Anda di halaman 1dari 2

Dhimas Aditya Pratama/17811191/J

SKENARIO PROMOSI KESEHATAN


Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan perilaku
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi kesehatan memiliki beberapa tujuan antara
lain, 1) Tujuan program ; Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan, 2) Tujuan pendidikan; merupakan deskripsi
perilaku yang akan dicapai untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada, 3) Tujuan perilaku;
merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab
itu tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap (1). Seorang apoteker memiliki peran
penting dalam promosi kesehatan. Berdasarkan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI)
apoteker harus mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, apoteker bertanggung jawab terhadap obat-obat yang beredar di masyarakat terkait
aturan pakai, cara pemakaian dan penyimpanan. Apoteker harus terjun langsung dalam
mengidentifikasi masalah, mendisain program, melakukan evaluasi serta membantu tenaga kesehatan
lain dalam hal kesehatan(2).
Tahapan promosi kesehatan dibagi menjadi beberapa tahap yang diantaranya : 1)Tahap
pengkajian; pengkajian tentang apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat,
tahapan pengkajian dapat berupa pengkajian individu yang menyeluruh dengan penilaian yang meliputi
tentang pengukuran kesehatan, keyakinan kesehatan dan perilaku sehat. Pengkajian keluarga
Keluarga merupakan unit yang dalam menilai dan mengintervensi pada promosi kesehatan karena
keluarga juga mempunyai tanggung jawab utama untuk pengembangan diri, peduli dan merawat
anggota keluarga. Pengkajian masyarakat merupakan suatu proses analisa dan menentukan
kebutuhan, peluang dan sumber daya yang terlibat dalam menilai aksi program kesehatan masyarakat.
2)Tahap intervensi. 3)Tahap implementasi; dengan tujuan melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan. Implementasi mengikuti komponen perencanaan dari proses
keperawatan, implementasi menuangkan rencana asuhan keperawatan kedalam tindakan dan 4)
Tahap evaluasi (3).
Need assessment (analisis kebutuhan) adalah proses analisis data dalam mengidentifikasi
gap(kesenjangan) antara kinerja saat ini dengan kinerja yang diharapkan sehingga dapat diperoleh
data mengenai kebutuhan pelatihan. Tipe kebutuhan dibagi menjadi 4 tipe diantaranya 1) Normative
needs; merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau kelompok profesional. Contohnya
perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan, 2) Felt needs; dapat diidentifikasi oleh masing-
masing klien yang dapat dihubungkan dengan pelayanan,dan informasi, 3) Expressed needs; hampir
sama dengan felt needs yang membedakan adalah dibuat berdasarkan keinginan klien, 4) Comparative
needs; kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi tertentu. Yang dapat dibandingkan dengan
kelompok yang sama atau individual. Tipe atau jenis dari need assesment dibagi
menjadi Discrepancy : didasarkan oleh pendapat ahli, berdasarkan standar sehingga apabila tidak
sesuai standar atau dibawah standar maka terdapat masalah, Marketing Model : need
assessment didasarkan pada trend yang ada, misalnya trend yang ada tentang rokok, kemudian need
assessment kea rah rokok, Decision Making Model : keputusan diambil sesuai dengan
pendapat kelompok orang tertentu. Misalnya pengambil keputusan dll, Parcipatory action model :
menggunakan metode bottom-up dalam need assessment dan selanjutnya dibawa ke lapangan lagi
untuk dilakukan negosiasi. Tahapan pada NA adalah sebagai berikut persiapan yaitu menentukan
populasi penelitian yang ingin dicapai, yang perlu terlibat, sumber daya yang dibutuhkan, dan resiko;
mengidentifikasi prioritas kesehatan yang meliputi profil penduduk, pengumpulan data, persepsi
kebutuhan, identifikasi dan penilaian kesehatan, kondisi dan faktor tertentu; menilai prioritas kesehatan
dengan memilih kondisi kesehatan dan determinan kesehatan pada ukuran yang paling signifikan;
perencanaan yaitu klarifikasi tujuan intervensi berupa aksi perencanaan, monitoring, dan evaluasi
strategi serta manajemen strategi resiko; dan meninjau ulang program/review untuk memilih prioritas
selanjutnya. Tipe data yang bisa dikumpulkan saat need assessment dibagi menjadi data primer :
Merupakan data baru, asli, yang belum tersedia sebelumnya, didapatkan langsung langsung dari
individu dalam kelompok masyarakat, melalui survey, wawancara, Focus-group discussion, dan
observasi langsung. Data primer memuat informasi baru yang dapat digunakan untuk menjawab
pertanyan yang spesifik. Data sekunder ; Data tersebut sudah tersedia sebelumnya karena sudah
dikumpulkan oleh seseorang untuk kegunaan tertentu. Data bisa jadi berasal dari individu atau populasi
yang sedang diamati. Data sekunder meliputi informasi kesehatan individu, data sensus, maupun peer-
review journal(4).
Langkah-langkah evaluasi secara umum meliputi : menentukan apa yang akan dievaluasi,
mengembangkan kerangka dan batasan, merancang desain (metode), menyusun instrumen dan
rencana pelaksanaan, melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis, membuat kesimpulan dan
pelaporan. Jenis evaluasi antara lain, 1)Evaluasi formatif yaitu suatu bentuk evaluasi yang
dilaksanakan pada tahap pengembangan program dan sebelum program dimulai. Evaluasi yang
dilakukan di sini adalah pada saat merencanakan suatu program. 2)Evaluasi proses atau evaluasi
promotif yaitu suatu proses evaluasi yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang
berlangsung dalam suatu program dan memastikan ada dan terjangkaunya elemen-elemen fisik dan
structural dari pada program. Evaluasi yang dilakukan di sini adalah pada saat program sedang
dilaksanakan. 3)Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang memberikan pernyataan efektifitas suatu program
selama kurun waktu tertentu dan evaluasi ini menilai sesudah program tersebut berjalan. Penilaian
yang dilakukan disini adalah pada saat program telah selesai dilaksanakan. 4)Evaluasi dampak yaitu
suatu evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan target sasaran. 5)
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang menilai perubahan-peerubahan atau perbaikan dalam morbiditas,
mortalitas atau indicator status kesehatan lainnya untuk sekelompok penduduk tertentu. Evaluasi CDC
(Centers for Disease Control) merupakan cara evaluasi proses program yang telah dijalankan.
Evaluasi CDC bertujuan untuk memperbaiki mutu dari program selanjutnya, dengan saran-saran
perbaikan dan saran-saran untuk tidak mengulang kesalahan. Tahapan dari CDC meliputi Engange
stakeholder (melibatkan penentu kebijakan), Describe the program (mendeskripsikan program), Focus
on evaluation design (fokus pada desain evaluasi), Gather dan analyse evidence (mengumpulkan dan
mengalisis data), Justify conclusion (membuat kesimpulan), Ensure use dan lessons learn (memastikan
hasil evaluasi dapat dipelajari dan digunakan)(5). Evaluasi RE-AIM adalah model konseptual yang
membantu mengidentifikasi “faktor kunci” untuk melakukan implementasi, yang merupakan cara
sistematis untuk mengevaluasi masalah kesehatan masyarakat(6)
Metode promosi kesehatan dapat terbagi beberapa metode diantaranya 1)Metode promosi
individual; Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina
prilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi dengan bentuk pendekatan seperti bimbingan atau penyuluhan dan wawancara. 2)Metode
promosi kelompok; merupakan metode yang diterapkan dalam suatu kelompok berdasarkan tingkat
pendidikan formal dari sasaran. Metode kelompok dibagi menjadi kelompok besar dengan pendekatan
berupa ceramah dan seminar sedangkan kelompok kecil berupa diskusi kelompok, curah pendapat,
memainkan peran dan laiin-lain. 3)Metode promosi massa; merupakan metode pendidikan atau
promosi kesehatan yang ditunjukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik, metode
kesehatan massa dapat berupa ceramah umum, pidato/diskusi, simulasi,menggunakan media cetak
dan elektronik. Penggolongan media kesehatan dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain: 1)
Berdasarkan bentuk umum penggunaannya dibagi menjadi bahan bacaan (modul, buku
bacaan,folder,lefleat, majalah, buletin, dan) sebagainya, berdasarkan cara produksi dikelompokkan
menjadi media cetak (poster, lefleat, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, pamflet). 2)
Media elektronika seperti TV, radio, film, video film, cassette, CD,VCD. 3) Media luar ruang seperti
papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar(1).
Promosi kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
tentang kesehatan yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain agar seseorang bisa menjadi lebih
sehat. Allah berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 66 yang berbunyi “Dan sesungguhnya kalau mereka
mengamalkan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi
mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)” (QS. An-Nisa : 66)(7).
Daftar Pustaka :
1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
2. Ikatan Apoteker Indonesia, 2014, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia,Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
3. Gentile, J.R. & J.P.Lalley (2003). Standards and mastery learning: Aligning teaching and
assessment so al children can learn. Thousand Oaks:Corwin Press, Inc.
4. Green LW & Lewis FM (1986). Measurement and Evaluation in Health Education and Health
Promotion (Palo Alto, CA : Mayfiel).
5. EwlesL, SimnettI., 1994, Promosi Kesehatan, Petunjuk Praktis. Edisi Kedua, UGM Press,
Yogyakarta.
6. Listyaningrum R, 2008, Perencanaan Promosi Kesehatan, Universitas Gunadarma, Jakarta.
7. Al-Qur’an dan Hadits.

Anda mungkin juga menyukai