Abdurrahman 180610170013
Nursyifa Salwaa Sabilla 180610170021
Fitria Nanditama Intani 180610170031
Universitas Padjadjaran
Sumedang
2019
A. Latar Belakang Tahun Baru di Jepang
Tahun baru adalah salah satu hari perayaan bagi masyarakat di Jepang. Tanggal 1
Januari disebut ganjitsu (元日, hari pertama). Dari tanggal 1 - 3 Januari disebut
Sanganichi (三が日) dan dari tanggal 1 - 7 disebut Matsu No Uchi (松の内. Periode
tersebut yang disebut sebagai Shougatsu (正月). Di Jepang, Kantor pemerintah dan
perusahaan swasta tutup sejak tanggal 29 Desember hingga 3 Januari.
Tahun baru pernah digunakan untuk merayakan bertambahnya usia. Tradisi ini
dilakukan semasa orang Jepang masih mengikuti cara perhitungan usia yang
disebut kazoedoshi. Bayi dianggap sudah berumur 1 tahun sewaktu dilahirkan dan
usia bertambah setahun pada tanggal 1 Januari. Pada tahun 1902, perhitungan cara
kazoedoshi digantikan sistem umur bertambah sewaktu berulang tahun (man-nenrei)
yang lazim digunakan di seluruh dunia.
Shougatsu merupakan Festival tahun baru yang dirayakan pada tanggal 1 hingga
3 Januari. Shougatsu merupakan salah satu festival terbesar di Jepang karena
dirayakan secara meriah oleh semua kalangan masyarakat. “Oshougatsu bagi orang
Jepang bukan sekedar proses pergantian tahun semata, tetapi juga berarti datangnya
era dan semangat baru”(Brandon, 1995:15). Begitu pentingnya hari tersebut sehingga
orang Jepang merasa perlu menyambutnya dengan perayaan khusus.
1. Memasang Hiasan
Kadomatsu (門松) adalah hiasan dari bambu dan pohon pinus yang dirangkai
menjadi satu lalu diletakkan berpasangan di sebelah kiri (Kadomatsu laki-laki) dan
kanan (Kadomatsu perempuan) di pintu masuk rumah atau gedung sebagai tanda
datangnya Toshigami sekaligus sebagai tempat tinggal Toshigami selama Shougatsu.
Sumber: https://matcha-jp.com/id/1397
Setiap daerah memiliki ciri khas Kadomatsu masing-masing. Ciri khas hiasan
Kadomatsu di wilayah Kanto adalah bentuk bambu yang berdiri tegak, sedangkan di
Kansai pohon pinusnya dihias lebih meriah daripada bambunya.
Banyak orang Jepang di zaman sekarang membeli Kadomatsu yang terbuat dari
plastik daripada membuatnya, karena banyak dari mereka sibuk untuk membuatnya.
Selain Kadomatsu, hiasan yang lainnya adalah Shimenawa yang terbuat dari dua
buah untaian jerami yang dililitkan sebagai simbol pengusir kekuatan jahat atau jimat
untuk penolak bala. Selain itu ada juga Kagami Mochi yang dianggap sebagai benda
yang sakral dan dijadikan lambang hidangan untuk para dewa supaya dewa bersedia
datang. Ada juga Kirigami yang merupakan hiasan tahun baru yang terbuat dari
kertas.
Kadomatsu kemudian dibakar bersamaan dengan hiasan yang lain pada perayaan
Dondo Yaki yang diselenggarakan pada tanggal 15 Januari. Pembakaran ini biasanya
dilakukan di lapangan yang luas seperti halaman sekolah, kuil, dll. Dengan membuat
menara dari bambu, daun cemara, dan jerami yang tingginya sekitar 15 meter. Setelah
menara habis terbakar, masih ada tradisi tambahan, yaitu memasak di area terbuka.
Masyarakat Jepang biasa membakar mochi yang disebut Mayu Dama.
3. Hatsumoude
Pada masa sekarang, tradisi Hatsumoude lebih sering ditemui dengan berasal dari
tradisi ganjitsumode yang mana dilakukan pada pagi hari pertama tahun baru. Namun
di zaman sekarang pun masyarakat di beberapa daerah di Jepang masih melakukan
Sanpai (kunjungan) ke kuil Ujigami pada malam tahun baru, lalu kembali ke rumah,
dan setelah pergantian tahun, berkunjung kembali ke kuil, tradisi tersebut disebut
Ninenmairi (二年参り).
1. Berdoa.
2. Membeli Omamori dan Hamaya
3. Osechi Ryouri
Dalam bahasa Jepang, istilah Osechi dahulu berarti pergantian musim yang
dikenal dengan sebutan Sechi-nichi atau Sekku. Hari pergantian musim dirayakan
dengan memasak makanan khusus yang disebut dengan Osechi-ryouri yang
merupakan masakan pergantian musim. Sejak zaman dulu, awal tahun baru
merupakan salah satu hari pergantian musim untuk merayakan kepulangan dewa padi
ke gunung. Pada zaman sekarang, Istilah Osechi hanya digunakan untuk makanan
tahun baru.
a. O-toso (お屠蘇), Sake untuk kesehatan yang diminum pada saat pagi hari
di awal tahun.
c. Zouni, Sup berisi mochi dimasak menggunakan sayuran dan kaldu. Dengan
memakan ozoni pada saat perayaan tahun baru dipercaya akan mendapatkan
keberuntungan.
d. Nishime, Sayur-sayuran yang dimasak dengan kuah dashi, kecap asin, dan
mirin (gula pasir).
1) Makanan Inti
b. Kazunoko (数の子) yaitu, Telur ikan berwarna kuning yang digunakan sebagai
harapan dikaruniai banyak anak pada tahun yang baru.
c. Kuromame (黒豆) yaitu, Kacang berwarna hitam yang dipercaya bisa menangkal
roh jahat. Selain itu, mame dalam bahasa Jepang bisa berarti "bekerja sekuat tenaga"
dan "kesehatan", dan kacang ini dimakan sebagai harapan agar sehat sepanjang tahun.
d. Tataki-gobō (たたき牛蒡) yaitu, Akar gobo yang berwarna hitam terlihat seperti
burung dalam mitologi yang terbang ketika ada panen yang berlimpah.
2) Makanan Pelengkap
a. Datemaki adalah telur dadar yang digulung bagaikan kitab sutra, sehingga dimakan
sebagai perlambang kebijakan dan pengetahuan. Di daerah Kansai, datemaki
digantikan dashimaki.
b. Kurikinton adalah makanan yang terlihat mewah dan nama makanan ini dalam
bahasa Jepang berarti gumpalan emas (kinton) dari buah kastanye (kuri)
c. Kombumaki, Kombu masak nimono digunakan sebagai makanan tahun baru karena
kombu terdengar mirip kata yorokubu (kegembiraan).
d. Kamaboko berwarna merah putih makanan olahan dari surimi, berwarna putih
dengan sedikit warna merah di bagian pinggir, dipakai untuk melambangkan beras
merah dan beras putih.
e. Otafuku-mame adalah kacang pembawa keberuntungan dengan rasa manis.
3) Acar
a. Acar sayur-sayuran berwarna merah dan putih
b. Acar lobak
c. Acar umbi seroja
4) Makanan Panggang
a. Ikan sunglir (buri) bakar, orang Jepang menyebut ikan ini disebut buri, sehingga
dipakai sebagai simbol keberhasilan dan sukses. dengan nama yang berbeda-beda
sesuai dengan usia ikan. Ikan yang berhasil menjadi dewasa.
b. Ikan kakap bakar merupakan salah satu ikan persembahan untuk dewa, sekaligus
nama ikan ini dalam bahasa Jepang terdengar mirip kata "medetai" (kegembiraan).
c. Udang bakar adalah Sungut udang yang panjang dan melengkung dipakai sebagai
perlambang orang yang sudah tua, sehingga dimakan sebagai harapan bisa berumur
panjang.
d. Belut unagi panggang adalah belut unagi adalah ikan yang pandai dan lincah
sehingga digunakan untuk mendoakan keberhasilan yang cepat.
Tradisi mengirimkan nengajo ini merupakan tradisi yang sangat tua, dimulai
dari Periode Heian. Tahun 1871 nengajo mulai populer setelah didirikannya kantor
pos. Kemudian kantor pos mulai menjual nengajo cetakan. Pada tahun 1899, nengajo
ditangani terpisah dari bentuk korespondensi lainnya oleh kantor pos.
Era 1950-muncul nengajo berisi nomor undian yang dikeluarkan oleh Menteri
Pos. Sampai sekarang, nengajo dengan nomor undian sangat laku hingga terjual
milyaran lembar. Undian diselenggarakan pada tanggal 15 Januari. Kantor Pos
Jepang memiliki tradisi mencetak kartu pos dengan tema yang berbeda-beda. Kartu
pos dihiasi dengan lukisan tempat terkenal di Jepang dan gambar binatang Shio untuk
tahun yang baru serta tidak lupa nomor undian.
Gambar 2.4 Nengajo dengan undian
Selain di kantor pos,Sumber:
kartu pos ucapan tahun baru Juga bisa dibeli di berbagai
https://blackcabbit.com/
tempat. Kartu pos yang dijual di toko buku memiliki pilihan gambar
yang lebih banyak, tapi sering masih perlu ditempeli prangko. Kartu pos ucapan tahun
baru sering digunakan untuk memamerkan kemampuan menulis indah bagi pengirim
yang pandai menulis kaligrafi. Dengan kemajuan teknologi, nengajo juga bisa
dikirimkan secara elektronik (email, dll). Namun untuk rekan bisnis, guru, dan pejabat
lebih sering digunakan bentuk nengajo cetakan.
Berbagai ucapan selamat tahun baru yang umum:
- Kotoshi mo yoroshiku onegai shimasu
(今年もよろしくお願いします)
(あけましておめでとうございま)
5. Otoshidama
Orang Jepang mempunyai tradisi memberikan angpao yang dikenal dengan
sebutan otoshidama (お年玉). Sewaktu memberikan otoshidama untuk anak-anak,
sejumlah uang kertas yang masih baru atau uang logam dimasukkan ke amplop kecil
bernama pochibukuro (otoshidama-bukuro) yang berhiaskan aneka gambar kesukaan
anak-anak. Otoshidama sangat ditunggu-tunggu anak-anak di Jepang, terutama bila
memiliki kerabat yang murah hati.
Gambar 2.5 Otoshidama
Sumber: nipponclub.net
6. Hatsuyume
Orang Jepang memiliki tradisi yang disebut Hatsuyume. Hatsu (初) yang berarti
pertama dan Yume (夢) yang berarti mimpi. Hatsuyume adalah mimpi pada malam 1
Januari sampai 2 Januari menurut tradisi yang dipercaya dapat menentukan nasib baik
selama setahun ke depan.
Kepercayaan ini telah mengakar dalam setiap diri orang Jepang sejak awal zaman
Edo. Mimpi pertama yang dipercaya sebagai pembawa keberuntungan adalah ketika
seseorang bermimpi mengenai gunung Fuji, burung elang, dan terong. Karena
gunung Fuji merupakan gunung tertinggi dan terindah di Jepang. Kedua, burung elang
merupakan burung yang cerdas, kuat, dan dapat terbang tinggi sehingga dapat
diartikan sebagai pencapaian cita-cita. Dan ketiga, terong merupakan permainan kata
dari bahasa Jepang yakni nasu atau nasubi (茄子), yang juga dapat diartikan sebagai
“terjadi” atau “terlaksana” (nasu 成す).
Orang Jepang sering mengingat mimpi baik Hatsuyume dengan kalimat Ichi-Fuji,
Ni-Taka, San-Nasubi ( 一 富 士 、二 鷹 、三 茄子 ; 1. Fuji, 2. Elang, 3. Terong).
Ternyata mimpi yang dipercaya sebagai pembawa keberuntungan ini juga mempunyai
kelanjutannya walau dianggap kurang terkenal. Kelanjutan dari mimpi tersebut adalah
Yon-Sen, Go-Tabako, Roku-Zato (四扇、五煙草、六座頭; 4. Kipas, 5. Tobacco, 6.
Pemijat buta).
7. Mochitsuki
Mochitsuki atau ritual menumbuk mochi merupakan salah satu tradisi dalam
menyambut tahun baru di Jepang. Untuk membuat mochi, ketan yang sudah ditanak
dimasukkan ke dalam lesung, kemudian ditumbuk dengan menggunakan alu. Tiga
atau empat orang laki-laki bertugas menumbuk, sedangkan seorang wanita bertugas
membolak-balik beras ketan dengan tangan yang dibasahi dengan air. Beras ketan
ditumbuk hingga lengket dan membentuk gumpalan berwarna putih. Suara yang
dihasilkan dari ritual menumbuk mochi oleh orang Jepang dipercaya dapat
mendatangkan dewa yang kemudian akan memberikan keberuntungan. Mochi
biasanya dimakan sebagai pengganti nasi pada saat tahun baru. Selain dimakan,
mochi juga dijadikan hiasan tahun baru.
8. Kagamibiraki
Kagami biraki (鏡開き) atau kagami wari (鏡割り) adalah upacara tradisional
menurunkan dan memakan kagami mochi yang dijadikan sajen tahun baru untuk
arwah atau dewa tahun di Jepang. Upacara ini dilakukan sebagai lambang ucapan
terima kasih kepada dewa-dewa. Pada tanggal 11 Januari, kagami mochi dimakan
dengan harapan terhindar dari penyakit dan diberi kesehatan. Mochi biasanya
dihidangkan sebagai shiruko atau zouni.
Pada awalnya, keluarga samurai memiliki tradisi memajang yoroi (baju zirah)
untuk menyambut tahun baru. Mochi yang dijadikan sajen untuk yoroi disebut gusoku
mochi (具足餅). Setelah tahun baru selesai (hari ke-20 tahun baru), mochi direbus
sebagai zōni untuk merayakan Hatsuka (刃柄). Mochi untuk sajen diletakkan di atas
tempat cermin (kyōdai, 鏡台) sehingga disebut kagami mochi (arti harfiah: mochi
cermin). Hatsugao ( 初 顔 ) adalah sebutan untuk upacara menurunkan dan
memecahkan mochi sajen dilakukan oleh wanita. Dari keluarga samurai, tradisi
memakan kagami mochi meluas ke kalangan rakyat biasa.
Udara musim dingin membuat kagami mochi yang dipajang sebagai sajen
menjadi keras. Memotong mochi memakai benda tajam diasosiasikan dengan seppuku,
oleh karena itu, kagami mochi dipecahkan dengan tangan atau palu kayu.
10. Seijin no hi
Seijin shiki (成人式, upacara orang dewasa) adalah upacara tahunan yang
diadakan pemerintah lokal kota dan desa di Jepang yang mengundang penduduk yang
telah mencapai usia 20 tahun untuk merayakan usia yang telah dianggap cukup umur
menurut hukum. Acara diselenggarakan di gedung pertemuan, ballroom hotel, atau
aula serbaguna milik pemerintah lokal. Acara dimeriahkan dengan pidato, penerimaan
cendera mata, jamuan makan, dan foto bersama dengan pejabat lokal.
Di kota-kota besar, upacara diadakan pada Hari Kedewasaan yang jatuh pada hari
Senin minggu kedua bulan Januari. Di kota-kota kecil dan desa-desa,
penyelenggaraan upacara sering dimajukan pada hari-hari awal Tahun Baru untuk
memudahkan peserta yang terdaftar di di daerah asal dan kebetulan sedang berada di
kampung halaman. Jika hari penyelenggaraan upacara tidak dimajukan, peserta yang
tinggal di kota harus kembali lagi ke kampung halaman untuk mengikuti seijin shiki.
SEIJIN NO HI memang hari spesial bagi anak-anak yang mulai masuk gerbang
kedewasaan. Namun dalam perayaannya bukan saja sorak sorai suka cita yang mereka
rasakan saja namun juga adanya perasaan sedih dan terharu saat mereka yang
mendapat kesempatan maju ke atas podium mengutarakan speech berupa kansha no
kimochi, perasaan terimakasih kepada orangtuanya itu. Dengan berlinangan airmata
mereka mengucapkan terimakasih kepada orangtuanya yang telah bersusah payah
mendidik dan membesarkan hingga saat ini. Karena itu SEIJIN NO HI ini juga
terkenal dengan sebutan NAKERU NO HI (hari berlinangan airmata).
Speech yang dilakukan oleh anak-anaknya itu kemudian dibalas dengan speech
dari orang tuanya juga yang berisi tentang pesan agar mereka selalu berhati hati dan
bekerja keras jangan cepat menyerah apabila menemui kegagalan serta harus
bertanggung jawab sendiri dalam setiap tingkah laku dan perbuatannya nanti.
Daftar Pustaka
https://matcha-jp.com/id/1397
https://japanesestation.com/inilah-cara-merayakan-tahun-baru-di-jepang/
https://travel.detik.com/international-destination/d-2811333/festival-unik-di-jepang-m
embersihkan-diri-dengan-api
https://japanesestation.com/nengajo-kartu-pos-tahun-baru-jepang/
https://nipponclub.net/2014/01/21/hatsuyume/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hatsum%C5%8Dde
https://id.wikipedia.org/wiki/Osechi
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_Kedewasaan
https://www.tokyoweekender.com/2017/12/exploring-the-meaning-of-osechi-ryori-ja
pans-traditional-new-year-food/
https://soranews24.com/2013/01/03/%E3%80%90japanese-culture%E3%80%91the-
meaning-behind-osechi-ryori-traditional-new-years-food-in-japan/
http://www.japanupdate.com/2012/12/hatsumoude-is-local-tradition-on-new-year/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kagami_biraki
http://iroha-japan.net/iroha/A01_event/02_kagami.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Seijin_shiki
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_Kedewasaan