Anda di halaman 1dari 8

anya Jawab Mengenai Status Kewarganegaraan Anak yang Lahir di

wilayah Inggris dan Wilayah Irlandia

Q : Bagaimana status kewarganegaraan anak yang lahir di wilayah Inggris dan Irlandia?
A : Jika seorang anak lahir di Inggris setelah 1 Agustus 2006:
 Dari Ayah Warga Negara Indonesia dan Ibu Warga negara asing,
 Dari Ayah Warga negara asing dan Ibu Warga Negara Indonesia,
 Di luar perkawinan yang sah dari seorang wanita Warga Negara Asing yang diakui oleh
seorang pria Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum
anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin,
 Di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang pria dan wanita Warga Negara
Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan,
 Dari Warga Negara Indonesia di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan
belas) tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan
asing,
 Dari Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 ( lima ) tahun diangkat secara sah
sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan,
 Dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia,
 Di luar perkawinan yang sah dari seorang wanita Warga Negara Indonesia,

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006, Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.01-HL.03.01 Tahun 2006 serta Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007, anak tersebut berhak untuk mendapatkan status kewarganegaraan
ganda terbatas.

Q : Apakah yang dimaksud dengan status kewarganegaraan ganda terbatas?


A : Status kewarganegaraan ganda terbatas adalah status dwi (dua) kewarganegaraan yang
diberikan kepada seorang anak hingga anak tersebut mencapai usia 18 (delapan belas) tahun.

Q : Mengapa batas waktu status perolehan kewarganegaraan dimulai sejak tanggal 1 Agustus
2006?
A : Batas waktu status perolehan kewarganegaraan dimulai sejak tanggal 1 Agustus 2006 karena
pada tanggal tersebut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia mulai disyahkan, dan tidak berlaku mundur.

Q : Apa yang terjadi pada waktu anak berkewarganegaraan ganda terbatas, terutama yang
lahir di wilayah Inggris dan irlandia, mencapai usia 18 (delapan belas)?
A : Anak berkewarganegaraan ganda terbatas yang telah mencapai usia 18 (delapan belas) tahun
dianggap sudah mampu menentukan pilihan, oleh sebab itu anak tersebut diharuskan menentukan
kewarganegaraannya, apakah ingin menjadi warganegara Indonesia atau ingin tetap menjadi warga
negara Inggris.
Q : Bagaimana status anak yang lahir di Inggris dan irlandia sebelum tanggal 1 Agustus 2006?
A : Anak yang lahir sebelum tanggal 1 Agustus 2006 harus mendaftarkan kewarganegaraan terlebih
dahulu untuk mendapatkan status kewarganegaraan ganda terbatasnya dari Pemerintah Indonesia ,
cq. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Q : Apakah ada perbedaan peraturan tentang kewarganegaraan antara negara Indonesia dan
negara Inggris dan irlandia?
A : Ada , yaitu Indonesia menerapkan asas Ius Sanguinis (kewarganegaraan berdasarkan asas
Keturunan) sedangkan Inggris dan Irlandia menerapkan asas Ius Soli (kewarganegaraan
berdasarkan dasar tempat kelahiran). Jadi jika seseorang lahir di Inggris dan Irlandia ia akan
dianggap/diakui sebagai warganegaranya oleh pihak Ingris dan Irlandia, maka dengan demikian di
mata pihak Indonesia anak tersebut menjadi berkewarganegaraan ganda.

Q : Bagaimanakah tata cara pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan Republik


Indonesia bagi anak yang lahir di Inggris dan Irlandia?
A : Tata cara pendaftaran anak untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia bagi anak
yang berdomisili di Inggris dan Irlandia adalah sebagai berikut:
1. Salah seorang dari orang tuanya mengajukan permohonan tertulis dalam bahasa Indonesia yang
ditandatangani di atas kertas bermeterai yang cukup. Adapun bentuk Formulir Permohonan
Pendaftaran Anak untuk Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia tersebut bisa didapatkan
(download) melalui website KBRI.
2. Memperlihatkan Akta Kelahiran asli, dan fotocopynya harus disahkan oleh Perwakilan Republik
Indonesia.
3. Orangtua membuat Surat Pernyataan yang isinya menyatakan bahwa anak belum kawin. Adapun
bentuk Formulir Surat Pernyataan Orangtua bahwa Anak Belum Menikah tersebut bisa didapatkan
(download) melalui website KBRI.
4. Memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk asli atau Paspor orang tua anak yang asli dan masih berlaku,
dan fotocopynya harus disahkan oleh Perwakilan Republik Indonesia.
5. Menyerahkan pas foto anak terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 6 (enam) lembar.
6. Memperlihatkan dokumen asli kutipan Akta Perkawinan/Buku Nikah atau Akta Perceraian/Surat
Talak/Perceraian atau Keterangan/Kutipan Akta Kematian salah seorang dari orang tuanya, dan
fotocopynya disahkan oleh Perwakilan Republik Indonesia.
7. Biaya Pendaftaran sebesar
8. Biaya Legalisasi fotocopy Kutipan Akta Kelahiran sebesar £10.00
9. Biaya Legalisasi fotocopy Kutipan Akta Perkawinan/Buku Nikah atau Akta Perceraian/Surat
Talak/Perceraian sebesar £15.00 atau gratis untuk Keterangan/Kutipan Akta Kematian.
10. Setelah semua formulir dan dokumen terpenuhi, maka pihak KBRI akan mengirimkan berkas-berkas
tersebut ke pihak Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk diproses.
11. Biaya pemberian salinan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang menyatakan memilih
Kewarganegaraan RI sebesar dibayar pada waktu menerima salinan Surat Keputusan tersebut.

Q : Apakah anak lahir di Inggris dan Irlandia setelah tanggal 1 Agustus 2006 diijinkan memiliki
paspor Indonesia?
A : Anak yang lahir di Inggris dan Irlandia setelah tanggal 1 Agustus 2006 diijinkan memiliki paspor
Indonesia sampai anak berumur 18 tahun dengan memenuhi semua persyaratan yang telah
ditetapkan.

Q : Apakah persyaratan membuat paspor Indonesia bagi anak yang lahir di Inggris dan irlandia
setelah tgl 1 Agustus 2006?
A : Persyaratan membuat paspor Indonesia bagi anak yang lahir di Inggris dan Irlandia setelah
tanggal 1 Agustus 2006 adalah:
1. Mengisi Formulir Data Diri dan Formulir Perdim: 14 secara jelas dan lengkap dengan huruf cetak.
Adapun formulir-formulir tersebut bisa didapatkan (download) melalui website KBRI yaitu
2. Pas foto pemohon 2 (dua) lembar berwarna ukuran paspor (2x2 inci).
3. Biaya (Fee) sebesar per pemohon dalam bentuk pembayaran debit card atau Money Order payable
to: The Embassy of Indonesia.
4. Fotocopy Akta Kelahiran (Birth Certificate) anak.
5. Fotocopy paspor ayah dan ibu yang masih berlaku (valid). Catatan: jika paspor orang tua habis masa
berlakunya (expired) maka paspor tersebut harus di perpanjang/diperbaharui terlebih dahulu.
6. Fotocopy Akta Nikah (Marriage Certificate) orang tua.
7. Orang tua mengisi dan menandatangani Surat Pernyataan/Statement atau Form: A.1 (dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa Inggris), disertai fotocopy salah satu dokumen yang dimiliki seperti
berikut ini:
8. Kartu Identitias (Identification Card)
9. Surat Bukti Domisili (Proof of Residency)

Upayakan untuk selalu membuat fotocopy paspor yang telah dimiliki dan disimpan di tempat yang
aman.

Q : Bagaimanakah status kepemilikan Paspor Republik Indonesia yang telah terlanjur


diberikan kepada anak yang lahir sebelum tanggal 1 Agustus 2006?
A : Paspor Republik Indonesia yang telah terlanjur diberikan kepada anak yang lahir sebelum tanggal
1 Agustus 2006 didasarkan pada pertimbangan kebijakan pada saat itu mengingat Undang- Undang
Nomor 12 Tahun 2006 belum diberlakukan, dan masih menganut Undang- Undang Nomor 62 Tahun
1958. Kepada anak-anak tersebut masa berlaku paspornya hingga 5 ( lima ) tahun saja (sesuai masa
berlaku yang ditentukan dalam paspor tersebut). Jika anak tersebut akan mengajukan
perpanjangan/pembaruan paspor nantinya, maka harus merujuk pada prosedur pemberian paspor RI
sesuai Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor M.01-HL.03.01 Tahun 2006 serta Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2007 yang telah berlaku.

Q : Hingga Kapan pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia bagi


anak yang lahir sebelum 1 Agustus 2006 bisa dilakukan?
A : Pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia bagi anak yang lahir
sebelum 1 Agustus 2006, dibatasi hingga 31 Juli 2010. Setelah tanggal 31 Juli 2010, bagi anak-anak
yang ingin mendaftar harus melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi) biasa yang hanya bisa
dilakukan di wilayah Republik Indonesia.

Q : Apakah masih perlu mendaftar kewarganegaraan Indonesia, jika anak yang lahir sebelum 1
Agustus 2006 telah memiliki (pernah dibuatkan) paspor Indonesia?
A : Bagi anak yang lahir sebelum 1 Agustus 2006 namun telah memiliki (pernah dibuatkan) paspor
Indonesia dihimbau untuk segera mendaftar kewarganegaraan Indonesia sebelum masa berakhir
pendaftaran tersebut habis (31 Juli 2010).

Q : Setelah masa pendaftaran kewarganegaraan Indonesia bagi anak yang lahir sebelum 1
Agustus 2006 (pasal 41 UU No. 12 tahun 2006) ditutup pada tanggal 1 Agustus 2010,
bagaimana cara mendaftarkan kewarganegaraan Indonesia bagi satu anak selanjutnya?
A : Cara pendaftaran kewarganegaraan Indonesia bagi anak yang lahir setelah 31 Juli 2010 untuk
selanjutnya dilakukan langsung di Indonesia melalui proses pewarganegaraan (pasal 8 UU No. 12
tahun 2006) dan salah satu syaratnya adalah bahwa pemohon harus tinggal di Indonesia paling
singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut (pasal 9 UU No. 12
tahun 2006).
Q: Apakah Fasilitas Keimigrasian itu?
A : Fasilitas Keimigrasian adalah tanda bukti dalam bentuk Affidavit yang diberikan oleh pemerintah
Republik Indonesia terhadap seorang anak pemegang paspor asing yang berkewarganegaraan
ganda terbatas sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006, Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.01-HL.03.01 Tahun 2006 serta Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007.

Q : Bagaimanakah bentuk Affidavit dan tujuan penggunaannya?


A : Affidavit berbentuk selembar pernyataan tertulis yang sah yang ditempelkan (attach) pada paspor
asing si anak. Affidavit digunakan pada saat si anak berkunjung dan tinggal di Indonesia untuk waktu
tertentu dalam statusnya sebagai warga negara Indonesia terbatas. Affidavit hanya berlaku untuk
sekali kunjungan (sekali masuk dan sekali keluar) wilayah Republik Indonesia.

Q : Apakah persyaratan untuk mendapatkan Fasilitas Keimigrasian?


A : Persyaratan untuk mendapatkan fasilitas keimigrasian yaitu:
1. Mengisi formulir Pendaftaran untuk mendapatkan Fasilitas Keimigrasian. Adapun bentuk Formulir
Pendaftaran untuk mendapatkan Fasilitas Keimigrasian tersebut bisa di dapatkan di website KBRI
(download).
2. Menyerahkan fotocopy Kutipan Akte Kelahiran anak, dan memperlihatkan aslinya.
3. Menyerahkan fotocopy Akta Perkawinan/Buku Nikah atau Akta Perceraian Orang Tua anak, dan
memperlihatkan aslinya.
4. Menyerahkan fotocopy paspor asing anak (bagi anak yang telah memiliki paspor asing), dan
memperlihatkan aslinya.
5. Pas foto anak terbaru yang berwarna, menghadap lurus ke depan dan berukuran (4x6 cm) sebanyak
4 (empat) lembar.

Q :Jika seorang anak memiliki dua paspor, misalnya paspor Republik Indonesia dan paspor
asing (Inggris atau Irlandia), dapatkah kedua paspor itu digunakan secara bersamaan ketika
keluar-masuk wilayah Republik Indonesia?
A : Tidak dapat. Seorang anak harus menggunakan salah satu dari paspor yang dimilikinya ketika
keluar-masuk wilayah Republik Indonesia.
. Konsep Warga Negara

39. Apakah warga negara itu, dan apa bedanya dengan penduduk? Jelaskan.
40. Apakah ius soli dan ius sanguinis itu? Jelaskan dengan contoh.
41. Apakah yang anda ketahui tentang naturalisasi, pewarganegaraan aktif, pewarganegaraan
pasif, dan hak repudiasi?
42. Apakah apatride dan bipatride itu? Bagaimana masing-masing masalah kewarganegaraan
tersebut bisa terjadi? Jelaskan dengan contoh.
43. Menurut UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pada
prinsipnya Indonesia menganut asas ius sanguinis, tapi secara terbatas juga menganut asas ius
soli. Jelaskan mengapa Indonesia bisa dikatakan menganut ius soli terbatas!
44. Benarkah bahwa menurut UU no. 12 tahun 2006 Indonesia juga menganut
kewarganegaraan ganda (bipatride) terbatas? Jelaskan.
45. Jelaskan bahwa dalam perspektif Islam, manusia diciptakan dalam berbagai komunitas
dan suku bangsa adalah untuk saling mengenal dan menjalani kehidupan sosial yang beretika
dan terhormat!
46. Jelaskan bahwa membeda-bedakan manusia atas dasar faktor kebendaan, aqidah, bangsa,
warna kulit, sempurna fizkal atau tidak, adalah bukan dari perspektif metodologi Islam!
47. Jelaskan bahwa keadilan dalam Islam bukan sekadar syiar tetapi adalah kewajiban yang
menuntut ummat dan negara menegakkannya dengan cara yang beretika, tidak dengan cara
dholim dan kekerasan!

F. Konstitusi

48. Apakah konstitusi itu, samakah pengertiannya dengan undang-undang dasar? Jelaskan.
49. Sebutkan dua sistem yang dianut oleh negara-negara dalam mengamandemen UUD-nya.
Indonesia menganut sistem yang mana, dan apa alasannya?
50. Jelaskan, apakah tujuan dari amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945?
51. Dalam proses pembahasan perubahan UUD 1945, Panitia Ad Hoc I menyusun
kesepakatan dasar yang terdiri atas lima butir. Jelaskan.
52. Menurut Montesquieu, kekuasaan negara itu terbagi dalam tiga jenis kekuasaan yang
harus dipisahkan secara ketat (Trias Politica). Sebut dan jelaskan!
53. Menurut van Vollenhoven dalam bukunya Staatsrecht over Zeel. Ia membagi kekuasaan
menjadi empat macam. Sebut dan jelaskan.
54. Di Indonesia, perubahan konstitusi telah terjadi beberapa kali dalam sejarah
ketatanegaraan sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sebutkan.
55. Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sebutkan!
56. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Mahkamah Konstitusi dalam gerak pelaksanaan
kewenangannya!

Selamat belajar, semoga sukses!


Anak hasil perkawinan campuran

Indonesia menganut asas kewarganegaraan tunggal, dimana kewarganegaraan anak mengikuti ayah,
sesuai pasal 13 ayat (1) UU No.62 Tahun 1958 :
“Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia,
turut memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia setelah ia bertempat tinggal dan berada di
Indonesia. Keterangan tentang bertempat tinggal dan berada di Indonesia itu tidak berlaku terhadap
anak-anak yang karena ayahnya memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia menjadi tanpa
kewarga-negaraan.”
Dalam ketentuan UU kewarganegaraan ini, anak yang lahir dari perkawinan campuran bisa menjadi
warganegara Indonesia dan bisa menjadi warganegara asing :
1. Menjadi warganegara Indonesia
Apabila anak tersebut lahir dari perkawinan antara seorang wanita warga negara asing dengan pria
warganegara Indonesia (pasal 1 huruf b UU No.62 Tahun 1958), maka kewarganegaraan anak
mengikuti ayahnya, kalaupun Ibu dapat memberikan kewarganegaraannya, si anak terpaksa harus
kehilangan kewarganegaraan Indonesianya. Bila suami meninggal dunia dan anak anak masih
dibawah umur tidak jelas apakah istri dapat menjadi wali bagi anak anak nya yang menjadi WNI di
Indonesia. Bila suami (yang berstatus pegawai negeri)meningggal tidak jelas apakah istri (WNA)
dapat memperoleh pensiun suami.
2. Menjadi warganegara asing
Apabila anak tersebut lahir dari perkawinan antara seorang wanita warganegara Indonesia dengan
warganegara asing. Anak tersebut sejak lahirnya dianggap sebagai warga negara asing sehingga
harus dibuatkan Paspor di Kedutaan Besar Ayahnya, dan dibuatkan kartu Izin Tinggal Sementara
(KITAS) yang harus terus diperpanjang dan biaya pengurusannya tidak murah. Dalam hal terjadi
perceraian, akan sulit bagi ibu untuk mengasuh anaknya, walaupun pada pasal 3 UU No.62 tahun
1958 dimungkinkan bagi seorang ibu WNI yang bercerai untuk memohon kewarganegaraan
Indonesia bagi anaknya yang masih di bawah umur dan berada dibawah pengasuhannya, namun
dalam praktek hal ini sulit dilakukan.
Masih terkait dengan kewarganegaraan anak, dalam UU No.62 Tahun 1958, hilangnya
kewarganegaraan ayah juga mengakibatkan hilangnya kewarganegaraan anak-anaknya yang
memiliki hubungan hukum dengannya dan belum dewasa (belum berusia 18 tahun atau belum
menikah). Hilangnya kewarganegaraan ibu, juga mengakibatkan kewarganegaraan anak yang belum
dewasa (belum berusia 18 tahun/ belum menikah) menjadi hilang (apabila anak tersebut tidak
memiliki hubungan hukum dengan ayahnya).
Menurut UU Kewarganegaraan Baru
1. Pengaturan Mengenai Anak Hasil Perkawinan Campuran
Undang-Undang kewarganegaraan yang baru memuat asas-asas kewarganegaraan umum atau
universal. Adapun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang ini sebagai berikut:
1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda
bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun
tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam
Undang-Undang ini merupakan suatu pengecualian.
Mengenai hilangnya kewarganegaraan anak, maka hilangnya kewarganegaraan ayah atau ibu
(apabila anak tersebut tidak punya hubungan hukum dengan ayahnya) tidak secara otomatis
menyebabkan kewarganegaraan anak menjadi hilang.
2. Kewarganegaraan Ganda Pada Anak Hasil Perkawinan Campuran
Berdasarkan UU ini anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI dengan pria WNA, maupun
anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA dengan pria WNI, sama-sama diakui sebagai
warga negara Indonesia.
Anak tersebut akan berkewarganegaraan ganda , dan setelah anak berusia 18 tahun atau sudah
kawin maka ia harus menentukan pilihannya. Pernyataan untuk memilih tersebut harus disampaikan
paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau setelah kawin.
Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru yang positif bagi anak-anak hasil
dari perkawinan campuran. Namun perlu ditelaah, apakah pemberian kewaranegaraan ini akan
menimbulkan permasalahan baru di kemudian hari atau tidak. Memiliki kewarganegaraan ganda
berarti tunduk pada dua yurisdiksi.
Indonesia memiliki sistem hukum perdata internasional peninggalan Hindia Belanda. Dalam hal
status personal indonesia menganut asas konkordasi, yang antaranya tercantum dalam Pasal 16 A.B.
(mengikuti pasal 6 AB Belanda, yang disalin lagi dari pasal 3 Code Civil Perancis). Berdasarkan pasal
16 AB tersebut dianut prinsip nasionalitas untuk status personal. Hal ini berati warga negara
indonesia yang berada di luar negeri, sepanjang mengenai hal-hal yang terkait dengan status
personalnya , tetap berada di bawah lingkungan kekuasaan hukum nasional indonesia, sebaliknya,
menurut jurisprudensi, maka orang-orang asing yang berada dalam wilayah Republik indonesia
dipergunakan juga hukum nasional mereka sepanjang hal tersebut masuk dalam bidang status
personal mereka. Dalam jurisprudensi indonesia yang termasuk status personal antara lain
perceraian, pembatalan perkawinan, perwalian anak-anak, wewenang hukum, dan kewenangan
melakukan perbuatan hukum, soal nama, soal status anak-anak yang dibawah umur.
Bila dikaji dari segi hukum perdata internasional, kewarganegaraan ganda juga memiliki potensi
masalah, misalnya dalam hal penentuan status personal yang didasarkan pada asas nasionalitas,
maka seorang anak berarti akan tunduk pada ketentuan negara nasionalnya. Bila ketentuan antara
hukum negara yang satu dengan yang lain tidak bertentangan maka tidak ada masalah, namun
bagaimana bila ada pertentangan antara hukum negara yang satu dengan yang lain, lalu pengaturan
status personal anak itu akan mengikuti kaidah negara yang mana. Lalu bagaimana bila ketentuan
yang satu melanggar asas ketertiban umum pada ketentuan negara yang lain.
Sebagai contoh adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum Indonesia, terdapat syarat materil
dan formil yang perlu dipenuhi. Ketika seorang anak yang belum berusia 18 tahun hendak menikah
maka harus memuhi kedua syarat tersebut. Syarat materil harus mengikuti hukum Indonesia
sedangkan syarat formil mengikuti hukum tempat perkawinan dilangsungkan. Misalkan anak
tersebut hendak menikahi pamannya sendiri (hubungan darah garis lurus ke atas), berdasarkan
syarat materiil hukum Indonesia hal tersebut dilarang (pasal 8 UU No.1 tahun 1974), namun
berdasarkan hukum dari negara pemberi kewarganegaraan yang lain, hal tersebut diizinkan, lalu itu
semua tergatung dari ketentuan mana yang harus diikutinya. Hal tersebut yang tampaknya perlu
dipikirkan dan dikaji oleh para ahli hukum perdata internasional sehubungan dengan
kewarganegaraan ganda ini.

Anda mungkin juga menyukai