2. Sherli Oktavia Upacara pemakaman di jepang disebut dengan istilah soushiki, yang berasal dari kata sou (mengubur) dan shiki (upacara). kebanyakan penduduk jepang yang memeluk agama Budha dan Shinto, hampir 90% soushiki dilakukan menurut agama budha. Upacara pemakaman atau dikenal soushiki berlangsung selama 2 hari penuh yang terdiri dari TSUYA dan KOKUBENTSU SHIKI. Tsuya merupakan upacara yang dilakukan sebelum jenazah dimakamkan. adapun yang dilakukan yaitu Upacara Semayam. Sedangkan Kokubentsu Shiki adalah hari terakhir upacara. Biasanya pada hari terakhir dilakukan Kremasi, Pemakaman dan Penguburan. Upacara ini diawali dengan jenazah dimandikan dan ditutup lubang telinga dan hidungnya dengan kapas. Jenazah kemudian diberi pakaian berupa setelan jas (untuk pria) atau kimono (untuk wanita). Setelah itu jenazah dibaringkan di dalam peti dan menghadap ke utara. Di sebelah peti mati diletakkan meja kecil yang dihiasi bunga dan lilin, setelah jenazah dimasukkan dalam peti mati dilakukan pembasahan bibir jenazah menggunakan air disebut upacara matsugo no mizu, Selanjutnya ada proses yang disebut dengan kamidana fuji, dimana jenazah dimasukkan ke dalam ruangan tertutup kertas putih, yang dipercaya untuk mencegah arwah tidak suci masuk ke dalam. Setelah upacara semayam berakhir, para tamu dipersilahkan meletakkan bunga ke dalam peti mati sebelum disegel menggunakan paku dan dibawa kereta jenazah menuju krematorium atau kuburan. . Di Jepang terdapat tradisi untuk memberi nama budha baru bagi orang yang telah meninggal yang disebut dengan kaimyo. Pemberian tersebut bertujuan untuk mencegah arwah almarhum kembali ke jenazah saat namanya dipanggil. Panjangnya nama yang diberikan pada almarhum tergantung besarnya jumlah sumbangan uang yang diberikan kelurga almarhum pada kuil Budha. Pada saat proses kremasi, peti yang berisi jenazah pertama-tama diletakkan di atas penampang untuk didorong masuk kedalam ruang kremasi. Kremasi ini biasanya berlangsung selama 1 hingga 2 jam. Setelah mayat terlebur, maka keluarga akan mengambil sisa – sisa tulang jenazah lalu memasukkannya ke dalam guci dengan menggunakan sumpit. Tulang – tulang ini diambil mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Makam di Jepang merupakan sebuah makam keluarga yang terdiri dari sebuah monumen batu, dengan tempat untuk bunga, dupa, dan air di depan monumen dan ruang atau ruang bawah tanah di bawah untuk abu. Bagi yang baru meninggal namanya akan diukir disisi nisan, di Jepang nama almarhum di selalu diukir didepan. Bahakan kini nama almarhum sering ditulis di Sotoba, papan kayu yang terpisah pada berdiri di belakang atau samping kubur. dan yang baru dapat ditambahkan pada upacara peringatan tertentu. Untuk menghemat biaya, bagi almarhum yang telah menikah, dan pasangannya masih hidup, nama pasangannya ini akan tetap diukir di nisan namun bedanya pasangan yang hidup ini diukir dengan cat merah. Okoden adalah uang duka yang diberikan pelayat kepada keluarga almarhum. Okoden diberikan dengan tujuan membantu meringankan beban biaya yang ditanggung keluarga almarhum. Adapun yang perlu diperhatikan saat memberikan okoden yaitu : 1. Jangan gunakan uang baru untuk uang duka. 2. Jumlah uang yang harus diberikan bervariasi tergantung kedekatan dengan almarhum. 5000-10.000 yen adalah jumlah yang umum untuk teman/kolega. 3. Hindarilah angka 4 dan 9 pada pemakaman, karena 4 dalam bahasa Jepang dibaca “shi”yang bunyinya sama dengan mati, dan 9 dapat dibaca “ku”, yang bisa merujuk ke “kurushii” atau menderita. 4. Gunakanlah amplop dengan pita hitam dan putih khusus untuk Okoden.