Anda di halaman 1dari 2

MAMON SI DEWA BARU

(Luk. 12:13-31)

Sebuah legenda menceritakan bahwa ada seorang pria yang hidupnya sangat
miskin. Setiap hari ia menyesali nasibnya dan pada suatu hari ia pergi dan mengadukan
nasibnya itu kepada seorang nabi yang terkenal pada masa itu.
Diceritakan bahwa sang nabi berbelaskasihan kepadanya , dan memberikan
kepadanyaa seekor angsa ajaib. Sang nabi berpesan kepadanya: “Ambillah dan
peliharalah angsa ini baik-baik selama satu bulan. Angsa ini adalah angsa ajaib, setiap
hari ia akan bertelur sebutir telur emas untukmu selama sebulan itu. Sesudah satu bulan,
engkau harus mengantarkannya kembali kepadaku.”
Pria itu sangat gembira menerima angsa itu, karena selama sebulan ia akan
memiliki 30 butir telur emas. Betapa kayanya ia nanti
Namun pria itu seorang yang sangat serakah . Setelah ia memperoleh beberapa
butir telur emas dalam beberapa hari, ia mulai tidak sabaran menunggu sebutir telur
emas sehari. Ia bermaksud menyembelih angsa itu dan sekaligus mau mendapatkan telur-
telurnya. Ia mau mendapatkan semua telur itu sebanyak-banyaknya. Tidak terpikirkan
lagi olehnya untuk mengembalikan angsa itu kepada sang nabi. Maka akhirnya ia
menyembelih angsa itu. Namun yang didapatnya tidak lain telur setengah jadi dan angsa
mati yang tidak dapat bertelur lagi.
Sang nabi kecewa dan marah kepada pria serakah yang tidak tahu berterima kasih
itu. Semua telur dan dan kekayaan yang diperolehnya dari telur-telur angsa itu raib
seketika. Ia kembali menjadi miskin melarat seperti dahulu.
Nafsu memiliki harta kekayaan bisa mebuat kita kecanduan. Ia bisa menjadi seperti
opium, ekstasi atau semacamnya, yang kalau seseorang sudah “ketangkap” olehnya maka
orang itu akan sulit melepaskan diri dari padanya. Ia bisa menjadi suatu penyakit (bala) yang
mencelakakan diri dan orang lain, bahkan bangsa. Tetapi tidak pernah terpuaskan!
Harta kekayaan dan segala bentuk jaminan sosial, ekonomi adalah baik dan
mempunyai nilai yang berarti. Kita hendaknya mengusahakannya. Tetapi hendaklah
senantiasa dijaga jaraknya supaya jangan sampai ia menguasai kita dan bukan kita yang
menguasainya. Mamon hendaknya tidak menjadi dewa baru bagi kita.

********

Dalam Inijil hari ini Yesus menceritakan tentang petani kaya yang sudah tenggelam
dalam usaha dan kekayaannya. Keberhasilan yang nyata ataupun yang dicita-citakan rupanya
dapat mengisi seseorang sedemikian rupa , sehingga dia tidak sempat lagi memikirkan yang
lain, termasuk Tuhan dan keselamatannya sendiri. Kebodohan orang kaya itu terletak dalam
keyakinan bahwa semuanya serba pasti dengan dirinya dan kekayaannya dan celakalah dia
karena Allah akan menuntut yang tak tersangka pada waktu yang tak terduga.
Yesus tidak mengajak kita untuk bermalas-malas. Tetapi Ia memperingatkan kita
bahwa segala harta yang kita usahakan sangat terbatas nilai dan gunanya. Jauh-jauh hari
sebelumnya Yesus sudah memperingatkan kita: “Janganlah mengumpulkan harta di dunia,
sebab rayap dan ngengat dapat merusakkannya.....kumpulkan harta di surga , sebab di surga
tidak ada rayap, ngengat atau pencuri”. Kita memang membutuhkan banyak hal untuk bisa
hidup dengan baik dan aman; makanan, minuman, rumah untuk berlindung dan alat-alat
untuk kerja serta pakaian bagi badan kita dan pada dewasa ini masih masih ada pelbagai
kebutuhan lain, misalnya perawatan kesehatan dan sebagainya. Pokoknya dalam hidup di

1
dunia ini kita membutuhkan milik untuk menjamin kebutuhan dasar kita.Sebab itu milik
adalah seuatu yang baik dan kita patut bersyukur kepada Tuhan yang memberi kepada kita
tenaga serta keterampilan untuk bekerja, yang memberikan kesuburan untuk tanah dan
keamanan sosial, supaya kita bisa bekerja dan memperoleh milik yang sangat dibutuhkan
bagi kesejahteraan kehidupan kita.
Akan tetapi kita mengalami juga, bahwa orang tidak lagi hanya mengusahakan milik
untuk bisa memneuhi kebutuhan mendasar kehidupan mereka, melainkan mulai mendewakan
milik dan menjadi sedemikian terikat dengan milik dan usaha untuk menambahkan milik
sehingga mereka melupakan segala yang lain. Mereka melupakan kewajiban mereka terhadap
sesama, sehingga merek tidak membayar upah yang adil, mereka meminjamkan uang dengan
bunga yang tinggi-tinggi karena orang lain terjepit dan terpaksa menerima persyaratan
pinjaman yang tidak manusiawi lagi. Dan orang melupakan Allah, sumber segala kehidupan
dan segala keberhasilan.. Dengan cara demikian, miilik tidak lagi menjamin kehidupan, tidak
lagi menjadi dasaar kesejahteraan yang patut disyukuri, melainkan karena kerakusan, maka
usaha untuk mengumpulkan harta milik berlebihan merusakkan hidup orang lain dalam
ketidakadilan dan merusakkan hubungan orang dengan Tuhan. Dengan cara demikian hidup
kita, hidup mereka akhirnya menjadi sia-sia karena kita tidak kaya di mata Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai