Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi kesehatan memiliki beberapa tujuan antara lain, 1) Tujuan program ; Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan, 2) Tujuan pendidikan; merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada, 3) Tujuan perilaku; merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap (1). Seorang apoteker memiliki peran penting dalam promosi kesehatan. Berdasarkan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI) apoteker harus mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif berkaitan dengan kesehatan masyarakat, apoteker bertanggung jawab terhadap obat-obat yang beredar di masyarakat terkait aturan pakai, cara pemakaian dan penyimpanan. Apoteker harus terjun langsung dalam mengidentifikasi masalah, mendisain program, melakukan evaluasi serta membantu tenaga kesehatan lain dalam hal kesehatan(2). Tahapan promosi kesehatan dibagi menjadi beberapa tahap yang diantaranya : 1)Tahap pengkajian; pengkajian tentang apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat, tahapan pengkajian dapat berupa pengkajian individu yang menyeluruh dengan penilaian yang meliputi tentang pengukuran kesehatan, keyakinan kesehatan dan perilaku sehat. Pengkajian keluarga Keluarga merupakan unit yang dalam menilai dan mengintervensi pada promosi kesehatan karena keluarga juga mempunyai tanggung jawab utama untuk pengembangan diri, peduli dan merawat anggota keluarga. Pengkajian masyarakat merupakan suatu proses analisa dan menentukan kebutuhan, peluang dan sumber daya yang terlibat dalam menilai aksi program kesehatan masyarakat. 2)Tahap intervensi. 3)Tahap implementasi; dengan tujuan melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Implementasi mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan, implementasi menuangkan rencana asuhan keperawatan kedalam tindakan dan 4) Tahap evaluasi (3). Need assessment (analisis kebutuhan) adalah proses analisis data dalam mengidentifikasi gap(kesenjangan) antara kinerja saat ini dengan kinerja yang diharapkan sehingga dapat diperoleh data mengenai kebutuhan pelatihan. Tipe kebutuhan dibagi menjadi 4 tipe diantaranya 1) Normative needs; merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau kelompok profesional. Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan, 2) Felt needs; dapat diidentifikasi oleh masing- masing klien yang dapat dihubungkan dengan pelayanan,dan informasi, 3) Expressed needs; hampir sama dengan felt needs yang membedakan adalah dibuat berdasarkan keinginan klien, 4) Comparative needs; kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi tertentu. Yang dapat dibandingkan dengan kelompok yang sama atau individual. Tipe atau jenis dari need assesment dibagi menjadi Discrepancy : didasarkan oleh pendapat ahli, berdasarkan standar sehingga apabila tidak sesuai standar atau dibawah standar maka terdapat masalah, Marketing Model : need assessment didasarkan pada trend yang ada, misalnya trend yang ada tentang rokok, kemudian need assessment kea rah rokok, Decision Making Model : keputusan diambil sesuai dengan pendapat kelompok orang tertentu. Misalnya pengambil keputusan dll, Parcipatory action model : menggunakan metode bottom-up dalam need assessment dan selanjutnya dibawa ke lapangan lagi untuk dilakukan negosiasi. Tahapan pada NA adalah sebagai berikut persiapan yaitu menentukan populasi penelitian yang ingin dicapai, yang perlu terlibat, sumber daya yang dibutuhkan, dan resiko; mengidentifikasi prioritas kesehatan yang meliputi profil penduduk, pengumpulan data, persepsi kebutuhan, identifikasi dan penilaian kesehatan, kondisi dan faktor tertentu; menilai prioritas kesehatan dengan memilih kondisi kesehatan dan determinan kesehatan pada ukuran yang paling signifikan; perencanaan yaitu klarifikasi tujuan intervensi berupa aksi perencanaan, monitoring, dan evaluasi strategi serta manajemen strategi resiko; dan meninjau ulang program/review untuk memilih prioritas selanjutnya. Tipe data yang bisa dikumpulkan saat need assessment dibagi menjadi data primer : Merupakan data baru, asli, yang belum tersedia sebelumnya, didapatkan langsung langsung dari individu dalam kelompok masyarakat, melalui survey, wawancara, Focus-group discussion, dan observasi langsung. Data primer memuat informasi baru yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyan yang spesifik. Data sekunder ; Data tersebut sudah tersedia sebelumnya karena sudah dikumpulkan oleh seseorang untuk kegunaan tertentu. Data bisa jadi berasal dari individu atau populasi yang sedang diamati. Data sekunder meliputi informasi kesehatan individu, data sensus, maupun peer- review journal(4). Langkah-langkah evaluasi secara umum meliputi : menentukan apa yang akan dievaluasi, mengembangkan kerangka dan batasan, merancang desain (metode), menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan, melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis, membuat kesimpulan dan pelaporan. Jenis evaluasi antara lain, 1)Evaluasi formatif yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilaksanakan pada tahap pengembangan program dan sebelum program dimulai. Evaluasi yang dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu program. 2)Evaluasi proses atau evaluasi promotif yaitu suatu proses evaluasi yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang berlangsung dalam suatu program dan memastikan ada dan terjangkaunya elemen-elemen fisik dan structural dari pada program. Evaluasi yang dilakukan di sini adalah pada saat program sedang dilaksanakan. 3)Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang memberikan pernyataan efektifitas suatu program selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini menilai sesudah program tersebut berjalan. Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat program telah selesai dilaksanakan. 4)Evaluasi dampak yaitu suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan target sasaran. 5) Evaluasi hasil adalah evaluasi yang menilai perubahan-peerubahan atau perbaikan dalam morbiditas, mortalitas atau indicator status kesehatan lainnya untuk sekelompok penduduk tertentu. Evaluasi CDC (Centers for Disease Control) merupakan cara evaluasi proses program yang telah dijalankan. Evaluasi CDC bertujuan untuk memperbaiki mutu dari program selanjutnya, dengan saran-saran perbaikan dan saran-saran untuk tidak mengulang kesalahan. Tahapan dari CDC meliputi Engange stakeholder (melibatkan penentu kebijakan), Describe the program (mendeskripsikan program), Focus on evaluation design (fokus pada desain evaluasi), Gather dan analyse evidence (mengumpulkan dan mengalisis data), Justify conclusion (membuat kesimpulan), Ensure use dan lessons learn (memastikan hasil evaluasi dapat dipelajari dan digunakan)(5). Evaluasi RE-AIM adalah model konseptual yang membantu mengidentifikasi “faktor kunci” untuk melakukan implementasi, yang merupakan cara sistematis untuk mengevaluasi masalah kesehatan masyarakat(6) Metode promosi kesehatan dapat terbagi beberapa metode diantaranya 1)Metode promosi individual; Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina prilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi dengan bentuk pendekatan seperti bimbingan atau penyuluhan dan wawancara. 2)Metode promosi kelompok; merupakan metode yang diterapkan dalam suatu kelompok berdasarkan tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode kelompok dibagi menjadi kelompok besar dengan pendekatan berupa ceramah dan seminar sedangkan kelompok kecil berupa diskusi kelompok, curah pendapat, memainkan peran dan laiin-lain. 3)Metode promosi massa; merupakan metode pendidikan atau promosi kesehatan yang ditunjukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik, metode kesehatan massa dapat berupa ceramah umum, pidato/diskusi, simulasi,menggunakan media cetak dan elektronik. Penggolongan media kesehatan dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain: 1) Berdasarkan bentuk umum penggunaannya dibagi menjadi bahan bacaan (modul, buku bacaan,folder,lefleat, majalah, buletin, dan) sebagainya, berdasarkan cara produksi dikelompokkan menjadi media cetak (poster, lefleat, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, pamflet). 2) Media elektronika seperti TV, radio, film, video film, cassette, CD,VCD. 3) Media luar ruang seperti papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar(1). Promosi kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat tentang kesehatan yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain agar seseorang bisa menjadi lebih sehat. Allah berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 66 yang berbunyi “Dan sesungguhnya kalau mereka mengamalkan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)” (QS. An-Nisa : 66)(7). Daftar Pustaka : 1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 2. Ikatan Apoteker Indonesia, 2014, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia,Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 3. Gentile, J.R. & J.P.Lalley (2003). Standards and mastery learning: Aligning teaching and assessment so al children can learn. Thousand Oaks:Corwin Press, Inc. 4. Green LW & Lewis FM (1986). Measurement and Evaluation in Health Education and Health Promotion (Palo Alto, CA : Mayfiel). 5. EwlesL, SimnettI., 1994, Promosi Kesehatan, Petunjuk Praktis. Edisi Kedua, UGM Press, Yogyakarta. 6. Listyaningrum R, 2008, Perencanaan Promosi Kesehatan, Universitas Gunadarma, Jakarta. 7. Al-Qur’an dan Hadits.