Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Budaya adalah sesuatu yang sangat menarik jika dicermati lebih dekat
yang setiap belahan dunia memiliki ragam budaya yang menarik dan
bernilai tinggi. Budaya juga merupakan slahsatu hal yang dapat
dipelajari dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jepang (bahasa Jepang : Nippon/Nihon , nama resmi :
Nipponkoku/Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur.
Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur laut
Jepang,dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea dan
Rusia. . Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah
paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur,
tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang merupakan Negara yang di juluki Negara matahari dan Negara
bunga sakura, mengapa demikian? Karena di Negara jepang mayoritas
beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga disebut Negara
matahari, sedangkan julukan Negara bunga sakura di berikan karena
banyak bunga sakura yang tumbuh si tanah jepang, bahkan untuk
menyambut musim semi sakura orang jepang mempunyai suatu tradisi,
yaitu biasa disebut perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya
bunga) sebagai symbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, di
mana di saat itu bunga sakura mekar dengan cantiknya. Di setiap
budayanya mempunyai arti tersendiri. Dari zaman jomon sampai zaman
hesei sekarang, orang jepan mampu melestarikan kebudayaannya
sendiri.
BAJU TRADISIONAL JEPANG

Baju tradisional jepang adalah kimono, kimono di bagi menjadi


2 macam yaitu kimonowanita dan kimono pria. Kimono wanita ini
masih di bagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah:
1. Tomesode
Menurut urutan tingkat formalitas, tomesode adalah pakaian paling
formal setara dengan baju malam. Istilah tomesode berasal tradisi
wanita yang sudah menikah atau sudah menjalani genbuku untuk
memperpendek lenganfurisode yang dikenakannya semasa gadis.
Kimono jenis ini merupakan pakaian yang dikenakan istri nakōdo
sewaktu hadir di pesta pernikahan.. Corak pertanda keberuntungan
seperti burung jenjang atau seruniberada pada bagian bawah kimono.
Posisi corak kain disesuaikan dengan usia pemakai, semakin berumur
pemakainya, corak kain makin diletakkan di bawah.
· Kurotomesode
Kimono paling formal dan biasanya di pakai wanita yang sudah
menikah. Kurotomesode adalah Kimono yang terbuat dari kain krep
berwarna hitam tanpa motif tenun. Kurotomesode hanya dikenakan
sebagai pakaian formal ke pesta pernikahan sanak keluarga, pesta-
pesta, serta upacara yang sangat resmi.
· Irotomesode
Kimono yang di pakai oleh wanita dewasa yang sudah
menikah/belum menikah untuk menghadiri acara formal. Terbuat dari
kain krep berwarna.
2. Furisode
Adalah kimono berlengan lebar yang dikenakan wanita muda yang
belum menikah. Dibuat dari bahan berwarna cerah, motif kain berupa
bunga dan tanaman, keindahanmusim, binatang, atau burung yang
digambar dengan tangan memakai teknik yuzen. Kain bisa bertambah
mewah dengan tambahan bordiran benang emas. Menurut urutan
tingkat formalitas, furisode adalah kimono paling formal setara
dengankurotomesode, irotomesode, dan homongi. Furisode dikenakan
sebagai pakaian terbaik untukpesta perkawinan (ketika hadir sebagai
tamu atau sebagai baju pengantin wanita), miai, dan upacara resmi,
seperti seijin shiki, wisuda, atau resepsi sesudah wisuda (shaonkai).
Alas kaki untuk furisode adalah zōri berhak tinggi.
3. Homongi
Adalah salah satu jenis kimono formal untuk wanita yang menikah atau
belum menikah.Menurut urutan tingkat formalitas, homongi berada
setingkat di bawah irotomesode.Dikenakan bersama fukuro obi,
homongi dipakai sewaktu diundang ke pesta pernikahan yang bukan
diadakan sanak keluarga, upacara minum teh, merayakan tahun baru,
dan pesta-pesta. Sewaktu membeli kimono, pemakai bisa memesan
lebar lengan kimono sesuai keinginan. Wanita yang belum menikah
memakai homongi dengan bagian lengan yang lebih
lebar.

Ciri khas homongi disebut eba yakni corak kain yang saling tepat
bertemu di perpotongan kain (bagian jahitan kimono)
4. Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono
formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon).
Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa
terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan
bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-
bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda
atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5
tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila
menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu
lambang keluarga.
5. Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau
belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage
hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki
lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara
minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi,
atau merayakan tahun baru..
6. Komon
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum
menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan
berukuran kecil-kecil yang berulang.Komon dikenakan untuk
menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman,
atau menonton pertunjukan di gedung.
7. Tsumugi
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah
oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian,
kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika
berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil
tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah
yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya
dikenakan untuk bekerja di ladang.

8 . Yukata
Adalah baju sesudah mandi adalah jenis kimono yang dibuat dari bahan
kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati
angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau
sesudah mandi malam berendam dengan air panas.
Sedangkan kimono pria di bagi menjadi 2 yaitu: kimono formal dan
kimono santai
1. Kimono formal
Yaitu berupa setelan montsuki hitan dengan hakama dan haori berupa
setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori
Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan
montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan
busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu
menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian
penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
2. Kimono santai atau kinagashi:
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika
keluar rumah pada kesempatan tidak resmi.
Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak
dihiasi dengan lambang keluarga.

2.2 Upacara Minum Teh


Upacara minum teh (茶道 sadō, chadō, jalan teh) adalah ritual
tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu
disebut chatō ( 茶 の 湯 ) atau cha no yu. Upacara minum teh yang
diadakan di luar ruangan disebut nodate. Ruangan khusus untuk minum
teh yang disebut chashitsu. Upacara minum teh mencerminkan
kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara
lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara
minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara
minum teh. Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh
bubuk matcha yang dibuat dari teh yang digiling halus. Upacara minum
teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila
menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Minuman teh mulai diperkenalkan di Jepang pada abad ke 9
oleh seorang biksu Budha dari Cina. Dari situlah, teh mulai dikenal oleh
warga Jepang dan mulai menjadi kebudayaan Jepang.
Pada mulanya di Cina kebiasaan minum teh pada awalnya
hanya sebagai pengobatan, dan seiring waktu maka teh juga dinikmati
sebagai minuman biasa yang menyenangkan. Pada awal abad ke 9,
seorang penulis Cina, Lu Yu menulis suatu catatan mengenai budaya
minum teh dan langkah-langkah persiapan minum teh. Kehidupan Lu Yu
ini sangat terpengaruh oleh agama Budha, terutama dari sekolah yang
kemudian dikenal di Jepang sebagai Zen. Ide-idenya mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap perkembangan upacara minum teh di
Jepang ini.
Pada abad ke 12, jenis baru dari teh, yaitu matcha, mulai
diperkenalkan. Teh yang terbuat dari bubuk teh hijau ini pertama kali
digunakan dalam ritual keagamaan di biara Budha. Pada abad ke 12,
samurai-samurai mulai meminum teh ini, dan dasar-dasar upacara
minum teh mulai dibuat.Pada abad ke 16, tradisi minum teh ini telah
menyebar ke seluruh lapisan masyarakat
di Jepang .

Sen no Rikyu adalah seorang figur tokoh sejarah dalam


upacara minum teh yang paling terkenal dan dihormati di Jepang. Dia
memperkenalkan konsep ichi-go ichi-e( 一 期 一 会 , one time, one
meeting), sebuah keyakinan bahwa sebuah pertemuan harus dihargai
karena pertemuan tersebut belum tentu dapat terulang kembali.
Ajarannya menyebabkan perkembangan bentuk-bentuk baru dalam
arsitektur, perkebunan, karya seni dan tentu saja dalam upacara Sadou
ini. Prinsip-prinsip yang diperkenalkannya, yaitu kehormatan,
ketenangan, dan kemurnian masih menjadi pusat dalam upacara
minum teh hingga sekarang ini.

Alat-alat untuk memulai Sadou :


Okama = alat pemanas air
Mizu sashi = wadah air bersih buat ocha
Koboshi = tempat wadah untuk mencuci bekas teh .
Onatsume = gelas tempat ocha
Ocha syaku = ocha untuk sado
Cha sen = alat buat mengaduk teh
Hisyaku = centong air
Senshu = kipas
Kaishi = tempat okashi/makanan untuk minum teh
Kashi kiri = alat pemotong kue
Ojiku = kaligrafi
Ikebana = rangkaian bunga

Cara Membuat teh :


Masukkan Bubuk Teh Hijau dengan Chasaku
Tuangkan Air Panas dengan Hishaku
Kocok Teh aduk dengan chasen, dilakukan dengan cepat agar teh
berbusa.
Jika tidak berbusa, itu tandanya gagal dan teh akan terasa kurang
nikma
Tata Cara Minum Teh : .
-Duduk dengan rapi .
-Membungkukan badan dan Berkata otemae chodai
itashimasu .
-Mangkuk teh diletakkan di tangan kiri dan tangan kanan memutar
mangkuk teh ke kanan sebanyak 2 kali sambil menatap ornamen atau
hiasan dalam mangku
-Teh di Minum Perlahan-lahan sambil dinikmati sampai habis
-Selesai minum teh, bagian bibir dibersihkan dengan jari, putar
mangkuk
ke kiri dengan melihat ornamen mangkuk dan membungkuk
mengucapkan terima kasih
-Semuanya yang di atas harus dilakukan secara teratur

2.3 GEISHA

Geisha adalah seorang seniman wanita tradisional Jepang yang


berprofesi sebagai wanita penghibur bagi para laki-laki. Mereka memang
menghibur seutuhnya, menemani mengobrol, memberi solusi terhadap
masalah, petuah yang bijak, dan hal-hal baik lain yang sepertinya dibutuhkan
oleh para kepala rumah tangga sedang bermasalah. Namun, jangka sangka
bahwa Geisha merupakan sosok yang melayani dalam hal seksualitas,
meskipun ada di antaranya yang berbuat seperti itu, menyalahi aturan
pemerintah yang berlaku bagi para Geisha, seniman satu ini hanya bertugas
menjadi sebatas “Sahabat” saja. Mereka akan dengan baik mendengar curahan
isi hati si penyewa, berada di sampingnya ketika minum-minum, berbincang-
bincang hingga terlelap dalam tidur.
Di Jepang sendiri, kawasan Gion di kota lama Kyoto terkenal sebagai
pusat kegiatan Geisha. Mereka dididik dengan baik di sana dari umur sekian
tahun untuk menjadi seorang Geisha, dibekali pengetahuan dan memainkan
alat musik. Namu, sebelum Minna-san mencari dan bercengkerana dengan
para Geiko alias Geisha, sebaiknya membaca thread ini sampai habis karena
ada beberapa hal yang perlu Minna-san ketahui.
Geisha di jepang sendiri sesuatu yang tabu untuk dibicarakan,
tetapi semua orang di seluruh dunia sudah tahu apa itu geisha. Kenapa
tabu ? karena pemahaman Geisha suka disalahartikan oleh sebagian
orang bahwa Geisha itu selalu dengan konotasi yang negatif.
Maka dari itu kita akan kupas sedikit tentang Geisha. Bagaimana Semua
ini dimulai..???

Sejarah
Sejarah geisha dimulai dari awal pemerintahan Tokugawa, di
mana Jepang memasuki masa damai dan tidak begitu disibukkan lagi
dengan masalah-masalah perang. Seorang calon geisha harus menjalani
pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik
shamizen yang membuat calon geisha harus merendam jarinya di air
es. Berlatih alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga
taiko. Berlatih seni tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang geisha,
karena geisha papan atas umumnya adalah penari, tari Topeng Noh
yang sering dimainkan oleh geisha dihadirkan bagi masyarakat kelas
atas berbeda segmennya dengan pertunjukkan Kabuki yang lebih
disukai rakyat jelata.
Geisha (bahasa Jepang: 芸 者 "seniman") adalah seniman-
penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di
Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum
pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini,
walaupun jumlahnya tidak banyak. Di Kansai, istilah "geiko" (芸妓) dan
geisha pemula "maiko" ( 舞 妓 ) digunakan sejak Restorasi Meiji. Istilah
"maiko" hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan ˈgi ʃa ("gei-" -
"key") atau "gadis geisha" umum digunakan pada masa pendudukan
Amerika Serikat di Jepang, mengandung konotasi prostitusi. Di
Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan adalah "yi ji," yang
pengucapannya mirip dengan "ji" dalam bahasa Mandarin yang berarti
prostitusi. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka,
tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan
merekaRumah-rumah geisha ("Okiya") membawa gadis-gadis yang
kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih
mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai
pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa
pelatihan.
Intinya bahwa Geisha itu bukan wanita penghibur, PSK,
ataupun ladies Escort yang bisa dibawa tidur oleh kaum adam, tetapi
justru awal mulanya mereka ada karena tuntutan karir dan zaman
bahwa wanita bisa juga sebagai entertainer. Setelah 100 tahun sejak
Geisha ada , ketidakpastian mengenai Keberadaan Geisha sendiri mulai
bergeser sedikit demi sedikit. Di Jepang banyak sekali kaum adam saat
itu (suami) yang tidak puas dengan rumah tangganya, nah karena
kehebatan Geisha yg bisa menghibur, menari, melawak dan menyanyi
maka tidak heran banyak kaum para suami/lelaki yang ingin mencari
Geisha sebagai pasangan hidupnya. Dan inilah salah satu contoh
pergeseran Geisha yang tadinya mereka adalah entertainer sejati
menjadi buruan kaum adam yang sifatnya hanya pelarian dari
kenyataan hidupnya .

Pakaian / Tata Busana Geisha Busana: Ditahun 1930 , seorang


Geisha tampil bak supermodel , cantik, anggun, mempunyai tubuh yang
seksi dan juga masih menghormati adat istiadat kuno jepang. Dan
uniknya wanita Geisha sangat menutupi bagian auratnya yang bisa
mengundang nafsu kaum adam, ini terlihat dari pakaian para geisha
(kimono) seperti dibawah ini. Dan yang terbuka hanya bagian leher
belakang yang berbentuk V. semakin panjang bentuk V-nya kebawah
berarti sang Geisha semakin provokatif .

Memakai Kimono tidak mudah karena baju kimono memiliki 12


lapisan. dan itu harus sesuai dengan masing-masing setelannyaUntuk
memakainya memakan waktu sekitar 1 Jam lebih. Dan setelah kimono
terpakai si wanita harus menyesuaikan gerakannya. Untuk menentukan
Geisha Muda dan Geisha Senior, lihat saja warna kerahnya. jika warna
kerahnya Merah berarti Geisha Muda, dan jika kerah warna putih
berarti Geisha Senior.
Soal Rambut, Geisha kadang memakai wig atau juga rambutnya di
bentuk dengan cara me-wax agar lebih mengembang. dan yang perlu
dihindari adalah terlalu sering mencuci rabut ataupun menyisir
rambutnya yg bisa mengakibatkan kerontokan rambut ataupun ramput
tidak dapat mengembang .

Ketrampilan apa yang harus dimiliki oleh seorang


Geisha? .
1. Kemampuan menari tradisional
.
2. Kemampuan Menyanyi .
3. Kemampuan berkomunikasi .
4. Kemampuan Melawak .

Kerahasian yang tidak boleh dilakukan oleh seorang Geisha pada saat
dia menghibur dan mereka harus pandai merahasiakan hal tersebut
:
1.Tidak boleh terlihat sedih , apalagi
menangis
2.Tidak boleh menerima dan memberi cinta
3.Tidak boleh memilih cinta
4.Tidak boleh terlihat emosional apalagi melakukan
kekerasan
Karena yang dilarang sifatnya adalah sesuatu hal yang suci yang
diberikan tuhan kepada manusia yaitu CINTA. Jadi , Geisha itu bukan
seorang PSK. mereka adalah pekerja seni sejati, melestarikan
kebudayaannya, menghibur dan membuat orang lain bahagia. tapi
kalau dilihat apa yang dikorbankan bagi seorang Geisha agar bisa
menghibur sungguh ironis dan tidak seimbang. tapi untungnya dunia ini
sudah modern dan kita sekarang punya kebebasan untuk memilih mana
yang baik dan mana yang salah.

Origami ( 折 り紙 , dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti
“kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang
menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami (折り紙, dari ori
yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni
tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu bentuk
kesenian yang modern.

Sejarah

Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai


bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad pertama di
Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama
Ts’ai Lun.
Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas
rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami
yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok adalah tongkang
Tiongkok dan kotak.
Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol
oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar
wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donchō
(Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke
Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta. Kemudian
seni ini berkembang mula-mula pada zaman Muromachi (1333-1568)
dan kemudian pada zaman Edo (1603–1868). Karena harganya yang
sangat mahal pada masa itu, penggunaannya terbatas hanya pada
kegiatan-kegiatan seremonial seperti untuk Noshi. Terpisah dari itu,
berkembang pula kesenian melipat kertas di Eropa, yang disebarkan
dari Mesir dan Mesopotamia ke Spanyol pada abad ke-16 dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropa barat. Sebuah karya origami tradisional
berbentuk bangau. Untuk waktu yang lama, model-model yang dikenal
hanya terbatas pada model-model tradisional seperti bangau di Jepang
dan pajarita di Spanyol. Akira Yoshizawa(1911–2005) membuat inovasi
dengan menciptakan model-model baru yang kemudian membawa
perubahan besar dalam perkembangan origami. Beliau menciptakan
sebuah sistem penggambaran sistemastis (yang disebut diagram)) untuk
menunjukkan langkah-langkah pelipatan suatu model yang dapat
disebarluaskan dan dipahami oleh banyak pihak. Sistem ini adalah
dasar dari Sistem Yoshizawa-Randlett yang sekarang lazim digunakan
untuk instruksi lipat model origami.
Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai
sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.
Washi ( 和 紙 , Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat
dengan metode tradisional di Jepang. Dibandingkan kertas produksi
mesin, serat dalam washi lebih panjang sehingga washi bisa dibuat
lebih tipis, namun tahan lama, tidak cepat lusuh atau sobek. Origami
merupakan kesenian tradisional dari Jepang.
Produksi washi sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen
sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam berbagai
jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e.
Washi juga digunakan sebagai hiasan dalam agama Shinto, bahan
pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas sashimi dalam kemasan,
bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono, serta bahan
interior rumah dan pelapis pintu dorong.

Perkembangan Origami di Jepang

Para Sejarahwan umumnya menyatakan origami berasal dari negeri


asal kertas, yakni Cina. Namun perkembangan origami hingga menjadi
bentuk seni seperti saat ini memang berawal di Jepang. Semula
origami dipraktekkan oleh kaum bangsawan dan agamawan di Jepang
untuk membuat hiasan dekorasi bagi upacara tradisional dan
keagamaan. Dengan seiring waktu origami semakin populer hingga
menjadi kesenian rakyat Jepang
Perkembangan origami modern dipelopori oleh Akira Yoshizawa dari
Jepang pada tahun 1950’an. Akira mempelopori origami modern
dengan membuat origami dengan mengambil berbagai model realistik
dari binatang, benda atau bentuk-bentuk dekoratif. Model origami ini
sama sekali berbeda dengan origami tradisonal Jepang yang telah
dikenal sebelumnya. Ribuan model origami telah berhasil dibuat oleh
Akira.
Selain mempelopori berbagai model baru, Akira juga memberi
sumbangan besar bagi perkembangan origami dengan memperkenalkan
Teknik lipatan basah dan diagram “Yoshizawa-Randlett”. Lipatan basah
merupakan teknik baru dalam melipat kertas dengan cara membasahi
kertas lebih dulu agar lentur sehingga mudah dibentuk. Sedangkan
diagram “Yoshizawa-Randlett” merupakan diagram tentang cara
penulisan instruksi cara pembuatan model origami dengan
menggunakan simbol-simbol seperti panah dan garis. Diagram
“Yoshizawa-Randlett” memudahkan kalangan penggemar origami di
seluruh dunia dalam memahami instruksi cara pembuatan origami,
sehingga sekarang telah diterima dan digunakan di seluruh dunia
sebagai diagram baku dalam penulisan instruksi cara pembuatan model
origami.

Jenis-jenis Origami
Mengenai masalah jenis origami, origami dikenal memiliki dua jenis
model yaitu model tradisional dan model orisinal atau dapat disebut
juga dengan model modern. Model tradisional merupakan model yang
umum/populer dan biasanya tidak dikenal lagi siapa yang mendesain
pertama kalinya. Meski jumlahnya banyak sekali,biasanya model
tradisional ini merupakan bentuk-bentuk lama. Sementara model
orisinal merupakan karya-karya kontemporer buatan masing-masing
para pelipat kertas dan dicantumkan namanya sebagai hak cipta
mereka.
Untuk model atau bentuk tradisional, model yang sangat melekat dan
terkenal bagi masyarakat Jepang, antara lain:

a. Tsuru (burung bangau)

Burung bangau memiliki sifat yang kuat, manis, cantik, dan mempunyai
suara yang istimewa sehingga orang Jepang sangat menghargai arti
pentingnya burung bangau ini. Oleh karena itu, bentuk tsuru atau
burung bangau merupakan bentuk origami paling tradisional dan paling
indah dan berkembang menjadi subjek favorit dari origami.
Menurut Meghan Krane dalam Wijaya (skripsi 2010:4-5) bentuk burung
bangau pun dipilih sebagai subjek kebudayaan Jepang yang sangat
berharga. Ada bermacam-macam versi bahwa burung bangau
mempunyai arti dapat membawakan kehormatan, kesetiaan yang
abadi, bahkan ada yang mengartikan bahwa pasangan pengantin akan
selalu abadi tanpa berpisah. Simbol burung bangau ini banyak
digunakan orang Jepang sebagai bahan lambing dan merupakan tema
pada seni kerja yang terkenal. Oleh karena burung bangau disebut
sebagai burung keagungan atau burung kemuliaan, dimana dapat
dijadikan teman dalam kehidupan dan akan sangat setia pada
pendamping hidupnya.
Menurut legenda yang ada di Jepang, mengatakan bahwa barang siapa
yang melipat 1000 bangau kertas (senbazuru) maka harapannya akan
terpenuhi/dikabulkan, ataupun dapat menyembuhkan penyakit.

b. Katashiro

Bentuk katashiro ini telah dipergunakan pada masa kuno dalam


upacara-upacara Shinto di Kuil Ise. Katashiro adalah representasi
simbolik seorang dewa yang terbuat dari guntingan kertas khusus yang
disebut jingo yoshi (kertas kuil). Bekas-bekas katashiro masih dapat
dilihat dalam guntingan berbentuk manusia yang kini dipergunakan
dalam berbagai upacara penyucian dan dalam guntingan berbentuk
boneka yang dipamerkan dalam festival boneka di bulan Maret.
Sedangkan untuk model/bentuk modern, perkembangan origami
modern dipelopori oleh Akira Yoshizawa pada tahun 1950-an. Akira
mempelopori origami modern dengan membuat origami dengan
mengambil berbagai model realistik dari binatang, benda atau bentuk-
bentuk dekoratif. Model origami ini berbeda dengan origami tradisional
Jepang yang telah ada sebelumnya Berbagai jenis bahan baik kertas
atau material lembaran dipergunakan dan origami modern tidak
sekedar melipat tetapi juga melibatkan teknik menggunting,
merekatkan atau menjepit kertas.

Jenis-jenis origami modern yang ada saat ini, antara lain:

a. Origami Pureland
Gaya pureland dikembangkan oleh John Smith dengan tujuan
memudahkan para pemula dalam membuat suatu model origami. Pada
origami, gaya pureland terdapat persyaratan unik bahwa dalam setiap
langkah hanya dibolehkan sekali melipat. Maka, lipatan yang
digunakan hanyalah lipatan gunung dan lipatan lembah.
b. Origami Modular

Pada origami modular, dari setiap lembar kertas dibentuk menjadi


sebuah modul. Seluruh modul selanjutnya disatukan dengan cara
direkatkan atau dijepit menjadi suatu bentuk model tertentu, seperti
binatang, bangunan atau bunga.

c. Origami Teknis

Berbeda dengan gaya origami lainnya yang banyak didasarkan pada


cara coba-coba melipat agar menghasilkan suatu bentuk tertentu,
pembuatan origami teknis (origami sekkei) diawali dengan mengkaji
secara matematis bentuk-bentuk bidang yang diperlukan dari model
yang akan dibuat lalu membuat pola dari jejak lipatan yang harus
dibuat pada kertas.

Bahan dan Alat untuk Membuat Origami

Jenis-jenis kertas yang biasa digunakan untuk membuat origami pada


saat ini antara lain:

Kami adalah kertas berbentuk bujur sangkar ukuran 2,5 cm hingga 25


cm, dengan satu sisi berwarna dan sisi lainnya berwarna putih. Sisi
yang berwarna ada yang berwarna gradasi, dua warna atau bermotif.
Kami menyerupai kertas marmer yang kita kenal.
Washi adalah kertas tradisional yang umum digunakan untuk membuat
origami di Jepang. Kertas washi lebih tebal dan kuat dari kertas biasa,
sangat menarik serta sangat mahal Kertas washi ini aslinya dipakai
untuk pembatas ruang rumah tradisional di Jepang. Dimana menurut
sejarahnya, sejak dahulu orang Jepang mempelajari cara untuk
menggunakan serat kulit kayu dari semak belukar seperti kozo dan
gampi untuk membuat kertas yang tipis tetapi kuat. Kertas tersebut
digunakan di rumah-rumah untuk pintu geser fusuma dan pembatas
byobu. Selembar kertas yang kuat diperlukan untuk hal ini, sehingga
pabrik-pabrik mengembangkan teknik untuk menempatkan serat-serat
tersebut dalam sejumlah lapisan. Kertas ini nantinya dapat digunakan
untuk menutupi ruang-ruang kosong pada pintu geser shoji, yang
memberikan kadar privasi tetapi sinar masih dapat menembusnya.
Lentera chochin dan lampu andon, yang banyak digunakan dari akhir
abad ke-12 sampai abad ke-17 dan setelahnya, juga membiarkan
sedikit sinar melewati kertas. Lentera chochin yang dapat dilipat
membutuhkan kertas yang cukup kuat untuk menahan pengulangan

Musik Tradisional
Ada beberapa jenis tradisional, musik Jepang (hogaku). Beberapa yang paling
penting tercantum di bawah ini:
1. Gagaku:
Musik istana kuno dari Cina dan Korea. Ini adalah jenis tertua Jepang, musik
tradisional.
2. Biwagaku:
Musik yang dimainkan dengan Biwa, semacam gitar dengan empat senar.
3. Nohgaku:
Musik dimainkan selama Noh pertunjukan. Pada dasarnya terdiri dari paduan
suara, para Hayashi seruling, yang Tsuzumi drum, dan instrumen lainnya.
4. Sokyoku:
Musik yang dimainkan dengan Koto, sejenis sitar dengan 13 string. Kemudian juga
ditemani oleh Shamisen dan Shakuhachi.
5. Shakuhachi:
Musik yang dimainkan dengan Shakuhachi, seruling bambu yang sekitar 55 cm.
Nama seruling panjang adalah Shaku dinyatakan dalam satuan Jepang tua
panjang.
6. Shamisenongaku:
Musik yang dimainkan dengan Shamisen, semacam gitar dengan hanya tiga senar.
Kabuki dan Bunraku pertunjukan yang disertai dengan shamisen.
7. Minyo:
Lagu-lagu rakyat Jepang.

Sumo adalah gulat gaya Jepang dan Jepang olahraga nasional. Itu berasal dari
zaman kuno sebagai pertunjukan untuk menghibur para dewa Shinto. Banyak
upacara dengan latar belakang agama masih diikuti hari ini.
Aturan-aturan dasar sumo sangat sederhana: para pegulat yang pertama kali
menyentuh tanah dengan apa saja selain telapak kaki, atau yang meninggalkan
cincin sebelum lawan, kalah. Perkelahian berlangsung pada cincin yang tinggi,
yang disebut “dohyo”, yang terbuat dari tanah liat dan tertutup lapisan pasir.
Perkelahian sendiri biasanya hanya berlangsung beberapa detik, atau dalam
kasus yang jarang terjadi, sekitar satu menit.
Di bagian atas pegulat sumo ‘hierarki tahan Yokozuna (juara agung). Pada saat ini,
ada dua Yokozuna, Asashoryu dan Hakuho, baik dari Mongolia. Setelah pegulat
mencapai peringkat Yokozuna, ia tidak bisa kehilangan status ini tetapi ia akan
diharapkan untuk pensiun ketika hasil mulai memburuk. Banyak mantan pegulat
tetap aktif di dunia sumo sebagai anggota dari Asosiasi Sumo Jepang.

Kokugikan, sumo stadion di Tokyo Ryogoku


Kebanyakan pegulat elit sangat terlatih atlet antara 20 dan 35 tahun. Mereka
biasanya tinggal bersama di kompleks perumahan dan pelatihan, yang disebut
“kandang”, di mana semua aspek kehidupan, dari tidur dan makan untuk pelatihan
dan waktu luang, secara ketat diatur oleh pelatih, yang disebut “stabil tuan”.
Tidak ada pembatasan atau kelas berat di sumo, yang berarti bahwa pegulat
dapat dengan mudah menemukan diri mereka cocok off terhadap seseorang
berkali-kali ukuran mereka. Akibatnya, berat badan merupakan bagian penting
dari pelatihan sumo. Sumo hidangan yang khas, chanko Nabe, sup sehat adalah
yang penuh dengan sayuran, daging dan ikan.
Enam turnamen yang diselenggarakan setiap tahun, masing-masing berlangsung
15 hari. Tiga dari turnamen yang diselenggarakan di Tokyo (Januari, Mei,
September), dan satu masing-masing di Osaka (Maret), Nagoya (Juli) dan Fukuoka
(November).

2.1.9 Pemandian Umum

Mandi umum yang besar (Ichinoyu) di Onsen Kinosaki


Di masa lalu, banyak rumah di Jepang tidak dilengkapi dengan bak mandi. Untuk
mengisi kekosongan ini, lingkungan sento (lit. uang air panas), atau mandi umum
adalah tempat di mana penduduk setempat bisa pergi untuk mencuci sendiri,
rendam dalam bak dan bersosialisasi dengan tetangga.
Dewasa ini, karena sebagian besar rumah tangga telah mereka mandi sendiri,
jumlah sento tradisional telah menurun. Namun, jenis baru mandi umum dan
kamar mandi kompleks, yang menampilkan berbagai jenis kolam renang, sauna,
pusat kebugaran, dan lain-lain telah muncul, beberapa di antaranya lebih
menyerupai taman hiburan dari rumah mandi yang sederhana.
Beberapa sento, biasanya dalam air panas kota resor, memanfaatkan air panas
alami di air untuk mandi. Dalam hal ini, mereka dianggap sebagai Onsen mandi.
Pemandian umum yang tidak disediakan oleh mata air panas, gunakan air keran
dipanaskan gantinya.

Lingkungan kecil di Nozawa sento Onsen Onsen


Pemandian umum (publik bahwa siapa pun dapat menggunakannya sebagai lawan
mandi pribadi dari Ryokan dan hotel yang mungkin hanya terbuka untuk tamu)
dapat ditemukan di seluruh Jepang dan biaya biasanya 200-2.000 yen. Beberapa,
ditemukan di kota-kota besar, buka 24 jam dengan tarif semalam khusus, dan
dapat digunakan sebagai alternatif anggaran akomodasi.
Dengan pengecualian beberapa gaya taman mandi kompleks, pemandian umum
yang dipisahkan oleh jender dan pakaian renang tidak dipakai. Informasi lebih
lanjut tentang aturan mandi dapat ditemukan di sini.

Mandi dari Satonoyu di Kinsosaki Onsen

Perayaan Hanami
Hanami (hana wo miru = melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang
dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga
sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu,
hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di
bawah pohon sakura. Rombongan demi rombongan berpiknik menggelar tikar dan
duduk-duduk di bawah pepohonan sakura untuk bergembira bersama, minum
sake, makan makanan khas Jepang, dan lain-lain layaknya pesta kebun.
Semuanya bergembira. Ada kelompok keluarga, ada kelompok perusahaan,
organisasi, sekolah dan lain-lain.
2.1.3 Samurai
Istilah samurai, pada awalnya mengacu kepada “seseorang yang mengabdi
kepada bangsawan”. Pada zaman Nara, (710 – 784), istilah ini diucapkan saburau
dan kemudian menjadi saburai. Selain itu terdapat pula istilah lain yang mengacu
kepada samurai yakni bushi. Istilah bushi yang berarti “orang yang
dipersenjatai/kaum militer”, pertama kali muncul di dalam Shoku Nihongi, pada
bagian catatan itu tertulis “secara umum, rakyat dan pejuang (bushi) adalah harta
negara”. Kemudian berikutnya istilah samurai dan bushi menjadi sinonim pada
akhir abad ke-12 (zaman Kamakura).
2.1.4 Shogun (Sei-i Taishogun)
Shogun adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal. Dalam konteks
sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan adalah Sei-i
Taishogun yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi melawan Orang
Biadab (istilah “Taishogun” berarti panglima angkatan bersenjata). Sei-i Taishogun
merupakan salah satu jabatan jenderal yang dibuat di luar sistem Taiho Ritsuryo.
Jabatan Sei-i Taishogun dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam
bahasa Jepang, istilah shogun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap
digunakan hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai