Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang

Sejak 1950-an, negara Jepang telah muncul sebagai salah satu masyarakat paling maju
secara ekonomi dan teknologi di dunia. Selain karena canggihnya teknologi, Jepang
merupakan negara yang kaya akan keragaman tradisi dan kebudayaan. Jepang merupakan
salah satu negara yang terkenal dengan keanekaragaman budayanya dan beragam tradisi.

Tradisi tersebut telah diterapkan sejak ratusan tahun yang lalu. Orang Jepang terkenal
sebagai sosok yang sangat menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi dari nenek moyang.
Hal ini dipercaya akan bisa mendatangkan berkah dan kehidupan yang lebih baik. Selain
itu, tradisi ini juga menjadi langkah untuk mempertahankan nilai-nilai kesopanan, agama
dan budaya negara itu sendiri.

Ada banyak sekali kebudayaan Jepang dan tradisi Jepang yang unik hingga terkenal
hingga negara barat. Salah satunya adalah perayaan matsuri. Dalam budaya Jepang,
matsuri termasuk kebudayaan nonmaterial yang berwujud ritual yang masih terjaga
kelestariannya hingga saat ini. Tujuan utama matsuri sendiri yaitu untuk menghormati dan
berterimakasih kepada Kami (Tuhan). Di Jepang terdapat berbagai macam matsuri, salah
satunya yang terkenal yaitu Bon atau Obon Odori. Obon Odori adalah salah satu matsuri
yang besar di Jepang. Lantas, seperti apa tradisi Obon Odori tersebut? Maka dari itu, di
dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, rumusan masalah yang diperoleh
sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian obon?
2. Jelaskan bagaimana ritual perayaan obon?
3. Jelaskan fenomena obon saat ini?

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuannya yaitu sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui dan mempelajari pengertian obon.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari ritual perayaan obon.
3. Untuk mengetahui dan mempelajari fenomena obon saat ini.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obon


Kata “Obon” berasal dari istilah Buddhisme “urabone” yang berartikan acara yang
diadakan untuk arwah leluhur dan orang tua untuk menyelamatkan mereka dari penderitaan.
Tradisi ini dimulai sekitar tahun 606 dan sampai sekarang masih dilakukan dengan
menyingkat kata “Urabone” menjadi “Obon”.
Menurut Gillespie (2004:280) menjelaskan obon sebagai berikut:

七⽉⼗三⽇から⼗五⽇まで、または、⼋⽉に⾏われる仏教⾏事の⼀つ で、先
祖の霊を供養するものです。この時に霊が戻ってと⾔われてい る。。。
Terjemahannya: obon merupakan perayaan menghormati arwah leluhur yang
dilakukan di bulan Juli pada tanggal 13 sampai 15 atau pada bulan Agustus. Pada
periode ini, arwah leluhur datang kembali ke dunia.
Sedangkan Obon menurut Sasaki dalam bukunya (1995 : 42) menulis demikian:
8月の15日前後はお盆で、仏教行事と、なくなった先祖を迎えて生活の栄養を願
うという日本独特の風習が重なったものです。お盆に実家に帰省してお墓参りをす
る人もたく さんいます。お寺や霊園の駐車場はどこも満員で、お墓参りで久しぶり
に親戚と顔を合わせ たり、お墓に花を飾ったり先祖のために供養する時です。

Terjemahannya: Sekitar 15 Agustus dirayakan Obon yang merupakan


gabungan antara tradisi agama Buddha dengan kebiasaan Jepang yang unik, yaitu
memohon hidup sejahtera dengan cara menyambut kembalinya roh leluhur yang telah
meninggal dunia. Di sat Obon, banyak orang kembali ke rumah orang tua mereka dan
mengunjungi makam leluhur. Tempat parkir kuil dan pemakaman dipenuhi
masyarakat yang mengunjungi makan. Obon menjadi saat bagi seseorang untuk
bertemu dengan kerabat/keluarga setelah sekian lama tidak berjumpa. Obon juga
menjadi saat bagi orang Jepang untuk mengunjungi leluhur dengan cara berdoa dan
mempersembahkan bunga di makam leluhur.
Pada hakikatnya perayaan Obon merupakan perayaan tahunan di Jepang yang
dilakukan masyarakatnya untuk menyambut arwah leluhur yang turun ke bumi dengan
berdoa dan mempersembahkan bunga di makam leluhurnya. Perayaan Obon dirayakan
berbeda menurut daerahnya masing-masing. Ada daerah yang merayakannya di antara
tanggal 13 dan 15 Juli dan ada yang merayakan pada tanggal 13 dan 15 Agustus, dan ada juga
yang merayakan pada tanggal 15 Juli menurut kalender Tempo namun semakin sedikit.
Perayaan Obon memiliki nilai spiritual untuk menjaga hubungan dengan Tuhan serta arwah
leluhurnya. Nilai lain yang terkandung dalam perayaan ini sebagai sarana untuk memanjatkan
rasa syukur atas kemakmuran dan keselamatan yang dirasakan masyarakat di Jepang.
Obon menjadi hari yang ditunggu-tunggu masyarakat di Jepang karena bagi orang-
orang Jepang yang tidak mengerti tradisi agama Buddha Obon sama artinya dengan liburan
pada musim panas. Selama Obon berlangsung, banyak perusahaan dan toko-toko yang tutup
untuk liburan dan orang-orang yang bekerja kembali ke tempat kelahiran dengan istri atau
suami dan anak-anak mereka, maka arus lalu lintas dan transportasi menjadi lebih padat dari
hari-hari biasanya. Pada perayaan Obon memiliki ciri khas diangtaranya banyak orang yang
akan pulang untuk merayakanya bersama keluarga besar mereka dan mengunjungi makam
leluhur dan ditariknya tarian Bon.
2.2. Ritual perayaan Obon
Obon merupakan tradisi dari agam Budha untuk menghormati roh leluhur yang telah
meninggal. Selama Obon berlangsung, dipercaya bahwa roh leluhur mereka kembali ke
rumah mereka dan mengunjungi anak serta cucu yang masih hidup. Untuk menyambut
mereka, keluarga yang merayakan akan menyalakan api, berdoa, menyediakan makanan di
altar yang berisi persembahan untuk leluhurnya, dan mengadakan tarian yang disebut Bon
Odori.
Perayaan obon dilaksanakan 3 hari, dimulai pada hari pertama orang Jepang akan
menyalakan api unggun kecil yang dibuat dari tangkkai rami (ogara) yang ditumpuk dan
dibakar di depan rumah mereka disebut mukaebi (迎え火). Pada pembakaran tersebut akan
menghasilkan asap yang dipercaya akan menjadi petunjuk untuk arwah para leluhur agar bisa
ke pulang ke rumah dan tidak tersesat. Selain itu, mereka orang Jepang akan mendekorasi
butsudan dengan memorial kecil, buah-buahan, bunga dan permen. Ada juga beberapa orang
Jepang di daerah tertentu menyiapkan mentimun dan terong yang ditusuk dengan 4 batang
ptongan sumpit yang disebut Shouryou Uma. Mentimun tersebut melambangkan seekor kuda
dan mentimun melambangkan sapi. Shouryou Uma merupakan simbol dari kepercayaan
bahwa kuda akan mengantar arwah ke tempat tinggal mereka dengan cepat, sedangkan sapi
akan memperlambat kembalinya arwah ke akhirat agamr mereka bissa tinggal lama di dunia.
Hal lain yang dilakukan yaitu mengunjungi makan yang disebuut ohakamairi. Ohakamri
merupakan ritual ziarah ke makam leluhur untuk membersihkan makam dengan mengelap
dan menyirami dengan air , membersihkan hiasan berupa bunga dan sesaji seperti dupa, serta
berdoa untuk luluhur yang sudah meninggal dunia.
Pada hari kedua dan ketiga, keluarga yang mengikuti tradisi akan mengundang
seorang pendeta Buddha ke rumah mereka atau mereka akan mengunjungi kuil untuk
membaca sutra (Tanagyou) untuk arwah leluhur dan melakukan upacara peringatan yang
disebut hoyo atau kuyo. Setelah upacara selesai, mereka akan berkumpul dan melakukan
makan bersama. Makanan yang disajikan merupakan makanan vegetarian yang berupa
rebusan kacang, bayam dengan kecap dan wijen, atau mentimun asinan. Makanan yang
disajikan disebut dengan shojin ryori. Makan bersama ini memiliki tujuan untuk mengenang
para leluhur yang sudah meninggal.
Pada hari terakhir, akan dilakukan dengan cahaya atau disebut dengan okuribi untuk
mengangtar arwah leluhur. Di Jepang ada beberapa jenis okuribi yaitu toronagashi dan
shoronagashi. Tradisi toronagashi merupakan perayaan yang berupa pelarungan lampion
yang terbuat dari washi di sungai sebagai lambang melepas arwah leluhhur. Sedangkan
tradisi shoronagashi menggunakan kapal kecil untuk membuat lampion sebelum dihanyutkan
di sungai. Satu festival api unggun yang paling terkenal shingga menarik ribuan pengunjung
setiap tahun yaitu Gozan Okuribi atau Daimonji yang dilaksanakan di Kyoto.
Puncak perayaan Obon yaitu Bon Odori. Bon Odori adalah tarian yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat Jepang. Tarian ini pada umumnya berlangsung di sekitar yagura
panggung utama tempat seseorang menyanyikan lagu dan yang lainnya memainkan alat
musik tradisional. Pada acara ini dikatakan bahwa gerakan tariannya meniru arwah leluhur
yang menari gembira setelah lepas dari hukuman kejam di neraka.
2.3. Fenomena Obon saat ini

Anda mungkin juga menyukai