Djoko Hendratto
NIP 196111141988101001
Direktorat PPKBLU v
vi FAQ s.d 2014 ‘FREQUENTLY ASKED QUESTIONS’
A. Konsep BLU
1. Pertanyaan :
Bagaimana konsep BLU diluar negeri ?
Jawaban :
Konsep BLU sebenarnya lahir dan muncul dari reformasi sektor
publik di Inggris pada tahun 1980-an semasa Perdana Menteri
Margareth Thatcher dengan membuat Institusi publik yang lebih
otonom dengan tata kelola seperti swasta (private-like manner).
Institusi publik yang semi otonom dan dikelola secara entitas
bisnis tersebut disebut dengan “the next step agencies”. Negara-
negara lain juga melakukan hal yang sama seperti Agentschappen
di Belanda, Special Operating Units (SOAs) di Kanada, Independent
Administrative Institution (IAIs) di Jepang dan negara-negara
lainnya.
2. Pertanyaan :
Mohon informasi lebih lengkap lembaga serupa dengan BLU
Jawaban :
1. Literatur yang bisa dijadikan bahan bacaan terkait konsep
dan landasan teori yang mendasari BLU sebagai institusi
publik yang diberikan diskresi dan otonomi, dan dijalankan
seperti organisasi bisnis diantaranya:
a. “Autonomy and Control of State Agencies: Comparing States
and Agencies” by Koen Verhoest et.al. (2010); Palgrave
MacMillan.
b. “Governance of Public Sector Organizations: Proliferations,
Autonomy and Performance” Edited by: Per Laegreid and
Koen Verhoest; Palgrave MacMillan;
c. Special Operating Agencies Kanada:
http://www.tbs-sct.gc.ca
Direktorat PPKBLU 1
2. Bilamana masih diperlukan data dan pertanyaan lanjutan terkait
BLU dan konsep yang mendasarinya, dipersilahkan untuk datang
ke Kantor Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU
Ditjen Perbendaharaan untuk melakukan diskusi lebih lanjut.
B. PENETAPAN BLU/BLUD
1. Pertanyaan :
Dalam era BPJS ini kami menginginkan Puskesmas menjadi PPK
BLUD dengan berbagai alasan. (salah satunya adalah mekanisme
pengelolaan anggaran) Namun karena keterbatasan SDM, apakah
bisa yang di BLUD kan adalah satker dinas Kesehatan yang
membawahi unit kerja Puskesmas.Apa langkah pertama yang
harus dilakukan?
Jawaban :
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah Bab III Bagian Kesatu :
Pasal 4 : “Penerapan PPK-BLUD pada SKPD atau unit Kerja, harus
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.”
Pasal 5 ayat 1 : “Persyaratan substantif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 terpenuhi apabila tugas dan fungsi SKPD atau Unit
Kerja bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan
umum yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public
goods).” Pasal 5 ayat 2 : “Pelayanan umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), berhubungan dengan :
• Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat;
• Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan
umum; dan/atau
2. Pertanyaan :
Proses dan persyaratan serta persiapan yang harus dilakukan
dalam pembentukan BLUD
Jawaban :
a. Berdasarkan Permendagri 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD, antara lain diatur bahwa:
1) Yang dapat ditetapkan sebagai BLUD adalah :
a) SKPD;
b) Unit Kerja SKPD; dan
c) Gabungan beberapa SKPD/beberapa Unit Kerja yang
memiliki kesamaan sifat dan jenis layanan.
2) SKPD/Unit Kerja/Gabungan SKPD/Unit Kerja di lingkungan
Pemda tersebut dapat menerapkan PPK BLUD apabila
tusinya bersifat operasional dalam menyelenggarakan
pelayanan umum.
3) Pembinaan teknis BLUD dilakukan oleh :
a) Sekretaris Daerah untuk BLUD SKPD;
b) Kepala SKPD, untuk BLUD Unit Kerja SKPD;
b. Berdasarkan pengaturan tersebut, Saudara perlu melakukan
Direktorat PPKBLU 3
review apakah unit kerja Saudara telah memenuhi
persyaratan yaitu memiliki tusi bersifat operasional
dalam menyelenggarakan pelayanan umum, sehingga bisa
menerapkan PPK BLUD.
c. Dalam rangka mendapatkan bimbingan teknis dan manajemen
pembentukan BLUD, Saudara dapat berkonsultasi lebih lanjut
kepada
1) Sekretaris Daerah, apabila unit kerja Saudara merupakan
SKPD, atau
2) Kepala SKPD, apabila unit kerja Saudara merupakan Unit
Kerja di bawah SKPD.
d. Untuk mengetahui lebih lanjut dasar hukum pembentukan
BLUD, Saudara dapat mempedomani :
i. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, sebagaimana
yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2012.
ii. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah.
3. Pertanyaan :
Aturan mengenai kewajiban penyusunan Pola Tata Kelola dalam
pengajuan satker menjadi satker BLU/BLUD
Jawaban :
a. Sesuai penjelasan Pasal 4 ayat (4) huruf b PP 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan BLU, bahwa Pola Tata Kelola
(corporate governance) adalah peraturan internal yang antara
lain menetapkan organisasi dan tata laksana, akuntabilitas,
dan transparansi.
b. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
BLUD dalam Pasal 13 disebutkan bahwa pola tata kelola
Direktorat PPKBLU 5
4. Pertanyaan :
1. Apa nama lembaga/instansi setelah status berubah menjadi
BLU?
2. Posisi BLU tersebut, apakah struktural atau non struktural?
Jawaban :
1. a.Nama lembaga setelah menjadi BLU pada dasarnya
merupakan kewenangan dari Menteri/Pimpinan Lembaga,
setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara. Dengan demikian, nama
lembaga tersebut dapat tetap seperti sebelum menjadi BLU.
b. Namun demikian apabila akan diadakan perubahan
terkait organisasi dan tata kerja instansi Pemerintah yang
menerapkan PPK BLU, telah diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/M.
PAN/1/2007 tentang Pedoman Organisasi Satuan Kerja di
Lingkungan Instansi Pemerintah yang Menerapkan PPK BLU
sebagai berikut:
1) Perubahan organisasi dan tata kerja bagi Satker PPK BLU di
lingkungan Pemerintah Pusat dapat dilakukan berdasarkan
analisis organisasi sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan.
2) Perubahan tersebut dapat meliputi penyempurnaan tugas,
fungsi, struktur organisasi dan tata kerja, dan atau eselon
jabatan.
3) Usulan perubahan harus dilengkapi dengan naskah
akademik.
4) Perubahan organisasi dan tata kerja Satker PPK BLU di
lingkungan Pemerintah Pusat ditetapkan oleh Menteri/
Pimpinan Lembaga setelah mendapat persetujuan tertulis
dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
5. Pertanyaan :
Bagaimana pedoman pelaksanaan pola keuangan BLU rumah
sakit
Jawaban :
1. PP No.23 Tahun 2005 merupakan pedoman utama bagi
satker yang ingin menerapkan pola pengelolaan keuangan
BLU. Disamping itu, satker yang telah menerapkan PK BLU
perlu mempedomani berbagai peraturan teknis baik berupa
Peraturan Menteri Keuangan maupun Peraturan Dirjen
Perbendaharaan.
2. Agar satker pemerintah dapat menerapkan pengelolaan
keuangan BLU, terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut:
a. Substantif:
Instansi pemerintah menyelenggarakan layanan umum
berupa penyediaan barang dan/atau jasa, pengelola dana
Direktorat PPKBLU 7
khusus, atau pengelola kawasan atau wilayah.
b. Teknis :
- Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsi
instansi pemerintah layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU. Penilaian ini dilakukan
oleh menteri teknis.
- Kinerja keuangan instansi pemerintah harus sehat.
c. Administratif
Selanjutnya apabila kedua persyaratan tersebut di atas
telah dipenuhi, maka menteri teknis mengusulkan
instansi/satker berkenaan kepada Menteri Keuangan
untuk dilakukan penilaian melalui dokumen persyaratan
administratif yaitu:
• Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja
• Pola Tata Kelola
• Rencana Strategis Bisnis
• Laporan Keuangan Pokok
• Standar Pelayanan Minimum (SPM)
• Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk
diaudit.
3. Berdasarkan hasil penilaian atas dokumen administratif
tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan ketetapan suatu
instansi pemerintah layak atau tidak layak ditetapkan sebagai
satker BLU.
4. Terkait pertanyaan berkenaan dengan pemenuhan persyaratan
substantif dan teknis rumah sakit, kami menyarankan agar
yang bersangkutan menghubungi satker BLU terkait dan
Kementerian Kesehatan.
Direktorat PPKBLU 9
d. Dalam masa awal (transisi) tentunya belum ada saldo kas
karena seluruh PNBP telah disetor ke kas negara. Pada periode
berikutnya kalau memang pendapatan BLU tidak seluruhnya
dibelanjakan, maka akan ada saldo awal yang dapat digunakan
pada tahun anggaran berikutnya.
Satker BLU tetap merupakan bagian dari Kementerian Negara/
Lembaga sehingga RBA satker BLU adalah bagian yang tak
terpisahkan dari RKA K/L. Oleh karena itu, satker BLU pada
dasarnya tetap terikat dengan aturan SBU dalam melakukan
pembayaran baik yang bersumber dari rupiah murni maupun
penerimaan BLU. Namun demikian, satker BLU dapat
mempergunakan standar biaya lain melalui:
a. Penetapan Standar Biaya Khusus oleh Menteri Keuangan.
b. Penggunaan standar biaya berdasarkan perhitungan akuntansi
biaya sebagai bagian dari biaya satuan (unit cost) pada saat
penetapan tarif oleh Menteri Keuangan.
c. Mulai tahun 2011 apabila satker BLU telah mempunyai
perhitungan akuntansi biaya sebagaimana disebutkan
dalam Lampiran I1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 104/
PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
Rencanan Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
(RKA K/L) Tahun Anggaran 2011, rnaka penyusunan RBA-
nya menggunakan standar biaya tersebut, sedangkan untuk
satker BLU yang belum mampu menyusun standar biaya,
RBA disusun berdasarkan Standar Biaya Umum (SBU).
Salah satu kewajiban satker BLU adalah menyusun tarif yang
selanjutnya diusulkan kepada Menteri Keuangan untuk mendapat
penilaian dan penetapan. Sebelum adanya Keputusan Menteri
Keuangan maka satker BLU dalam memberikan jasa layanannya
tetap menggunakan PP yang ada sebagai dasar pengenaan tarif.
1. Pertanyaan :
Bagaimana kriteria penilaian RBA BLU rumpun layanan
pendidikan ?
Jawaban :
1. Ketepatan waktu penyampaian :
Disampaikan kepada Menteri Keuangan (DJA dan DJPB) paling
lambat 7 hari kerja setelah tahun sebelumnya berakhir.
2. Kelengkapan :
a. Ditandatangani oleh Pimpinan BLU;
b. Diketahui oleh Dewan Pengawas atau pejabat yang ditunjuk
menteri/pimpinan lembaga jika BLU tidak mempunyai
Dewan Pengawas;
c. Disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga;
Direktorat PPKBLU 11
d. Format mengikuti Perdirjen Perbendaharaan nomor : 20/
PB/2012 yang mencakup antara lain ringkasan eksekutif,
masing-masing bab dan subbabnya, serta penyajian tabel-
tabel.
3. Akurasi, antara lain :
a) Kesesuaian RBA dengan Rencana Strategis Bisnis BLU dan
pagu anggaran K/L;
b) Standar biaya yang digunakan apakah sesuai dengan
standar biaya yang ditetapkan Menteri Keuangan atau
sesuai standar biaya perhitungan sendiri berdasarkan
perhitungan akuntansi biaya yang disusun satker BLU
dan telah ditetapkan sebagai standar biaya keluaran oleh
Menteri Keuangan;
c) Pencapaian kinerja tahun berjalan baik dari sisi keuangan
maupun layanan;
d) Kemandirian pembiayaan baik pada tingkat satker BLU
maupun pada masing-masing unit kerja.
2. Pertanyaan :
Bagaimana perubahan anggaran (APBD) yang berakibat pada
perubahan pendapatan maupun belanja yang telah ditetapkan
di dalam RBA ?
Jawaban :
Berdasarkan PP 23 Tahun 2005 yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Menteri Keuangan dan Perdirjen Perbendaharaan
menyebutkan bahwa BLU dapat melaksanakan revisi RBA dan
DIPA sesudah adanya APBN P (perubahan). Hal tersebut diatur
pada PMK 91 tahun 2013 dan Perdirjen 55 tahun 2012.
Sedangkan bagi BLUD dalam rangka pengelolaannya didasarkan
kepada PP 23 tahun 2005 dan Peraturan Pengelolaan Keuangan
Daerah oleh karena itu permasalahan perubahan RBA BLUD
setelah perubahan APBD dilaksanakan dalam kerangka
3. Pertanyaan :
1. Apabila BLU menyusun sendiri standar biaya, apakah standar
tersebut harus ditetapkan Menteri terkait? Misal di PTN,
apakah boleh ditetapkan oleh Rektor?
2. Apakah ada ketentuan mengenai penyusunan standar biaya?
3. Bagaimana menyelaraskan RBA yang akrual basis dengan
ikhtisar RBA yang cash basis?
Jawaban :
Sesuai PMK Nomor 71/PMK.02/2013 tentang Pedoman Standar
Biaya, Standar Struktur Biaya, dan Indeksasi dalam Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga/
Negara pasal 1 ayat (2) ditegaskan bahwa Standar biaya adalah
satuan biaya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku
pengelola Ľskal (chief Ľnancial oĿcer) baik berupa standar
biaya masukan maupun standar biaya keluaran, sebagai acuan
perhitungan kebutuhan anggaran dalam penyusunan RKA-K/L.
Sedangkan kewenangan serta batasan pemimpin BLU dalam
menetapkan standar biaya diatur pula pada PMK yang sama pasal
9 yang mengatur bahwa pemimpin satker BLU dapat menetapkan
Standar Biaya Masukan dengan kriteria :
Untuk kegiatan yang sumber dananya berasal dari penerimaan
negara bukan pajak badan layanan umum;
• Merupakan komponen biaya dari tarif layanan; dan
• Mempertimbangkan standar biaya pasar.
Ketentuan Penyusunan standar biaya merujuk pada PMK Nomor
71/PMK.02/2013 tentang Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur
Direktorat PPKBLU 13
Biaya, dan Indeksasi dalam Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Negara.
Sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-20/PB/2012,
ikhtisar RBA terdiri atas ikhtisar target pendapatan menurut
program dan kegiatan dan ikhtisar belanja/pembiayaan menurut
program dan kegiatan. Ikhtisar RBA merupakan bagian dari RBA
Satker BLU yang berfungsi sebagai jembatan penghubung dalam
penyusunan RKA-K/L, sehingga pagu dana dalam ikhtisar RBA
sama dengan pagu dana dalam RKA/KL.
4. Pertanyaan :
Bagaimana pola penganggaran pada satker BLU ?
Jawaban :
Pola penganggaran satker BLU tunduk pada ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum yaitu :
a) BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan
mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Negara/
Lembaga (Renstra-KL);
b) BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana
strategis bisnis satker BLU;
c) RBA sebagaimana dimaksud pada huruf (b) disusun
berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya
menurut jenis layanannya;
d) RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan
pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat,
badan lain, dan APBN;
e) BLU mengajukan RBA kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-KL satker BLU;
f) RBA dimaksud disertai dengan usulan standar pelayanan
Direktorat PPKBLU 15
5. Pertanyaan :
1. Apakah BLU dapat menyediakan anggaran untuk jaminan
penawaran dan jaminan pelaksanaan dari pendapatan BLU
yang dikelolanya? Bagaimana mekanismenya?
2. Apakah hal tersebut tidak bertentangan dengan Pasal 50 huruf
a UU No. 1 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa, Pihak uang
atau surat berharga milik negara/daerah baik yang berada
pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga, apabila
jaminan tsb disita karena wanprestasi?
Jawaban :
1. BLU tidak diperbolehkan menyediakan anggaran untuk hal
tersebut. Sebagai pengganti jaminan penawaran dan jaminan
pelaksanaan dapat dibuat Surat Keterangan Tanggung Jawab
Mutlak oleh BLU atas pekerjaan yang diterimanya. Ketika
BLU dinyatakan tidak sanggup atau wanprestasi maka BLU
membayar ganti rugi kepada pihak ketiga yang dananya
dialokasikan dari APBN.
2. Ya, memang benar sesuai dengan Pasal 50 huruf a UU No. 1
Tahun 2014
6. Pertanyaan :
Apakah dimungkinkan bagi satker BLU untuk menambah
opportunity cost selain uang harian dosen yang ditugaskan
untuk mengikuti kegiatan di luar kota?
Misalnya dosen yang juga dokter (yang praktek di sore hari)
untuk mengganti fee yang hilang, satker membuat kebijakan
menambah fee per hari dari PNBP/DIPA.
Jawaban :
Satker BLU tidak diperkenankan untuk melakukan pengeluaran/
belanja atas beban tagihan negara selain yang sudah tertuang
dalam RBA dan DIPA BLU. Pengeluaran biaya untuk kegiatan
D. PENGADAAN
D PENGADAAN
1. Pertanyaan :
Dalam PMK nomor 08 tahun 2006 Pasal 4 ayat 3 disebutkan bahwa
Pengadaan barang/jasa pada BLU Penuh dapat dilaksanakan
berdasarkan ketentuan pengadaan barang/jasa yang ditetapkan
oleh Pemimpin BLU dengan mengikuti prinsip-prinsip
transparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktek
bisnis yang sehat. Pertanyaannya apakah ketentuan mengenai PBJ
tersebut diatas harus disetujui dan ditetapkan oleh kementrian
keuangan atau cukup oleh pimpinan BLU ?
Jawaban :
Sesuai PMK nomor 08/PMK.02/2006 pasal 4 diatur bahwa
pengadaan barang/jasa terhadap Satker BLU dengan status BLU
secara penuh dapat diberikan ľeksibilitas berupa pembebasan
sebagian atau seluruhnya dari ketentuan pengadaan barang/jasa
pemerintah bila terdapat alasan eĽsiensi dan/atau produktivitas.
Direktorat PPKBLU 17
Adapun ketentuan pengadaan barang/jasa dimaksud ditetapkan
oleh Pemimpin BLU dengan mengikuti prinsip transparansi,
adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktik bisnis yang
sehat. Namun demikian sesuai pasal 3 ketentuan yang sama,
pengadaan barang/jasa pada BLU pada prinsipnya dilaksanakan
berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/
jasa pemerintah.
E PENDAPATAN
1. Pertanyaan :
Pendapatan BLUD terdiri dari : 1. Pendapatan dari Jasa layanan 2.
Pendapatan dari APBN/APBD 3. Pendapatan hibah 4. Pendapatan
Kerjasama dengan pihak Ketiga. Pertanyaan: Pendapatan mana
saja dari keempat sumber pendapatan BLUD di atas yang harus
dicatat dalam kode rekening penerimaan Lain-lain PAD dalam
APBD, bagaimana dasar hukumnya ?
Jawaban :
Sesuai dengan Bab X Pendapatan dan Biaya BLUD Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD, Bagian Kesatu Pendapatan
dalam Pasal 62 dijelaskan bahwa Seluruh pendapatan BLUD
sebagai mana dimaksud dalam Pasal 60, huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf f yaitu : jasa layanan, hibah, hasil kerjasama dengan
pihak lain, dan lain-lain pendapatan BLU yang sah dilaksanakan
melalui rekening kas BLUD dan dicatat dalam kode rekening
kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain pendapatan
asli daerahyang sah dengan objek pendapatan BLUD;
Untuk Informasi lebih lanjut mengenai Tata Kelola Badan Layanan
Umum Daerah, Saudara dapat melakukan konĽrmasi kepada
Kemendagri.
1. Pertanyaan :
Tata cara penggunaan pendapatan dari jasa layanan untuk belanja
modal
Jawaban :
1. Menanggapi pertanyaan diatas dapat disampaikan sebagai
berikut :
a. Pasal 13 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan BLU menyatakan bahwa penyusunan, pengajuan,
penetapan, dan perubahan RBA dan dokumen pelaksanaan
anggaran BLU (termasuk penggunaan pendapatan dan
jasa layanan), diatur oleh Menteri Keuangan/Gubernur/
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
b. Untuk BLU di lingkungan Pemerintah Pusat, Menteri
Keuangan telah mengatur dalam pasal 9 dan 10 PMK No.
92/PMK.05/2011 tentang RBA serta Pelaksanaan Anggaran
BLU, bahwa pendapatan jasa layanan BLU dapat digunakan
untuk membiayai :
1) Belanja Barang, meliputi gaji dan tunjangan, barang/
jasa, pemeliharaan, perjalanan, dan penyediaan
barang/jasa BLU lainnya.
2) Belanja Modal, meliputi tanah; peralatan dan mesin;
jalan, irigasi dan jaringan; serta Ľsik lainnya.
c. Sedangkan untuk BLU di lingkungan Pemerintah Daerah,
dalam pasal 64 dan 73 Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan BLUD dinyatakan bahwa belanja BLUD meliputi
belanja pegawai, barang/jasa, pemeliharaan, lain-lain,
serta investasi/modal.
2. Berdasarkan angka 1 diatas, penggunaan pendapatan dari
jasa layanan BLUD boleh digunakan untuk membiayai Belanja
Modal.
Direktorat PPKBLU 19
G SALDO BLU
1. Pertanyaan :
Terdapat selisih saldo Kas di BLU pada neraca KPPN (SAU)
berbeda dengan saldo Kas di BLU pada neraca satker (SAI), yang
disebabkan karena pembulatan yang sudah terakumulasi dari
digit belakang koma atas pengeluaran tahun yang lalu,
Pertanyaan :
(a) angka mana yang digunakan satker untuk melaporkan saldo
Kas di BLU di Laporan Keuangan?
(b) apabila kita (KPPN) boleh melakukan koreksi, bagaimana
mekanisme/ cara melakukan memo penyesuaian selisih
tersebut ?
(c) Pada seksi manakah memo penyesuaian dilakukan ? apakah
dilakukan pada seksi bendum dan seksi vera ?
(d) apa dasar pelaksanaannya ?
Jawaban :
Apabila setelah ditelusuri penyebab terjadinya selisih adalah
adanya akumulasi digit di belakang koma, sehingga menyebabkan
saldo kas BLU pada neraca KPPN (SAU) lebih kecil/kurang dari
saldo menurut rekening satker BLU (SAI) maka:
a. Angka yang dilaporkan sebagai saldo kas BLU di laporan
keuangan adalah angka sampai dengan rupiah terkecil, tidak
termasuk angka dibelakang koma.
Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap saldo kas
BLU pada neraca KPPN (SAU) dengan mekanisme Memo
Penyesuaian (MP).
b. Prosedur pengajuan MP adalah petugas akuntansi satker
BLU membuat MP dengan format sesuai Perdirjen nomor:
PER-67/PB/2007 yang ditandatangani oleh pemimpin BLU
2. Pertanyaan :
Kami membuat SP3B BLU no. 00137 tertanggal 29 Mei 2012 dan
SP2Bnya tertanggal 31 Mei 2012. Yang jadi masalah sebelum
SP3B itu disahkan kami telah mengesahkan terlebih dahulu
dua buah SP3B no. 00139 dan 00140 tertanggal 24 Mei 2012 dan
SP2B tertanggalnya 28 Mei 2012, setelah dimasukkan kedalam
aplikasi SAKPA ternyata saldo awal untuk SP2B no. 00139 sama
dengan saldo awal SP2B 00137. Mohon petunjuknya.
Jawaban :
Secara konsep, Saldo Akhir diperoleh dari formula Saldo
Awal ditambah Pendapatan dikurangi Belanja. Oleh karena
itu seharusnya saldo awal pada masing-masing SP2B tersebut
berbeda. Terkait dengan informasi saldo awal yang sama pada 2
SP2B dimaksud (nomor 00139 dan nomor 00137) yang diperoleh
dari proses inputing pada aplikasi SAKPA, menurut hemat kami
hal tersebut kemungkinan terjadi karena kesalahan prosedur
inputing ataupun problem teknis dari aplikasi dimaksud.
Mengingat fokus problem berasal dari sistem/aplikasi yang
merupakan domain Direktorat Sistem Perbendaharaan, maka
Direktorat PPKBLU 21
kami usulkan agar permasalahan tersebut diteruskan pula kepada
direktorat berkenaan.
H OPERASIONAL
1. Pertanyaan :
Kami merupakan satker badan layanan umum, yang ingin kami
tanyakan :
1. Untuk belanja LS yang dananya bersumber dari BLU bagaimana
prosedurnya ? apakah bendahara pengeluaran mengambil
dulu dari rekening operasional habis itu ditransfer ke rekening
rekanan atau rekanan dikasih cek untuk kemudian rekanan
mencairkan sendiri atau dari rekening operasional langsung
ditransfer ke rekening rekanan ?
2. Bagaimana pembukuan di Bendahara Pengeluaran?
3. Apakah Bendahara Pengeluaran ikut bertanggungjawab atas
belanja LS BLU tersebut?
Jawaban :
Salah satu kewajiban satker BLU adalah menyusun SOP mengenai
Pengelolaan Kas internal BLU, dimana SOP ini menjelaskan secara
rinci prosedur penatausahaan penerimaan pendapatan dan
pengeluaran belanja sumber dana BLU yang menjamin adanya
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan
BLU. Dalam SOP tersebut harus diatur pula tata cara pembayaran
belanja LS kepada pihak ketiga yang sumber dananya berasal
dari PNBP BLU.
Prosedur pembayaran belanja LS kepada pihak ketiga dimaksud
dapat mengikuti tata cara pembayaran belanja LS sebagaimana
diatur dalam PMK Nomor: 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
Direktorat PPKBLU 23
Tanggung jawab Bendahara Pengeluaran adalah secara pribadi atas
uang yang berada dalam pengelolaannya. Dalam hal Bendahara
Pengeluaran diberikan tambahan tugas untuk mengelola dana
BLU, maka Bendahara Pengeluaran juga bertanggungjawab atas
dana BLU yang berada dalam pengelolaannya.Namun jika tidak,
maka yang bertanggung jawab adalah KPA, PPK, PP-SPM dan
Bendahara BLU.
2. Pertanyaan :
Darimana sumber dana operasional satker BLU ?
Jawaban :
1. Dana operasional BLU, sesuai pasal 14 Peraturan Pemerintah
nomor 23 tahun 2005, terdiri atas:
a. Penerimaan anggaran yang berasal dari APBN/APBD
b. Pendapatan yang berasal dari jasa layanan kepada
masyarakat
c. Hibah tidak terikat
d. Hibah terikat
e. Hasil kerjasama satker BLU dengan pihak lain dan hasil
usaha lainnya
Penerimaan pada poin (a) merupakan penerimaan yang
berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian/lembaga/
pemerintah daerah, yang berarti terjamin ketersediaan dananya
pada dokumen pelaksanaan anggaran. Penerimaan APBN/APBD
digunakan untuk belanja operasional (belanja pegawai, barang,
dan jasa) dan belanja investasi (belanja modal). Belanja dilakukan
dengan mekanisme pengajuan surat perintah membayar ke
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Pendapatan pada poin (b), (c), dan (e) di atas merupakan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi satker BLU dan dapat
digunakan/dibelanjakan langsung untuk kegiatan operasional
BLU tanpa terlebih dahulu disetorkan ke rekening kas negara.
3. Pertanyaan :
Bagaimana SOP pengelolaan keuangan Dana Operasional Rumah
Sakit Badan Layanan Umum Daerah ?
Jawaban :
1. Penyusunan SOP pengelolaan keuangan merupakan
konsekuensi atas dana yang langsung dikelola oleh satker
BLU/BLUD. SOP pengelolaan keuangan memuat alur dana
sejak dari dana tersebut diterima, digunakan sampai
dipertanggungjawabkan di lingkungan internal satker BLU.
Mengingat setelah menjadi satker BLU pendapatan yang
ada dapat digunakan langsung, maka SOP dimaksud harus
mampu menjamin mekanisme saling uji dalam pengelolaan
anggaran. Harus ada kejelasan tugas dan tanggung jawab dari
masing-masing pejabat perbendaharaan yang mengelola
PNBP BLU.
2. Sebagai bahan referensi untuk menyusun SOP, kami
sarankan untuk menggunakan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 tahun 2006 sebagaimana telah direvisi menjadi
Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dan/atau mengadopsi Peraturan Dirjen
Perbendaharaan Nomor : PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Pembayaran atas Beban APBN untuk disesuaikan
dengan kondisi instansi bersangkutan.
Direktorat PPKBLU 25
4. Pertanyaan :
Bagaimana Tata Cara Penggunaan Dana Operasional Rumah
Sakit Badan Layanan Umum ?
Jawaban :
1. Penggunaan dana operasional rumah sakit Badan Layanan
Umum harus dicantumkan terlebih dahulu didalam dokumen
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) dan rencana kerja
dan anggaran SKPD satker BLU yang bersangkutan, dan
penggunaan dana operasional rumah sakit tercantum dalam
APBN/APBD.
2. Pada saat penyusunannya, RBA BLU disusun berdasarkan
kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan
akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD.
3. Adapun pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang
diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang
diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan operasional BLU.
4. Untuk kelancaran dan ketertiban penggunaan dana
operasional, satker BLU perlu menyusun SOP pengelolaan
keuangan sebagai pedoman dalam penggunaan dana tersebut.
5. Pertanyaan :
Bagaimana penarikan kembali PNBP yang telah di setorkan oleh
satker BLU ? (Universitas Mataram)
Jawaban :
1. Menunjuk UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran
yang menjadi kewajiban negara dalam satu tahun anggaran
harus tercatat dalam APBN dan mempunyai masa berlaku
satu tahun anggaran.
2. Ketentuan mengenai penggunaan surplus dikecualikan
6 Pertanyaan :
1. Apakah sama TUSI bagian Keuangan dengan Pengelola
Keuangan ?
2. Pengesahan belanja BLU dan Rekon belanja RM itu masuk
dalam TUSI bagian keuangan atau pengelola keuangan ?
Jawaban :
1. Tusi Bagian Keuangan tidak sama dengan Tusi Pengelola
Keuangan. Namun demikian dapat dimungkinkan pejabat/
staf Bagian Keuangan dapat berperan penuh sebagai pengelola
Direktorat PPKBLU 27
keuangan suatu Satuan Kerja.
Bagian Keuangan merupakan salah satu struktur dari suatu
Satuan Kerja, yang dapat menjadi bagian atau sepenuhnya
berperan dalam Tusi Pengelola Keuangan suatu Satuan Kerja.
2. Pengesahan Belanja BLU dan rekon Belanja RM adalah Tusi
dari Pengelola Keuangan yang dapat dijalankan oleh struktur
Bagian Keuangan ataupun struktur lain yang ditetapkan
sebagai Pengelola Keuangan (sesuai PP 45 Tahun 2013 dan
PMK 190/PMK.05/2012).
7. Pertanyaan :
Apakah bisa biaya anggaran lembur dimasukkan/alokasikan
di akun 525111 (Belanja Gaji dan Tunjangan) mengingat alokasi
lembur pada Rupiah Murni tidak mencukupi ?
Jawaban :
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.05/2009
tentang Kerja Lembur dan Pemberian Uang Lembur Bagi Pegawai
Negeri Sipil pasal 5, diatur bahwa uang lembur dibayarkan dalam
batas pagu anggaran yang tersedia dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) satuan kerja berkenaan.
Sesuai Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-80/PB/2011
tentang Bagan Akun Standar, diatur bahwa akun 525111 (Belanja
Gaji dan Tunjangan) hanya digunakan untuk mencatat belanja
gaji dan tunjangan pegawai BLU yang alokasi pembiayaannya
bersumber dari PNBP.
Dengan demikian belanja lembur yang telah dialokasikan
dalam DIPA satker BLU merupakan batas tertinggi yang dapat
direalisasikan.
1. Pertanyaan :
Apakah BLU wajib membuat LPJ ke Kuasa BUN? Jika ada,
bagaimana format LPJnya?
Jawaban :
Bendahara di BLU wajib menyusun LPJ Bendahara sesuai dengan
maknisme yang diatur khusus untuk BLU dalam Peraturan
Dirjen Perbendaharaan nomor 47/PB/2014. Penyampaian LPJ
Bendahara pada BLU kepada KPPN sesuai dengan peraturan
Dirjen ini dilaksanakan paling lambat tanggal 10 Oktober 2015.
Format LPJ dapat dilihat dalam lampiran peraturan dimaksud.
J PENGESAHAN (SP3B)
1. Pertanyaan :
Bagaimana ralat atas transaksi yang telah disahkan/diterbitkan
SP2B satker PK BLU
Jawaban :
Ralat SP3B/SP2B mengacu pada peraturan terbaru yaitu Peraturan
Dirjen Perbendaharaan nomor 2/PB/2015. Ralat SP3B terdiri dari:
a) Ralat yang berasal dari kesalahan administrasi seperti
kesalahan pencantuman kegiatan, output, jenis belanja,
dan akun.
b) Ralat yang berasal dari kesalahan pencantuman jumlah
nominal pendapatan dan/atau belanja BLU.
Ralat yang disebabkan kesalahan administrasi dilaksanakan
dengan mekanisme koreksi, dimana BLU mengajukan ralat SP3B
yang salah dengan dilampiri fotokopi SP3B BLU dan SP2B BLU
yang akan dikoreksi, SPTJ, ADK dan hardcopy koreksi SP3B BLU
Direktorat PPKBLU 29
dengan nomor SP3B yang sama dengan nomor SP3B BLU yang
akan dikoreksi serta Penjelasan penyebab terjadinya kesalahan.
Ralat yang disebabkan kesalahan jumlah nominal dilaksanakan
dengan mekanisme penyesuaian, dimana BLU mengajukan ralat
SP3B yang salah dengan dilampiri fotocopy SP3B dan SP2B yang
akan disesuaikan , SPTJ, ADK dan hardcopy penyesuaian SP3B BLU
dengan menggunakan nomor baru serta penjelasan penyebab
terjadinya kesalahan. Jumlah nominal SP3B BLU penyesuaian
sebesar nilai selisih antara nilai pendapatan dan/atau belanja
SP3B BLU yang akan disesuaikan dengan nilai pendapatan dan/
atau belanja yang sebenarnya.
K INVESTASI
1. Pertanyaan :
Bagaimana cara menjurnal investasi jangka pendek pada Aplikasi
SAI karena di kantor kami terdapat satker BLU yang mempunyai
deposito jangka pendek yaitu setahun.
Jawaban :
Untuk deposito berjangka waktu 1-3 bulan, masih diklasiĽkasikan
sebagai akun ”Kas pada BLU”, sedangkan deposito berjangka
waktu lebih dari 3-12 bulan diklasiĽkasikan sebagai akun
”Investasi Jangka Pendek BLU”.
Untuk melakukan reklasiĽkasi akun ”Kas pada BLU” ke
dalam akun ”Investasi Jangka Pendek BLU”, dilakukan Memo
Penyesuaian (MP) yang ditandatangani oleh Pimpinan Satker BLU
(tidak perlu disahkan di KPPN) dengan jurnal sebagai berikut :
Jurnal Pertama :
Mengurangi nilai akun ”Kas pada BLU” sebesar jumlah yang
didepositokan:
2. Pertanyaan :
Bagaimana penyajian Investasi jangka pendek BLU
Jawaban :
1. Investasi jangka pendek yang dilakukan oleh satker BLU
dilaksanakan dalam kerangka pengelolaan kas melalui
pemanfaatan surplus kas BLU. Investasi tersebut dilakukan
pada instrumen keuangan dengan risiko rendah, seperti
deposito ataupun surat berharga jangka pendek lainnya.
2. Perlakuan atas investasi dimaksud pada Laporan Keuangan
SAP satker BLU terbagi menjadi 2 :
a. Diakui sebagai setara kas yang diinvestasikan dalam surat
berharga berjangka waktu maksimal 3 bulan.
b. Diakui sebagai investasi jangka pendek BLU untuk yang
diinvestasikan pada surat berharga berjangka waktu di
atas 3 s.d. 12 bulan.
3. Dalam perhitungan saldo kas BLU, poin a dan b dimasukkan
karena secara substansi investasi dimaksud diperoleh dalam
rangka pemanfaatan dana kas yang menganggur (idle)
sementara.
4. Mengenai saran Saudara bahwa kontra pos atas Investasi
Direktorat PPKBLU 31
Jangka Pendek seyogyanya berupa Dana Lancar BLU akan
diskusikan lebih lanjut dengan pihak-pihak yang terkait
pembuatan sistem akuntansi dan aplikasi.
1. Pertanyaan :
Bagaimana tentang Kerja Sama Operasional (KSO) satker PK
BLU?
Jawaban :
1. Pada dasarnya, Joint Bisnis dalam bentuk Kerja Sama
Operasional/KSO di Universitas yang telah ditetapkan sebagai
satker PK BLU diperbolehkan sepanjang sesuai dengan tugas
fungsi dari satker yang bersangkutan.
2. Peraturan mengenai bentuk, jenis, dan tata cara Kerja Sama
Operasional (KSO) dimaksud masih dalam tahap proses
penyelesaian.
3. Hasil Kerja Sama Operasional (KSO) harus dimasukkan sebagai
target pendapatan BLU dalam dokumen penganggaran satker
BLU (RBA/RKAKL/DIPA BLU). Pendapatan yang diperoleh dari
hasil Kerja Sama Operasional (KSO) dicatat sebagai realisasi
pendapatan BLU yang tercantum dalam target pendapatan
BLU pada dokumen penganggaran satker BLU (RBA/RKAKL/
DIPA BLU).
4. Belanja dari PNBP BLU akan dijadikan pembagi dalam
perhitungan untuk daya serap.
2. Pertanyaan :
1) Peraturan-peraturan apakah yang bisa dijadikan acuan?
2) Bagaimana cara memilih perusahaan untuk KSO yang sesuai
dengan kebutuhan kami, apakah harus dilelang atau cukup
Direktorat PPKBLU 33
M ASSET
1. Pertanyaan :
Apa itu penerimaan hasil penjualan aset tetap pada satker BLU?
Jawaban :
Berdasarkan PP 74 tahun 2012 disebutkan bahwa penerimaan
hasil penjualan aset tetap yang pendanaannya berasal dari
pendapatan BLU selain dari APBN/APBD merupakan pendapatan
BLU dan dapat dikelola langsung untuk membiayai belanja
BLU, sedangkan penerimaan hasil penjualan aset tetap yang
pendanaannya sebagian atau seluruhnya berasal dari APBN/
APBD bukan merupakan pendapatan BLU dan wajib disetor ke
rekening Kas Umum Negara/Daerah.
2. Pertanyaan :
Bagaimana agar Hibah berbentuk natura contoh : Mobil bisa
masuk data SIMAK BMN? Tolong beri petunjuk langkah-langkah
nya.
Jawaban :
Untuk Pengisian pada SIMAK BMN terdapat pada menu Hibah
dengan nilai sesuai dengan nilai pasar (market value) maupun
nilai taksiran, tetapi khusus untuk hibah (natura) dari luar negeri
harus di register terlebih dahulu melalui Direktorat Pengelolaan
Utang Kementerian Keuangan. Mengenai teknis detail aplikasi
Simak, dapat menghubungi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan.
1. Pertanyaan :
Aturan penyusunan Laporan Keuangan satker BLU
Jawaban :
1. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 76/
PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan BLU, Satuan kerja (satker) instansi pemerintah
yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU wajib
menyusun Neraca, Laporan Relisasi Anggaran/Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
BLU diberi jangka waktu 2 tahun untuk mengembangkan dan
menerapkan sistem akuntansi keuangan sesuai dengan jenis
layanan BLU dengan mengacu kepada Standar Akuntansi
Keuangan yang berbasis akrual (pendapatan dan belanja
dicatat saat diakui). Sistem ini setidaknya meliputi tiga sistem
besar, yaitu : Sistem Akuntansi Keuangan, Sistem Akuntansi
Aset Tetap dan Sistem Akuntansi Biaya. Disamping itu,
BLU juga mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan
yang mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan
yang berbasis kas (pendapatan dan belanja dicatat saat kas
diterima /dikeluarkan) dalam rangka pengintegrasian Laporan
Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan kementerian
negara/lembaga.
Apabila suatu RS telah menerapkan sistem akuntansi
yang umum berlaku di dunia bisnis berdasarkan kaidah-
kaidah akuntansi yang secara umum berlaku, maka pada
dasarnya tidak terdapat perbedaan berarti dalam penerapan
Direktorat PPKBLU 35
sistem akuntansi ketika nantinya manjadi satker BLU.
Sepengetahuan kami Kementerian Kesehatan mempunyai
Pedoman Akuntansi Rumah Sakit (PARS) yang berbasis
akrual sebagai rujukan pelaksanaan akuntansi keuangan di
lingkungan rumah sakit.
2. Pertanyaan :
1. Pedoman tentang Laporan Keuangan Pokok ?
2. Apa yang dimaksud dengan ekuitas ?
3. Apakah cadangan piutang masuk kedalam ekuitas ?
Jawaban :
1. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 76/PMK.05/2008
tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan
Layanan Umum (BLU) merupakan panduan untuk BLU bukan
BLUD, namun PMK dapat menjadi acuan bagi BLUD.
2. Ekuitas berdasarkan deĽnisi PSAK No. 21 merupakan bagian
hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aset dan
kewajiban yang ada. Ekuitas dikelompokkan kedalam modal
disetor, saldo laba, selisih penilaian kembali aset tetap, dan
modal sumbangan. Penambahan akun pada ekuitas sebaiknya
mengikuti pedoman akuntansi yang berlaku umum.
3. Cadangan piutang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari piutang, sehingga tidak dapat ditempatkan pada
akun ekuitas. Dapat kami tambahkan bahwa piutang
merupakan hak perusahaan. Cadangan piutang dibentuk
untuk menanggulangi piutang yang tidak tertagih. Apabila
jumlah piutang yang tidak tertagih lebih besar dari jumlah
cadangan piutang, maka selisih tersebut merupakan kerugian.
Sementara apabila jumlah cadangan piutang lebih besar
dari jumlah piutang tidak tertagih, maka selisih tersebut
merupakan keuntungan.
1. Pertanyaan :
Bagaimana penilaian kinerja Satker BLU ?
Jawaban :
Terkait dengan penilaian/pengukuran kinerja BLU telah
diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor
32,33 dan 34/PB/2014 tentang Pedoman Penilaian Kinerja BLU
untuk bidang layanan pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Penilaian Kinerja mencakup:
a. aspek keuangan yang terdiri dari rasio keuangan seperti
rasio lancar, rasio kas, perputaran aset tetap, dan rasio
belanja operasional terhadap pendapatan operasional dan
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku seperti ketepatan
penyampaian pertanggungjawaban, pola tata kelola, dan
memiliki tarif layanan yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
b. aspek layanan yang terdiri dari kualitas layanan, dan mutu
dan manfaat kepada masyarakat.
P AKUNTANSI
1. Pertanyaan :
Bagaimana pencatatan dana bergulir dalam akuntansi
Jawaban :
1. BLU merupakan satuan kerja dari kementerian negara/lembaga
(K/L) induknya. Dalam menyusun laporan keuangan, satker
BLU menggunakan dua standar akuntansi yaitu Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Laporan keuangan BLU berdasar SAP
Direktorat PPKBLU 37
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga (K/L) induknya. Sedangkan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan kompilasi
dari laporan keuangan seluruh kementerian negara/lembaga
(K/L). Dari sini terlihat bahwa laporan keuangan BLU berada
pada sisi yang sama dengan laporan keuangan pemerintah.
2. Berkenaan dengan pertanyaan diatas, untuk dana bergulir,
baik satker BLU maupun pemerintah mencatatnya sebagai
Investasi Jangka Panjang Non Permanen. Mengingat
pencatatan menggunakan sistem double entry, Ekuitas
Dana Investasi (modal) juga bertambah sebesar investasi
yang dilakukan tadi, sehingga secara keseluruhan jumlah
aset dan ekuitas dana yang ada meningkat proporsional.
Untuk lebih jelasnya kami sarankan agar Saudari membaca
Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.05/2008 jo. PMK
No. 218/PMK.05/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Dana
Bergulir pada Kementerian Negara/Lembaga dan Buletin
Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) no.
07 tentang Akuntansi Dana Bergulir yang disusun oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
2. Pertanyaan :
Bagaimana konsolidasi laporan keuanagan ex PT BHMN ?
Jawaban :
Perlu kami sampaikan bahwa surat Direktur Jenderal
Perbendaharaan nomor S-11279/PB/2011 tanggal 7 Desember
2011 hal Konsolidasi Pendapatan dan Belanja PT BHMN TA
2011 ke dalam Laporan Keuangan Kemendikbud TA 2011 pada
dasarnya diperuntukkan agar laporan keuangan BHMN dapat
disahkan ke dalam laporan keuangan Kemendikbud. Tata cara
3. Pertanyaan :
Berdasarkan KMK No.379/KMK.05/2013 tentang Remunerasi
Bagi Pegawai BLU dalam Ketetapan No. 11 dinyatakan bahwa
Pegawai BLU boleh diberikan honor Tim Pelaksana Kegiatan
paling banyak 2 (dua) tim perbulan, apakah ketentuan ini
termasuk Honor Panitia Kegiatan Seminar/Rapatkoordinasi
/Sosialisasi/ Diseminasi/ Bimtek /Workshop/Rapat Kerja/
Sarasehan/ Simposium/Lokakarja/Forum Group Discussion yang
diatur dalam Penjelasan SBM No.11.4 PMK No. 53/PMK.02/2014?
Di mana mengenai panitia ini tidak ada batasan perbulannya,
tergantung kepada kegiatannya
Direktorat PPKBLU 39
Jawaban :
Bahwa KMK No.379/KMK.05/2013 memungkinkan untuk diberikan
honor Tim Pelaksana Kegiatan. Terkait dengan implementasi Tim
Pelaksana Kegiatan agar dapat berkoordinasi dengan Direktorat
Jenderal Anggaran khususnya terkait dengan batasan/deĽnisi
operasi Tim Pelaksana Kegiatan termasuk term pembayaran
(bulanan) mengingat PMK Nomor 53/PMK.02/2014.
Q TARIF
1. Pertanyaan :
Apa pedoman penyusunan tarif Layanan Badan Layanan Umum
(BLU) ?
Jawaban :
1. Sampai saat ini pedoman pelaksanaan penyusunan tarif yang
berbentuk aturan di bawah Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum masih dalam proses pembahasan di Direktorat
Pembinaan PK-BLU, sehingga penyusunan tarif layanan
BLU hendaknya mengacu pada PP Nomor 23 Tahun 2005.
2. Mengacu pada Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005, dijelaskan bahwa tarif layanan BLU disusun atas dasar
perhitungan biaya per unit layanan. Sebagaimana diketahui,
perhitungan biaya per unit layanan tersebut merupakan salah
satu komponen di dalam RBA. Tarif layanan diusulkan oleh
BLU berkenaan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga diatasnya
yang selanjutnya akan diajukan kepada Menteri Keuangan
untuk ditetapkan. Di dalam usulan tersebut hendaknya
R REMUNERASI
1. Pertanyaan :
Apa itu remunerasi BLU dan bagaimana hubungannya dengan
kinerja pegawai ?
Jawaban :
1. Dalam pengelolaan BLU, kepada pejabat pengelola, dewan
pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi
berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme yang diperlukan. Remunerasi BLU tersebut
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan atas usulan
menteri/pimpinan lembaga (Pasal 36 PP 23/2005). Peraturan
lebih lanjut tentang remunerasi diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 jo PMK Nomor
73/PMK.05/2007 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi
bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai BLU.
2. Komponen remunerasi terdiri dari:
a. Gaji, adalah imbalan Ľnansial bersih yang diterima setiap
bulan oleh pejabat pengelola dan pegawai BLU.
b. Honorarium, adalah imbalan Ľnansial bersih yang diterima
setiap bulan oleh Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan
Pengawas.
Direktorat PPKBLU 41
c. Tunjangan (Tetap) adalah, tambahan pendapatan di luar
gaji yang diterima oleh pejabat pengelola dan pegawai
BLU, yang diberikan berdasarkan prestasi kerja, lokasi
kerja, tingkat kesulitan pekerjaan, kelangkaan profesi,
dan unsur pertimbangan rasional lainnya.
d. Bonus atas prestasi, adalah pemberian pendapatan
tambahan bagi pejabat pengelola, pegawai, Dewan
pengawas dan sekretaris dewan pengawas BLU yang
hanya diberikan setahun sekali bila syarat-syarat tertentu
dipenuhi.
3. Besaran remunerasi ditetapkan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor:
a. Proporsionalitas
Yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang
dikelola oleh BLU serta tingkat pelayanan. Pertimbangan
ini sejalan dengan compensable factor, meliputi segala
jenis faktor yang dipilih untuk menentukan seberapa
besarnya nilai suatu jabatan. Pertimbangan yang bisa
digunakan untuk mengukur proporsionalitas atas besaran
remunerasi adalah:
1) Posisi Jabatan. Posisi jabatan yang sama, untuk jenis
layanan yang berbeda ataupun berdasarkan besar
kecilnya unit yang dikelola tentunya tidak bisa
disamakan besaran remunerasinya. Misal: Rektor
Universitas Indonesia tidak bisa disamakan besaran
remunerasinya dengan Direktur Sekolah Tinggi Ilmu
Pelayaran pada Kementerian Perhubungan.
2) Individu yang bersangkutan. Pegawai dengan
reputasi atau pengalaman tertentu tentunya tidak
bisa disamakan dengan orang yang belum punya
reputasi atau pengalaman. Misal: Meskipun menangani
Direktorat PPKBLU 43
a. Analisa dan Uraian Jabatan (Job Description and Analysis)
Analisa jabatan adalah proses secara sistematis untuk
mendapatkan informasi-informasi yang penting dan
relevan mengenai suatu Jabatan. Sedangkan uraian
jabatan adalah menjelaskan mengenai apa yang harus
dikerjakan, mengapa dikerjakan, dimana dikerjakan, dan
secara ringkas bagaimana mengerjakannya.
b. Penilaian Jabatan (Job Evaluation)
Adalah proses secara sistematis untuk menilai besar-
kecilnya atau bobot (secara relatif) jabatan-jabatan yang
terdapat dalam suatu organisasi. Berdasarkan penilaian
jabatan akan diperoleh pemeringkatan jabatan (Job
Grading). Yang dibutuhkan untuk menilai suatu jabatan
adalah:
1) “Compensable Factor” adalah segala jenis faktor yang
dipilih untuk menentukan besarnya nilai jabatan; dan
2) Faktor tersebut memiliki beberapa derajat/tingkatan
pengukuran.
Compensable factor yang umum terdiri dari:
1) Kemampuan (Skill) yang meliputi: pengetahuan
(formal maupun non-formal), kemampuan analitik,
kemampuan Ľsik/visual, kreativitas, dan kemampuan
berkomunikasi.
2) Aktivitas (effort) yang meliputi aktivitas Ľsik dan
aktivitas mental.
3) Tanggung jawab (responsibility) yang meliputi: akibat
terhadap organisasi, pengambilan keputusan,
hubungan internal atau eksternal organisasi, dan
akuntabilitas.
4) Kondisi kerja (working condition) yang meliputi: tingkat
resiko lingkungan kerja dan tingkat kenyamanan
tingkat kerja.
2. Pertanyaan :
Bagaimana upaya peningkatan kesejahteraan pegawai satker
BLU tanpa melanggar ketentuan yang berlaku ?
Jawaban :
Pada dasarnya instansi pemerintah yang ditetapkan menjadi
satker BLU diharapkan dapat memperbaiki tata kelola organisasi
dan keuangan. Memperbaiki tata kelola organisasi di sini meliputi
perbaikan pengelolaan kelembagaan, pembagian pejabat
pengelola BLU, kepegawaian, serta proses pembinaan dan
pengawasan. Sementara itu memperbaiki tata kelola keuangan
Direktorat PPKBLU 45
diantaranya adalah menyusun pola remunerasi yang didasarkan
pada tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang
diperlukan.
Berkenaan dengan penetapan remunerasi, Kementerian Keuangan
akan memproses usulan dari kementerian teknis. Mengenai
masih banyaknya kegiatan bersifat tupoksi yang diberikan honor,
kami menyarankan agar permasalahan ini dikomunikasikan juga
kepada Kementerian. Seyogyanya setelah remunerasi ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, kesejahteraan pegawai dapat meningkat
tanpa menghilangkan unsur akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara.
3. Pertanyaan :
Saya membaca dibeberapa website mengenai tunjangan kinerja
kementerian yang disetujui presiden tahun 2013, ada yang
mengatakan bahwa: "PNS yang dipekerjakan pada BLU yang
telah terlebih dahulu memiliki remunerasi, yang didalamnya
ada pemberian tunjangan kinerja,tidak berhak mendapatkan
tunjangan kinerja dari kementerian pusatnya. apakah itu benar?.
jika benar dasarnya apa? karena dalam PP NO. 74 2012 mengenai
BLU tidak ada kata-kata demikian.
Jawaban :
Pernyataan dari website tersebut benar.
Untuk pembayaran Tunjangan Kinerja PNS yang dipekerjakan
pada BLU di Lingkungan Kementerian/Lembaga diatur dan
ditetapkan dengan Peraturan Presiden RI;
Pegawai Negeri Sipil pada Badan Layanan Umum yang telah
mendapatkan remunerasi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012.
Direktorat PPKBLU 47
4. Pertanyaan :
Dengan diberlakukannya anggaran berbasis kinerja dan adanya
Tunjangan Kinerja, apakah ada pedoman kegiatan apa saja yang
bisa dibayarkan dan apa saja yang tidak boleh dibayar, misal
Kelebihan Mengajar Dosen, apa masih dibayar " apakah honor
pengelola keuangan BLU (KPA, PPK, Bendahara dll) apa juga
masih bisa dibayar ?
Jawaban :
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum diatur
bahwa pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU
dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab
dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan. Adapun bentuk
remunerasi dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium,
insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau pensiun. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.02/2013
tentang Pedoman Standar Biaya, Standar Struktur Biaya, dan
Indeksasi dalam Penyusunan RKA-K/L diatur bahwa satuan
biaya yang bersifat menambah penghasilan diluar komponen
remunerasi bagi dewas, pejabat pengelola, pegawai Satker BLU,
serta satuan biaya perjalanan dinas dalam dan luar negeri harus
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. Mengingat
honor merupakan satuan biaya yang bersifat menambah
penghasilan, maka penggunaannya harus ditetapkan oleh Menteri
Keuangan terlebih dahulu.
Selain itu, dalam PMK tersebut juga diatur bahwa kebijakan
pembatasan pembayaran honor dikecualikan untuk honor bagi
pejabat perbendaharaan (KPA,PPK,PPSPM, dan Bendahara)
6 Pertanyaan :
Apakah pegawai BLU yang berstatus PNS masih mendapatkan
remunerasi dari pemerintah ?
Jawaban :
Sesuai dengan pasal 36 PP 23 tahun 2005, kepada Pejabat Pengelola
Direktorat PPKBLU 49
(Pemimpin BLU. Pejabat Teknis dan Pejabat Keuangan), Dewas
dan Pegawai BLU (baik PNS maupun non PNS profesional) dapat
dibayarkan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan
tuntutan profesionalismenya.
Remunerasi ini bersumber dari PNBP satker BLU yang
bersangkutan.
Remunerasi yang diterima bagi pegawai PNS, adalah selisih dari
besaran remunerasi setelah dikurangi RM (sbg PNS) sebagai
contoh: Fulan, pegawai RS BLU A, atas jabatannya di satker BLU
diberikan remunerasi sebesar Rp.7.000.000. Bila sebagai PNS
telah dibayarkan gaji (RM) Rp.2.000.000, maka remunerasi
yang dibayarkan dari PNBP adalah sebesar Rp.7.000.000,- (-)
Rp.2.000.000,- = Rp.5.000.000,-
Dalam hal Kementerian Kesehatan telah membayarkan tunjangan
kinerja (bersumber dari RM), maka Fulan tidak boleh menerima
double/duplikasi.
7. Pertanyaan :
Bagaimana pemberian tunjangan asuransi untuk pegawai BLU
berupa tunjangan hari tua ?
Jawaban :
Pemberian tunjangan hari tua kepada pegawai BLU hendaknya
memperhatikan ketentuan yang ada yaitu Peraturan Menteri
Keuangan No.10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan
Remunerasi bagi Pejabat Pengelola Pengawas dan Pegawai Badan
Layanan Umum.
Pasal 7 : “BLU dapat memberikan tunjangan tetap,bonus atas
prestasi, pesangon dan atau pensiun kepada Pejabat Pengelola,
Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan Pegwai BLU,
dengan memperhatikan kemampuan pendapatan BLU yang
bersangkutan”.
Direktorat PPKBLU 51
dan Pegawai BLU untuk masing-masing BLU”.
Berdasarkan pasal 9 tersebut suatu BLU bila berencana
memberikan remunerasi berupa tunjangan asuransi hendaknya
mengusulkan kepada Menteri Kesehatan untuk diteruskan kepada
Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan. Terkait
dengan permasalahan kontrak atau perikatan dengan perusahaan
asuransi hendaknya mengacu kepada Perpres 54 tahun 2010
jo Perpres 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
dilingkungan Pemerintah.
S HONOR
1. Pertanyaan :
Apakah bisa pegawai kami yang menjadi moderator di suatu
seminar yang kami adakan, mendapatkan honorarium sesuai
dengan yang ada di SBU?
Jawaban :
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor
PMK-84/PMK.02/2011 tentang Standar Biaya Umum tahun 2012
ditegaskan bahwa ”Honorarium narasumber diberikan kepada
pegawai negeri/non pegawai negeri yang memberikan informasi/
pengetahuan kepada pegawai negeri lainnya/masyarakat.
Honorarium narasumber pegawai negeri dapat diberikan dengan
ketentuan:
1. Berasal dari luar lingkup unit eselon I penyelenggara;
2. Berasal dari lingkup unit eselon I penyelenggara sepanjang
peserta yang menjadi sasaran utama kegiatan berasal dari
luar lingkup unit eselon I berkenaan/masyarakat.
3. Dalam hal narasumber melakukan perjalanan dinas,
narasumber dapat diberikan uang harian perjalanan dinas
dan honorarium selaku narasumber.”
2. Pertanyaan :
Bagaimana honorarium yang terkait dengan tugas pokok dan
fungsi satker BLU ?
Jawaban :
1. Berdasarkan PMK Nomor: 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk,
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Lembaga (RKAKL), PMK Nomor: 91/PMK.05/2007
tentang Bagan Akun Standar dan Perdirjen Perbendaharaan
Nomor : PER-33/PB/2008 tentang Pedoman Penggunaan
Akun Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan
Belanja Modal bahwa honor yang dapat dibayarkan adalah
honor yang termasuk dalam belanja barang operasional dan
belanja barang non-operasional.
2. Honor yang termasuk dalam belanja barang operasional
adalah honor yang terkait dengan operasional satker, yaitu
honorarium pejabat pembuat komitmen.
3. Honor yang termasuk dalam belanja barang non-operasional
adalah honor yang terkait dengan output kegiatan, dimana
penggunaan akun ini harus selektif dan dapat dialokasikan
sepanjang :
a) Pelaksanaannya memerlukan pembentukan panitia/ tim/
kelompok kerja;
b) Mempunyai output jelas dan terukur;
c) Sifatnya koordinatif dengan mengikutsertakan satker/
organisasi lain;
d) Sifatnya temporer sehingga pelaksanaannya perlu
diprioritaskan atau di luar jam kerja;
Direktorat PPKBLU 53
e) Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada
PNS disamping tugas pokoknya sehari-hari;
f) Bukan operasional yang dapat diselesaikan secara internal
satker.
Contoh honor yang termasuk dalam belanja barang non-
operasional adalah honor untuk semua tim pelaksana
kegiatan yang terdiri dari Pengarah, Penanggung Jawab,
Koordinator, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota
termasuk Sekretariat.
3. Pertanyaan :
Apa itu satuan biaya honorarium ?
Jawaban :
Dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 104 /
PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
Rencanan Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
(RKA K/L) Tahun Anggaran 2011 disebutkan bahwa dalam
rangka penyusunan RKA-KL, bagi satker BLU yang telah mampu
menyusun standar biaya menurut jenis layanannya berdasarkan
perhitungan akuntansi biaya, maka penyusunan RBA-nya
menggunakan standar biaya tersebut. Sedangkan untuk satker
BLU yang belum mampu menyusun standar biaya, RBA disusun
berdasarkan Standar Biaya Umum (SBU).
Untuk diketahui, standar biaya adalah besaran biaya yang
ditetapkan sebagai acuan penghitungan kebutuhan biaya
kegiatan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
Sementara, Standar Biaya Umum adalah satuan biaya berupa
harga satuan, tarif dan indeks yang digunakan untuk menyusun
biaya komponen masukan kegiatan, yang ditetapkan sebagai
biaya masukan.
Menurut pendapat kami perubahan biaya honorarium dari 40%
menjadi 25% seperti yang Saudara sampaikan kemungkinan
4. Pertanyaan :
Bagaimana penerapan Honorarium pada satker BLU ?
Jawaban :
1. Beberapa hal yang dapat diindikasikan sebagai penyebab
keterlambatan penerimaan honorarium antara lain
keterlambatan revisi RBA dan DIPA, serta belum efektifnya
SOP pengelolaan keuangan internal. Kami sarankan kepada
Saudara untuk meminta penjelasan langsung dari pejabat
pengelola keuangan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
2. Kebutuhan dana tiap-tiap kegiatan dihitung menggunakan
pendekatan akuntansi biaya, sehingga tidak ada komposisi/
prosentasi tertentu untuk honor dosen, honor panitia atau
pembelian ATK, namun diharapkan prosentase untuk honor
ditetapkan dengan sewajarnya.
3. Apabila di masing-masing kegiatan ada kepanitiaan, maka
harus diterbitkan surat keputusan sebagai dasar pembayaran
honorarium panitia. Kegiatan yang diperkenankan
membentuk kepanitiaan adalah kegiatan yang bersifat ad-
hoc, tambahan atau bersifat koordinasi (melibatkan pihak di
luar internal satker). Berkenaan dengan honorarium pegawai
BLU yang masih melekat dalam setiap kegiatan, satker BLU
diharapkan segera menyusun remunerasi bagi pegawainya
yang bersifat single salary, sehingga pemberian honorarium
bisa lebih selektif dan hanya diperuntukkan bagi kegiatan
yang bersifat ad-hoc (bukan kegiatan rutin/tupoksi).
Direktorat PPKBLU 55
5. Pertanyaan :
Bagaimana Honor sebagai PPK dan penandatangan SPM yang
dibiayai dari RM untuk kegiatan yang bersumber dana BLU ?
Jawaban :
Dalam PMK nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan APBN disebutkan
bahwa Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang
melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan
dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
atas beban APBN. Sementara itu, Pejabat Penandatangan
Surat Perintah Membayar (PPSPM) adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas
permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.
Pada prinsipnya PPK dan PPSPM bertanggung jawab atas beban
belanja APBN, baik yang bersumber dari RM APBN maupun PNBP.
Selain itu, PPK dan PPSPM tidak dapat dirangkap oleh pejabat
yang sama untuk menjamin mekanisme saling uji.
Atas dasar hal-hal tersebut, maka :
1. PPK tidak boleh merangkap sebagai PPSPM, sehingga
tidak diperbolehkan dan dilarang untuk menerima honor
sebagai PPK dan PPSPM sekaligus. Besaran honor yang
dapat dibayarkan untuk pejabat perbendaharaan mengikuti
ketentuan standar biaya masukan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dan berasal dari sumber RM APBN.
2. Kepala satker tidak diperkenankan untuk menerima honor
sebagai KPA dari RM APBN dan juga menerima honor
sebagai pemimpin PK BLU dari PNBP, mengingat kedudukan
sebagai KPA dan pemimpin PK BLU merupakan hal yang
tidak terpisahkan. Apabila ada imbalan kerja lainnya yang
akan diberikan kepada pemimpin satker BLU, maka harus
dilakukan dengan remunerasi yang mendapat persetujuan
Menteri Keuangan. Dalam PP nomor 23 tahun 2005 dinyatakan
T SDM
1. Pertanyaan :
Bagaimana pengangkatan pegawai non PNS pada satker BLU ?
Jawaban :
1. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada PP No. 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, Pasal 33 ayat (1) disebutkan bahwa Pejabat pengelola
BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil
dan/atau tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sesuai
dengan kebutuhan BLU. Penjelasan untuk isi Pasal 33 ayat
(1) dimaksud adalah Pejabat pengelola BLU dan Pegawai BLU
tenaga profesional non pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud dapat dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan
kontrak.
2. Pada Pasal 33 ayat (2) disebutkan bahwa syarat pengangkatan
dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang
berasal dari pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kepegawaian.
3. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pengangkatan Tenaga Profesional Non
PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 PP 23 Tahun
2005 adalah dalam rangka pengelolaan bisnis BLU dan
pengangkatan tersebut lebih ditujukan untuk meningkatkan
Direktorat PPKBLU 57
kinerja BLU sesuai kompetensi dan profesionalitasnya.
Penetapan beban kerja dan kualiĽkasi tenaga kerja profesional
non PNS serta besaran satuan biaya honorarium merupakan
tanggungjawab Pimpinan BLU yang bersangkutan.
2. Pertanyaan :
Apakah ada persyaratan khusus bagi pegawai non pns atau
pegawai kontrak yang ingin dialihkan ke pegawai tetap BLU
mesti minimal berijazah apa atau minimal berapa lama kerja
di tempat tersebut? dan apakah ada ketentuannya di peraturan
pemerintah? terima kasih
Jawaban :
Mengenai aturan pengangkatan dan pemberhentian pejabat
pengelola dan pegawai BLU diatur di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 74 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum
Pasal 33 ayat (6) untuk BLU di lingkungan kementerian negara/
lembaga:
Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola
dan pegawai BLU di lingkungan kementerian negara/lembaga
yang berasal dari tenaga profesional non-pegawai negeri sipil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh pemimpin BLU.
1. Pertanyaan :
Bisakah belanja kegiatan tahun kemarin dibayar pada tahun
berikutnya dengan memasukkan kegiatan tersebut dalam POK
tahun berikutnya, dasar hukumnya apa ? mohon penjelasannya
2. Pertanyaan :
Ada kegiatan tahun yang lalu masih belum terbayarkan, bisakah
kegiatan ini dibayarkan tahun berjalan untuk satker BLU?
Jawaban :
Pada prinsipnya pembayaran tunggakan tahun yang lalu dapat
dilakukan pada tahun anggaran berjalan dengan melakukan
perubahan atau pergeseran rincian belanja/anggaran. Apabila
sumber dana kegiatan dimaksud berasal dari RM APBN, maka
perubahan atau pergeseran rincian belanja agar mengacu pada
Perdirjen Perbendaharaan tentang Tata Cara Revisi DIPA.
Direktorat PPKBLU 59
Sedangkan apabila sumber dana untuk membiayai tunggakan
dimaksud berasal dari PNBP/Pendapatan BLU, maka agar merujuk
pada Perdirjen Perbendaharaan nomor PER-55/PB/2011 tentang
Tata Cara Revisi RBA DeĽnitif dan Revisi DIPA BLU.
Untuk lebih jelasnya, kami sarankan Saudara dapat berkonsultasi
langsung dengan Kanwil DJPBN setempat.
Direktorat PPKBLU 61