Anda di halaman 1dari 3

Tema : Enterpreneur di Lahirkan atau dibuat ?

Judul :

Enterpreneur adalah keturunan Tionghoa ?

Minoritas Masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa sudah tidak diragukan lagi


kemampuannya dalam dunia kewirausahaan. Mereka cukup terkenal dengan kemampuannya
dalam berdagang, maupun mengelolah keuangan. Banyak artikel yang kemudian membahas
rahasia kesukesan keturunan Tionghoa diantaranya yaitu; Belajar berbisnis sejak kecil, selalu
bijak dalam mengelola keuangan, memikirkan masa depannya, memikirkan perputaran uang
dari pada untung yang besar, tidak berhutang, dan negosiasi untuk mendapatkan harga yang
murah.

Kebanyakan keturunan tioghoa pun sedari kecil sudah diajarkan untuk berdangang maupun
mengelolah usaha keluarga. Dengan harapan kelak dapat menjadi enterpreneur melanjutkan
usaha keluarganya ataupun membuka usaha yang baru. Kemudian timbul peryataan
“mempertahankan lebih sulit dibanding membangun”. Karena yang melanjutkan usaha, harus
memiliki inovasi terbaru dalam mengembangkan usahanya, sehingga produk yang dihasilkan
tetap fresh dan dapat menarik lebih banyak pembeli/pelanggan.

Jika demikian, apakah seorang yang keturunan Tionghoa sejak lahir dapat menjamin bahwa
Ia akan menjadi seorang enterpreneur ? Tidak. Meskipun ia memiliki kemampuan berdagang
dari keluarganya, namun jika ia tidak memiliki minat dalam dunia usaha ataupun sebagai
seorang enterpreneur itu semua akan sia-sia.

Apakah mungkin bagi seorang yang bukan keturunan tionghoa menjadi seorang enterpreneur
? Ya, semuanya mungkin jika diimbangi dengan kemauan dan kerja keras.

Elang Gumilang, adalah seorang pengusaha properti yang memulai usahanya dari nol. Saat
duduk di bangku SMA, dengan berbekal semangat, ia mulai menjajaki donat ke sekolah-
sekolah dan mendapatkan keuntungan yang cukup. Setelah lulus SMA, ia berhasil masuk
fakultas ekonomi IPB tanpa les. Dalam menekuni bangku perkuliahan, Elang pun beralih
menjadi penjual sepatu, lalu penyuplai lampu neon fakultas, mencoba bisnis minyak goreng,
kemudian ia ingin memulai bisnis tanpa menggunakan otot, hingga dibuatlah lembaga
khursus bahasa inggris dikampusnya, tentunya dengan koordinasi dengan para dosen yang
ada. Dengan keberhasilan pada bisnis-bisnis yang sebelumnya, elang memutuskan terjun ke
bisnis property. Modal pertamanya sebesar Rp 340 juta. Hasil meminjam dari kerabat, teman
dan dosen. Dengan uang sejumlah itu, Elang bisa membangun hunian tempat berlindung para
pedagang, rekan mahasiswa maupun masyarakat lain yang tak memiliki akses perbankan.
Harga rumah yang dijualnya saat itu, sekitar Rp 22 juta-Rp 40 juta per unit. Uang muka yang
dikenakan hanya Rp 1,2 juta dengan cicilan per bulan sekitar Rp 89 ribu. Jumlah nilai yang
saat ini tak ada artinya. Di saat pengembang lain berjibaku meraup marjin keuntungan
maksimal, Elang justru berlaku sebaliknya.

Sukses penjualan Gemilang Property Griya Salak Endah I menyisakan kisah serupa pada
sejumlah portofolio berikutnya. Hingga enam tahun usia bisnisnya di sektor properti, Elang
telah mengembangkan tiga belas (13) perumahan. Di antaranya Gemilang Property Griya
Salak Endah I-III, Gemilang Property Griya PGRI Ciampea Endah, Gemilang Property
Citayam, Gemilang Property Cilebut, Gemilang Property Lido dan yang teranyar di kawasan
Cifor, Bogor Barat. Kisaran harga mulai dari Rp 88 juta-Rp 1 miliar. Dari rentang harga ini
dapat diambil kesimpulan bahwa semua kelas memberikan kesempatan kepadanya untuk
berkembang. Saat ini Elang Gumilang telah mempunyai bisnis dengan omzet sebesar Rp55-
56 triliun dan meraih berbagai penghargaan yang bergengsi

Dari kisah hidup Elang Gumilang, dapat disimpulkan bahwa siapapun kita entah keturunan
tioghoa ataupun bukan, di didik untuk menjadi enterpreneur sedari kecil ataupun bukan, kita
bisa menjadi seorang enterpreneur. Meskipun elang Gumilang saat kuliah mengambil
fakultas ekonomi yang artinya kemungkinan di didik menjadi seorang enterpreneur pasti ada.
Namun jika elang tidak mengambil fakultas ekonomi ia akan tetap menjadi seorang
enterpreneur yang sukses, sebab ia memiliki kemauan dan kerja keras. Enterpreneur tidak
dapat memilih untuk di lahirkan ataupun dibuat, karena menjadi seorang enterpreneur tidak
lepas dari kedua hal ini. Menjadi seorang enterpreneur “Dilahirkan dari pemikiran kita, dan
dibuat menjadi sesuatu yang berguna bagi orang lain”.

Drs.Joko Untoro berpendapat bahwa Kewirausahaan adalah suatu keberanian untuk


melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh seseorang,
berdasarkan kemampuan dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk
menghasilkan suatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Banyak yang berpendapat
bahwa menjadi seorang wirausaha kita harus memiliki bakat dan didukung oleh lingkungan
sosial.

Untuk itulah menjadi seorang enterpreneur tidak harus seorang keturunan Tioghoa agar
sukses. Tidak harus sekolah ekonomi agar mampu bersaing. Tidak harus memiliki modal
yang besar. Tidak harus tumbuh di lingkungan para pengusaha. Tidak harus jago berdagang
sejak kecil. Karena justru beberapa orang yang belajar mengenai enterpreneur namun ia tidak
menjadi seorang enterpreneur melainkan menjadi pegawai disalah satu perusahaan. Beberapa
orang yang digadang-gadang sedari masih di kandungan ibunya akan menjadi pengusaha
sukses mengantikan ayahnya, justru ketika dewasa malah menghancurkan usaha keluarga
yang di bangun bertahun-tahun.

Setiap dari kita dapat menjadi seorang enterpreneur entah melanjutkan dari usaha keluarga
yang telah ada maupun membuat usaha sendiri dari nol. Entah membuat bisnis yang
mengikuti perkembangan dunia saat ini (trend) ataupun membuat produk yang belum ada
sebelumnya. Namun yang tidak kalah penting, menjadi seorang enterpreneur harus didukung
oleh kemauan ataupun motivasi dari dalam diri serta tindakan yang nyata. Menjadi seorang
enterpreneur dibutuhkan semangat, kerja keras, tidak mudah menyerah, tidak mudah puas,
ulet, tekun, memiliki inovasi, ide-ide yang dapat dituangkan menjadi produk ataupun jasa
yang bernilai jual.

Anda mungkin juga menyukai