Anda di halaman 1dari 10

Referensi 1

Apa itu Omisoka?


Omisoka adalah istilah bahasa Jepang untuk menyebut hari pergantian tahun (setiap tahun
tanggal 31 Desember).Ada berbagai kebiasaan atau tradisi yang biasa dilakukan orang Jepang
menjelang hari pergantian tahun. Wisatawan mancanegara pun dapat turut serta merasakan
beberapa di antara tradisi khusus tersebut"

Istilah "Akhir Tahun" dalam Bahasa Jepang


Ada beberapa istilah dalam bahasa Jepang untuk menyebut akhir tahun.

Beberapa istilah yang umum dipakai adalah nenmatsu dan toshi no kure. Matsu dan kure berarti
akhir atau selesai (nen dan toshi berarti tahun), jadi kedua frasa tersebut sama-sama memiliki
makna akhir tahun.

Ada juga istilah toshi no se. Toshi no se mengandung makna waktu yang sibuk di bulan
Desember. Pada pertengahan bulan Desember, orang-orang akan mengatakan "toshi no se
semakin dekat". Sedangkan pada akhir bulan Desember, orang-orang akan mengatakan "toshi no
se telah tiba".

Nah, sama seperti istilah-istilah di atas, omisoka juga merupakan istilah yang bermakna akhir
tahun.

Omisoka: "Hari Persiapan" Menyambut Tahun Baru


Hari setelah omisoka (tanggal 1 Januari) disebut dengan istilah "shogatsu" atau Tahun Baru.
Shogatsu dimaknai sebagai hari penyambutan Toshigami-sama, dewa yang akan melindungi
rumah selama 1 tahun ke depan. Oleh karena itu, tanggal 31 Desember merupakan hari
persiapan untuk menyambut Toshigami-sama yang akan berkunjung pada keesokan harinya.

Persiapan tersebut misalnya susuharai atau ritual bersih-bersih rumah di penghujung tahun,
termasuk membersihkan rumah dari debu yang menumpuk selama 1 tahun. Ritual lainnya adalah
menghias sisi kiri dan kanan pintu gerbang dengan kadomatsu, hiasan tahun baru dari pohon
pinus, pohon yang dipercaya sebagai tempat tinggalnya dewa. Sebagai informasi tambahan,
kadomatsu adalah penanda agar dewa dapat datang ke rumah tanpa tersesat.

Kemudian, ada juga shimenawa yang diletakkan di bagian atas pintu gerbang sebagai penunjuk
tempat untuk menyambut Toshigami-sama. Selain itu, ada kagamimochi (hiasan tahun baru
berbentuk mochi) yang diletakkan di atas kamidana (altar kecil di rumah Jepang untuk
sembahyang) sebagai persembahan kepada Toshigami-sama. Jika Anda melewati rumah Jepang
pada saat Tahun Baru, Anda dapat melihat dekorasi shogatsu tersebut.
Dekorasi kadomatsu dan shimenawa harus sudah selesai dipersiapkan pada tanggal 28
Desember. Konon, jika baru mempersiapkan dekorasi pada tanggal 29, 30, dan 31 Desember
(menjelang hari pergantian tahun), maka akan membawa kemalangan pada tahun yang akan
datang. Selain itu, kurang tulus rasanya jika mempersiapkan kehadiran Toshigami-sama hanya
dalam semalam saja.

Semua persiapan harus sudah selesai dilakukan pada hari omisoka. Setelah itu, Anda pun dapat
menunggu datangnya Tahun Baru dengan hati tenang. Begitulah tradisi untuk menghabiskan
malam Tahun Baru di Jepang.Rasakan Pengalaman Merayakan Tradisi Omisoka di Jepang!

Ritual Tahun Baru omisoka biasa diadakan di jinja (kuil


ajaran Shinto) dan otera (kuil ajaran Buddha).
Di jinja (kuil Shinto), pada malam omisoka terdapat ritual "oharai" yang bertujuan untuk
membersihkan keburukan selama setahun. Sedangkan dalam kepercayaan Buddha, lonceng joya
no kane dibunyikan untuk menghilangkan 108 gangguan yang mengganggu hati dan tubuh
manusia. Baik kuil Buddha maupun Shinto memiliki perbedaan masing-masing. Akan tetapi,
biasanya para wisatawan dapat menyaksikan dan berpartisipasi dalam acara ini. Jadi, jika
berkunjung ke Jepang pada malam pergantian tahun, pastikan Anda mampir ke jinja dan otera,
ya!

Selain itu, ada juga perayaan hitung mundur Tahun Baru yang diadakan di pusat kota, seperti di
Shibuya Scramble Crossing. Meskipun bukan perayaan tradisional, tetapi ini merupakan budaya
pop yang sangat populer beberapa tahun terakhir di Jepang. Jadi, pastikan Anda mencobanya
juga, ya!

Referensi 2
Ōmisoka (大晦日) adalah hari terakhir dalam setahun di Jepang. Menurut kalender lama Jepang
yang berdasarkan kalender lunisolar (kalender Tempō misalnya), ōmisoka jatuh pada tanggal 30
bulan 12, atau tanggal 29 bulan 12. Sesuai kalender Gregorian yang dipakai di Jepang sejak
1873, ōmisoka jatuh pada tanggal 31 Desember.

Nama lain untuk ōmisoka adalah ōtsugomori (大つごもり) yang berasal dari kata tsukigomori
(月隠り) yang berarti bersembunyinya bulan.

Pada kalender lama Jepang, hari terakhir setiap bulan disebut misoka (晦日). Di antara misoka
dalam setahun, hari terakhir pada bulan 12 atau bulan kabisat 12 disebut ōmisoka (misoka besar).
Misoka berasal dari kata miso (三十, tiga puluh), misoka berarti hari ke-30. Berhubung adanya
periode bulan panjang dan periode bulan pendek, adakalanya misoka zaman dulu jatuh pada
tanggal 29. Sejak dipakainya kalender Gregorian di Jepang, ōmisoka selalu dirayakan pada
tanggal 31 Desember.

Pemukulan genta sebanyak 108 kali di kuil-kuil Buddha menjelang pergantian tahun disebut joya
no kane (除夜の鐘 genta tahun baru). Seratus delapan melambangkan:

Jumlah nafsu. Manusia memiliki enam indra: mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung
(penciuman), lidah (pencicip), kulit (peraba), pikiran (otak)[2] yang masing-masing dapat
merasakan senang, menyakitkan, dan netral (3×6= 18). Setiap nafsu dibagi menjadi dua jenis,
bersih dan kotor sehingga semuanya menjadi 36. Masing-masing dari 36 nafsu dapat terjadi pada
masa lalu, masa depan, atau masa kini, sehingga keseluruhannya ada 108 nafsu.

Satu tahun. Setahun terdiri dari 12 bulan, 24 posisi matahari, dan 72 musim yang semuanya
berjumlah 108.

Penderitaan besar (shiku-hakku) yang bila diucapkan berbunyi seperti angka 4, 9 dan 8, 9. Bila
dikalikan dan ditambah jumlahnya menjadi 108 (4x9 + 8x9).

Ucapan perpisahan menjelang tahun baru adalah "Yoi o-toshi o" (良いお年を Semoga
menjadi tahun yang baik untuk Anda) atau Yoi o-toshi o omukae kudasai bila diucapkan secara
formal.

Setelah tiba tanggal 1 Januari, ucapan selamat tahun baru secara formal adalah Akemashite
omedetō gozaimasu (Selamat Tahun Baru), yang dapat diteruskan dengan kalimat Honnen mo
dōzo yoroshiku onegaishimasu (Tahun ini juga saya mengharapkan kebaikan Anda)

Referensi 3
Dalam bahasa Jepang, Tahun Baru disebut shougatsu. Bagi orang Jepang, Tahun Baru adalah
upacara penyembahan terhadap roh leluhur. Tahun Baru di Jepang berbeda dengan Tahun Baru
di negara-negara pada umumnya. Tahun Baru di Jepang dirayakan dengan suasana yang hening
dan sepi. Orang Jepang melakukan tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka.
Perusahaan-perusahaan ataupun perkumpulan organisasi di Jepang akan mengadakan pesta tutup
tahun di restoran atau hotel yang disebut bonenkai. Kebiasaan ini dilakukan untuk melepaskan
hal-hal yang tidak menyenangkan selama setahun. Pesta ini biasanya diawali dengan minum
bersama, makan bersama, berkaraoke bahkan sampai mabuk hingga larut malam.

Untuk menyambut Tahun Baru, orang Jepang membersihkan seluruh isi rumah bersama
keluarga mereka. Kegiatan bersih-bersih ini disebut oosouji. Benda berat seperti lemari dan
tempat tidur pun digeser untuk dibersihkan bagian bawah dan belakangnya. Kemudian, mereka
juga memasang hiasan Tahun Baru. Ada beberapa hiasan Tahun Baru ala Jepang. Shimenawa,
kadomatsu, kagamimochi, dan lain-lain. Pada malam tahun baru, orang Jepang biasanya
berkumpul bersama keluarga mereka sambil memakan soba sebagai hidangan akhir tahun.
Mereka juga melewatkan malam tahun baru dengan menonton acara televisi spesial malam tahun
baru yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi Jepang.

Pada jam 12 malam pada malam Tahun Baru,, kuil-kuil Buddha yang ada di seluruh Jepang akan
memukul genta sebanyak 108 kali. Pada pagi pertama awal Tahun, orang Jepang pergi ke
gunung dan laut untuk melihat hatsu hinode. Menurut kepercayaan orang Jepang, Dewa
Toshigami datang bersamaan dengan hatsuhinode. Pada hari pertama tahun baru, orang Jepang
biasanya berkunjung dan berdoa ke kuil Buddha atau kuil Shinto. Tradisi ini disebut
hatsumoude. Pada saat hatsumoude, wanita Jepang mengenakan kimono untuk pergi ke kuil.
Selain itu, orang Jepang juga mengambil omikuji yang terdapat di kuil untuk melihat ramalan
nasib mereka di tahun yang baru dan membeli jimat omamori dan ofuda yang baru sebagai
pelindung dan jimat keberuntungan bagi mereka.

Masakan Tahun Baru Jepang disebut osechi. Secara tradisional, di dalam osechi ada o-toso,
iwaizakana, o-zouni, dan nishime. Tetapi, bahan-bahan dan cara membuatnya berbeda menurut
daerahnya. Saat Tahun Baru, Anak-anak akan menerima otoshidama dari para orang dewasa.
Otoshidama adalah sebuah amplop yang berisi uang. Di Jepang ada beberapa permainan
tradisional yang dimainkan saat perayaan tahun baru,, yaitu takoage, karuta-tori, hanetsuki,
koma-mawashi, dan lain-lain. Anak-anak dan orang dewasa akan bermain bersama. Di Jepang,
perayaan Tahun Baru berakhir pada tanggal 7 Januari. Biasanya, orang Jepang memakan bubur
nanakusa untuk mengakhiri perayaan Tahun Baru. Bubur ini terbuat dari beras dan dicampur
dengan 7 jenis sayuran. Daerah-daerah di Jepang sering mengadakan makan bubur bersama pada
tanggal 7 Januari.

Referensi 4
Penentuan tahun baru di Jepang sampai tahun 1872 didasarkan pada penanggalan imlek, dimana
hal ini dilakukan untuk memberi kemudahan bagi petani dalam menentukan waktu bercocok
tanam. Hingga akhirnya pada 1 Januari 1873, penanggalan dialihkan pada penanggalan masehi.
Tradisi perayaan tahun baru yang dilakukan pada tanggal 1 Januari inilah yang disebut dengan
tradisi modern.
Secara umum, tradisi tahun baru di Jepang (日本のお正月=Nihon no Shougatsu) dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu tahap sebelum, berlangsung, dan sesudah tahun baru, seperti yang
ditunjukkan di bawah ini:

Shiwasu 師走(12 月 1 日~)


Shiwasu memiliki arti dalam bahasa Jepang Kuno sebagai guru berlari berkeliling. Hal ini
diartikan sedemikian rupa karena bulan ke-dua belas merupakan bulan yang paling sibuk di
antara yang lain. Bagaimana tidak, pada bulan ini terdapat berbagai perayaan untuk menyambut
datangnya tahun baru. Oleh karena itu, penggunaan kata Shiwasu 師走 dapat diuraikan dengan
seorang biksu yang biasanya tenangpun dapat berlari karena mempersiapkan perayaan ini.

Nenmatsu 年末(12 月 13 日~31 日)


Tanggal 24 Desember merupakan awal hari libur di Jepang bagi pegawai kantor. Bagi pedagang
waktu lebih fleksibel menyesuaikan kebutuhan pribadinya. Pada kurun waktu antara tanggal 13-
31 ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan sebagai persiapan sebelum tahun baru, seperti
berikut:

a. Oosouji
Oosouji secara harfiah diterjemahkan sebagai kegiatan pembersihan besar-besaran. Bagi orang
Jepang, membawa "barang-barang lama" ke tahun baru adalah nasib buruk. Maka semakin bersih
semakin baik. Tradisi ini selain dilakukan di rumah juga dilakukan di klenteng/kuil. Mereka
melakukan susubarai atau membersihkan jelaga kuil. Pada saat itu mereka mengenakan pakaian
khusus yang ditujukan untuk pergi ke kuil saja.

b. Menulis Nengajou
Dasar utama dari Nengajou adalah pada “Nenshi-Mawari” yaitu pertemuan antar keluarga,
teman atau tetangga untuk mengucapkan terima kasih atas dukungan mereka selama setahun
sebelumnya. Jadi jika memiliki sesuatu hal yang paling berkesan dengan orang tersebut
sebaiknya hal itu ditulis dalam nengajou beserta ucapan terima kasih. Untuk pengirimannya
dapat melalui kantor pos, dimana harus sudah dikirim sebelum tanggal 25 Desember, jika ingin
sampai tepat waktu pada tanggal 1 Januari. Hal ini harus dilakukan karena pekerja pos sudah
diliburkan mulai 25 Desember, jadi bila terlambat kartu mungkin akan sampai pada tanggal 7
Januari. Kode kombinasi huruf dan angka yang berada di bawah kartu merupakan nomor lotre
yang undiannya dilakukan pada sekitar tanggal 15 Januari, dimana hadiahnya dapat diklaim di
kantor pos terdekat.
c. Memasang kadomatsu dan shimenawakazari
Pemasangan ini harus mulai dilakukan pada tanggal 28 Desember atau 30 Desember, dan tidak
boleh pada tanggal 29 atau 31 desember. Tanggal 29 dianggap sebagai angka buruk karena
belakangnya memiliki bilangan 9 yang bukan merupakan kelipatan 2 (berpasangan). Untuk
tanggal 31 tidak diperbolehkan karena diangga terlalu mendadak dalam menyambut datangnya
dewa sehingga termasuk dalam tindakan tidak menghormati kamisama.

Omisoka 大晦日 (12 月 31 日)


Kohaku Uta Gassen, acara perlombaan menyanyi antara grup merah dan grup putih pada channel
TV NHK.

Persiapan omisoka ini sudah sejak jam 4 sore, dengan memasak makanan enak seperti steak dan
sukiyaki. Hal ini dilakukan karena menutup tahun dengan makanan yang enak sama saja dengan
berdoa agar tahun depan tidak kekurangan makanan. Kemudian tidak lupa dengan minum sake
dan menonton Kohaku Uta Gassen. Acara ini merupakan perlombaan yang dilakukan oleh grup
merah yang terdiri dari anggota perempuan dan grup putih yang beranggotakan laki-laki.
Pemenang ditentukan dari pilihan penonton channel TV NHK. Terdapat juga lonceng kuil yang
dibunyikan sebanyak 108 kali sebagai penggambaran dosa-dosa manusia dengan masing-masing
maknanya yang berbeda. Pembunyian lonceng ini dinamakan dengan Joya no kane. Begitu sudah
terdengar bunyi lonceng artinya sudah boleh keluar rumah dan berdoa. Ketika tahun baru tempat-
tempat di Jepang tidak begitu ramai dan justru kuil lah yang ramai karena banyak orang berdoa
di sana.

Toshikoshi 年越し (00:00)


Toshikoshi soba, makanan lambang penghubung antara tahun sebelumnya dengan yang akan
datang. Di malam harinya biasanya dilakukan dengan makan toshikoshi soba yang penyajiannya
boleh panas atau dingin. Makan soba ini diartikan sebagai penghubung antara tahun sebelumnya
dengan yang akan datang, karena soba memiliki bentuk yang panjang (simbol panjang rejeki).
Ini berasal dari nama kegiatan tersebut yaitu toshi (tahun) dan koshi (melewati). Dibanding mie
yang dibuat dari tepung gandum, mie soba lebih lembut dan mudah putus, sehingga diharapkan
semua masalah pada tahun sebelumnya terputus dan tidak dilanjutkan ke tahun yang akan
datang.

Ganjitsu 元日 (1 月 1 日)
Ganjitsu merupakan awal dimulainya tahun baru yaitu pada tanggal 1 januari (dini hari). Pada
saat itu biasanya diawali dengan membersihkan kamidana dan butsudan yang sudah dipasang
sebelumnya. Setelah itu dilanjutkan dengan menyiapkan beberapa hidangan dan alat makan
seperti di bawah ini:

a. Otoso
Otoso mengandung sedikit alcohol dan obat di dalamnya. Dengan air panas dan sedikit sake,
diharapkan memperkecil kemungkinan penyakit tahun baru menyerang. Saat ini yang
melaksanakan ritual ini sudah sedikit, karena memerlukan peralatan yang khusus.

b. Iwaibashi
Ini merupakan nama khusus sebuah sumpit yang penggunaannya hanya pada saat perayaan
tertentu di Jepang. Sumpit ini merupakan simbol keselamatan yang digunakan hingga tanggal 3
Januari.

c. Ozoni
Ozoni memiliki isi yang bermacam-macam sesuai daerahnya. Pada daerah Kyoto dan Nara
biasanya menggunakan kuah miso dengan isian yang harus ada, yaitu udang. Hal ini bukan tanpa
alasan, udang ketika direbus akan membulat seperti orang tua yang semakin membungkuk,
sehingga melambangkan umur yang panjang.

d. Osechi
Lauk pauk yang disajikan sebagai hidangan dalam perayaan tahun baru disebut dengan osechi.
Rasanya manis dari udang yang direbus dan gurih dari kuah.

e. Datemaki
Datemaki merupakan roti gulung yang rasanya seperti ikan manis, berbeda dengan yang ada di
Indonesia, dimana umumnya memiliki rasa manis.

f. Nishiki Tamago
Tamago berarti telur, sementara nishiki merujuk pada sulaman brokat mahal yang terbuat dari
benang-benang sutra warna-warni. Oleh karena itu makanan ini memiliki warna putih dan
kuning yang artinya keindahan.

g. Kohaku Namasu
Bisa dikatakan seperti acar Indonesia yang terdiri dari lobak dan wortel yang diparut tipis-tipis.
Memiliki warna merah dan putih yang berarti keselamatan.
h. Kazunoko
Kazu berarti angka dan ko berarti anak-anak. Kazunoko adalah telur ikan nishin yang berwarna
kuning dan digunakan sebagai harapan agar dikaruniai banyak anak pada tahun yang baru.

i. Kuromame
Kuromame adalah kacang kedelai yang direbus dengan banyak gula, sehingga memiliki rasa
manis dan penampilan yang mengkilap. Maknanya adalah agar uban tidak cepat tumbuh, atau
awet muda. Kadang juga diberi emas sebagai lambang kesejahteraan dan kesehatan keluarga.

j. Kamaboko
Seperti bakso ikan yang ada di Indonesia dengan warna merah dan putih. Bentuknya bermacam-
macam, ada yang pohon cemara, bangau, atau bulat polos seperti matahari pertama.

k. Nimono
Nimono adalah hidangan rebus yang umumnya terdiri dari ubi, konyaku, jamur shitake, ayam,
kerang, ebi, dll yang direbus dalam kaldu shiru dan dibumbui dengan sake, kecap, dan sedikit
pemanis.

l. Kurikinton
Kurikinton adalah makanan tradisional Jepang yang terdiri dari ubi tumbuk dan chestnut dengan
sirup kastanye dan mirin. Rasanya manis seperti kue biji nangka dari Makassar.

Sedangkan pada pagi harinya sering disebut dengan istilah Gantan (元旦) yang artinya pagi
pertama di awal tahun. Pada waktu ini juga terdapat beberapa kegiatan dan perlengkapan yang
diperlukan seperti berikut:

a. Otoshidama
Otoshidama adalah tradisi memberikan uang dengan dimasukkan ke dalam amplop, biasanya
amplop putih polos, disertai pesan dari orang yang lebih tua kepada yang lebih muda. Anak-anak
TK biasanya mendapat ¥2000, SD ¥3000, SD kelas 5 hingga SMA ¥5000, dan kuliah ¥10000.

b. Kagamimochi
Kagamimochi adalah dua kue mochi yang terbuat dari beras ketan yang ditumpuk dan diatasnya
dihiasi dengan buah daidai (sejenis jeruk yang memiliki ukuran lebih besar). Biasanya tidak
dimakan hingga tanggal 4 Januari, namun setelah itu diperbolehkan.
Nenshi 年始 (~1 月 3 日)
Pada saat ini terdapat kegiatan bernama Hatsumode, atau tradisi mengunjungi kuil pertama
setiap tahunnya, yang biasanya berlangsung dalam tiga hari pertama bulan Januari. Terdapat pula
hamaya atau anak panah pemberian dari kuil Shinto tersebut dan dianggap sebagai benda
keberuntungan. Benda ini kemudian diletakkan di depan rumah untuk menolak bala. Setelah
mengunjungi kuil biasanya masyarakat Jepang membeli omikuji atau ramalan untuk tahun
tersebut apakah membawa kebaikan atau keburukan. Bisa juga mereka melihat matahari pertama
atau Hatsuhi node di pantai atau gunung fuji dan menceritakan mimpi yang didapat pada
tanggal 3 Januari atau Hatsu yume. Terdapat kepercayaan bahwa seseorang yang mimpi melihat
gunung fuji, elang, atau terong bisa menjadi pertanda baik baginya. Selain itu juga terdapat
hatsuri, fukubukuro, dan kakizome yang berarti penjualan pertama, kantong keberuntungan,
dan tulisan pertama.

Matsu no uchi 松の内(~1 月 15 日)


Pada tanggal 7 Januari terdapat tradisi makan bubur tujuh rupa yang terdiri dari 7 macam sayur
yang berbeda guna menetralisir kolesterol selama perayaan tahun baru yang sebelumnya sudah
dilaksankan dengan makanan yang enak-enak. Kemudian pada tanggal 15 Januari-nya terdapat
perayaan dondoyaki dimana dilakukan dengan membakar menara yang terbuat dari bambu
hijau, pohon cemara, dan jerami sebagai simbol membersihkan diri. Festival ini merupakan
penutup dari serangkaian kegiatan yang dilakukan dari sebelum tahun baru hingga setelahnya.

Referensi 5
Hari tanggal 31 Desember atau malam tahun baru dikata ōmisoka. Di malam tahun baru, orang
Jepang mempunyai tradisi memakan soba yang dikata toshikoshi soba.

Stasiun televisi di Jepang bersaingan memperebutkan pemirsa dengan berbagai cara malam
tahun baru. NHK mempunyai tradisi menayangkan cara Kōhaku Uta Gassen, berupa kompetisi
lagu antarpenyanyi terkenal yang dibagi dijadikan kubu merah dan kubu putih.

Menjelang pukul 12 malam, genta yang terdapat di berbagai kuil agama Buddha di Jepang
dibunyikan. Tradisi memukul genta menjelang pergantian tahun dikata joya no kane. Genta
dibunyikan sebanyak 108 kali untuk perlambang 108 jenis nafsu jahat manusia yang mesti
dihalau.
Tradisi

Di zaman dulu, kalender Jepang didasarkan pada kalender Tionghoa, sehingga orang Jepang
merayakan tahun baru pada awal musim semi, bersamaan dengan Tahun baru Imlek, Tahun baru
Korea, dan Tahun baru Vietnam. Pada tahun 1873, pemerintah Jepang mulai memanfaatkan
kalender Gregorian sehingga tahun baru ikut dirayakan tanggal 1 Januari.

Di Jepang, penghormatan terhadap arwah leluhur dilaksanakan sebanyak dua kali, di musim
panas sewaktu merayakan obon dan pada awal tahun baru. Sewaktu merayakan tahun baru,
arwah leluhur dipercaya datang untuk Toshigami (年神?, dewa tahun) yang memberi berkah dan
kelimpahan sepanjang tahun.

Tahun baru pernah dipakai untuk merayakan bertambahnya usia. Tradisi ini dilaksanakan semasa
orang Jepang masih mengikuti cara lebih kurang usia yang dikata kazoedoshi. Bayi dianggap
sudah berumur 1 tahun sewaktu dilahirkan dan usia bertambah setahun pada tanggal 1 Januari.
Pada tahun 1902, lebih kurang cara kazoedoshi digantikan sistem umur bertambah sewaktu
berulang tahun (man-nenrei) yang lazim dipakai di semua dunia.

Anda mungkin juga menyukai