Anda di halaman 1dari 5

A.

Nautiloidea

Chepalopoda ditemukan pertama kali pada akhir era kambrian dengan ukuran
yang sanagat kecil dengan ukuran yang kecil hanya beberapa millimeter saja
dengan cangkang yang kasar dan berongga . Hewan tersebut hidup di dalam
rongga terluar cangkang, tubuhnya melekat pada sisi rongga dengan otot adductor.
Karakter ini masih diwariskan pada semua Nautilus yang masih ada sekarang.
Cephalopoda yang masih hidup sekarang terbagi menjadi dua sub kelas yaitu
Nautiloidea dan Coleoidea. Nautiloidea hanya memiliki satu bangsa yaitu
Nautilidia, sedangkan Coleoidea mencakup enam bangsa Spirulida,Sepiida,
Sepiolida, Teuthida, Octopoda dan Vampyromorphida. Nautilida mempunyai
karakterkhusus yang unik dibanding bangsa lainnya, karena mempunyai cangkang
luar yang bergelung dan berwarna sepem mutiara. Karakter ini juga dimiliki oleh
Moluska lain, yaitu Gastropoda Nautilida pertama kali dikenal sejak Linnaeus
mendeskripsi spesimen yang berasal dari perairan sekitar Ambon, ibukota
Maluku, yang kemudian diidentifikasi sebagai Nautilus pompilius Linnaeus,l758
(Ward & Saunders, 1997). Nautilida hanya terdiri dari satu suku Nautilidae, dan
dua marga Nautilus dan Allonautilus (Jereb & Roper,2005).

Ciri Nautilus ialah memiliki umbilikus yang kecil - sedang, atau sekitar 5-16%
dari diameter cangkang, serta potongan melintang cangkangnya yang berbentuk
oval. Allonautilus memiliki umbilikus yang lebih besar, sekitar 20% dari diameter
cangkang, serta potongan melintang cangkangnya yang berbentuk segi empat.
Perbandingan tekstur dan potongan melintang cangkang Nautilus dan Allonautilus
dapat dilihat pada Gambar 1.
Morfologi
Nautilida merupakan anggota kelompok Cephalopoda yang mengalami tingkat
perkembangan paling primitif, Hal ini dikarenakan mereka memiliki 90 buah
organ tentakel, organ mata yang tak mempunyai lensa dan membran (langsung
terbuka ke perairan), dua pasang insang, cangkang berongga yang didalamnya
terisi oleh gas, tidak merniliki batil isap, kromatopore dan kantung tinta (Eyden,
2006). Cangkangnya marnpat dan memipih. Umbilikus kemungkinan ada, dengan
garis sinus pertumbuhan yang kadangkala terlihat jelas. Warna cangkang
bervariasi tergantung jenisnya. Pola garis tak beraturan berwarna coklat
kekuningan yang berpusat dari umbilikus. Ukuran cangkang relatif lebih besar dan
lebar pada hewan jantan. Hewan ini memiliki radula dengan 13 elemen, termasuk
2 baris gigi lateral dan 2 baris gigi marginal, rahang dengan dentikulasi kalsium
(Jereb 81: Roper, 2005). Organ berbentuk segitiga yang disebut "hood" terletak di
atas organ tentakel, berfungsi untuk menutup cangkang dan melindungi organ di
dalamnya saat diserang musuh. Di bawah tentakel terdapat lekukan kulit yang
membentuk lingkaran yang disebut funnel berfungsi sebagai tempat keluar
masuknya air saat respirasi, tempat keluarnya kotoran dan juga telur (Jereb &
Roper, 2005). Morfologi cangkang dan organ internal Nautilus dapat dilihat pada
Gambar 2.
Lokomosi
Nautilus menggunakan tentakel untuk pergerakannya. Nautilus bergerak larnbat
ke arah depan saat mencari mangsa, sedangkan saat terancam bahaya mereka
cenderung melarikan diri dengan cara berenang ke arah belakang. Pergerakan ini
dibantu oleh sernburan air yang di pancarkan lewat funnel, sehingga member efek
seperti jet (Eyden, 2006). Hewan ini bersifat fototaksis sehingga cenderung berada
di dasar perairan mencari mangsa di siang hari, sedangkan pada malam hari
cenderung berada di permukaan, mengikuti arah pergerakan migrasi mangsanya,
terutama pada saat bulan bersinar terang. Nautilus kebanyakan ditangkap pada
hari, nelayan dengan menggunakan perangkap jaring dan cahaya lampu.

Habitat
Nautilida adalah hewan benthik yang bergerak bebas yang berasosiasi dengan
terumbu karang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hewan ini mampu
menjelajah sejauh 150 km dalam setahun. Daerah jelajah berkisar dari kedalaman
500 m sampai ke dekat permukaan air, dengan kisaran daerah optimal sekitar 150-
300 m. Faktor yang menjadi pembatas daerah jelajahnya ialah suhu perairan dan
predator, terutarna ikan. Suhu sekitar 25°C mungkin dapat menjadi lethal baginya,
sehingga pemunculannya pada perairan dangkal sering terjadi pada malam hari
dan pada musim dingin (Jereb & Roper, 2005).

Kedalarnan perairan juga membatasi pergerakannya, karena semakin dalam


perairan otomatis tekanan yang ditimbulkan akan semakin besar. Struktur
ketebalan cangkang berkaitan langsung dengan tekanan air. Pada kedalaman 300-
400 m tekanan air dapat mengakibatkan rongga di dalam cangkangnya terbanjiri
air, sehingga keseimbangan (buoyancy) terganggu. Bahkan pada kedalaman 800
m tekanan air dapat meyebabkan pecahnya angkang (Monks, 2002).

Reproduksi
Nautilida merupakan hewan heteroparity, mereka mampu melakukan reproduksi
lebih dari sekali dalam siklus hidupnya. Reproduksinya dapat terjadi sepanjang
tahun, tanpa mengenal musim. Narnun seberapa lama mereka mampu
bereproduksi, belum ada yang mengetahui dengan pasti (Wood, 2002). Matang
kelarnin dicapai pada usia 15-20 tahun. Reproduksi terjadi secara fertilisasi
internal. Hewan jantan menggunakan 4 tentakelnya untuk memindahkan
spermatopore yang akan dilekatkan pada dinding mantel betina. Setelah terjadi
fertilisasi, betina akan betelur hingga sekitar 12 butir. Ukuran telurnya mencapai
3,8 cm, terbesar dibandingkan dengan Cephalopoda lain. Saat menetas, ukuran
cangkangnya mencapai 2,5 cm. Mereka merupakan bentuk miniatur induknya,
tanpa melalui planktonik, dan langsung bisa berburu dan mencari makan (Eyden,
2006).

Pola Makan
Nautilus memiliki mata yang tidak berlensa tidak bisa digunakan untuk mencari
mangsa, karena itu mereka lebih mengandalkan indera penciumannya yang
sensitif untuk mendeteksi keberadaan mangsa seperti ikan kecil dan udang serta
kepiting terkadang mereka juga memakan bangkai hewan lain. Hewan ini
membutuhkan suplai kalsium untuk marnbentuk cangkangnya, yang dapat
dipenuhi dari memakan eksoskeleton hewan Crustacea dan tulang kerangka ikan
yang mereka cerna. Cangkang Nautilus mempunyai sekat-sekat yang akan terus
tumbuh dan bertambah jumlahnya seiring dengan pertumbuhannya. Hewan
dewasa banyaknya ruangan bersekat di dalam cangkangnya dapat mencapai 30
buah (Eyden, 2006).

Status
Melihat sejarah hidupnya yang panjang, Nautilus dapat diasumsikan sebagai fosil
Cephalopoda yang masih hidup. Keanekaragaman jenisnya relatif rendah dan
persebaran geografisnnya terbatas hanya di daerah Indo-Pasifik. Semua jenis
Nautilus dapat ditemukan dari Asia Tenggara sampai perairan Australia,
sedangkan jenis Allonautilus pada perairan laut sekitar pulau Bali, Papua New
Guinea dan Kepulauan Solomon (Ward & Saunders, 1997). Potensi ekonomi
mereka bukanlah sebagai bahan makanan, melainkan sebagai barang hiasan.
Morfologi tubuh yang unik sera motif cangkang yang rnenarik menjadikan
mereka terus -menerus di eksploitasi. Hewan ini sering dijumpai dipelihara dalam
akuarium atau kolam air asin. Struktur cangkang mereka dengan pola garis yang
atraktif serta ukuran cangkang yang relatif besar, dapat mencapai diameter 30 cm,
umbilikus yang relatif besar menjadikan cindera mata bagi para turis.

Sejak tahun 1987, ekspor cangkang Nautilus diatur untuk dibatasi pada daerah
penyebarannya. Namun masih ada saja negara yang melanggarnya, bahkan dalam
kurun waktu dua tahun setelahnya diperkirakan telah terjadi penangkapan sekitar
10.000 hewan hidup untuk diperdagangkan sebagai peliharaan atau dibunuh untuk
diambil cangkangnya (Monks, 2002). Pola reproduksi dan siklus hidup yang
relatif lama membuat pertumbuhan populasinya lambat. Jika tidak benar-benar
dijaga maka populasinya akan terancam. Hal ini membuat kita berkewajiban
untuk melestarikannya. Sejak tahun 1980-an kegiatan ekspor cangkang Nautilus
di Indonesia sudah resrni dilarang. Pelarangan tersebut melalui Surat Keputusan
Menteri Pertanian No.l2/Kpts/II/l987 tanggal 12 Januari 1987 tentang penetapan
tambahan jenis-jenis binatang liar yang dilindungi.

Dapus
Eyden, P 2006. Nautiloids : the first Cephalopods.
http://www.tonmo.com/science/fossils/ nautiloids.php. diakses 24
Desember 2017.

Jereb, P and C.F.E. Roper. 2005. Cephalopods of the world. Volume 1:


Chambered nautiluses and sepioids. Food and Agriculture Organization
of the United Nations, Rome.

Monks, N. 2002. The Perils of the Pearly Nautilus.


http://www.thecephalopodpage.org/nautcon.php. diakses 24 Desember
2017.

Ward, P.D and W.B. Saunders.1997. Allonautilus: A new genus of living


nautiloid cephalopod and its bearing on phylogeny of the
Nautilida.Journal of Paleontology. Vol71: 6. hd :1-12

Wood, J.B. 2002. What we don't know about nautilus. Tentacle. No.10 Januari
2002. hal:22-23.

Anda mungkin juga menyukai