MANCA NEGARA(JEPANG)
Disusun untuk memenuhi tugas etika dan estetika fashion
Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Minta ito
2. Tanti widyasari
3. Ayu rika
4. Riko parmansyah
PENDAHULUAN
A. Pengertian kimono
Kimono ( 着 物 ) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono
adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai,
dan mono berarti barang).Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf
"T", mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga
ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan,
sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah
bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang
disebut obi dililitkan di bagian perut atau pinggang, dan diikat di
bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zouri atau geta.
1
1. Sejarah kimono
Kimono pertama kali dikenakan oleh kalangan bangsawan sekitar tahun
794-1185 yang dalam sejarah Jepang dikenal dengan periode Heian.Seiring
berjalannya waktu, pakaian ini makin populer di kalangan masyarakat, dan
sering dikenakan oleh aktor kabuki saat pentas dan geisha.Di tahun 1683
sempat terjadi pelarangan pemakaian kimono, khususnya yang mencolok
dan mahal.Namun, kembali mengemuka pada abad ke-19, ketika Jepang
mulai membuka diri terhadap dunia modern.
2. Bagian-bagian kimono
2
Ketika dikenakan, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah
bagian kiri.
Kimono juga terdiri dari beberapa bagian. Khusus untuk kimono wanita
terdiri dari nagajuban atau lapisan paling dalam, date eri berupa kerah
tambahan untuk membuat pemakainya terlihat mengenakan dua lapis
nagajuban. Lalu, kimono utama sebagai lapisan terluar dan memiliki motif
yang indah.Obi yaitu sabuk dari kain yang dililitkan pada pinggang.
Ada pula obiage berupa kain berwarna yang dililitkan di bawah obi supaya
obi tidak melorot, dan obijimaje yaitu tali kecil yang berfungsi memperkuat
ikatan obi
3. Jenis-jenis kimono
1. Kimono wanita
3
Irotomesode
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah:
tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa
memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga
lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita
dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk
menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai
kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti
kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.
Furisode
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum
menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian
kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke
bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri
resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsumode. Pakaian pengantin
wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.
4
Homongi
Hōmon-gi (訪問着), arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal
untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih
untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas
homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi
dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau
merayakan tahun baru.
Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila
iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat
formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian
punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak
bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda,
atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di
5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri
upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
5
Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum
menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat
dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage
dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta
pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.
4. Aksesoris kimono
Geta
Geta adalah sandal berhak dari kayu. Maiko memakai geta berhak tinggi dan
tebal yang disebut pokkuri
Kanzashi
Kanzashi adalah hiasan rambut seperti tusuk konde yang disisipkan ke rambut
sewaktu memakai kimono.
Obi
Obi adalah sabuk dari kain yang dililitkan ke tubuh pemakai sewaktu
mengencangkan kimono
Tabi
Tabi adalah kaus kaki sepanjang betis yang dipakai sewaktu memakai sandal
Waraji
6
Zōri
Zōri adalah sandal tradisional yang dibuat dari kain atau anyaman.
B. Pengertian yukata
Yukata [浴衣] merupakan pakaian tradisional Jepang, yang merupakan pakian
kasual dari kimono untuk musim panas yang biasanya terbuat dari katun.
Masyarakat Jepang biasanya menggunakan Yukata di Jepang untuk
menyaksikan kembang api, mengikuti festival bon-odori dan festival lainnya di
musim panas. Yukata juga sering digunakan sebagai pakian setelah mandi di
pemandian umum di Jepang atau di onsen. Kanji dari Yukata [浴衣ゆかた] sendiri
berarti pakaian mandi.
Seperti pakaian tradisional lainnya di Jepang, yukata dibuat dengan jahitan
lengan lurus dan melebar. Tidak seperti kimono formal yang terbuat dari sutra,
yukata biasanya terbuat dari katun atau kain sintesis dan tidak bergaris.
Secara tradisional warna yukata dibuat dari kain katun yang dicelup dengan
warna-warna sederhana tetapi sekarang yukata tersedia dengan berbagai macam
warna dan desain. Seperti kimono, yukata dengan warna-warna cerah dan pola-
pola yang lebih berani digunakan oleh orang muda. Anak-anak menggunakan
yukata yang warna-warni, sedangkan perempuan menggunakan yukata dengan
motif bunga. Sedangkan wanita yang lebih tua menggunakan yukata biru tua
dengan pola geometris.
7
C. Pengertian hakama
Hakama adalah pakaian tradisional Jepang untuk Pria. Pakaian ini sering
dijadikan sebagai lambang budaya pria Jepang yang sifatnya formal. Hakama
berupa celana/rok dengan 7 lipatan besar di bagian depan. Hakama diikat dengan
tali pada bagian pinggang dan memiliki panjang hingga mata kaki.
Hakama berasal dari daratan Cina dan mulai dikenal sejak zaman Asuka. Selain
dikenakan pendeta Shinto, hakama dikenakan pria dan wanita di bidang olahraga
bela diri tradisional seperti kendo atau kyudo.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pakaian Kimono sebagai pakaian tradisional Jepang memberikan identitas bagi
masyarakat Jepang yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal dan adat ketimuran
dalam hal ini ada beberapa nilai yang dapat dipelajari dalam pakaian kimono
yaitu:
1. Pakaian kimono menunjukkan konsistensi masyarakat Jepang yang tidak
mudah goyah terhadap arus perubahan yang terjadi di era globalisasi
sekarang ini.
2. Nilai kearifan lokal yang menonjol dalam pakian kimono terletak pada
karakter dan corak pakaian tersebut. Karakter yang selalu menonojol
adalah kerapaian, kebersihan dan kelengkapan membentuk karakter
manusia Jepang untuk selalu patuh dan taat pada tradisi lokal.
3. Pakaian kimono adalah salah satu produk budaya yang berdaya cipta luhur
sesuai dengan spirit kejepangan.
4. Pakaian kimono mempunyai makna filosofis yaitu penghargaan terhadap
leluhur dan mecintai keharmonisan.
5. Pakaian kimono sebagai simbol penghargaan atas kaum perempuan yang
menjaga adat ketimuran yaitu adat yang suka melihat perempuan
berpakaian pantas dan sopan di depan umum.
6. memberikan pesan moral bahwa perempuan hendaknya selalu berpakaian
yang rapi sopan dan pantas di depan umum
B. SARAN
Sebagai pelajar yang mempelajari busana tradisional jepang, ada baiknya
mengetahui dan mempelajari budaya-budaya Jepang salah satunya adalah
pakaian-pakaian Jepang yaitu Kimono. Mengetahui kimono sama artinya
mengetahui salah satu kebudayaan Jepang.