Anda di halaman 1dari 16

Tugas Mata Kuliah Nihonbunkaron

Perayaan Tahun Baru di Jepang

Abdurrahman 180610170013
Nursyifa Salwaa Sabilla 180610170021
Fitria Nanditama Intani 180610170031
Universitas Padjadjaran
Sumedang
2019
A. Latar Belakang Tahun Baru di Jepang
Tahun baru adalah salah satu hari perayaan bagi masyarakat di Jepang. Tanggal 1
Januari disebut ganjitsu (元日, hari pertama). Dari tanggal 1 - 3 Januari disebut
Sanganichi (三が日) dan dari tanggal 1 - 7 disebut Matsu No Uchi (松の内. Periode
tersebut yang disebut sebagai Shougatsu (正月). Di Jepang, Kantor pemerintah dan
perusahaan swasta tutup sejak tanggal 29 Desember hingga 3 Januari.

Di zaman dulu, kalender Jepang didasarkan pada kalender Tionghoa, sehingga


orang Jepang merayakan tahun baru pada awal musim semi, bersamaan dengan Tahun
baru Imlek, Tahun baru Korea, dan Tahun baru Vietnam. Pada tahun 1873,
pemerintah Jepang mulai menggunakan kalender Gregorian sehingga tahun baru ikut
dirayakan tanggal 1 Januari.

Tahun baru pernah digunakan untuk merayakan bertambahnya usia. Tradisi ini
dilakukan semasa orang Jepang masih mengikuti cara perhitungan usia yang
disebut kazoedoshi. Bayi dianggap sudah berumur 1 tahun sewaktu dilahirkan dan
usia bertambah setahun pada tanggal 1 Januari. Pada tahun 1902, perhitungan cara
kazoedoshi digantikan sistem umur bertambah sewaktu berulang tahun (man-nenrei)
yang lazim digunakan di seluruh dunia.

Pada mulanya, tahun baru dimaksudkan sebagai hari perayaan menyambut


kedatangan Toshigami(年神)yaitu arwah para leluhur yang menjelma menjadi Dewa
Tahun Baru. Ada satu ucapan salam kepada orang-orang yang kita temui selama
Oshogatsu, “Akemashite Omedetou Gozaimasu,”(あけましておめでとうございます)
atau secara harfiah, “Selamat Tahun Baru”. Ucapan ini awalnya adalah ucapan syukur
atas kedatangan Toshigami yang telah memberikan kehidupan baru di tahun yang
baru.

Shougatsu merupakan Festival tahun baru yang dirayakan pada tanggal 1 hingga
3 Januari. Shougatsu merupakan salah satu festival terbesar di Jepang karena
dirayakan secara meriah oleh semua kalangan masyarakat. “Oshougatsu bagi orang
Jepang bukan sekedar proses pergantian tahun semata, tetapi juga berarti datangnya
era dan semangat baru”(Brandon, 1995:15). Begitu pentingnya hari tersebut sehingga
orang Jepang merasa perlu menyambutnya dengan perayaan khusus.

Shougatsu sering disebut juga dengan Oushougatsu. Bagi orang Jepang,


Shougatsu dijadikan sebagai sarana untuk berkumpul dengan keluarga. Hal ini juga
memberi pengertian bahwa tenaga yang sudah terkuras selama satu tahun lalu akan
segar kembali di awal tahun baru. Semua orang berdoa dan berharap semoga dapat
hidup dengan kedamaian dan dilimpahi kebaikan di tahun yang akan datang.
Orang Jepang biasanya melakukan berbagai macam kegiatan untuk mengisi
liburan tahun baru, mulai dari kegiatan bersenang-senang hingga kegiatan yang
bersifat religius. Kegiatan tradisional menyambut tahun baru di Jepang diantaranya
sebagai yang akan dijelaskan seperti berikut:

B. Tradisi Penyambutan Tahun Baru di Jepang

1. Memasang Hiasan

Kadomatsu (門松) adalah hiasan dari bambu dan pohon pinus yang dirangkai
menjadi satu lalu diletakkan berpasangan di sebelah kiri (Kadomatsu laki-laki) dan
kanan (Kadomatsu perempuan) di pintu masuk rumah atau gedung sebagai tanda
datangnya Toshigami sekaligus sebagai tempat tinggal Toshigami selama Shougatsu.

Gambar 1.1 Kadomatsu yang sedang dipajang

Sumber: https://matcha-jp.com/id/1397

Setiap daerah memiliki ciri khas Kadomatsu masing-masing. Ciri khas hiasan
Kadomatsu di wilayah Kanto adalah bentuk bambu yang berdiri tegak, sedangkan di
Kansai pohon pinusnya dihias lebih meriah daripada bambunya.
Banyak orang Jepang di zaman sekarang membeli Kadomatsu yang terbuat dari
plastik daripada membuatnya, karena banyak dari mereka sibuk untuk membuatnya.

Kadomatsu biasanya dipasang setelah perayaan natal (namun tanggal 29 dan 31


dilepas karena tanggal tersebut mengandung arti yang kurang baik). Matsu no
uchi adalah masa hiasan daun pinus (Kadomatsu) boleh dipajang. Di daerah Kanto,
Matsu no uchi berlangsung dari tanggal 1 Januari hingga 7 Januari, sedangkan di
daerah Kansai berlangsung hingga koshougatsu (小正月, tahun baru kecil) tanggal 15
Januari.

Selain Kadomatsu, hiasan yang lainnya adalah Shimenawa yang terbuat dari dua
buah untaian jerami yang dililitkan sebagai simbol pengusir kekuatan jahat atau jimat
untuk penolak bala. Selain itu ada juga Kagami Mochi yang dianggap sebagai benda
yang sakral dan dijadikan lambang hidangan untuk para dewa supaya dewa bersedia
datang. Ada juga Kirigami yang merupakan hiasan tahun baru yang terbuat dari
kertas.

Kadomatsu kemudian dibakar bersamaan dengan hiasan yang lain pada perayaan
Dondo Yaki yang diselenggarakan pada tanggal 15 Januari. Pembakaran ini biasanya
dilakukan di lapangan yang luas seperti halaman sekolah, kuil, dll. Dengan membuat
menara dari bambu, daun cemara, dan jerami yang tingginya sekitar 15 meter. Setelah
menara habis terbakar, masih ada tradisi tambahan, yaitu memasak di area terbuka.
Masyarakat Jepang biasa membakar mochi yang disebut Mayu Dama.

2. Tradisi saat malam akhir tahun


Hari tanggal 31 Desember atau malam tahun baru disebut Oumisoka. Di malam
ini, orang Jepang mempunyai tradisi memakan soba yang disebut toshikoshi soba (年
越しそば).Selain itu saluran televisi saling berebut pemirsa di malam tahun baru.

Menjelang pukul 12 malam, genta yang terdapat di berbagai kuil


agama Buddha di Jepang dibunyikan. Tradisi memukul genta menjelang pergantian
tahun disebut Joya No Kane (除夜の鐘). Genta dibunyikan sebanyak 108 kali
sebagai perlambang 108 jenis nafsu jahat manusia yang harus dihalau.

3. Hatsumoude

Hatsumoude (初詣), merupakan sebuah tradisi kunjungan pertama ke kuil


Buddha atau kuil Shinto pada awal tahun baru di Jepang kunjungan tersebut dilakukan
untuk berdoa. Doa yang disampaikan biasanya berupa harapan supaya mendapat
kesuksesan, kesehatan, dan keselamatan di sepanjang tahun. Pada umumnya,
kunjungan ke kuil dilakukan sepanjang Shougatsu San-ganichi (1 Januari – 3 Januari).

Tradisi Hatsumode berasal dari Toshigomori atau Toshikomori, yaitu tradisi


menyendiri di dalam kuil Ujigami. Toshigomi merupakan tradisi yang dilakukan oleh
kepala keluarga dengan tidak tidur sepanjang malam untuk berdoa di hadapan
Ujigami. Toshigomori dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Joyamoude (除夜詣), dilakukan pada malam tahun baru.


b. Ganjitsumoude (元日詣), dilakukan pada pagi hari pertama tahun baru

Gambar 2.2 Suasana Hatsumoude


Sumber: aminoapps.com

Pada masa sekarang, tradisi Hatsumoude lebih sering ditemui dengan berasal dari
tradisi ganjitsumode yang mana dilakukan pada pagi hari pertama tahun baru. Namun
di zaman sekarang pun masyarakat di beberapa daerah di Jepang masih melakukan
Sanpai (kunjungan) ke kuil Ujigami pada malam tahun baru, lalu kembali ke rumah,
dan setelah pergantian tahun, berkunjung kembali ke kuil, tradisi tersebut disebut
Ninenmairi (二年参り).

Dalam melakukan Hatsumoude, tidak ada batasan jumlah kunjungan ke kuil.


Kunjungan ke berbagai kuil Buddha dan Shinto dipercaya akan membawqa berbagai
berkat. Di Jepang bagian barat, dikenal tradisi Sanshamairi (三社参り), yaitu
melakukan kunjungan sebanyak mungkin, biasanya ke 3 kuil dalam 3 hari pertama
tahun baru.

Kegiatan yang dilakukan pada saat Hatsumoude (初詣):

1. Berdoa.
2. Membeli Omamori dan Hamaya

Untuk tahun yang baru, biasanya masyarakat-masyarakat Jepang akan membeli


jimat baru di tahun baru. Jika membawa Omamori dan Hamaya tahun sebelumnya
pada saat melakukan Hatsumoude di tahun yang baru, maka Omamori dan Hamaya
tahun lalu dikembalikan ke kuil Shinto untuk dimusnahkan dengan cara dibakar.
3. Menulis di Jimat doa bermotif (Ema).
Terdapat kepercayang jika menulis harapan serta keinginan yang ingin dicapai
dalam kayu bermotif dan lalu menggantungnya di kuil, maka doa harapan tersebut
akan terkabul.

3. Osechi Ryouri
Dalam bahasa Jepang, istilah Osechi dahulu berarti pergantian musim yang
dikenal dengan sebutan Sechi-nichi atau Sekku. Hari pergantian musim dirayakan
dengan memasak makanan khusus yang disebut dengan Osechi-ryouri yang
merupakan masakan pergantian musim. Sejak zaman dulu, awal tahun baru
merupakan salah satu hari pergantian musim untuk merayakan kepulangan dewa padi
ke gunung. Pada zaman sekarang, Istilah Osechi hanya digunakan untuk makanan
tahun baru.

Secara umum, Osechi-ryouri (お節料理), merupakan masakan yang disiapkan


untuk menandai pergantian musim, namun sekarang digunakan untuk menyebut
berbagai makanan istimewa untuk merayakan tahun baru di Jepang.
Secara tradisional, Osechi terdiri dari:

a. O-toso (お屠蘇), Sake untuk kesehatan yang diminum pada saat pagi hari
di awal tahun.

b. Iwazakana (祝い魚), tiga macam makanan untuk teman minum sake.

c. Zouni, Sup berisi mochi dimasak menggunakan sayuran dan kaldu. Dengan
memakan ozoni pada saat perayaan tahun baru dipercaya akan mendapatkan
keberuntungan.

d. Nishime, Sayur-sayuran yang dimasak dengan kuah dashi, kecap asin, dan
mirin (gula pasir).

Biasanya orang Jepang membuat Osechi-ryouri sebelum tahun baru dan


menyelesaikannya sebelum tahun malam tahun baru sehingga mereka mempunyai
makanan untuk beberapa hari ke tanpa harus memasak. Ada kepercayaan selama
tahun baru, orang dilarang menyalakan api karena dewa api dipercaya akan marah
melihat orang memasak. Selain itu, biasanya pada saat Oshougatsu, hampir semua
toko di Jepang akan tutup. Sebagian besar makanan Osechi dimasak sangat manis,
asin, atau diacar dengan cuka. Makanannya pun harus dimasak hingga benar-benar
kering agar tahan lama.

Setiap masakan yang terdapat dalam Osechi-ryourimemiliki makna


masing-masing. Makanan tahun baru itu ditata rapih di dalam kotak kayu bersusun
yang disebut Juubako (重箱). Kotak kayu yang bersusun untuk masakan osechi
dipercaya sebagai perlambang keberuntungan yang berlipat-lipat.
Gambar 2.3 Kotak Juubako
Sumber: https://japan-design.imazy.net

Jenis-jenis masakan dalam Osechi-ryouri, dibagi dalam 4 bagian, yaitu:

1) Makanan Inti

a. Tatsukuri, Tazukuri ( 田 作 り ), yaitu ejenis ikan teri yang


disebut gomame digongseng dengan bumbu kecap asin dan mirin. Masakan ini
merupakan lambang dari hasil panen yang melimpah, karena pada zaman dulu ikan
ini digunakan sebagai pupuk berkualitas tinggi.

b. Kazunoko (数の子) yaitu, Telur ikan berwarna kuning yang digunakan sebagai
harapan dikaruniai banyak anak pada tahun yang baru.

c. Kuromame (黒豆) yaitu, Kacang berwarna hitam yang dipercaya bisa menangkal
roh jahat. Selain itu, mame dalam bahasa Jepang bisa berarti "bekerja sekuat tenaga"
dan "kesehatan", dan kacang ini dimakan sebagai harapan agar sehat sepanjang tahun.

d. Tataki-gobō (たたき牛蒡) yaitu, Akar gobo yang berwarna hitam terlihat seperti
burung dalam mitologi yang terbang ketika ada panen yang berlimpah.

2) Makanan Pelengkap
a. Datemaki adalah telur dadar yang digulung bagaikan kitab sutra, sehingga dimakan
sebagai perlambang kebijakan dan pengetahuan. Di daerah Kansai, datemaki
digantikan dashimaki.

b. Kurikinton adalah makanan yang terlihat mewah dan nama makanan ini dalam
bahasa Jepang berarti gumpalan emas (kinton) dari buah kastanye (kuri)

c. Kombumaki, Kombu masak nimono digunakan sebagai makanan tahun baru karena
kombu terdengar mirip kata yorokubu (kegembiraan).
d. Kamaboko berwarna merah putih makanan olahan dari surimi, berwarna putih
dengan sedikit warna merah di bagian pinggir, dipakai untuk melambangkan beras
merah dan beras putih.
e. Otafuku-mame adalah kacang pembawa keberuntungan dengan rasa manis.

3) Acar
a. Acar sayur-sayuran berwarna merah dan putih
b. Acar lobak
c. Acar umbi seroja

4) Makanan Panggang
a. Ikan sunglir (buri) bakar, orang Jepang menyebut ikan ini disebut buri, sehingga
dipakai sebagai simbol keberhasilan dan sukses. dengan nama yang berbeda-beda
sesuai dengan usia ikan. Ikan yang berhasil menjadi dewasa.
b. Ikan kakap bakar merupakan salah satu ikan persembahan untuk dewa, sekaligus
nama ikan ini dalam bahasa Jepang terdengar mirip kata "medetai" (kegembiraan).

c. Udang bakar adalah Sungut udang yang panjang dan melengkung dipakai sebagai
perlambang orang yang sudah tua, sehingga dimakan sebagai harapan bisa berumur
panjang.

d. Belut unagi panggang adalah belut unagi adalah ikan yang pandai dan lincah
sehingga digunakan untuk mendoakan keberhasilan yang cepat.

4. Kartu pos tahun baru


Di Jepang, mulai dari pertengahan Desember, semua orang mulai
mengirimkan nengajo (年賀状), kartu pos Tahun Baru untuk teman-teman, kerabat
dan kolega. Menurut tradisi, nengajo harus sampai pada alamat yang dituju pada
tanggal 1 Januari.

Tradisi mengirimkan nengajo ini merupakan tradisi yang sangat tua, dimulai
dari Periode Heian. Tahun 1871 nengajo mulai populer setelah didirikannya kantor
pos. Kemudian kantor pos mulai menjual nengajo cetakan. Pada tahun 1899, nengajo
ditangani terpisah dari bentuk korespondensi lainnya oleh kantor pos.

Era 1950-muncul nengajo berisi nomor undian yang dikeluarkan oleh Menteri
Pos. Sampai sekarang, nengajo dengan nomor undian sangat laku hingga terjual
milyaran lembar. Undian diselenggarakan pada tanggal 15 Januari. Kantor Pos
Jepang memiliki tradisi mencetak kartu pos dengan tema yang berbeda-beda. Kartu
pos dihiasi dengan lukisan tempat terkenal di Jepang dan gambar binatang Shio untuk
tahun yang baru serta tidak lupa nomor undian.
Gambar 2.4 Nengajo dengan undian
Selain di kantor pos,Sumber:
kartu pos ucapan tahun baru Juga bisa dibeli di berbagai
https://blackcabbit.com/
tempat. Kartu pos yang dijual di toko buku memiliki pilihan gambar
yang lebih banyak, tapi sering masih perlu ditempeli prangko. Kartu pos ucapan tahun
baru sering digunakan untuk memamerkan kemampuan menulis indah bagi pengirim
yang pandai menulis kaligrafi. Dengan kemajuan teknologi, nengajo juga bisa
dikirimkan secara elektronik (email, dll). Namun untuk rekan bisnis, guru, dan pejabat
lebih sering digunakan bentuk nengajo cetakan.
Berbagai ucapan selamat tahun baru yang umum:
- Kotoshi mo yoroshiku onegai shimasu

(今年もよろしくお願いします)

- Akemashite omedetou gozaimasu

(あけましておめでとうございま)

- Kin-ga shinnen (謹賀新年)

5. Otoshidama
Orang Jepang mempunyai tradisi memberikan angpao yang dikenal dengan
sebutan otoshidama (お年玉). Sewaktu memberikan otoshidama untuk anak-anak,
sejumlah uang kertas yang masih baru atau uang logam dimasukkan ke amplop kecil
bernama pochibukuro (otoshidama-bukuro) yang berhiaskan aneka gambar kesukaan
anak-anak. Otoshidama sangat ditunggu-tunggu anak-anak di Jepang, terutama bila
memiliki kerabat yang murah hati.
Gambar 2.5 Otoshidama
Sumber: nipponclub.net

6. Hatsuyume

Orang Jepang memiliki tradisi yang disebut Hatsuyume. Hatsu (初) yang berarti
pertama dan Yume (夢) yang berarti mimpi. Hatsuyume adalah mimpi pada malam 1
Januari sampai 2 Januari menurut tradisi yang dipercaya dapat menentukan nasib baik
selama setahun ke depan.

Kepercayaan ini telah mengakar dalam setiap diri orang Jepang sejak awal zaman
Edo. Mimpi pertama yang dipercaya sebagai pembawa keberuntungan adalah ketika
seseorang bermimpi mengenai gunung Fuji, burung elang, dan terong. Karena
gunung Fuji merupakan gunung tertinggi dan terindah di Jepang. Kedua, burung elang
merupakan burung yang cerdas, kuat, dan dapat terbang tinggi sehingga dapat
diartikan sebagai pencapaian cita-cita. Dan ketiga, terong merupakan permainan kata
dari bahasa Jepang yakni nasu atau nasubi (茄子), yang juga dapat diartikan sebagai
“terjadi” atau “terlaksana” (nasu 成す).

Orang Jepang sering mengingat mimpi baik Hatsuyume dengan kalimat Ichi-Fuji,
Ni-Taka, San-Nasubi ( 一 富 士 、二 鷹 、三 茄子 ; 1. Fuji, 2. Elang, 3. Terong).
Ternyata mimpi yang dipercaya sebagai pembawa keberuntungan ini juga mempunyai
kelanjutannya walau dianggap kurang terkenal. Kelanjutan dari mimpi tersebut adalah
Yon-Sen, Go-Tabako, Roku-Zato (四扇、五煙草、六座頭; 4. Kipas, 5. Tobacco, 6.
Pemijat buta).

7. Mochitsuki
Mochitsuki atau ritual menumbuk mochi merupakan salah satu tradisi dalam
menyambut tahun baru di Jepang. Untuk membuat mochi, ketan yang sudah ditanak
dimasukkan ke dalam lesung, kemudian ditumbuk dengan menggunakan alu. Tiga
atau empat orang laki-laki bertugas menumbuk, sedangkan seorang wanita bertugas
membolak-balik beras ketan dengan tangan yang dibasahi dengan air. Beras ketan
ditumbuk hingga lengket dan membentuk gumpalan berwarna putih. Suara yang
dihasilkan dari ritual menumbuk mochi oleh orang Jepang dipercaya dapat
mendatangkan dewa yang kemudian akan memberikan keberuntungan. Mochi
biasanya dimakan sebagai pengganti nasi pada saat tahun baru. Selain dimakan,
mochi juga dijadikan hiasan tahun baru.

8. Kagamibiraki

Kagami biraki (鏡開き) atau kagami wari (鏡割り) adalah upacara tradisional
menurunkan dan memakan kagami mochi yang dijadikan sajen tahun baru untuk
arwah atau dewa tahun di Jepang. Upacara ini dilakukan sebagai lambang ucapan
terima kasih kepada dewa-dewa. Pada tanggal 11 Januari, kagami mochi dimakan
dengan harapan terhindar dari penyakit dan diberi kesehatan. Mochi biasanya
dihidangkan sebagai shiruko atau zouni.

Gambar 2.6 Kagami mochi yang masih berbentuk sesajen


Sumber: folklore.usc.edu
Gambar 2.7 Kagami mochi yang sudah dihidangkan sebagai shiruko.
Sumber: japanese-products.blog

Pada awalnya, keluarga samurai memiliki tradisi memajang yoroi (baju zirah)
untuk menyambut tahun baru. Mochi yang dijadikan sajen untuk yoroi disebut gusoku
mochi (具足餅). Setelah tahun baru selesai (hari ke-20 tahun baru), mochi direbus
sebagai zōni untuk merayakan Hatsuka (刃柄). Mochi untuk sajen diletakkan di atas
tempat cermin (kyōdai, 鏡台) sehingga disebut kagami mochi (arti harfiah: mochi
cermin). Hatsugao ( 初 顔 ) adalah sebutan untuk upacara menurunkan dan
memecahkan mochi sajen dilakukan oleh wanita. Dari keluarga samurai, tradisi
memakan kagami mochi meluas ke kalangan rakyat biasa.

Udara musim dingin membuat kagami mochi yang dipajang sebagai sajen
menjadi keras. Memotong mochi memakai benda tajam diasosiasikan dengan seppuku,
oleh karena itu, kagami mochi dipecahkan dengan tangan atau palu kayu.

Kagami (cermin) merupakan lambang keharmonisan (hubungan baik) sehingga


kagami biraki mengandung arti menyebarluaskan hubungan baik. Makan makanan
bertekstur keras termasuk mochi dipercaya dapat menguatkan gigi. Pada akhirnya,
orang dengan gigi sehat dan kuat dapat berumur panjang.

8. Kesenian dan Permainan


Perayaan tahun baru juga dimeriahkan dengan menulis aksara kanji pertama untuk
tahun tersebut. Tradisi menulis aksara kanji yang dilakukan tanggal 2
Januari disebut kakizome (kaligrafi pertama).

Tahun baru juga dirayakan dengan berbagai permainan, seperti:


permainan fukuwarai (meletakkan gambar bagian-bagian wajah, seperti hidung, alis
mata, dan mulut pada tempat yang tepat dengan mata tertutup), hanetsuki (bulu
tangkis tradisional), menaikkan layang-layang (takoage), gasing (koma),
bermain dadu (sugoroku), dan permainan memungut kartu yang disebut karuta.

10. Seijin no hi

Seijin shiki (成人式, upacara orang dewasa) adalah upacara tahunan yang
diadakan pemerintah lokal kota dan desa di Jepang yang mengundang penduduk yang
telah mencapai usia 20 tahun untuk merayakan usia yang telah dianggap cukup umur
menurut hukum. Acara diselenggarakan di gedung pertemuan, ballroom hotel, atau
aula serbaguna milik pemerintah lokal. Acara dimeriahkan dengan pidato, penerimaan
cendera mata, jamuan makan, dan foto bersama dengan pejabat lokal.

Di kota-kota besar, upacara diadakan pada Hari Kedewasaan yang jatuh pada hari
Senin minggu kedua bulan Januari. Di kota-kota kecil dan desa-desa,
penyelenggaraan upacara sering dimajukan pada hari-hari awal Tahun Baru untuk
memudahkan peserta yang terdaftar di di daerah asal dan kebetulan sedang berada di
kampung halaman. Jika hari penyelenggaraan upacara tidak dimajukan, peserta yang
tinggal di kota harus kembali lagi ke kampung halaman untuk mengikuti seijin shiki.

Upacara kedewasaan setidaknya sudah dilakukan di Jepang untuk pangeran muda


sejak 714 Masehi. Upara ini ditandai dengan pemakaian jubah baru dan pergantian
model rambut untuk menandai dimulainya usia kedewasaan. Sejak ditetapkannya Hari
Kedewasaan di Jepang, dari tahun 1948 hingga tahun 1999, perayaan ini selalu
diadakan tanggal 15 Januari bertepatan dengan hari tahun baru kecil untuk
meneruskan tradisi genbuku yang selalu diadakan pada hari yang sama. Pada tahun
2000, Hari Kedewasaan dipindah ke hari Senin minggu kedua di bulan Januari sesuai
Sistem Happy Monday yang memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin agar
libur akhir pekan bertambah panjang.

Gambar 2.8 Suasana Seijin No Hi


Sumber: minajp.com

SEIJIN NO HI memang hari spesial bagi anak-anak yang mulai masuk gerbang
kedewasaan. Namun dalam perayaannya bukan saja sorak sorai suka cita yang mereka
rasakan saja namun juga adanya perasaan sedih dan terharu saat mereka yang
mendapat kesempatan maju ke atas podium mengutarakan speech berupa kansha no
kimochi, perasaan terimakasih kepada orangtuanya itu. Dengan berlinangan airmata
mereka mengucapkan terimakasih kepada orangtuanya yang telah bersusah payah
mendidik dan membesarkan hingga saat ini. Karena itu SEIJIN NO HI ini juga
terkenal dengan sebutan NAKERU NO HI (hari berlinangan airmata).
Speech yang dilakukan oleh anak-anaknya itu kemudian dibalas dengan speech
dari orang tuanya juga yang berisi tentang pesan agar mereka selalu berhati hati dan
bekerja keras jangan cepat menyerah apabila menemui kegagalan serta harus
bertanggung jawab sendiri dalam setiap tingkah laku dan perbuatannya nanti.

Daftar Pustaka

https://matcha-jp.com/id/1397

https://japanesestation.com/inilah-cara-merayakan-tahun-baru-di-jepang/

https://travel.detik.com/international-destination/d-2811333/festival-unik-di-jepang-m
embersihkan-diri-dengan-api

https://japanesestation.com/nengajo-kartu-pos-tahun-baru-jepang/

https://nipponclub.net/2014/01/21/hatsuyume/

https://id.wikipedia.org/wiki/Hatsum%C5%8Dde

https://id.wikipedia.org/wiki/Osechi

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_Kedewasaan

https://www.tokyoweekender.com/2017/12/exploring-the-meaning-of-osechi-ryori-ja
pans-traditional-new-year-food/

https://soranews24.com/2013/01/03/%E3%80%90japanese-culture%E3%80%91the-
meaning-behind-osechi-ryori-traditional-new-years-food-in-japan/

http://www.japanupdate.com/2012/12/hatsumoude-is-local-tradition-on-new-year/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kagami_biraki

http://iroha-japan.net/iroha/A01_event/02_kagami.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Seijin_shiki

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_Kedewasaan

Anda mungkin juga menyukai