Anda di halaman 1dari 8

Dosen Pengampu : Tyas Fernanda, M.

Pd
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Instruksi :
Silahkan Tulis Tangan – Ketik !
Kumpul di sini :
Kelas Palembang : https://forms.gle/72CggjZVHYxbywgW6
Kelas Indralaya : https://forms.gle/YMRD1y8zxc5QHLvr9
Batas Waktu : 13.00-15.00 (1/12/2022)

Nama : Metha Miranda Adha


NIM : 06131282227018
No. Absen : 01
Kelas : Palembang (Pindah kelas dari Indralaya ke Palembang)

SOAL
1. Banyak sekali peraturan mengenai Warga negara, seperti pindah status
kewarganegaraan ataupun ingin memiliki status dalam negara itu sendiri. Jelaskan tata
cara secara spesifik bagaimana proses menjadi seorang warga negara Indonesia ?
2. Sebagai Guru/calon Guru, sudah seharusnya memiliki banyak sumber referensi dalam
berbagai aspek materi, ilmu pengetahuan maupun berbagai macam ilmu pendidikan,
berikan pandangan kalian mengapa Pendidikan Kewarganegaraan wajib diterapkan
sejak dini?
3. Berbicara mengenai Ketahanan Nasional, tampaknya sudah menjadi tugas kita bersama
sebagai warga negara Indonesia, untuk menjaga ketahanan nasional di negara kita ini,
Berikan penjelasan, keterkaitan antara Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara !
4. Jelaskan bagaimana bentuk konsep dasar demokrasi dan bagaimana konsep demokrasi
Pancasila yang dianut Bangsa Indonesia, apakah sudah sesuai dengan konsep
Demokrasi yang sebenarnya ? Berikan Contoh !
5. Berikan pendapat Anda mengenai Praktik KKN yang terus terjadi di Indonesia.
Tindakan apa yang harusnya dilakukan oleh Bangsa Indonesia untuk mengatasi hal
tersebut !

Jawaban:
1. Dalam Undang-Undang, persoalan Kewarganegaraan Indonesia diatur dalam UU
nomor 12 tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 2 tahun 2007. Menurut
UU, ada 13 golongan Warga Negara Indonesia (WNI) ditinjau dari cara
mendapatkannya, yakni:
1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum undang-
undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing;
4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia;
5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau
belum kawin;
9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui;
11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah
dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan;
13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia
Orang-orang yang tidak termasuk dalam ke-13 kriteria tersebut juga bisa mendapat status
sebagai WNI, namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni:
1) Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3) Sehat jasmani dan rohani;
4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6) Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7) Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8) Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Jika syarat-syarat sudah terpenuhi, maka yang harus dilakukan selanjutnya untuk menjadi
WNI adalah dengan mengajukan permohonan ke Presiden Indonesia. Permohonan diajukan di
Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup
dan sekurang-kurangnya memuat; nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status
perkawinan, alamat tempat tinggal, pekerjaan, dan kewarganegaraan asal.
Permohonan tersebut juga harus dilampiri dengan:
1) Fotokopi kutipan akte kelahiran atau surat yang membuktikan kelahiran pemohon yang
disahkan oleh Pejabat;
2) Fotokopi kutipan akte perkawinan/buku nikah, kutipan akte perceraian/surat
talak/perceraian, atau kutipan akte kematian isteri/suami pemohon bagi yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun yang disahkan oleh Pejabat;
3) Surat keterangan keimigrasian yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon yang menyatakan bahwa pemohon telah
bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
4) Fotokopi kartu izin tinggal tetap yang disahkan oleh Pejabat;
5) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari rumah sakit;
6) Surat pernyataan pemohon dapat berbahasa Indonesia;
7) Surat pernyataan pemohon mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
8) Surat keterangan catatan kepolisian yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
pemohon;
9) Surat keterangan dari perwakilan negara pemohon bahwa dengan memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi berkewarganegaraan ganda;
10) Surat keterangan dari camat yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon
bahwa pemohon memiliki pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap;
11) Bukti pembayaran uang Pewarganegaraan dan biaya permohonan ke kas negara; dan
12) Pas foto pemohon terbaru berwarna ukuran 4X6 (empat kali enam) sentimeter sebanyak
6 (enam) lembar.
Berikut tata cara mengajukan permohonan menjadi Warga Negara Indonesia:
1) Berkas permohonan tersebut kemudian disampaikan kepada Kementrian Hukum dan
HAM (Kemenkumham), bisa melalui Kedutaan Besar (Kedubes) RI di negara asal
pemohon, atau Kantor Pengadilan setempat.
2) Pejabat Kemenkumham kemudian memeriksa kelengkapan berkas dan melakukan
pemeriksaan substantif permohonan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
sejak tanggal permohonan diterima.
3) Jika semua berkas yang dibutuhkan telah lengkap, pejabat kemudian akan meneruskan
berkas kepada Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) paling lama 7 (tujuh) hari
setelah pemeriksaan substantif selesai.
4) Selanjutnya Menkumham akan melakukan pemeriksaan lanjutan dan memberi
pertimbangan kepada Presiden terkait permohonan tersebut, paling lama 45 (empat
puluh lima) hari terhitung sejak permohonan diterima.
5) Jika pemeriksaan Menkumham telah selesai, permohonan akan diteruskan kepada
Presiden yang kemudian bisa dikabulkan atau ditolak dalam waktu paling lambat 45
(empat puluh lima) hari terhitung sejak permohonan diterima.
6) Jika dikabulkan, pemohon akan mendapat salinan Keputusan Presiden dengan
tembusan kepada pejabat Kemenkumham.
7) Pemohon kemudian dipanggil sesuai waktu yang ditentukan untuk mengucap sumpah
dan janji setia di hadapan pejabat dan dihadiri 2 orang saksi.
8) Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, pemohon wajib
mengembalikan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya kepada kantor
imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau
pernyataan janji setia.
9) Setelah berita acara pengucapan sumpah dan janji setia diterima, Menteri
mengumumkan nama orang yang telah memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2. Menurut saya, nilai Kewarganegaraan dan Pancasila sangat tepat dan penting bila
ditanamkan pada anak sejak masih usia dini. Hal ini dimaksudkan agar setelah mereka
dewasa, mereka akan terbiasa dengan perbuatan dan tingkah laku yang sesuai dengan
nilai-nilai luhur bangsa yang berlaku. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk memupuk
kesadaran cinta tanah air, mengetahui tentang hak dan kewajiban dalam usaha
pembelaan negara, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika, mengajarkan sikap saling menghargai keragaman, partisipasi
dalam politik, dan juga mengenai sistem pemerintahan dan peraturan yang berlaku.

3. Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain
adalah pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional.
Sedangkan ketahanan nasional adalah kondisi yang harus diwujudkan agar proses
pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu,
diperlukan suatu konsepsi ketahanan nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa
Indonesia. Dengan adanya wawasan nusantara kita harus bisa memilih sikap dan
perilaku yang sesuai kejuangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan
bangsa. dalam kaitannya dengan Pemuda penerus bangsa hendaknya ditanamkan sikap
wawasan nusantara mereka terhadap bangsa dan negara lebih meyakini dan lebih
mendalam. Dengan menyadari bahwa tercapainya tujuan pembangunan nasional
merupakan kehendak dari seluruh rakyat Indonesia, dan dalam rangka menghadapi
makin ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi, upaya yang dilakukan harus
menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya yang ada.

4. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Prinsip-prinsip demokrasi adalah:
 Kedaulatan masyarakat
 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
 Kekuasaan mayoritas dan Hak-hak minoritas
 Jaminan hak asasi manusia
 Pemilihan yang bebas, adil dan jujur
 Persamaan di depan hukum
 Pembatasan pemerintah secara konstitusional
 Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
 Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
 Memperjuangkan Kesejahteraan Masyarakat
Secara keseluruhan, demokrasi yang berjalan di Indonesia telah sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar dari demokrasi di atas. Bukti normatif demokrasi Indonesia tertuang ke dalam
konstitusi. Jadi, bukti normatif bahwa Indonesia adalah negara demokrasi adalah pada dasar
konstitusi yaitu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Salah satu ciri lain
negara demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat. Pernyataan tersebut
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Walaupun demikian, ada saja pelanggaran dan
penyelewengan prinsip demokrasi yang terjadi di Indonesia, seperti masih maraknya politik
uang, pelanggaran HAM, tingkat korupsi yang tinggi, ujaran kebencian dan kabar bohong atau
hoax, ancaman kebebasan pendapat, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, pemerintah harus
tegas dan bijak dalam mengatasi pelanggaran prinsip demokrasi yang terjadi serta masyarakat
juga harus ambil bagian dalam mempertahankan keutuhan demokrasi di Indonesia.

5. KKN ini mengacu ke korupsi, kolusi dan nepotisme telah menjadi bagian intrinsik atau
sudah mendarah-daging di pemerintah Indonesia. Untuk melakukan pencegahan
terhadap praktik KKN, pemerintah Indonesia mengeluarkan landasan hukum yaitu
Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. .
Upaya pencegahan preventif dan represif agar tindak korupsi tidak lagi terjadi adalah
meminimalisasi faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi dan
mempercepat proses penindakan terhadap pelaku tindak korupsi.
a. Strategi Preventif
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi. Upaya
preventif dapat dilakukan dengan:
 Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
 Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
Membangun kode etik di sektor publik.
 Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi
bisnis.
 Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM dan peningkatan
kesejahteraan pegawai negeri.
 Mewajibkan pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas kinerja
bagi instansi pemerintah.
 Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
 Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau BKMN.
 Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
 Kampanye dan edukasi publik tentang tindak KKN untuk menciptakan nilai
atau value secara nasional.
b. Strategi Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-kasus
korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti.
Berikut upaya detektif pencegahan korupsi:
 Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.
 Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
 Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.
 Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
kancah internasional.
 Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah atau
APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.
c. Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah
diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga
para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah:
 Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
 Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar dengan
efek jera.
 Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas.
 Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
 Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem
peradilan pidana secara terus menerus.
 Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi secara
terpadu.
 Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya.
 Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik tindak
pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau
PPNS, dan penuntut umum

Anda mungkin juga menyukai