Anda di halaman 1dari 15

AKTIVITAS JURNALISME WARGA MELALUI APLIKASI

RADIO REPUBLIK INDONESIA 30 DETIK DALAM MELIBATKAN


PARTISIPASI PUBLIK
Oleh:
Marli Efendi (NPM: D2E014116)
E-mail : marliefendi@gmail.com

ABSTRAK
Aktivitas Jurnalisme Warga Melalui Aplikasi Radio Republik Indonesia 30 Detik
Dalam Melibatkan Partisipasi Publik, Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yang menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2011) penelitian
deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan
suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah
untuk menjawab permasalahan secara aktual. Dalam penelitian ini, akan digambarkan
perilaku pencarian informasi berikut sumber dan sarana prasaranya. Pembahasan
penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif analisis.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kulitatif survey. Metode kulitatif
survey merupakan bentuk teknik penelitian yang mengumpulkan informasi dari
sejumlah sampel atau orang, melalui pertanyaan-pertanyaan. Survey pada penelitian ini
menggunakan pendekatan wawancara dengan didukung oleh instrumen pengumpulan
data. Dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan yang berhubungan
dengan permasalahan dan fenomena yang diteliti secara mendalam dan langsung
sehingga penggalian informasi mengenai aktivitas jurnalisme warga pada aplikasi RRI
30” di RRI dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam. objek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini (1) Aktivitas adalah kegiatan atau
keaktivan baik berupa kegiatan fisik dan kegiatan non fisik dengan ciri-ciri adanya
dorongan ingin tahu besar, sering mengajukan pertanyaan baik,memberikan banyak
gagasan atau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, menonjol
dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat
mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain, daya imajinasi kuat,
orisinalitas tinggi, dapat bekerja sendiri dan senang mencoba hal-hal yang baru. (2)
Jurnalisme warga adalah suatu bentuk kegiatan jurnalisme yang dilakukan oleh warga
biasa.
Dari hasil pengamataan, wawancara dan kajian pustaka, maka hasil dari penelitian
ini, berapa besar keingintahuan masyarakat yang akan dilibatkan dalam Jurnalisme
warga dengan mengunduh dan mengisi aplikasi RRI 3”, berapa besarpartisipasi
masyarakat dalam memberikan gagasan atau usul kepada Administrator terkait konten
dan aplikasi RRI 30”, mengetahui apa saja faktor-faktor yang mendukung dan
menghampat seorang Jurnalisme Warga dalam menyampaikan berita di Aplikasi RRI
30”.

Kata Kunci: Kebutuhan, Jurnalisme Warga, Informasi, rri 30”


PENDAHULUAN
Setiap media memiliki karakter, kelebihan dan kekurangan tersendiri. Salah satu
kelemahan dari media massa seperti surat kabar dan tabloid, maupun televisi adalah
terkait dengan ruang dan waktu. Media-media seperti surat kabar, memerlukan waktu
dalam setiap penerbitannya. Nyatanya hal ini kurang maksimal untuk mengetahui
infornasi yang sifatnya penting dan mendadak. Lalu, televisi, selain juga memerlukan
waktu yang cukup lama, hal ini karena media elektronik membutuhkan mekanisme
proses dan teknis.
Informasi yang disampaikan pada televisi membutuhkan alat-alat dan keahlian
khusus yang tidak dimiliki orang banyak. Sedangkan pada media radio, informasi yang
disebarkan berbasis suara memungkinkan perbaharuan informasi lebih cepat. Hal ini
karena media radio memungkinkan reporter untuk memberikan informasi langsung
ketika kejadian berlangsung di lapangan melalui telepon yang terhubung langsung
dengan penyiar di studio tanpa memerlukan proses pengambilan gambar dengan konsep
laporan pandangan mata reporter on the spot. Namun, jumlah reporter yang dimiliki
belum bisa menjangkau semua titik pusat dan sumber informasi yang akan diwartakan.
Mengingat pentingnya partisipasi masyarakat, khususnya para jurnalis warga
untuk mengisi ruang kosong dan kekurangan reporter RRI di lapangan, peningkatan
partisipasi warga dalam jurnalisme warga melalui aplikasi RRI 30 detik sangatlah
dibutuhkan. Partisipasi publik dipengaruhi oleh beberapa fakto pendukung dan juga
penghambat. Sebagaimana dijelaskan oleh Margono (1986) partisipasi publik
ditentukan oleh 3 faktor yaitu kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi, kemauan untuk berpartisipasi dan kemampuan untuk berpartisipasi.
Untuk mendapatkan gambaran aktivitas partisipasi publik dalam jurnalisme
warga pada aplikasi RRI 30 detik peneliti menganalisis bentuk aktivitas , faktor
pendukung dan penghambat aktivitas partisipasi publik dalam jurnalisme warga pada
aplikasi RRI 30 detik.
Komunikasi Massa
Istilah komunikasi massa diambil dari bahasa Yunani, yaitu ‘common’ yang
berati pertukaran pikiran dan informasi menunjuk pada terbentuknya pengertian
bersama. Menurut Effendy (2006), komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide,
informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya yang dilakukan seseorang
kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media dengan
tujuan mengubah sikap, pandangan, atau perilaku.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kamunikasi massa merupakan komunikasi
yang ditujukan kepada khalayak yang sangat banyak, atau biasa disebut massa. Tapi ini
tidak berarti bahwa massa yang dimaksud adalah orang-orang yang hanya menonton
televisi atau membaca koran, melainkan dapat diartikan sebagai masyarakat dalam arti
luas. Lalu disebutkan juga bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan
melalui pemancar-pemancar audio dan visual. Komunikasi mungkin akan lebih mudah
dimengerti apabila didefinisikan dengan media penunjang, seperti televisi, radio, koran,
majalah, film, buku, rekaman-rekaman.
Fungsi Komunikasi Massa
Apabila komunikasi dipandang dalam arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan
sebagai pertukaran berita, informasi dan pesan saja, tetapi juga sebagai kegiatan
individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide maka fungsi
komunikasi massa adalah sebagai berikut:
a. Fungsi pengawasan: media massa merupakan sebuah medium dimana dapat
digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi
pengawasan ini dapat berupa peringatan dan kontrol sosial yang dapat dilakukan
untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Sepeti, pemberitaan bahaya narkoba bagi kehidupan manusia dilakukan melalui
media massa dan ditujukan kepada masyarakat, maka pesan ini memiliki fungsi
preventif agar masyarakat tidak terjerumus dalam pengaruh narkoba. Secara fungsi
persuasif, sebagai upaya memberik reward dan punishment kepada masyarakat
sesuai dengan apa yang dilakukannya. Media massa dapat memberi reward kepada
masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota msyarakat lainnya. Serta
media dapat memberikan punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan
merugikan fungsi-fungsi sosial lain di masyarakat.
b. Fungsi sosial learning: fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa
adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media
massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat
aundiencenya. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan
berlangsung efektif fan efisien dan menyebar secara bersamaan kepada masyarakat
secara luas. Fungsi komunikasi massa ini merupakan sebuah andil yang dilakukan
untuk menutupi kelemahan fungsi-fungsi paedogogi yang dilaksanakan melalui
komunikasi tatap muka, dimana karena sifatnya, maka fungsi paedogogi hanya
dapat berlangsung secara eksklusif antara individu tertentu saja.
c. Fungsi penyampaian informasi: komuniaksi mass yang mengandalkan media massa
memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada
masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik
tersampaikan kapda msyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi
informasi tercapau dalam waktu cepat dan singkat.
d. Fungsi transformasi budaya: fungsi informasi adalah fungsi-fungsi yang bersifat
statis, namun fungsi-sungsi lain yang lebih dinamis adalag fingsi trasnformasi
budaya. Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya masa, maka yang
terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang
dilakukan bersam-sama oelh semua komponen komunikasi massa, terutama oleh
media massa. Fungsi transformasi budaya ini menjadi dangat penting dan terkait
dengan dungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learing, akan tetapi fungsi
transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang lebih besar sebagai bagian dari
budaya global.
e. Hiburan: fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan, bahwa seirama dengan
fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai media hiburan
(Elvinaro, dkk., 2007)
Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa seperti dijelaskan oleh Nurudin (2007) adalah
sebagai beikut:
1. Komunikator dalam komunikasi masa berbentuk lembaga (institution
communication) atau collective communitor. Komunikator berbicara mewakili
lembaga, bukan atas nama diri.
2. Pesan bersifat umum. Isi pesan yang disampaikan menyangkut kepentingan orang,
tidak menyangkut kepentingan perorangan atau pribadi.
3. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan serentak
(instantaneous) diterima oleh massa.
4. Komunikan bersifat heterogen. Penonton televisi, pendengar radio maupun
pembaca terdiri dari beragam pendidikan, umum, jenis kelamin, status sosial
ekonomi, memiliki agama tau kepercayaan agama yang tidak sama pula.
5. Berlangsung satu arah (one way traffic communication), yaitu komunikator kepada
komunikan, tanggapan atau reaksi muncul belakangan.
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis. Peralatan teknis yang
dimasksud misalnya pemancar untuk media elektronik penyebarluasan pesan.
7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper. Gatekeeper berfungsi untuk
menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan
guna menentukan kelayakan kualitas informasi yang akan disebarkan.
8. Mengutamakan isi. Pada komuniaksi massa yang lebih dipentingkan adalah isi
dibandingkan hubungan dengan komunikan. Isi adalah peran yang harus disusun
sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan sisesuaikan dengan karakteristik
media massa yang akan digunakan (Ardianto dan Erdinaya, 2007)
9. Simulasi alat indera yang terbatas. Dalam komunikasi massa, simulasi alat indera
bergantung pada jenis media massa yang digunakan. Seperti halnya pada siaran
radio, khalayak hanya dapat menagkap pesan dengan cara mendengar (Ardianto dan
Erdinaya, 2007).
Media Massa
Menurut McQuail (2000), media massa adalah media yang mampu menjangkau
massa dalam jumlah besar dan luas (university of reach), bersifat umum dan mampu
memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Dalam
perkembangannya, media massa merupakan sumber pembentukan karakter serta
kebudayaan yang ada di dalam masyarakat. Media massa, terbagi menjadi 2 jenis, yakni
media cetak dan media elektronik.
a. Media Cetak. Media cetak adalah suatu bentuk media yang mengutamakan
fungsinya sebagai media yang dapat menyampaikan informasi. Maka media cetak
terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau kolom dalam tata warna
dan halaman putih, dengan fungsi utama untuk memberikan informasi atau
menghibur
b. Media Elektronik. Media elektronik adalah media komunikasi atau media massa
yang menggunakan alat-alat elektronik, media elektronik terkini terdiri dari:
1. Film.
2. Televisi. Telivisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar.
3. Internet. Internet dapat diartikan sebagai sistem komputer umum, yang
terhubung secara global dan menggunaapab TCP/IP sebagai protokol
pertukaran paket.
4. Radio. Radio adalah media massa elektonik tertua yang paling fleksibel.
Keunggulan radio siaran adalah radio dapat diakses dimana pun, kapan pun dan
dapat diakses bersamaan dengan mengakses atau menggunakan atau melakukan
hal lain.
Radio
Radio dapat di definisikan sebagai teknologi yang digunakan untuk pengiriman
sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik).
Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang
angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium
pengangkut seperti molekul udara (Masduki, 2001). Istilah siaran radio berasal dari kata
radio broadcast yang berarti penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara
berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media.
Berdasarkan Undang-undang Penyiaran No. 32, penyiaran radio adalah media
komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk
suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Kelebihan media radio siaran yaitu pesan yang dibawakan oleh komunikator dapat
ditata menjadi suatu kisah yang dihiasi dengan musik sebagai ilustrasi dan efek sebagai
unsur dramatisasi. Radio siaran juga dinikmati oleh khalayak delam segala situasi,
misalnya sambil makan, bekerja, menyetir kendaraan dan sebagainya (Ardianto dan
Erdinaya, 2007).
Ardianto dan Erdinaya (2007) menjelaskan bahwa perkembangan radio siaran di
Indonesia simulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang , zaman
kemerdekaan dan zaman orde baru. Radio siaran mendapat julukan The Fifth Estate
(kekuatan kelima). Hal ini disebabkan karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi
kontrol sosial, disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibut,
mendidik dan melakukan persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi
khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai negara.
Radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi oleh telinga atau
pendengaran sehingga isi siarannya bersifat sepintas lalu dan tidak dapat diulang,
audiens tidak mungkin mengembalikan apa yang suda dibicarakan oleh penyiar karena
bersifat sepintas saja, karenanya informasi yang disampaikan penyiar radio harus jelas
dengan bahasa yang mudah dicerna oleh pendengar (Masduki, 2001).
Menurut Effendy (2006) menyebutkan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
siaran radio yaitu daya langsung, daya tembus, dan daya tarik. Daya langsung radio
siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya
yang realtif cepat. Daya tembus memungkinkan khalayak dapat mengakses informasi,
sekalipun terbentang jarak yang jauh. Daya tarik radio siaran disebabkan sifatnya yang
serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya yaitu musik, kata-kata dan efek suara.
Kelebihan Radio
Menurut (Romli, 2013) Keunggulan radio sebagai medium pembelajaran dan
informasi adalah pada program pengembangan dan program informasinya. Keunggulan
Radio antara lain:
1. Radio mempengaruhi imajinasi pendengar.Radio mampu melibatkan dan
merangsang imajinasi, memiliki dimensi waktu dan ruang serta ide yang
disampaikan oleh radio dapat dikembangkan. Radio juga memiliki kemampuan
untuk mengilhami dan memotivasi. Semua keunggulan tersebut dapat diperoleh dari
hasil program radio yang efektif.
2. Bersifat langsung, berarti tanpa melalui proses yang panjang, radio sudah dapat
menyampaikan pesan secara langsung kepada khalayak pendengar.
3. Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan (daya tembus), artinya radio
memiliki daya tembus yang luar biasa ke segala arah tanpa memperhitungkan
tempat, ruang, jarak, dan waktu.
4. Memiliki daya tarik yang kuat, sebagai media penyampai pesan, radio juga memiliki
fungsi mendidik memberi informasi sekaligus menghibur. Disinilah letak daya tarik
radio itu memiliki sifat yang “hidup”, karena radio melekat tiga unsur, yaitu: musik,
kata-kata (siaran kata), efek suara (soundeffect).
5. Memiliki daya pengaruh, artinya radio siaran mempengaruhi khalayak pendengar
karena hiburan musiknya, suara penyiarnya dan acara-acara yang disiarkan oleh
radio.
6. Dapat diterima oleh pihak manapun, baik yang berpendidikan tinggi manapun yang
berpendidikan rendah.

Kekurangan Radio
Menurut Astuti (2010) kelemahan radio antara :
1. Durasi program terbatas, dalam setiap programnya dibatasi durasi waktu, setiap
program memiliki rentang waktunya masing-masing.
2. Sekilas dengar, sifat radio adalah auditori, untuk didengar. Isi pesan atau informasi
radio siaran gampang lenyap dari ingatan pendengar, dan tidak bisa meminta
mengulang informasi atau lagu yang sudah disiarkan.
3. Mengandung gangguan, Radio siaran sebagai media massa juga tak lepas dari
gangguan yang sifatnya teknis (channel/mechanic noise factor).
4. Non visual, radio tidak dapat memperlihatkan visualisasi tentang situasi dalam
radio, sosok penyiar maupun narasumber yang akan on air di radio.
Jurnalisme Warga

Lahirnya konsep junalisme warga sangat berkaitan dengan gerakan civic


journalism atau disebut dengan istilah public journalism (jurnalisme publik) di Amerika
Serikat setelah pemilihan presiden pada tahun 1988. Gerakan jurnalisme publik ini
muncul karena krisis kepercayaan publik Amerika terhadap media-media mainstream
dan kekecewaan terhadap kondisi politik saat itu (Kusumaningati, 2012).
Citizen journalism atau jurnalisme warga adalah suatu bentuk kegiatan jurnalisme
yang dilakukan oleh warga biasa. Maksud dari warga biasa yaitu warga yang bukan
berstatus sebagai jurnalis profesional. Jadi, seorang warga biasa, tanpa latar belakang
pendidikan jurnalistik atau ilmu kewartawanan, dapat melakukan kegiatan jurnalisme
dan menyampaikan berita dengan gayanya sendiri (Kusumaningati, 2012).
Sementara itu, civic journalism adalah mengangkat derajat warga menjadi
pemegang peran potensial dalam masalah publik dan bukan sekedar korban,
menggerakkan orang-orang sebagai warga suatu Negara agar dapat meningkatkan
diskusi publik, membantu komunita menyelesaikan masalah, dan membantu Negara
dalam mencari orang-orang yang produktif sehingga kegiatan politik dan
kemasyarakatan dapat berjalan dengan baik (Kovach & Rosenstiel, 2001). Selain itu,
civic journalism juga merupakan upaya wartawan profesional dan media tempat mereka
bekerja untuk lebih dekat dengan personal warga, serta ikut terlibat dalam
menyelesaikan persoalan itu secara langsung. Bukan hanya memberitakan peristiwa
atau fenomena dalam sikap yang objektif saja, tetapi lebih menyatu dan terlibat dalam
membimbing warga dan mendorong warga untuk melakukan sesuatu.
Foust (2005) membedakan antara civic journalism dan citizen journalism, bahwa
dalam civic journalism melibatkan jurnalis profesional sementara dalam citizen
journalism dibatasi pada mereka yang mempublikasikan konten dalam blog dan
dinyatakan bahwa mereke tidaklah profesional bekerja layaknya jurnalis media massa,
baik dalam pengertian secara latar belakang pendidikan kerjurnalistikan dan bagaimana
cara menulis produk-produk jurnalistik. Di bagian lain Foust menegaskan bahwa
gerakan civic journalism maupun citizen journalism pada praktisnya tidaklah sama.
Bagi Foust citizen journalism lebih menekankan pada isu-isu apa yang akan
dipublikasikan dan setiap isu memiliki arti penting bagi warga/komunitas; tidak seperti
kerja media massa dimana setiap jurnalis memiliki framing berbeda dalam melihat isu
sesuai dengan kepentingan ekonomi, politik, sebagai salah satu contoh kekutan yang
ada di media massa.
Perkembangan Jurnalisme Warga (JW) di Indonesia
Di Indonesia fenomena jurnalisme warga bermula saat tragedi reformasi 1998.
Dengan kondisi serba tidak menentu, mendorong masyarakat untuk mengetahui kondisi
sekitarnya. Minat masyarakat akan informasi begitu tinggi, semua informasi habis
dikonsumsi. Sementara banyak media massa seperti koran dan televisi yang mempunyai
perioditas dalam terbitan atau tayang, sehingga membatasi ketersedian informasi yang
bisa mereka berikan. Dari sini, rasio menjadi media paling aktif untuk bisa
menyampaikan informasi yang bersifat cepat dan langsung. Elshinta sebagai salah satu
radio yang berkonsentrasi pada berita mmapu membaca fenomena ini dan langsung
mengaplikasikan konsep jurnalisme warga (Suwandi, 2010).
Fenomena junalisme warga kembali muncul ketika tragedi tsunami Aceh akhir
2004, dimana ada video yang menggambarkan kedahsyatan tsunami yang berasal dari
rekaman video salah seorang korban di lapangan saat kejadian tsunami tersebut
belangsung.
Kelebihan Citizen Journalism
Adapun kelebihan dari Citizen Journalism, antara lain:
1. Citizen Journalism mendorong terciptanya iklim demokrasi. Blog mampu
mewacanakan informasi alternatif dan tidak terikat oleh sistem seperti halnya dalam
media utama. Dengan adanta kebebadan ini akan memberikan beragam informasi
kepada masyarakat. Secara tidak langsung pula, mendukung gerakan demokrasi.
2. Citizen Journalism memupil budata menulis dan membaca masyarakat
3. Mematangkan terciptanya public sphere (ruang publik) di masyarakat. Masyarakat
bisa berdiskusi bebasa dalam sebuah blog tanpa ada aturan, larangan tertentu seperti
halnya yang dilakukan pada media utama.
4. Citizen Journalism juga memanifestasi fungsi watch the dog (kontrol sosial) media.
Ketika kekuasan tidak bisa terkontrol secara efektif, blog memberikan suntikan
vitamin untuk melakukan kontrol atas ketimpangan di masyarakat (Suwandi, 2010).
Tantangan Citizen Journalism
Citizen Journalism juga menghadapi berbagai tantangan, diantaranya:
1. masalah profesionalisme. Seorangjurnalis adalah seorang profesional. Ia bekerja
karena sesuai dengan profesinya sebagai orang yang bertugas mencari, mengolah
dan menyiarkan informasi. Karena profesinya ia mendapatkan gaji
2. jurnalis adalah orang yang terlatih. Jurnalis membutuhkan keahlian tertentu.
Artinya, tidak semua orang bisa membuat berita
3. jurnalis terkait sistem. Selama ini jurnalis terkait sebuah sistem yang ada di media
massa.
4. Jurnalis bukan anonim. Wartawan adalah orang yang bekerja di suatu media dengan
bukti legal bahwa ia sebagai wartawan.baik itu menyangkut Kartu Tanda enduduk,
Kartu Pers, atau kartu media dimana dia bekerja. Jadi, mereka bukan waratawan
gadungan, atau yang sering disebut dengan Wartawan Tanpa Surat Kabar (WTSK).
Jadi, jurnalis bukan orang yang anonim.
5. Kualitas isi penting. Jurnalis juga irang yang dituntut untuk memperhatikan kualitas
tulisannya. Sementara itu, tidak ada tuntutan dalam tulisan di blog harus berkualitas
seperti dalam dunia jurnalis. Ia boleh menulis apa saja yang dia suka, dengan cara
apapun
6. Jurnalis terikat hukum. Jurnalis juga bukan orang yangbebas berbuat tanpa ikatan
atau di luar aturan yang ada, seorang jurnalus akan terikat hukum bila dia melanggar
(Suwandi, 2010).
Aplikasi RRI 30 Detik
Aplikasi RRI 30 Detik (RRI 30”) adalah aplikasi media reportase warga bagi
publik yang ingin memberikan berita atau info peristiwa melalui platform online
(website dan mobile apps). Berita atau informasi yang disampaikan dapat berupa teksm
foto dan audio rekaman reportase dari warga ketika warga menyaksikan pristiwa
menaik dan aktual dimanapun, warga yang ingin ikut andil menyebarluaskan berita
dapat melaporkan informasi tersebut melalui RRI RRI 30”, karena melalui aplikasi ini,
warga berperan sebagai reporter lapangan bagi RRI.
RRI 30” ini merupakan aplikasi dengan konsep media warga yaitu penulisan
artikel dan reportase rekaman audio didasarkan pada fakta aktual yang terjadi di dalam
masyarakat dan disampaikan oleh masyarakat melalui RRI 30”. RRI 30” menampung
dan menyebarluaskan teks, foto dan audio dari anggota yang mempunyai akses
terhadapat RRI 30”. Setiap orang dapat melaporkan situasi yang terjadi dengan cara
menulis artikel dan atau mengirimkan reportase dalam rekaman audio langsung dari
aplikasi RRI 30” yang berisi laporan kejadian yang dapat diunggah oleh anggota yang
sudah terdaftar sebagai ‘Jurnalis Warga’, sebutan bagi anggota RRI 30” yangtelah
terdaftar.
Positioning RRI 30” adalah 30 detik waktu pengiriman berita, 30 detik proses
pengisian berita, 30 detik berita bisa dipahami, 30 item berita dalam setiap page per
view, 30 detik durasi maksimum berita audio dari publik, dan 300 karakter huruf
maksimum dalam isi berita. Teks, foto dan audio milik Jurnalis Warga yang tidak
bertentangan dengan norma hukum dan prinsip-prinsip jurnalisme warga akan
ditampilkan pada RRI 30”. Jurnalis warga diberi kebebasan untuk mengemukakan,
mengekspresikan, serta menyampaikan berbagai gagasan, pendapat, ulasan, ataupun
tanggapan sepanjang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak melanggar norma yang
ada dalam masyarakat, etika jurnalistik, dan ukum yang berlaku di Indonesia. RRI 30”
menggunakan kalimat “RRI Watch” sebagai taglinenya.
Pada aplikasi RRI 30”, terdapat administrator RRI 30”. Administrator bertugas
memantau konten, memverifikasi konten dan menampilannya di RRI 30”. Serta,
menjalin komunikasi dengan para anggota. Administrator memiliki hak untuk
menghapus konten yang melanggar ketentuan, menyunting konten, mengatur waktu
penayangan konten, melayangkan peringatan dan memblokir akun Jurnalis Warga yang
dianggap melanggar ketentuan yang berlaku.
Pembaca dan Jurnalis Warga diwajibkan membaca syarat dan ketentuan RRI 30”
dengan teliti sebelum menyetujui untuk bergabung menjadi anggota RRI 30”. Dengan
mengakses dan/atau melakukan registrasi RRI 30”, Jurnalis Warga dianggap telah
setuju untuk terikat dengan syarat dan ketentuan yang berlaku serta kebijakan mengenai
perubahan atau perbaikan syarat dan ketentuan di RRI 30”. Jurnalis Warga
dipersilahkan untuk tidak mengakses dan menggunkan RRI 30” ini jika tidak setuju
untuk terikat dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dalam RRI 30”.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Sugiyono (2011) penelitian deskripif adalah sebuah penelitian yang
bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang
terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan
secara aktual. Dalam penelitian ini, akan digambarkan perilaku pencarian informasi
berikut sumber dan sarana prasaranya. Pembahasan penelitian ini disajikan dalam
bentuk deskriptif analisis.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kulitatif survey. Metode kulitatif
survey merupakan bentuk teknik penelitian yang mengumpulkan informasi dari
sejumlah sampel atau orang, melalui pertanyaan-pertanyaan. Survey pada penelitian ini
menggunakan pendekatan wawancara dengan didukung oleh instrumen pengumpulan
data. Dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan yang berhubungan
dengan permasalahan dan fenomena yang diteliti secara mendalam dan langsung
sehingga penggalian informasi mengenai aktivitas jurnalisme warga pada aplikasi RRI
30” di RRI dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam.
HASIL
1. Dari hasil Kajian pustaka dan Obverbasi serta wawancara mendalam bersam
adminidtrator tentu akan mudah Untuk mengeksplorasi aktivitas Jurnalisme Warga
melalui Aplikasi RRI 30 Detik dalam Melibatkan Partisipasi Publik dalam
menyampaikan informasi
2. Ditemukan faktor-faktor pendukung aktivitas Jurnalisme Warga melalui Aplikasi
RRI 30 Detik dalam Melibatkan Partisipasi Publik yang terdapat dalam 3 point,
kemauan, pendukung dan penghambat
3. Ditemukan faktor-faktor penghambat aktivitas Jurnalisme Warga melalui Aplikasi
RRI 30 Detik dalam Melibatkan Partisipasi Publik,

PENUTUP KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa ada faktor yang
menjadi pendukung dan penghambat Aktivitas Jurnalisme Warga Melalui Aplikasi
Radio Republik Indonesia 30 Detik Dalam Melibatkan Partisipasi Publik,

1. Terdapat Peningkatan aktivitas jurnalisme warga melalui aplikasi RRI 30 Detik


2. Teridentifikasinya faktor pendukung aktivitas jurnalisme warga pada aplikasi RRI
30 detik
3. Teridentifikasinya faktor penghambat aktivitas jurnalisme warga pada aplikasinya
RRI 30 detik

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukmianto. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunikasi:


dari Pemikiran Menuju Penerapan. Jakarta: Fisip UI Press.
Adinegoro. 1991. Pers di Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Balai Pustaka.
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Allan. S., & E. Thorsen. 2009. Citizen Journalism: Global Perspectives. New York:
Peter Lang Publishing.
Andreeyan, Rizal. 2014. Studi tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan
Pembangunan di Kelurahan Sambutan Kecamatan Sambutan Kota Samarinda.
Ejournal Administrasi Negara 2: 1938-1951.
Ardianto, & Erdinaya. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama.
Astuti, Santi Indra. 2010. Jurnalistik Radio (TeoridanPraktek). Jakarta: Simbiosa
Rekatama Media.
Budyatna, Muhammad. 2011. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Desideria, Benedikta. 2012. Pendekatan Komunikasi Partisipatif dalam Praktik
Jurnalisme Warga di Radio Komunitas (Master Thesis). Yogyakarta: Universitas
Atmajaya.
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi antar Pribadi. Tanggerang Selatan: Kharisma
Publishing Book.
Effendy, O.U. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Elvinaro, A., dkk. 2007. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Foust, C.J. 2005. Online Journalism: Principles and practice of Newsa for the Web.
Arizona: Holcomb Hathaway Publisher.
Gerbner. 1967. Mass Media and Human Communication Theory. New York: Holt,
Rinehart, & Winston.
Harahap, Barkah Hadamean. 2015. Kaidah Jurnalisme Warga. Hikmah 11:136-15.

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang


Berakar pada Masyarakat. Jakarta: Bappenas.
Kovach, B., & T. Rosenstiel. 2001. Elemen-eleman Jurnalisme: Apa yang Seharusnya
Diketahui Wartawan dan yang Diharapkan Publik. Jakarta: Institut Studi Arus
Informasi.
Kurniawan, M.N. 2007. Jurnalisme Warga di Indonesia, Prospek dan Tantangannya.
Makara Sosial Humaniora 11: 135-150.
Kusumaningati, Imam. 2012. Jadi Jurnalis Gampang. Jakarta: Gramedia group.
Lasica, J. D. 2003. What is Participatory Journalism?. Online Journalism Review, 7
Agustus 2003.
Lasswell, Harold. 1960. The Stucture dan Function of Communication in Society.
Urbana: Illinois Press.
Legowo, Bagus Satri. 2012 . Karakteristik Radio Siaran. Jakarta, Gramedia
Littlejohn, S.W. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Masduki. 2001. Jurnalistik Radio: Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar.
Yogyakarta: LkiS
Margono, Slamet. 1986. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Pedesaan. Jakarta: Ditjen.
Dikti. Depdikbud.

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raya Grafindo
Persada.
McQuail. 1987. Teori Komunikasi Massa ed.2. Jakarta: Erlangga.
Mikkelsen, B. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan bagi Para Praktisi Lapangan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Moleong, L. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Mulyono, Anton M. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama.
Noviansyah, G.A. 2013. Jurnalisme Warga Radio Komunitas Induk Balerante dalam
Komunikasi Bencana erupsi Merapi 2010 (Master Thesis). Yogyakarta:
Universitas Yogyakarta.
Nurudin, D.N. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Romli, Asep Syamsul M. 2003. Jurnalistik Terapan dan Kepenulisan. Bandung: Batic
Press.
Romli, Asep Syamsul M. 2003. Jurnalistik Dakwah; Visi dan Misi Dakwah bil Qalam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Romli, Asep Syamsul M. 2013. Karakteristik Radio. Bandung. Nuansa Cendikia
Sastropoetro, Santoso. 1995. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional. Bandung: Penerbit Alumni.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Apfabeta.

Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung:


Refika Aditama.Semiawan, C.R., dkk. 2004. Dorongan Kreatif dalam Filsafat
Ilmu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suwandi, Imam. 2010. Langkah Otomatis Menjadi Jurnalisme Warga. Jakarta: Dian
Rakyat.

Wright, C. R. 1977. Mass Communication: A Sociological Perspective.

Anda mungkin juga menyukai