Budaya adalah sesuatu yang sangat menarik jika dicermati lebih dekat
yang setiap belahan dunia memiliki ragam budaya yang menarik dan
bernilai tinggi. Budaya juga merupakan slahsatu hal yang dapat
dipelajari dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jepang (bahasa Jepang : Nippon/Nihon , nama resmi :
Nipponkoku/Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur.
Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur laut
Jepang,dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea dan
Rusia. . Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah
paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur,
tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang merupakan Negara yang di juluki Negara matahari dan Negara
bunga sakura, mengapa demikian? Karena di Negara jepang mayoritas
beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga disebut Negara
matahari, sedangkan julukan Negara bunga sakura di berikan karena
banyak bunga sakura yang tumbuh si tanah jepang, bahkan untuk
menyambut musim semi sakura orang jepang mempunyai suatu tradisi,
yaitu biasa disebut perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya
bunga) sebagai symbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, di
mana di saat itu bunga sakura mekar dengan cantiknya. Di setiap
budayanya mempunyai arti tersendiri. Dari zaman jomon sampai zaman
hesei sekarang, orang jepan mampu melestarikan kebudayaannya
sendiri.
BAJU TRADISIONAL JEPANG
Ciri khas homongi disebut eba yakni corak kain yang saling tepat
bertemu di perpotongan kain (bagian jahitan kimono)
4. Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono
formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon).
Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa
terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan
bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-
bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda
atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5
tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila
menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu
lambang keluarga.
5. Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau
belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage
hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki
lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara
minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi,
atau merayakan tahun baru..
6. Komon
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum
menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan
berukuran kecil-kecil yang berulang.Komon dikenakan untuk
menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman,
atau menonton pertunjukan di gedung.
7. Tsumugi
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah
oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian,
kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika
berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil
tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah
yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya
dikenakan untuk bekerja di ladang.
8 . Yukata
Adalah baju sesudah mandi adalah jenis kimono yang dibuat dari bahan
kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati
angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau
sesudah mandi malam berendam dengan air panas.
Sedangkan kimono pria di bagi menjadi 2 yaitu: kimono formal dan
kimono santai
1. Kimono formal
Yaitu berupa setelan montsuki hitan dengan hakama dan haori berupa
setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori
Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan
montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan
busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu
menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian
penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
2. Kimono santai atau kinagashi:
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika
keluar rumah pada kesempatan tidak resmi.
Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak
dihiasi dengan lambang keluarga.
2.3 GEISHA
Sejarah
Sejarah geisha dimulai dari awal pemerintahan Tokugawa, di
mana Jepang memasuki masa damai dan tidak begitu disibukkan lagi
dengan masalah-masalah perang. Seorang calon geisha harus menjalani
pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik
shamizen yang membuat calon geisha harus merendam jarinya di air
es. Berlatih alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga
taiko. Berlatih seni tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang geisha,
karena geisha papan atas umumnya adalah penari, tari Topeng Noh
yang sering dimainkan oleh geisha dihadirkan bagi masyarakat kelas
atas berbeda segmennya dengan pertunjukkan Kabuki yang lebih
disukai rakyat jelata.
Geisha (bahasa Jepang: 芸 者 "seniman") adalah seniman-
penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di
Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum
pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini,
walaupun jumlahnya tidak banyak. Di Kansai, istilah "geiko" (芸妓) dan
geisha pemula "maiko" ( 舞 妓 ) digunakan sejak Restorasi Meiji. Istilah
"maiko" hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan ˈgi ʃa ("gei-" -
"key") atau "gadis geisha" umum digunakan pada masa pendudukan
Amerika Serikat di Jepang, mengandung konotasi prostitusi. Di
Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan adalah "yi ji," yang
pengucapannya mirip dengan "ji" dalam bahasa Mandarin yang berarti
prostitusi. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka,
tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan
merekaRumah-rumah geisha ("Okiya") membawa gadis-gadis yang
kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih
mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai
pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa
pelatihan.
Intinya bahwa Geisha itu bukan wanita penghibur, PSK,
ataupun ladies Escort yang bisa dibawa tidur oleh kaum adam, tetapi
justru awal mulanya mereka ada karena tuntutan karir dan zaman
bahwa wanita bisa juga sebagai entertainer. Setelah 100 tahun sejak
Geisha ada , ketidakpastian mengenai Keberadaan Geisha sendiri mulai
bergeser sedikit demi sedikit. Di Jepang banyak sekali kaum adam saat
itu (suami) yang tidak puas dengan rumah tangganya, nah karena
kehebatan Geisha yg bisa menghibur, menari, melawak dan menyanyi
maka tidak heran banyak kaum para suami/lelaki yang ingin mencari
Geisha sebagai pasangan hidupnya. Dan inilah salah satu contoh
pergeseran Geisha yang tadinya mereka adalah entertainer sejati
menjadi buruan kaum adam yang sifatnya hanya pelarian dari
kenyataan hidupnya .
Kerahasian yang tidak boleh dilakukan oleh seorang Geisha pada saat
dia menghibur dan mereka harus pandai merahasiakan hal tersebut
:
1.Tidak boleh terlihat sedih , apalagi
menangis
2.Tidak boleh menerima dan memberi cinta
3.Tidak boleh memilih cinta
4.Tidak boleh terlihat emosional apalagi melakukan
kekerasan
Karena yang dilarang sifatnya adalah sesuatu hal yang suci yang
diberikan tuhan kepada manusia yaitu CINTA. Jadi , Geisha itu bukan
seorang PSK. mereka adalah pekerja seni sejati, melestarikan
kebudayaannya, menghibur dan membuat orang lain bahagia. tapi
kalau dilihat apa yang dikorbankan bagi seorang Geisha agar bisa
menghibur sungguh ironis dan tidak seimbang. tapi untungnya dunia ini
sudah modern dan kita sekarang punya kebebasan untuk memilih mana
yang baik dan mana yang salah.
Origami ( 折 り紙 , dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti
“kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang
menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami (折り紙, dari ori
yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni
tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu bentuk
kesenian yang modern.
Sejarah
Jenis-jenis Origami
Mengenai masalah jenis origami, origami dikenal memiliki dua jenis
model yaitu model tradisional dan model orisinal atau dapat disebut
juga dengan model modern. Model tradisional merupakan model yang
umum/populer dan biasanya tidak dikenal lagi siapa yang mendesain
pertama kalinya. Meski jumlahnya banyak sekali,biasanya model
tradisional ini merupakan bentuk-bentuk lama. Sementara model
orisinal merupakan karya-karya kontemporer buatan masing-masing
para pelipat kertas dan dicantumkan namanya sebagai hak cipta
mereka.
Untuk model atau bentuk tradisional, model yang sangat melekat dan
terkenal bagi masyarakat Jepang, antara lain:
Burung bangau memiliki sifat yang kuat, manis, cantik, dan mempunyai
suara yang istimewa sehingga orang Jepang sangat menghargai arti
pentingnya burung bangau ini. Oleh karena itu, bentuk tsuru atau
burung bangau merupakan bentuk origami paling tradisional dan paling
indah dan berkembang menjadi subjek favorit dari origami.
Menurut Meghan Krane dalam Wijaya (skripsi 2010:4-5) bentuk burung
bangau pun dipilih sebagai subjek kebudayaan Jepang yang sangat
berharga. Ada bermacam-macam versi bahwa burung bangau
mempunyai arti dapat membawakan kehormatan, kesetiaan yang
abadi, bahkan ada yang mengartikan bahwa pasangan pengantin akan
selalu abadi tanpa berpisah. Simbol burung bangau ini banyak
digunakan orang Jepang sebagai bahan lambing dan merupakan tema
pada seni kerja yang terkenal. Oleh karena burung bangau disebut
sebagai burung keagungan atau burung kemuliaan, dimana dapat
dijadikan teman dalam kehidupan dan akan sangat setia pada
pendamping hidupnya.
Menurut legenda yang ada di Jepang, mengatakan bahwa barang siapa
yang melipat 1000 bangau kertas (senbazuru) maka harapannya akan
terpenuhi/dikabulkan, ataupun dapat menyembuhkan penyakit.
b. Katashiro
a. Origami Pureland
Gaya pureland dikembangkan oleh John Smith dengan tujuan
memudahkan para pemula dalam membuat suatu model origami. Pada
origami, gaya pureland terdapat persyaratan unik bahwa dalam setiap
langkah hanya dibolehkan sekali melipat. Maka, lipatan yang
digunakan hanyalah lipatan gunung dan lipatan lembah.
b. Origami Modular
c. Origami Teknis
Musik Tradisional
Ada beberapa jenis tradisional, musik Jepang (hogaku). Beberapa yang paling
penting tercantum di bawah ini:
1. Gagaku:
Musik istana kuno dari Cina dan Korea. Ini adalah jenis tertua Jepang, musik
tradisional.
2. Biwagaku:
Musik yang dimainkan dengan Biwa, semacam gitar dengan empat senar.
3. Nohgaku:
Musik dimainkan selama Noh pertunjukan. Pada dasarnya terdiri dari paduan
suara, para Hayashi seruling, yang Tsuzumi drum, dan instrumen lainnya.
4. Sokyoku:
Musik yang dimainkan dengan Koto, sejenis sitar dengan 13 string. Kemudian juga
ditemani oleh Shamisen dan Shakuhachi.
5. Shakuhachi:
Musik yang dimainkan dengan Shakuhachi, seruling bambu yang sekitar 55 cm.
Nama seruling panjang adalah Shaku dinyatakan dalam satuan Jepang tua
panjang.
6. Shamisenongaku:
Musik yang dimainkan dengan Shamisen, semacam gitar dengan hanya tiga senar.
Kabuki dan Bunraku pertunjukan yang disertai dengan shamisen.
7. Minyo:
Lagu-lagu rakyat Jepang.
Sumo adalah gulat gaya Jepang dan Jepang olahraga nasional. Itu berasal dari
zaman kuno sebagai pertunjukan untuk menghibur para dewa Shinto. Banyak
upacara dengan latar belakang agama masih diikuti hari ini.
Aturan-aturan dasar sumo sangat sederhana: para pegulat yang pertama kali
menyentuh tanah dengan apa saja selain telapak kaki, atau yang meninggalkan
cincin sebelum lawan, kalah. Perkelahian berlangsung pada cincin yang tinggi,
yang disebut “dohyo”, yang terbuat dari tanah liat dan tertutup lapisan pasir.
Perkelahian sendiri biasanya hanya berlangsung beberapa detik, atau dalam
kasus yang jarang terjadi, sekitar satu menit.
Di bagian atas pegulat sumo ‘hierarki tahan Yokozuna (juara agung). Pada saat ini,
ada dua Yokozuna, Asashoryu dan Hakuho, baik dari Mongolia. Setelah pegulat
mencapai peringkat Yokozuna, ia tidak bisa kehilangan status ini tetapi ia akan
diharapkan untuk pensiun ketika hasil mulai memburuk. Banyak mantan pegulat
tetap aktif di dunia sumo sebagai anggota dari Asosiasi Sumo Jepang.
Perayaan Hanami
Hanami (hana wo miru = melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang
dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga
sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu,
hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di
bawah pohon sakura. Rombongan demi rombongan berpiknik menggelar tikar dan
duduk-duduk di bawah pepohonan sakura untuk bergembira bersama, minum
sake, makan makanan khas Jepang, dan lain-lain layaknya pesta kebun.
Semuanya bergembira. Ada kelompok keluarga, ada kelompok perusahaan,
organisasi, sekolah dan lain-lain.
2.1.3 Samurai
Istilah samurai, pada awalnya mengacu kepada “seseorang yang mengabdi
kepada bangsawan”. Pada zaman Nara, (710 – 784), istilah ini diucapkan saburau
dan kemudian menjadi saburai. Selain itu terdapat pula istilah lain yang mengacu
kepada samurai yakni bushi. Istilah bushi yang berarti “orang yang
dipersenjatai/kaum militer”, pertama kali muncul di dalam Shoku Nihongi, pada
bagian catatan itu tertulis “secara umum, rakyat dan pejuang (bushi) adalah harta
negara”. Kemudian berikutnya istilah samurai dan bushi menjadi sinonim pada
akhir abad ke-12 (zaman Kamakura).
2.1.4 Shogun (Sei-i Taishogun)
Shogun adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal. Dalam konteks
sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan adalah Sei-i
Taishogun yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi melawan Orang
Biadab (istilah “Taishogun” berarti panglima angkatan bersenjata). Sei-i Taishogun
merupakan salah satu jabatan jenderal yang dibuat di luar sistem Taiho Ritsuryo.
Jabatan Sei-i Taishogun dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam
bahasa Jepang, istilah shogun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap
digunakan hingga sekarang.