maupun yang ©non-offsetª tidak terlalu berbeda dengan yang
dihasilkan dari gigi pahat tunggal. Hal ini diperlihatkan secara fotografis paga
(Gambar 3.32).

Gambar 3.32. Kerusakan Batuan Elastis Yang Ditembus Rolling Cutter


Bit (a). Urutan Fotografis Kecepatan Tinggi(b). Urutan 5 Menunjukkan
Terlemparnya Batuan Yang Tergerus Dari Lubang 9)
3.3.2.5. Pengaruh Beban Pahat dan Putaran Pahat
Untuk memperoleh kemajuan dalam menembus formasi dan untuk
menjaga agar rangkaian pipa bor dalam keadaan tegang (tension), maka
diatas pahat harus diberikan beban agar mempermudah pahat dalam proses
penghancuran batuan.
Jika beban diatas pahat (WOB) yang dioperasikan lebih besar dari
compressive strength batuan, maka penambahan WOB selanjutnya akan
menyebabkan laju pemboran meningkat. Peningkatan ini akan mencapai
suatu harga tertentu dimana faktor hidrolika sudah tidak cukup lagi untuk
membersihkan cutting yang dihasilkan di dasar lubang bor.
Pada prinsip mekanika beban pada pahat adalah merupakan harga s1
yang digunakan untuk memberikan beban pada batuan, sehingga batuan
tersebut dapat pecah. Hubungan antara shear strength dengan WOB
diperlihatkan pada (Gambar 3.33).

Mekanika Batuan 33
Gambar 3.33. Hubungan Shear Strength Batuan Dengan WOB Pada
kondisi Tekanan Atmosfir 9)
Sedangkan hubungan penambahan WOB terhadap peningkatan laju
pemboran diperlihatkan pada (Gambar 3.34).

Gambar 3.34. Hubungan ROP vs WOB Untuk Formasi Lunak Dan Keras
19)

Putaran pahat (RPM) pada proses penghancuran batuan digunakan


untuk memberikan geseran pada bidang geser batuan, sehingga regangan
maksimum batuan dapat tercapai, dan batuan akan pecah. Hal ini terjadi
34 Mekanika Batuan
pada uji tekan geser dan uji tekan tarik. Jika faktor lain dianggap tetap dan
debit lumpur cukup untuk membersihkan dasar lubang bor, maka laju
penembusan (ROP) akan naik dengan bertambahnya RPM (Gambar 3.35).

Gambar 3.35. Hubungan ROP vs RPM untuk formasi lunak sampai


keras. 19)
Besarnya harga kombinasi WOB dan RPM harus disesuaikan dengan
karakteristik batuan, seperti compressive strength dan sifat elastisitasnya.
Sper & Samerton menghitung optimasi kombinasi WOB dan RPM untuk
berbagai jenis batuan. Sedangkan beberapa ahli lainnya mengevaluasi data
bit record untuk menghitung biaya per kedalaman (cost/foot) yang paling
murah, sehingga diperoleh kombinasi WOB dan RPM yang optimum untuk
suatu lapangan.
3.3.2.6. Pengaruh Tekanan Lumpur dan Tekanan Formasi
Tekanan lumpur (Po) diperlukan untuk mengimbangi tekanan formasi
dan menjaga fungsi hidrolika lumpur untuk membersihkan dasar lubang bor
dan mengangkat cutting ke permukaan. Tetapi jika tekanan lumpur terlalu
besar akan mengakibatkan peningkatan compressive strength batuan,
sehingga batuan akan semakin sukar dihancurkan. Hubungan antara
compressive strength batuan dengan besarnya tekanan lumpur pada
perubahan volume per beban tekan yang diberikan diperlihatkan pada
(Gambar 3.36).

Mekanika Batuan 35
Gambar 3.36. Pengaruh Tekanan Lumpur (Po) TerhadapCompressive
Strength Batuan
Sedangkan proses penekanan lumpur pada batuan pada saat terjadi
penembusan oleh gigi-gigi pahat diperlihatkan pada (Gambar 3.37).

Gambar 3.37. Pengaruh Tekanan Lumpur Pada Proses Penghancuran


Batuan Oleh Pahat
Sedangkan tekanan formasi dalam konsep mekanika penghancuran
batuan dikenal sebagai confining pressure (  3) yang pada uji triaxial
maupun pada kurva failure Mohr-Coulomb sangat berperan. Tekanan dari
samping ini ternyata akan mempercepat proses penghancuran batuan.
Hubungan compressive strength batuan dengan tekanan formasi (Pf), dapat
dilihat pada (Gambar 3.38).

36 Mekanika Batuan
Gambar 3.38. Hubungan Antara Compressive Strength Batuan Dengan
Tekanan Formasi
Jika compressive strength batuan menurun, maka batuan lebih mudah
untuk dibor, sehingga pada overbalance pressure terbesar akan
mengakibatkan laju pemboran meningkat. Pengaruh over balance pressure
terhadap laju pemboran diperlihatkan pada (Gambar 3.39).

Gambar 3.39 Pengaruh Overbalance Pressure Terhadap Laju Pemboran


9)

3.4. Penerapan Metoda Cost Per Foot Dan Specific Energy Dalam
Operasi Pemboran
Dalam menyeleksi pahat yang tepat dalam operasi pemboran
dibutuhkan suatu evaluasi dari berbagai parameter. Banyaknya jenis pahat
yang ada di pasaran pada saat ini, menyebabkan proses pemilihan pahat
menjadi lebih sulit. Untuk itu, diperlukan petunjuk-petunjuk yang sederhana
untuk dapat digunakan dalam meningkatkan laju pemboran dan
menghasilkan biaya yang ekonomis.
Ada beberapa metoda pemilihan pahat yang digunakan dalam operasi
pemboran adalah meliputi : Cost per foot, Specific Energy, Bit Dullness, dan
Matching Area Average. Tetapi secara umum yang digunakan adalah Cost
per foot dan Specific Energy.
Mekanika Batuan 37
3.4.1. Metoda Cost Per Foot
Kriteria pemilihan pahat yang didasarkan pada cos per foot dihitung
dengan menggunakan persamaan :
B  Rt  Tt  tr 
CPF  ,$ / foot ............................................................(3-40)
F
dimana ;
B = Harga pahat, $
Rt = Biaya sewa rig per jam, $/jam
Tt = Waktu trip, jam
tr = Waktu rotasi (umur pahat), jam
F = Footage (kedalaman yang ditembus oleh satu kali run pahat),
ft.
Waktu trip (Tt) biasanya tidak mudah ditentukan meskipun proses
keluar (POH) dan masuknya (RIH) drillstring dilakukan. Tt adalah merupakan
penjumlahan dari waktu POH dan RIH. Jika pahat diangkat keluar untuk
waktu yang terlalu lama, jika dijumlahkan akan mempengaruhi waktu total trip
yang pada gilirannya akan menaikkan harga cost per foot. Oleh karena itu,
kinerja pahat dapat dirubah oleh beberapa faktor yang berubah-ubah,
sehingga dalam hal ini waktu rotasi berbanding langsung dengan cost per
foot dengan asumsi variabel-variabel lain konstan.
Kriteria pemilihan pahat berdasarkan cost per foot adalah memilih
pahat yang tetap menghasilkan nilai cost per foot yang terendah pada
formasi atau bagian lubang yang telah ditentukan.
Kelemahan penggunanaan metoda cost per foot adalah :
1. Diperlukan data pengukuran dan peramalan F, t, dan T yang akurat.
2. Cost per foot dapat naik secara tiba-tiba yang disebabkan karena
pemboran menembus formasi yang keras dan dapat turun secara
tiba-tiba jika kembali melewati lapisan yang lunak.
3.4.2. Metoda Specific Energy
Specific Energy didefinisikan sebagai besarnya energi yang
dibutuhkan untuk memindahkan satu unit volume batuan.
Persamaan specific energy dapat diperoleh dengan menganggap
energi mekanik (Em) yang dikeluarkan oleh pahat dalam satu menit-nya
adalah :
Em  W  d  N , in  lb ...................................................................(3-41)
dimana;
W = Weight on bit, lb
N = Kecepatan putar, rpm
d = Diameter pahat, in
Volume batuan yang telah terlepas dalam satu menit :
  2 
V     ROP, in 3 ........................................................................(3-42)
 4 
dimana ;
ROP = Laju penembusan, ft/jam.

38 Mekanika Batuan
Persamaan 3-42 jika dibagi dengan persamaan 3-41 akan
menghasilkan specific energy dalam bentuk volume dengan persamaan
1
lb  in 
E W dN min
SE  M   2 
V  ft jam in :
R (in ) 
2
  12
jam 60menit ft
WN in  lb
SE  20 , ......................................................................(3-43)
dROP in 3
Dalam unit metrik, persamaan 3-43 dapat dituliskan :
WN MJ
SE  235 , ........................................................................(3-44)
dROP m 3
dimana;
W dalam kg
d dalam mm
ROP dalam m/jam
Karena laju penembusan sebanding dengan sebanding dengan F,
dibagi dengan waktu rotasi t, maka persamaan 3-44 menjadi :
 20WN 
SE     tr ..............................................................................(3-45)
 dF 
Penentuan besar kecilnya harga SE tidak didasarkan pada sifat batuan
saja, tetapi sangat tergantung dari jenis dan desain pahat. Untuk formasi
yang diketahui kekuatannya, maka pahat yang digunakan pada formasi lunak
akan menghasilkan nilai SE yang berbeda dari yang dihasilkan oleh pahat
pada formasi keras. Pahat yang mempunyai harga SE terendah adalah pahat
yang ekonomis.
Persamaan 3-45 menunjukkan bahwa jenis pahat untuk kekuatan
formasi yang konstan, SE dapat dianggap konstan pada kombinasi harga-
harga WN, hal ini karena perubahan WN biasanya menimbulkan kenaikan
harga R (di bawah kondisi desain hidrolik yang optimum) dan hal ini tetap
menghasilkan persamaan 3-45 yang seimbang. Laju penembusan sangat
dipe-ngaruhi oleh perubahan WN dan untuk jenis pahat yang khusus
mempunyai harga R yang jumlahnya tak terbatas untuk semua kemungkinan
kombinasi harga WN.
Specific energy adalah pengukuran langsung kinerja pahat pada
formasi, dan memberikan indikasi interaksi antara pahat dan batuan, jika
dibandingkan dengan laju penembusan tidak begitu sensitif pada perubahan
harga WN, sehingga SE merupakan metoda yang praktis dalam pemilihan
pahat.
3.5. IADC CODE ROCK BIT
IADC (International Association of Drilling Contractor) membuat kode
yang terdiri dari 3 angka dalam klasifikasi mata bor rolling cutter untuk
mempermudah pemilihan mata bor. Adapun kode ketiga angka tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Bilangan pertama : Menunjukan seri / penunjukan karateristik unsur
pemotong, yang dapat berupa angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8.

Mekanika Batuan 39
Angka 1 : Menunjukkan bit tipe milled tooth untuk formasi lunak,
mempunyai compressive strength yang rendah sampai
tinggi.
Angka 2 : Menunjukkan bit tipe milled tooth untuk formasi sedang
sampai agak keras dengan compressive strength yang
tinggi.
Angka 3 : Menunjukkan bit tipe milled tooth untuk formasi keras,
semi abrasive atau formasi abrasive.
Angka 4 : Merupakan kode cadangan yang diperuntukkan bit
special kategori.
Angka 5 : Menunjukkan bit tipe insert tooth untuk formasi lunak
sampai sedang dengan compressive strength yang
rendah.
Angka 6 : Menunjukkan bit tipe insert tooth untuk formasi agak
keras dengan compressive strength yang tinggi.
Angka 7: Menunjukkan bit tipe insert tooth untuk formasi keras
semi abrasive dan abrasive.
Angka 8 : Menunjukkan bit tipe insert tooth untuk formasi sangat
keras dan abrasive.
2. Bilangan kedua :Menunjukkan tipe dari tingkat/grade kekerasan dan
keabrassivan dari formasi untuk setiap seri dimana setiap seri dibagi
atas 4 tipe yaitu tipe 1, 2, 3 dan 4.
Seri 1,2, 3 dan 4 berturut - turut menunjukkan lunak, sedang, keras
dan sangat keras untuk pemakaian milled tooth bit.
Seri 1,2, 3 dan 4 berturut - turut menunjukkan lunak, sedang, keras
dan sangat keras untuk pemakaian insert bit.
3. Bilangan ketiga :Merupakan penunjukan ciri - ciri khusus bantalan dan
rancangannya.
1. : standard mata bor rolling cutter.
2. : air
3. : gauge insert
4. : rolling seal bearing
5. : seal bearing and gauge protection
6. : friction seal bearing
7. : friction bearing and gauge protection
8. : directional
9. : other

40 Mekanika Batuan
Tabel 3.5. Korelasi Formasi untuk IADC 9)
SERI TYPE
1 Soft formastion having low 1. very soft shale
compressive strength and high 2. soft shale
drillability 3. medium soft shale/lime
4. medium lime shale
2 Medium to medium harg 1. medium lime/shale
formation with high compressive 2. medium hard lime/sand
strength 3. medium hard lime/sand/slate
4. dolomite/hard lime/hard slaty
shale
3 Hard semi-abrassive or abrasive 1. hard lime
formation 2. hard lime/dolomite
3. hard dolomite
4. hard sandstone, cherty
limestone, quartzite, pyrite,
granite.
4 Soft formationhaving low 1. very soft shale
compressive strength and high 2. soft shale
drillability 3. medium soft shale/lime
4. sandy shale, dolomite, medium
hard shale
5 Soft to medium formation of high 1. very soft shale
compressive strength 2. soft shale
3. medium soft shale/lime
4. sandy shale, dolomite, medium
hard shale
6 Medium harg formation 1. medium lime/shale
high compressive strength 2. medium hard lime/sand
3. medium hard lime/sand/slate
4. medium hard
lime/dolomite/cemented
sandstone
7 Hard semi-abrassive and 1. hard lime/dolomite
anrassive formation 2. hard sand /dolomite
3. hard dolomite
4. hard interval of abrasive
limestone, sandstone, cherty
limestone, chert
8 Extremely hard and abrasive 1. hard chert
formation 2. very hard chert
3. very hard granite

Mekanika Batuan 41
9)
Tabel 3.6. IADC Code Rock Bit

42 Mekanika Batuan
3.6. CONTOH SOAL
1. Kedalaman sumur ketika bit mulai digunakan pada :5000 ft
Harga bit : $ 1000
Sewa rig : $ 500/jam
Sewa Down Hole Motor (DHM) : $ 5000/hari
Waktu Round trip : 1 jam/1000 ft
Laju penembusan fungsi waktu (t jam) untuk t > 0 : 15 - (t - 1), ft/jam
Tentukan kapan bit harus diganti/diangkat. Hitung dengan selang per 1 (satu)
jam.
2.
a. Jelaskan yang dimaksud dengan konsep Mohr - Coloumb
b. Jelaskan hubungan differential pressure, ROP, dan kekuatan batuan
c. Jelaskan Compressive Strength, Tensile Strength, Stress minimum,
dan stress maksimum suatu batuan
d. Jelaskan Kriteria penomoran bit menurut IADC
e. Sebutkan minimal 30 data dalam proses pemboran yang harus
dilaporkan setiap harinya
3. Suatu data pemboran dari dua sumur yang menggunakan 2 buah bit yang
berbeda. Bit 1 berharga $700, Bit 2 berharga $1500, sedangkan round
trip time disamakan untuk semua kondisi sebesar 14 jam. Sewa rig
$1500/day, BHA assembly $500/day, LWD $500/day. Record untuk kedua
bit tersebut adalah sebagai berikut:
Tentukan kombinasi pahat mana yang diinginkan bila diinginkan
pemboran dengan cumulatif footage sebagai berikut:a. 1000 ftb. 1500 ftc.
2000 ftd. 3000 ft
4. Suatu data pemboran yang telah dilakukan dengan menggunakan Bit PDC
berdiameter 12,25 inch dengan harga $3250 pada suatu rig yang disewa
beserta pipa dan perlengkapannya dengan biaya $3200/day, dimana
perlengkapan tambahan yang dibutuhkan berupa BHA $500/day.
Geosteering System $1000/day.Biaya lainnya yang diperlukan adalah
sewa lumpur Lum-sump $300000 sampai selesai, Casing & Cementing
$500/feet, Biaya drilling $5000/day.Pada saat mau melakukan pemboran
dengan kedalaman 6000 feet yang bersebelahan dengan sumur
sebelumnya, kita diminta untuk menghitung biaya total yang harus
dikeluarkan dari permulaan sampai selesai 6000 feet.Round trip untuk
penggantian pahat dianggap sama selama 12 jam untuk setiap pahat
yang diganti.Sedangkan data operasi pemborannya tercantum dibawah
ini dipakai sebagai acuan dalam penggantian pahat dan waktu
pemboran.

Mekanika Batuan 43
DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN

G = Specific Gravity padatan, 9,8 KN/m3


 nat = Bobot Isi Asli, gr/cm3
 dry = Bobot Isi Kering, gr/cm3
 sat = Bobot Isi Jenuh, gr/cm3
Wn = Berat Contoh Asli
Wo = Berat Contoh Kering
Ww = Berat Contoh Jenuh ( Sesudah dijenuhkan dengan air selama 2
jam)
Ws = Berat Contoh Jenuh Dalam Air
= Porositas, %
Vp = Cepat Rambat Gelombang Primer, m/set
Vs = Cepat Rambat Gelombang Sekunder, m/set
tp = Waktu Cepat Rambat Gelombang Primer, set
ts = Waktu Cepat Rambat Gelombang Sekunder, set
L = Panjang Sampel Batuan, M
E = Modulus Young
 = Tegangan
 = regangan
a = Regangan Axial
l = Regangan Lateral
v = Poisson’sRatio,
R = Jari-jari Sampel Batuan
H = Tinggi Sampel Batuan
C = Kohesi Batuan
 = Sudut Geser Dalam
 = Sudut Gesekan Dalam
P = Tekanan
A = Luas Penampang
S = Shear Strength, Mpa
Si = Shear Strength Intercept, Mpa
qu = Unconfined Compressive Strength
Pw = Tekanan Air
Sf = Shear Strength Failure, Mpa
Lp = Penembusan Cutter per Putaran
Po = Tekanan Lumpur, atm
Pf = Tekanan Formasi, atm
CPF = Cost Per Foot, $/foot
B = Harga Bit, $
Rt = Sewa Rig per Jam, $/jam
Tt = Waktu Trip, Jam
tr = Waktu Rotasi, Jam
F = Footage, ft
Em = Energi Mekanik, in-lb

44 Mekanika Batuan
W = Weight on Bit, lb
N = Kecepatan Putar, RPM
d = Diameter Bit, in
V = Volume Batuan yang Terlepas per Menit, in3
ROP = Kerja Penembusan, ft/jam
in  lb
SE = Specific Energy,
in 3

Mekanika Batuan 45

Anda mungkin juga menyukai