Bab 2 Merencanakan Pembuatan Pola
Bab 2 Merencanakan Pembuatan Pola
BAB 2
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
A. SUB KOMPETENSI
Perencanaan pembuatan pola pada proses pengecoran logam dapat dipahami
dan dijelaskan dengan benar.
C. URAIAN MATERI
1. Pola
Pola adalah model atau tiruan benda/komponen berukuran penuh yang akan
dibuat dengan proses pengecoran. Pola digunakan untuk rongga membuat cetakan.
Pola terutama digunakan unutk membuat cetakan pasir. Ukuran pola dibuat lebih besar
dari ukuran benda/komponen yang akan dibuat untuk mengantisipasi penyusutan saat
logam cair membeku dan penyelesaian akhir. Pola dapat dibuat logam, kayu, polistiren
dan lilin (wax).
2. Perencanaan Pola
Langkah awal yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah mengubah
gambar perencanaan menjadi gambar kerja untuk pola. Gambar kerja pola secara
prinsip sama dengan gambar perencanaan dengan penyesuaian pada beberapa bagian.
Penyesuaian dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga dihasilkan produk yang baik,
pembuatan pola dan cetakan mudah serta murah, penempatan inti mudah dan stabil,
belahan dan permukaan pisah pola, perhitungan penyusutan coran, kemiringan pola,
tambahan untuk pekerjaan pemesinan, arah kup dan drag, dan kemudahan
pembongkaran cetakan. Dari pertimbangan-pertimbangan tersebut dibuat gambar
kerja pola untuk pembuatan pola yang benar.
1
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
Tabel 2.1. Tambahan penyusutan yang disarankan untuk berbagai bahan coran
(Surdia & Chijiiwa, 1976)
Tambahan penyusutan Bahan
8/1.000 Besi cor, baja tipis
9/1.000 Besi cor, baja tipis yang banyak menyusut
10/1.000 Sama dengan atas dan aluminium
12/1.000 Paduan aluminium, Brons, baja cor (tebal 5-7mm)
14/1.000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor
16/1.000 Baja cor(tebal lebih dari 10mm)
20/1.000 Coran baja yang besar
25/1.000 Coran baja yang besar dan tebal
2
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
Gambar 2.1. Tambahan pemesinan untuk coran besi cor dan coran baja
(Surdia & Chijiiwa, 1976)
3
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
d. Kemiringan pola
Sisi-sisi pada pola yang tegak terhadap arah penarikan perlu dibuat miring
agar lebih mudah melepaskan pola dari cetakan. Kemiringan pola sesuai bahan
pola. (Tabel 2.2). Beberapa contoh kemiringan pola tampak pada Gambar 2.3.
e. Tambahan pelenturan
Penyusutan coran membeku terkadang juga mengakibatkan pelenturan jika
ukuran coran cukup panjang. Tambahan pelenturan pada pola diberikan untuk
antisipasi pelenturan. Tambahan pelenturan diberikan dengan arah berlawanan.
(Gambar 2.4). Tambahan pelenturan ditentukan berdasarkan.
4
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
Gambar 2.5. Pola tunggal, setengah, belahan dan belahan banyak (Surdia & Chijiiwa, 1976).
Gambar 2.6. Pola penarikan terpisah dan sebagian (Surdia & Chijiiwa, 1976).
3. Jenis Pola
Pola pada pengecoran banyak macam dan bentuknya sesuai bentuk dan ukuran
coran yang akan dibuat. Pemilihan jenis pola yang akan digunakan harus memperhatikan
produktivitas, kualitas coran, dan harga.
a. Pola pejal
Pola pejal bentuknya hampir serupa dengan bentuk coran. Macam pola pejal
antara lain: pola tunggal, pola belahan, pola setengah, pola belahan banyak, pola
penarikan terpisah dan pola penarikan sebagian (Gambar 2.5 dan 2.6).
5
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
Gambar 2.8. Pola pelat kup dan drag Gambar 2.9. Pola cetakan sapuan
(Surdia & Chijiiwa, 1976) (Surdia & Chijiiwa, 1976)
6
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
Gambar 2.10. Pola Pola penggeret Gambar 2.11. Pola penggeret berputar
dengan penuntun dengan rangka cetak
(Surdia & Chijiiwa, 1976) (Surdia & Chijiiwa, 1976)
7
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
8
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
perekat, cat pelapis, dan sebagainya. Resin ini termasuk jenis resin termoset yang
dihasilkan dari polimerisasi adisi pada pemanasan dengan adanya katalis amino. Dalam
setiap resin yang dipanas-awetkan, memiliki ikatan dengan struktur jaringan, sukar
larut dalam pelarut dan tak dapat dilelehkan oleh panas.
Polimer resin epoksi dibuat dengan cara mencampurkan resin dengan pengeras.
Zat pemlastis dapat ditambahkan agar pola tidak getas, sehingga jika dipakai berulang
kali untuk memuat cetakan tidak cepat rusak. Jumlah pengeras dalam campuran hrus
sesuai dan tidak boleh terlalu banyakr, agar larutan tidak terlalu cepat mengeras dan
getas. Pencampuran dilakukan dengan mangaduk-aduk resin, pengeras dan pemlastis.
Pengadukan diusahakan tidak menimbulkan gelembung-gelembung udara. Kekuatan
pola akan dipengaruhi oleh gelembung-gelembung udara yang terjebak. Pola dari resin
epoksi unggul dalam kekuatan mekanik dan ketahanan kimia. Sifatnya bervariasi
bergantung pada jenis, kondisi dan pencampuran pengerasnya.
d. Logam
Bahan pola logam yang umum digunakan adalah besi cor kelabu, karena tahan
aus, tahan panas dan tidak mahal (Surdia & Chijiiwa, 1976). Selain itu logam alumunium
dapat pula dipakai sebagai bahan pola karena ringan dan mudah dikerjakan. Kelebihan
bahan pola dari logam yaitu: (1) Bisa digunakan untuk produksi massal; (2) Mudah
didapat. Kekurangan dari bahan pola logam yaitu: (1) Tingkat kesulitan pengerjaannya;
(2) Tidak bisa mengerjakan pola yang rumit bentuk maupun ukurannya (Supendi, 2012).
e. Lilin
Lilin umumnya dipakai untuk membuat pola dari benda coran berukuran kecil,
produksi masal dan bahan paduan kelas tinggi semisal sudu-sudu turbin (Amshori,
2014). Pola dari lilin dibuat dengan cara dicetak agar pola yang dibuat seragam dalam
bentuk dan ukuran. Jadi harus dibuat cetakan untuk membuat pola lilin. Gambar 2.14
memperlihatkan contoh pola dari lilin.
Pola lilin dikeluarkan dari cetakan dengan cara dipanaskan sehingga lilin meleleh
dan keluar dari dengan sendirinya dari dalam cetakan. Pemakaian cetakan dengan pola
dari lilin akan lebih ekonomis digunakan untuk benda coran kurang dari 3 kg dan
jumlahnya lebih dari seratus benda coran. Ketebalan minimum coran pada pengecoran
dengan pola lilin adalah 1 mm. Pengecoran dangan pola lilin sangat sesuai untuk benda
9
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
tuang yang memiliki suhu tinggi, barang-barang ornamen seperti patung dan bagian-
bagian senjata.
10
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
dibutuhkan agar pola dapat ditarik ke atas. Perubahan yang dilakukan adalah untuk
menghilangkan inti sehingga pembuatan cetakan menjadi seerhana.
Gambar 2.15. Perubahan pola agar mudah Gambar 2.16. Perubahan pola agar
dibuat (Surdia & Chijiiwa, 1976) permukaan pisah lebih sedikit (Surdia &
Chijiiwa, 1976)
Gambar 2.17. Perubahan pola agar permukaan pisah menjadi satu bidang datar (Surdia &
Chijiiwa, 1976)
Gambar 2.18. Perubahan untuk menghindari bagian terpisah (Surdia & Chijiiwa, 1976)
11
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
Gambar 2.19. Bagian tipis sebaiknya dihindari (Surdia & Chijiiwa, 1976)
Gambar 2.20. Bagian yang terlalu tebal dihindari (Surdia & Chijiiwa, 1976)
Gambar 2.21. Bagian yang tebal pada pertemuan dihindari (Surdia & Chijiiwa, 1976)
Bagian yang tipis (Gambar 2.19) dapat menyebabkan cacat salah alir karena
logam dapat berhenti mengalir akibat pembekuan pada bagian tersebut. Pada
penuangan aluminium tebal 1 mm resiko terjadinya cacat adalah 80 %, sedang tebal 2
mm resiko cacatnya 0 %. Gambar 2.20 dan 2.21 memperlihatkan tebal coran yang tidak
proporsional. Bagian yang terlalu tebal akan membeku lebih lambat sehingga beresiko
terhadap cacat penyusutan dalam atau rongga dalam. Tebal yang proporsional
memberikan laju pendinginan yang seragam. Bagian yang terlalu tebal pada pertemuan
di ubah agar bagian tersebut tebalnya proporsional (Gambar 2.21). Bagian a pada
12
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
Gambar 2.22 dimiringkan untuk menghindari salah alir karena logam dapat mengisi
rongga cetakan dengan baik. Lebih lanjut, bagian a yang dimiringkan tersebut juga akan
memberi ruang agar kotoran seperti terak atau pasir terdorong keluar sehingga
terhindar dari cacat inklusi pasir dan terak.
Gambar 2.22. Memiringkan bagian yang mendatar (Surdia & Chijiiwa, 1976)
b. Ukuran coran
Ukuran coran harus dengan jenis bahan yang akan dicor. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya cacat coran.
1) Tebal minimum
Ukuran tebal coran harus dibuat sedemikian rupa agar coran mudah dibuat.
Ketebalan yang sangat tipis dapat menyebabkan cacat salah alir. Tebal minimum
harus ditentukan sesuai jenis bahan yang akan dicor. Tabel 2.2 meyajikan ketebalan
minimum pada pengecoran dengan cetakan pasir.
2) Lubang berinti
Ukuran dan bentuk lubang berinti harus diperhatikan. Pada lubang yang sempit dan
panjang inti dapat mengalami panas lanjut sehingga dapat terjadi fusi. Gas dari pasir
akan membentuk rongga-rongga udara. Ukuran lubang berinti ditunjukkan pada
tabel 2.3.
3) Perubahan tebal
Perubahan tebal pada coran disarankan membentuk gradien dengan sudut 150
untuk satu sisi dan 7,50 pada kemiringan dua sisi (Gambar 2.23).
13
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
Tabel 2.2. Ketebalan minimum pada pengecoran dengan cetakan pasir (Surdia &
Chijiiwa, 1976)
𝑇
𝑅=
3
𝐿 = 𝐴(𝑇 − 𝑡)
𝐴 = (𝑇 − 𝑡)
15
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
MERENCANAKAN PEMBUATAN POLA
16
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Amshori, N. C. (2014). Metalurgi. Dipetik Juli 24, 2016, dari Pola Pengecoran:
http://nandachoirul.blogspot.co.id/2014/10/proses-pengecoran-bagian-2-pola.html
Supendi, V. (2012). Pola. Dipetik Juli 24, 2016, dari Jejak Metalurgis:
http://jejakmetalurgis.blogspot.co.id/2012/09/pola.html
Surdia, T., & Chijiiwa, K. (1976). Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: PT. PRADNYA PARAMITA.
17
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG