Anda di halaman 1dari 137

1.

ESTIMASI BIAYA PENGEBORAN DAN


2. PENILAIAN MATA BOR STANDARD IADC
(INTERNATIONAL STANDARD DRILLING CONTRACTORS)
1. ESTIMASI BIAYA PENGEBORAN
Pentingnya Penilaian Mata Bor
• Merupakan komponen penting dalam biaya
program pengeboran;
• Menentukan kecepatan Pengeboran (Rate of
Penetration, ROP)  Pemilihan Bit;
• Menentukan umur dan masa pakai  waktu
penggantian mata bor  efisiensi;
• Menentukan tripping time  efisiensi
Analisis Biaya Pengeboran
(Drilling Cost Analysis)
Merupakan bagian dari tugas pokok Drilling Engineer:

1. Merekomendasikan prosedur pengeboran yang


aman dan penyelesaian sumur pada biaya
operasi terendah.
2. Merekomendasikan operasi rig rutin, meliputi:
a) Pengelolaan drilling fluid
b) Operasi pompa
c) Pemilihan bit
d) Menangani permasalahan selama proses pengeboran
Biaya Pengeboran
• Cenderung meningkat secara eksponensial
dengan peningkatan kedalaman. Sehingga
akan lebih menguntungkan jika
mempertimbangkan hubungan antara total
biaya sumur (C) dengan kedalaman (D):
C = aebD

5
Drilling Cost vs. Time

DEPTH
ft

TD

DAYS or DOLLARS
6
C = aebD

Konstanta a dan b terutama tergantung kepada


lokasi pengeboran.
Catatan hasi bor dievaluasi dan ditentukan
untuk memperdiksi biaya pengeboran
selanjutnya.
• Contoh berikut: kedalaman bor 7,500 ft -
21,000 ft.
• Berdasarkan data tersebut maka didapat:
a = 1 X 105 dollar
b = 2 X 10-4 ft -1. C = 1 X 105 e 2 X 10-4 D
7
C = 1 X 105 e 2 X 10-4 D

Teknik interpolasi kurva least-square dari 1978 sumur untuk mengestimasi


biaya penyelesaian sumur. 8
Kecepatan Pengeboran (Rate of
Penetration, ROP)
Jika variasi litologi tidak terlalu besar, maka
kecepatan pengeboran umumnya berkurang
secara eksponensial sesuai kedalaman. Pada
kondisi ini, berlaku ROP:

dD − 2.303a 2 D
= Ke
dt
Di mana K dan a2 adalah konstanta.

9
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
ROP
1. Keterampilan Operator (Personal efficiency)
2. Efisiensi Rig
3. Karakteristik Formasi Batuan
a. Kekuatan batuan (strength),
b. Kekerasan dan kemampugerusan (hardness and / or
abrasiveness),
c. Kondisi tekanan formasi,
d. Elastisitas batuan,
e. Kelengketan (stickiness atau balling tendency),
f. Kandungan Fluida (fluid content ),
g. Tekanan antar pori, porositas dan permeabilitas
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
ROP
4. Faktor Mekanik
a. WOB (weight on bit)
b. Jenis Bit (bit type)
c. Kecepatan putar (rotary speed)
5. Faktor Hidrolik
a. Kecepatan semprotan pada nozzle (jet velocity),
b. Pembersihan dasar lubang (bottom- hole cleaning )
6. Sifat Lumpur (Drilling fluid properties)
a. Berat lumpur (mud weight)
b. Viskositas lumpur
c. filtrate loss
d. Kandungan padatan (solid content).
Waktu Pengeboran (Drilling time)
Waktu pengeboran, td , pada kedalaman
tertentu dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut:
td D
K∫ dt = ∫ e 2.303 a 2D
dD
0 0

Integrasi dan penyelesaian untuk td menghasilkan:

1
td = (e 2.303a2 D
− 1)
2.303a2 K
12
Dengan mem-plot Kedalaman vs. waktu
pengeboran (sumur2 sebelumnya):
1) Memungkinkan kita untuk memprediksi biaya
pegeboran sumur baru dengan akurat.
1. Digunakan untuk evaluasi prosedur pengeboran
baru, untuk mengurangi waktu pengeboran)

13
Contoh - Cost per foot
t R D Total Cost Cf
hr fph ft $ $/ft

5 90 475 36,950 77.80


10 80 900 47,800 53.10
20 60 1,600 69,200 43.30
25 50 1,875 79,750 42.50
30 40 2,100 90,200 43.00
35 30 2,275 100,550 44.20
40 20 2,400 110,800 46.20

14
Cost per ft untuk seluruh bit run
80

70

60
Minimum Cost

50

40

15
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, maka
prosedur ekonominya:

1. Dapat menarik/mengganti bit setelah


digunakan 25 jam ($42.50/ft)  karena biaya
bor setelah 30 jam adalah $43.00/ft
2. Penentuan jenis bit yang digunakan akan
menjadi sangat penting.

16
Faktor penentu ROP

Variabel:
 Jenis mata bor
 Berat mata bor
 Kecepatan putaran (rpm)
 Kemampuan membersihkan dasar lubang
 Sifat lumpur yang digunakan
• Peningkatan berat dan kecepatan putar bit akan
meningkatkan drilling rate  meningkatkan
waktu pemakaian (umur) bit.

Faktor Tetap:
 Kekerasan batuan
 Tekanan formasi
17
Pemilihan Bit tergantung kepada:

• Catatan penggunaan bit pada pengeboran


sebelumnya
• Prediksi formasi geologi (litologi) yang akan di-
bor
• Drilling costs $/bit...
• Drilling cost in $/ft

18
40,000 lbf
Contoh d =10”

Bit Weight x 1,000 lb/in 19


Umur Bit

Rotary Speed, RPM 20


EFET TEKANAN BALIK
∆P_bit = Konstan= 550 psi

21
Efek tekanan balik (Back Pressure effect)
0 - 5,000 psi

Hydrostatic Pressure, 1,000’s of psi 22


Efek Lumpur Bor
mud vs. gas

Drilled with mud

Drilled with gas

Drilling Time, days 23


EFFECT OF DRILLING FLUID
water vs. air

Rotating Time, hours 24


25
Old style water course bits
Efek padatan dalam lumpur bor

26
Gradien Tekanan Hidrostatik
(Hydrostatic Pressure Gradient)
Fresh Water Pressure Gradient = 0.433 psi/ft
Density of Fresh Water = 8.33 lb/gal

Hydrostatic Pressure (at 12,000 ft depth):

with water: p = Gw * Depth (vertical depth)


= 0.433 psi/ft * 12,000 ft
= 5,196 psi
27
Tekanan Hidrostatik
Dengan densiti lumpur 14 lb/gal : p = GM * Depth

 ρMud 
=  * 0.433 psi/ft * Depth
 8.33 
Pressure = 0.052 * Mud Weight * Depth
= 0.052 *14.0 *12,000
= 8,736 psig
(5,196 psi with water)
28
Kebutuhan Tekanan Hidrostatik
(Hydrostatic Pressure Required)
Berapa berat lumpur yang dibutuhkan
untuk menyeimbangkan tekanan pori
10,000 psig kedalaman vertikal 12,000 ft?

Pressure
Required Mud Weight =
0.052 * Depth
10,000
Required Mud Weight =
0.052 * 12,000

MW = 16.03 lb/gal
29
Perhitungan Biaya Pengeboran
(Drilling Cost Estimation)
Cb + Cr( tb + tc + tt ) $
Cf =
∆D ft

Cf = drilling cost, $/ft ∆D = footage drilled


Cb= cost of bit, $/bit with bit, ft/bit

Cr = fixed operating cost of rig, $/hr


tb = total rotating time, hrs
tc = total non-rotating time, hrs
tt = total trip time (round trip), hrs
30
Contoh Perhitungan dalam
Pemilihan Mata Bor
• Suatu program pemilihan mata bor diajukan untuk
pengeboran sumur baru dengan menggunakan data
unjuk kerja bit sumur terdekat.

• Data diperoleh dari catatan drilling performance pada


penggunaan 3 buah mata bor dalam pengeboran
formasi batugamping dengan kedalaman 9,000 ft.

• Tentukan jenis mata bor yang harus dipilih jika:


• Biaya operasi rig = $400/hr,
• Waktu pengeboran (tripping time)= 7 jam,
• Waktu penyambungan = 1 menit/sambungan.
31
Jika diasumsikan bahwa setiap bit telah digunakan
di sumur terdekat dengan biaya minimum per foot
adalah sebagai berikut:
Mean
Bit Rotating Connection Penetration
Cost Time Time Rate
Bit ($) (hours) (hours) (ft/hr)
A 800 14.8 0.1 13.8
B 4,900 57.7 0.4 12.6
C 4,500 95.8 0.5 10.2

Bit mana yang direkomendasikan untuk digunakan?


32
Penyelesaian:
Cost per foot (Cf) pengeboran untuk tiap
mata bor dihitung dengan menggunakan
persamaan, untuk Bit A:

Cb + Cr (tb + tc + tt ) $
Cf =
∆D ft

800 + 400(14.8 + 0.1 + 7)


Cf = = $46.81/ft.
13.8(14.8)
33
Dengan cara yang sama, untuk Bit B,

Cb + Cr( tb + tc + tt ) $
Cf =
∆D ft

4,900 + 400(57.7 + 0.4 + 7)


Cf = = $42.56 /ft.
12.6(57.7)

34
Untuk Bit C:

Cb + Cr( tb + tc + tt ) $
Cf =
∆D ft

4,500 + 400(95.8 + 0.5 + 7)


Cf = = $46.89 /ft.
10.2(95.8)
35
Kesimpulan:
Bit A: $46.81 /ft
Bit B: $42.56 /ft
Bit C: $46.89 /ft

Biaya pengeboran minimum diperoleh


dengan menggunakan Bit B.  meskipun
harga bit termahal, tetapi masa pakai dan
ROP cukup baik untuk diterapkan.

36
2. PENILAIAN MATA BOR
STANDARD IADC
(INTERNATIONAL STANDARD DRILLING
CONTRACTORS)
Faktor Penentu Pemilihan Bit
1. Jenis Formasi batuan (keras , lunak)
2. Berat Bit
3. Biaya Operasi Bit:
a. Kecepatan penembusan (ROP)
b. Umur pakai
c. Efektifitas & mutu produksi lubang (full sized
atau full-gauge hole)
Wight on Bit (WOB)
Rotary Speed

c e

Weight on bit
KODE BIT MENURUT IADC
STANDARD PENILAIAN IADC
Digit Pertama:
• Kode: 1, 2, dan 3 untuk jenis Biji Mata Bor Baja
(STEEL TOOTH BITS):
1  Formasi Lunak,
2  Formasi Medium, and
3  Formasi for hard formations.
• Kode 4, 5, 6, 7 dan 8 untuk jenis Mata Bor Insert Bits
bahan Tungsten Carbida (TUNGSTEN CARBIDE
INSERT BITS):
 4  Formasi Paling Lunak,
 8  Formasi Paling Keras.
DIGIT KEDUA
DIGIT KEDUA:
• 1, 2, 3 dan 4 adalah rincian lebih lanjut dari
formasi, di mana:
 1  Formasi Paling Lunak
 4  Formasi Paling Keras dan Sulit.
DIGIT KETIGA: 1 s/d 7
Digit ini mengklasifikasikan Bit berdasarkan
jenis bantalan/seal dan proteksi khusus
terhadap gauge
Kode Digit Ketiga:
• 1. Standard open bearing roller bit
• 2. Standard open bearing roller bit, air-cooled
• 3. Standard open bearing roller bit with gauge
protection which is defined as carbide inserts
in the heel of the cone
• 4. Sealed roller bearing bit
• 5. Sealed roller bearing bit with gauge protection
• 6. Journal sealed bearing bit
• 7. Journal sealed bearing bit with gauge protection
DIGIT KEEMPAT:
Berisi kode huruf tentang deskripsi tambahan
mengenai kondisi mata bor:
A. Air Application
R. Reinforced Welds
C. Center Jet
S. Standard Steel Tooth
D. Deviation Control
X. Chisel Insert
E. Extended Jet
Y. Conical Insert
G. Extra Gage Protection
Z. Other Insert Shape
J. Jet Deflection
Contoh
Jenis-jenis bantalan (bearing)
Umumnya ada empat (4) jenis disain bantalan yang digunakan dalam
mata bor tricone:
1. STANDARD BEARING BIT ROLLER OPEN: Pada bit ini kerucut bit
berputar bebas. Jenis bit ini memiliki barisan depan bantalan
berebentuk bola dan bantalan rol di deretan belakang.
2. STANDARD OPEN BEARING ROLLER BIT FOR AIR DRILLING: Kerucut
mirip dengan # 1, tetapi memiliki injeksi udara langsung ke kerucut
untuk mendinginkan bantalan. Air mengalir ke kerucut melalui
bagian dalam pin. (Bit ini bukan untuk aplikasi lumpur).
3. SEALED BEARING ROLLERS BITS: Bit ini memiliki segel O-Ring
dengan reservoir minyak untuk pendingin bantalan. Segel
bertindak sebagai penghalang lumpur dan cutting untuk
melindungi bantalan.
4. JOURNAL BEARING ROLLER BITS: Bit ini didinginkan dengan minyak
/ oli di bagian hidung bantalan, segel O-Ring segel dan
dimaksudkan untuk kinerja maksimum.
PENILAIAN KEAUSAN MATA BOR

1. Gigi  Kode T
2. Bearing  Kode B
3. Gouge Wear  Kode Angka
(inch)
1. GIGI
Gigi dibagi menjadi
8 Tingkat Keausan
• Roller Steel teeth: T3 berarti  berati 3/8 dari gigi
telah aus
• Tungsten Carbide Insert bit: T3  berarti 3/8 gigi
telah aus atau lepas
2. BEARING
• B3 - berarti sekitar 3/8 dari bearing yang
ada telah rusak
3. Gouge Wear (Diameter Lubang)
• Bit mengalami keausan di sekeliling Bit sehingga diameternya
lubang yang dihasilkan mengecil.
• Diameter diukur dengan “Gauge Ring” (dinyatakan dalam
inch)
Cara mengukur:
Cara 1: 2 buah cone kontak
dgn dinding ring, diukur x
2/4
Cara 2: seluruh cone
diposisikan di tengah ring
gauge, hasil pengukuran x
2.
Kondisi Keausan Bit
JENIS-JENIS MATA BOR

https://www.youtube.com/watch?f
eature=player_detailpage&v=h4Q
R8fqXCfE
Secara umum jenis-jenis bit dapat
dikelompokkan seperti berikut
1. Roller Cone Bit
– Milled Tooth Bit  gigi tetap
– Inserted Tooth Bit  gigi bisa diganti
2. Fixed Cutter Bit (Drag Bit)
3. Diamond Bit
ROLLER CONE
• Roller Bit terdiri dari dua atau
tiga kerucut dengan gigi yg
mencuat.
Saat ini yg umum digunakan di
dalam industri adalah
‘threecone bit’
• Gigi menerapkan gaya yg
melebihi tekan kekuatan batu.
• Dilengkapi alat pembersihan
hidrolik dengan menggunakan
nozel
• Gigi-gigi dapat diganti (besar
dan panjangnya)sesuai
dengan tingkat kekerasan
batuan yang akan dibor.
Kelebihan Insert Roller Cone
1. Dapat menangani berbagai kondisi
pengeboran
2. Dapat digunakan dalam formasi keras dan
lunak
3. Tingkat / kecepatan penetrasi tinggi
4. Lebih murah daripada bit pemotong tetap
5. Lebih sensitif dalam menerima overpressure
formasi, sehingga dapat digunakan sebagai
indikator formasi overpressure,
Kelemahan
• Lebih mudah aus dibandingkan dengan bit
PCD

• Jam Bit (waktu rotasi Bit) kurang


Milled Tooth
• Gigi panjang untuk formasi lunak
• Gigi pendek untuk formasi keras
• Cone off-set di soft-formasi hasil bit dalam
menggores aksi mencongkel
• Dapat mengasah / mempertajam sendiri
dgn menggunakan Hardfacing di satu sisi
• Kecepatan pengeboran tinggi  terutama
dalam batuan lunak
FIXED DILLING BIT
• Fixed cutter atau drag bits tidak
memiliki bagian-bagian yang bergerak
atau berputar (misal bearing)
KELEBIHAN FIXED BIT
1. Dapat mengebor lubang sangat panjang, jika
kondisi pengeboran sesuai.
2. Masa pakai lama dan jam kerja tinggi,
meskipun bekerja pada formasi sulit dan
abrasif
3. Memungkinkan rotasi sedikit lebih tinggi,
ketika diterapkan penggunaan motor lubang
4. Sebagai aturan praktis, keuntungan khususnya
pada diamond bit dan roller bit adalah semakin
dalam dan semakin kecil diameter lubang
maka semakin cepat penetrasinya.
KELEMAHAN FIXED BIT
1. Peka terhadap material baja yang
tertembus di dasar lubang, misal karena
ada benda yang jatuh ke dalam lubang.
2. Harus dijalankan dengan hati-hati,
lubang bor harus dicuci bersih.
3. Sulit dan sering gagal untuk mengebor
formasi sangat lunak dan bergetah (Bit
balling effect).
4. Harga lebih mahal.
Fixed Cutter Bits
PDC BITS
full-diameter drilling side-tracking
Bore hole opening
(pengeboran awal ~ pilot hole)
Fixed Cutter Bits
Twister
Recommended for Milling
Cement, Composite Plugs &
Cast Iron Plugs
DIAMOND BIT
Diamond Bit
• Diamond Bit memiliki desain yang sangat
dasar dan tidak ada bagian yang
bergerak.
• Tubuh bit terbuat dari baja, dan elemen
pemotongan yang tertanam dalam matriks
dikeraskan dengan karbida - tungsten,
yang memberikan gerusan optimal bit
terhadap abrasi dan erosi.
Diamond Bit
• Bubuk intan atau biji-bijian, dapat berupa berlian
alami atau polikristalin-termal berlian yang stabil
(sintetis).
• Ukuran dari 8 - 115 mikrometer.
• Diamond tersebut dapat berupa campuran atau
- diresapi (impregnasi) atau tertanam dalam
matriks karbida, baja atau tungsten.
• Dapat diterapkan pada formasi batuan hingga
suhu 1.200 º C.
• Pada jenis bit yang tertanam dalam tubuh bit,
ada kemungkinan untuk ditukar-ganti.
DIAMOND BIT
(Impregnated)
• Bit yang disisipi intan diresapi digunakan untuk memotong
formasi batuan ultra-keras.
• Menggunakan logam campuran (alloy) yang diperkuat
dengan karbida dan intan sintetis berukuran sebesar biji
jagung.
• Hal ini memungkinkan bit untuk mengebor semua jenis
formasi.
• Bit intan Impregnasi ini dapat disesuaikan dengan
pekerjaan mulai dari forrmasi sangat rusak (broken
formation) yang kasar hingga formasi yang sangat halus,
baik batuan konsolidasi maupun yang ultra-keras.
• Penajaman sendiri (Bit resharpens) terbentuk karena
putaran yang memperbaharui tepian sehingga menjadi
tajam
• Bit ini tidak dirancang untuk mengebor dari awal /
overburden.
DIAMOND BIT SURFAFE SET
DIAMOND BIT – TUNGSTEN CARBIDE
TUNGSTEN CARBIDE
• Bit gigi Carbide dirancang adalah bit inti ang dirancang untuk
memotong formasi lunak dengan kerikil yang sangat kecil, serpih
lengket atau tanah liat.
• Bit gigi karbida disediakan dalam 2 jenis, Sawtooth Penuh atau
Tooth Terhuyung. Tungsten karbida sisipan secara selektif
ditempatkan dalam matriks karbida.
• Waterways dirancang untuk debit optimum cairan dan bantuan
dalam mengendalikan abrasi matriks untuk memaksimalkan
efisiensi pemotongan dan penetrasi.
• Bit inti Carbide tidak dirancang untuk mengebor formasi keras dan
dibangun dengan elemen pemotongan single layer.
• Bit inti Tuff-Kut umumnya digunakan untuk pengeboran formasi
lunak seperti tanah liat, pasir, gips atau shale lembut.
• Meskipun demikian, Bit Tuff-Kut dapat digunakan untuk
membersihkan fragmen baja dari lubang bor.
Mana Bit yang paling ideal?
Bagaimana menentukan Bit yang
paling ekonomis?
IADC System
• Operational since 1972
• Provides a Method of Categorizing Roller Cone
Rock Bits
• Design and Application related coding
• Most Recent Revision
 ‘The IADC Roller Bit Classification System’
 1992, IADC/SPE Drilling Conference
 Paper # 23937

50
IADC Classification
• 4-Character Design/Application Code
– First 3 Characters are NUMERIC
– 4th Character is ALPHABETIC

135M or 447X or 637Y

51
Sequence
135M or 447X or 637Y

• Numeric Characters are defined:


– Series 1st
– Type 2nd
– Bearing & Gage 3rd
• Alphabetic Character defined:
– Features Available 4th

53
Series
135M or 447X or 637Y

• FIRST CHARACTER
• General Formation Characteristics
• Eight (8) Series or Categories

• Series 1 to 3 Milled Tooth Bits


• Series 4 to 8 Tungsten Carbide Insert Bits
The higher the series number,
the harder/more abrasive the rock
54
Define Hardness

Hardness UCS (psi) Examples


Ultra Soft < 1,000 gumbo, clay

unconsolidated sands, chalk,


Very Soft 1,000 - 4,000 salt, claystone

Soft 4,000 - 8,000 coal, siltstone, schist, sands

sandstone, slate, shale,


Medium 8,000 - 17,000 limestone, dolomite
quartzite, basalt, gabbro,
Hard 17,000 - 27,000 limestone, dolomite

Very Hard > 27,000 marble, granite, gneiss

UCS = Uniaxial Unconfined Compressive Strength

55
Type
135M or 447X or 637Y
• SECOND CHARACTER
• Degree of Hardness
• Each Series divided into 3 or 4 ‘Types’

• Type 1 Softest Formation in a Series

Increasing Rock Hardness

• Type 4 Hardest Formation in a Series


56
Bearing & Gage
135M or 447X or 637Y
• THIRD CHARACTER
• Bearing Design and Gage Protection
• Seven (7) Categories
– 1. Non-Sealed (Open) Roller Bearing
– 2. Roller Bearing Air Cooled
– 3. Non-Sealed (Open) Roller Bearing Gage Protected
– 4. Sealed Roller Bearing
– 5. Sealed Roller Bearing Gage Protected
– 6. Sealed Friction Bearing
– 7. Sealed Friction Bearing Gage Protected
57
Features Available

135M or 447X or 637Y

• FOURTH CHARACTER
• Features Available (Optional)
• Sixteen (16) Alphabetic Characters
• Most Significant Feature Listed
(i.e. only one alphabetic character should be selected).

58
IADC Features Available
• A - Air Application • L - Lug Pads
• B - Special Bearing/Seal • M - Motor Application
• C - Center Jet • S - Standard Milled
• D - Deviation Control Tooth
• E - Extended Nozzles • T - Two-Cone Bit
• G - Gage/Body Protection • W - Enhanced C/S
• H - Horizontal Application • X - Chisel Tooth Insert
• J - Jet Deflection • Y - Conical Tooth Insert
• Z - Other Shape Inserts

135M or 447X or 637Y


59
Categorization - Summary
• Convenient Categorization System
• Design and Application Code
• Know its Limitations
• Use Carefully in Application Decisions
– Consider other sources: offset bit records; dull
grading; performance analysis.

60
61
A “D” in front signifies
a diamond bit

D1 - D5 signifies a
natural diamond or
PDC bit

D7 - D9 signifies a
natural diamond or
PDC core bit
62

Anda mungkin juga menyukai