No. Dokumen
No. Revisi 0–0
SOP Tanggal Terbit 13 September 2016
Halaman 1- 2
1. Pengertian Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penanganan penderita Diabetes Melitus
Diagnosis
Diferensial Terapi
(IDDM, NIDDM)
1. Pengertian Iritasi lambung misalnya oleh sambal, cuka, nanas, dan teh kental, alkohol,
obat, stress, emosi, atau oleh terlambat makan. Pada keadaan ini terjadi
gangguan keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan
mukosa. Penyakit sistemik, kebiasaan merokok, infeksi kuman Helycobacter
jejuni juga berperan dalam penyakit ini.
Gambaran Klinis :
Penderita biasanya mengeluh perih dan tidak enak uluhati.
Gastritis erosive akibat obat sering disertai pendarahan.
Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada.
2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksanaan pengobatan Gastritis / tukak lambung
Timbang BB
dan
Pemeriksaan
TTV
Pemeriksaan
Fisik dan
dokumentasi
Terapi dan
Penjelasan
Kontrol
ulang
1. Pengertian Peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan
atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita hipertensi
Terapi
1. Non Farmakologi : Untuk hipertensi berat ringan-sedang :
Rendah garam (< 3 gr/hari), penrunan berat badan
2. Obat :
Diuretik
HCT x 12,5-25 mg
indapamide 1 x 2,5 mg,
Penghambar adrenergik :
Bekerja sentral :
Reserpine 1 x 0,05-0,25 mg
Penyekat alfa-1
Prazosin 2 x 1-8 mg, doxasin 1 x 1-5 mg
Penghambat ACE
Catopril 1-3 x 12,5 – 25 mg
Penghambat kalsium
Nifedipine 3 x 5-10 mg
3. Untuk Hipertensi Krisis, gawat atau darurat :
Nifedipin sub lingual 10 mg dapat diulang
Penyulit :
Perdarahan otak, ablasio/perdarahan retina, dekompensasi kordis
Stroke, P.J. Koroner, gagal ginjal, buta
Lama perawatan :
Pada yang gawat 1 minggu
6. Bagan Alir
Diagnosis
Diferensial
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
1. Pengertian Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang
diberikan obat secara intra muskulus (IM)
2. Tujuan Agar absorpsi obat lebih cepat
Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien
2. Membebaskan / membuka pakaian klien daerah yang akan disuntik
3. Mendesinfeksi permukaan kulit
4. Menancapkan jarum dengan posisi tegak lurus (90ͦ ) dengan permukaan
kulit
5. Melakukan aspirasi
6. Memasukkan obat secara perlahan-lahan
7. Menarik jarum dengan cepat bila obat telah masuk
8. Menekan daerah bekas suntikan dengan kapas alcohol
9. Bantu pasien keposisi nyaman
10. Mengobservasi pasien
Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
6. Bagan Alir
Tahap • Salam, Kenal,
Orientasi Prosedur
Tahap
Kerja
Tahap • Evaluasi
Terminasi Respon
1. Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyaki tinfeksi yang bersifat
akut yang melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus,
laring hingga alveoli. Disebut juga URI, singkatan dari Under Respiratory
Infection
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanan pelanggan dengan ISPA
Anamnesa
Pemeriksaan
dan Diagnosa
Terapi dan
Pencatatan
1. Pengertian Suatu proses pengiriman pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi baik pasien rawat jalan maupun rawat inap untuk mendapatkan
penanganan yang tepat
2. Tujuan Agar pasien yang tidak bisa ditangani di Puskesmas mendapatkan penangan
dari fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
3. Kebijakan Berdasarkan surat keputusan Kepala Puskesmas Karangkembang No :
118/702/SK/413.105.16/2016 tentang Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem
rujukan Pelayanan kesehatan perorangan
5. Prosedur 1. Pasien daftar ke loket pendaftaran
2. Dengan menunjukan kartu identitas KTP/SIM dan kartu jaminan
kesehatan (BPJS/ASKES/KIS/JAMKESMAS/JAMKESDA) untuk
jaminan pelayanan yang akan diberikan
3. Petugas pendaftaran mencatat keperluan dari pasien dan mendokumentasi
di Kartu Rekam Medis mengentri P-Care untuk pasien BPJS
4. Petugas pendaftaran mengantarkan kartu RM ke unit pelayanan yang
dituju
5. Proses pemanggilan pasien dan kajian klinis
6. Apabila pasien memerlukan Rujukan Rawat Jalan, petugas dari unit
pelayanan (BP, UGD, Gigi, KIA), membuatkan surat rujukan dilengkapi
dengan resume klinis
7. Petugas menyampaikan informasi dengan cara yang mudah dipahami
oleh pasien atau keluarga pasien
8. Petugas menyerahkan surat rujukan kepada pasien
6. Bagan Alir
Menyerahkan
Pendaftaran
Surat Rujukan
Surat Rujukan
Mendokumentasi-
dilengkapi Resume
kan Rekam Medis
Klinis
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
1. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di
kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian
dengan istilah infeksi urin, termasuk pula berbagai infeksi disaluran kemih
yang tidak hanya mengenai kandung kemih (protatitis uretritis)
2. Tujuan Melaksanakan pelayanan komprehensif, cepat, tepat, akurat dan optimal
Pemeriksaan penunjang
Jumlah lekosit dalam kemih.
Piuria hanyalah suatu tanda radang daerah genital atau saluran kemih yang
bersifat bakterial ataupun nonbakterial. Tidak dapat menggantikan biakan
kemih untuk diagnosis ISK bakterial sebaliknya jumlah lekosit yang normal
dalam kemih tidak dapat menyingkirkan ISK.
Menghitung jumlah kemih berguna untuk:
1. Menegakkan diagnosis tentatif pada penderita sakit akut sebelumnya ada
hasil biakan kemih.
2. Menunjang diagnosis pada penderita jumlah kuman yang rendah
pemeriksaan mikroskopis urin tanpa dipusingkan dengan kontak
penghitung: abnormal apabila pada anak laki-laki >10/ul anak perempuan
> 50ul
3. Persangkaan kelainan ginjal oleh adanya torak lekosit.
Faal Ginjal:
- Daya konstrasi ginjal biasanya menurun pada stadium akut.
- Meningkatnya kadar ureum dan kratinin darah menunjukkan
kemungkinan adanya obstraksi bilateral atau kerusakan parenkim ginjal
yang berkat.
Pemeriksaan radiologis:
Ultrasonografi
Tujuan:
- Mencari faktor predisposisi/ penyebab infeksi.
- Menentukan adanya dan mengukur pengerutan jaringan ginjal serta
pelebaran kaliks.
Terapi
Tujuan :
- Membrantas kuman penyebab infeksi.
- Mencegah dan mengobati kekambuhan.
- Indentifikasi dan koreksi kelainan struktur kongenital maupun akuisita.
Pengobatan umum :
- Menghilangkan gejala (demam, muntah, diare, kejang)
- Intake air yang banyak.
- Mengosokkan buli-buli dengan sempurna dan higiene perineum yang
baik.
- Membrantas oxyuris.
- Asidifikasi kemih dengan pemberian vitamin C 3 x sehari 250 mg.
Pengobatan khusus pada ISK akut tanpa penyulit:
- Kausa biasanya adalah Escherichia Coli.
- Pemberian antibiotika terpilih (berdasarkan sensitivitas biakan kemih)
selama 7 -10 hari. Sebelum ada hasil kultur kuman diberikan amoxcycilin
100 mg mg/kg/hari, dibagi dalam 3 dosis per os atau I.V. tergantung pada
berat ringan sakitnya.
Tindak lanjut :
Ulangan biakan kemih berturut-turut pada:
- 4 hari setelah pengobatan antibiotik berakhir.
- 4 minggu, kemudian 8 minggu dan seterusnya sampai infeksinya sembuh.
6. Bagan Alir
Klasifikasi (patogenesis, lokalisasi, penyulit,
pengelolahan, radiologi)
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Terapi
1. Pengertian Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing
filarial yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening,yang dapat
merusak Limfe,menimbulkan pembengkakan pada tangan,kaki,glandula
mammae,dan scrotum,menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma social
bagi penderita dan keluarganya.
2. Tujuan Petugas dapat melakukan konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarga
dan memberikan terapi dengan baik
3. Kebijakan Berdasarkan surat keputusan Kepala Puskesmas Karangkembang No :
118/702/SK/413.105.16/2016 tentang Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Permenkes RI Nomor 94 Tahun 2014
Penatalaksanaan :
Perawatan Umum
- Istirahat di tempat tidur
- Antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses
- Perawatan elephantiasis dengan mencuci kaki dan merawat luka agar
kebersihan kulit terjaga
Pengobatan Spesifik
- Untuk pengobatan individual diberikan Diethyl Carbamazine Citrate
(DEC) 6 mg/kgBB 3x sehari selama 12 hari serta Albendazole 400mg
- Pengobatan Massal (Rekomendasi WHO) adalah DEC 6mg/kgBB dan
albendazole 400mg (+parasetamol) dosis tunggal,sekali setahun
selama 5tahun
- Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi
terhadap cacing dewasa yang mati.Reaksi tubuh terhadap protein
yang dilepaskan pada saat cacing dewasa mati dapat terjadi beberapa
jam setelah pengobatan,didapat 2 bentuk yang mungkin terjadi yaitu
reaksi sistemik dan reaksi local :
1. Reaksi sistemik berupa demam,sakit
kepala,nyeribadan,pusing,anoreksia,malaise dan muntah-
muntah.Reaksi sitemik cenderung berhubungan dengan intensitas
infeksi.
2. Reaksi local berbentuk limfadenitis,abses dan transien
limfedema.Reaksi local terjadi lebih lambat namun berlangsung
lebih lama dari reaksi sistemik.
3. Efek samping DEC lebih berat pada penderita onchorceciasis,
sehingga obat tersebut tidak di berikan dalam program pengobatan
masal di daerah endemis filariasis dengan ko-endemis onchorcercia
valvulus.
- Albendazole 400mg dosis tunggal,yang dapat meningkatkan efek DEC
dalam mematikan cacing filarial dewasa dan microfilaria tanpa
menambah reaksi yang tidak dikehendaki.
- Pemberian antibiotic dan/atau anti jamur akan mengurangi serangan
berulang,sehingga mencegah terjadinya limfedema kronis.
- Antihistamisn dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi efek
samping pengobatan.Analgetik dapat diberikan bila diperlukan.
- Fisioterapi kadang diperlukan pada Penderita limfedema Kronis
KRITERIA RUJUKAN
Pasien di rujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak
membaik dengan pengobatan konservatif
6. Bagan Alir
Persiapan (alat & pasien)
Penatalaksanaan
1. Pengertian Tata cara memberikan pengobatan penderita TB Paru sesuai tata laksana
pengobatan TB Nasional.
2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
3. Kebijakan Berdasarkan surat keputusan Kepala Puskesmas Karangkembang No :
118/702/SK/413.105.16/2016 tentang Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
5. Prosedur Persiapan alat :
1. Register rawat jalan
2. Register TB 05
3. Register TB 06
4. FORM TB 01
5. Form TB 02
6. Form TB 03
7. Obat OAT
Persiapan pasien
Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilaksanakan pada
pasien
Pelaksanaan
a. Pasien yang telah diperiksa dahaknya dipersilahkan masuk ke ruang BP.
b. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak di TB
05.
c. Untuk pasien dengan hasil BTA positif diberikan pengobatan dengan
OAT kategori I, dan untuk pasien dengan BTA negative dan rongsent
mendukung diberikan pengobatan dengan kategori III sesuai berat badan
pasien.
Dengan dosis pemberian sesuai tabel sebagai berikut :
Tahap Lanjutan 3
Tahap intensif tiap hari
kali seminggu
Berat Badan selama 56 hari RHZE
selama 16 minggu
(150/75/400/275)
RH (150 /150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
>71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
Setelah pengobatan tahap intensif akhir bulan ke II, dilakukan pemeriksaan
BTA,bila hasil negative dilanjutkan tahap lanjutan, dan bila hasil pemeriksaan
BTA positif diberikan sisipan dengan dosis sesuai berat badan pasien.
Dengan dosis sesuai tabel sebagai berikut :
Berat Badan Tahap intensif (150/75/400/275)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT
>71 kg 5 tablet 4 KDT
Dan bila hasil pemeriksaan pada akhir tahap intensif negative dilanjutkan
tahap lanjutan, kemudian diperiksa dahak ulang pada akhir bulan ke V, bila
hasil negative dilanjutkan pengobatannya, dan dilakukan pemeriksaan ulang
pada akhir bulan ke VI atau akhir pengobatan.
Bila hasil pemeriksaan pada bulan ke VI negative dan pada awal pengobatan
positif pasien dinyatakan sembuh.
Dan bila pada akhir pengobatan hasil negative dan pada awal pengobatan
negative dengan rongsent positif pasien dikatakan pengobatan lengkap.
6. Bagan Alir
1. Pengertian Menerima pasien Puskesmas untuk dirawat sesuai yang berlaku dirawat jalan
2. Tujuan Sebagai acuan dalam protap perwatan dasar langsung
3. Kebijakan Berdasarkan surat keputusan Kepala Puskesmas Karangkembang No :
118/702/SK/413.105.16/2016 tentang Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Perry, Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta.EGC
5. Prosedur 1. Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah.
2. Lihat kondisi pasien (bisa berdiri, duduk atau berbaring)
3. Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui anamnese dan pemeriksaan
fisik.
4. Laporan pasien pada penanggung jawab ruangan.
5. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata tertib yang berlaku di
Puskesmas serta orientasi keadaan ruangan/fasilitas yang ada.
6. Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medik dan catatan
perawatan pasien.
7. Memberitahukan prosedur perawatan/tindakan yang segera dilakukan
6. Bagan Alir
Pengkajian Data
Penerimaan (anamnesa, Penjelasan Hasil
Pasien pemeriksaan Pemeriksaan
fisik)
Mencatat Data
Tindakan
Medik
1. Pengertian Pelayanan terhadap semua pasien yang sudah pernah datang berobat ke
instalasi rawat jalan
2. Tujuan Agar dapat melanjutkan terapi yang pernah diberikan sebelumnya
Penjelasan
Terapi kepada pasien
dan keluarga
1. Pengertian Suatu kegiatan tang dilaksanakan untuk melakukan pengukuran tekanan darah
arteri.
2. Tujuan Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek
klinik dalam mengukur tekanan darah pasien.
3. Kebijakan Berdasarkan surat keputusan Kepala Puskesmas Karangkembang No :
118/702/SK/413.105.16/2016 tentang Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi 1. Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran, EGC
2. Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
5. Prosedur a. Persiapan alat
1. Tensimeter
2. Stetoskope
3. Buku / catatan
b. Persiapan pasien & lingkungan
1. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitr pasien.
c. Pelaksanaan
1. Alat – alat didekatkan
2. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
posisinya diatur sesuai kebutuhan.
3. Mengatur posisi pasien.
4. Membuka lengan baju atau digulung.
5. Letakkan tensimeter sejajar.
6. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2 – 3 cm diatas vena
cubiti dengan pipa karetnya pada bagian luar lengan. Manset
dipasang tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.
7. Meraba denyut arteri bracialislalu stetoskope ditempatkan pada
daerah tersebut.
8. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di
dalam gelas pipa naik.
9. Membuka skrup balon perlahan – lahan. Sambil memperhatikan
turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.
10. Pasien dirapikan.
11. Alat – alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
12. Petugas cuci tangan dan hasil dicatat
6. Bagan Alir
Pasang manset Tutup skrup balon
Persiapan alat dan raba denyut karet, pengunci
arteri raksa dibuka
Buka skrup
Persiapan pasien Letakkan perlahan,
dan lingkungkan tensimeter sejajar perhatikan
turunnya raksa
1. Pengertian Dispepsia merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak / sakit perut dibagia atas yang hilang timbul / menetap yang
dapat disertai mual / muntah
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan dispepsia dan mencegah terjadinya
komplikasi untuk semua pasien yang menderita dispepsia yang datang di unit
pelayanan umum
3. Kebijakan Berdasarkan surat keputusan Kepala Puskesmas Karangkembang No :
118/702/SK/413.105.16/2016 tentang Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi 1. Buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas 2007
2. Kapita selekta kedokteran jilid 1, ed III, penerbit media aesculapius FK-
UI
5. Prosedur 1. Petugas menyiapkan format laporan penderita baru
2. Menuliskan identitas pasien yang akan diperiksa
3. Pemeriksaan awal berdasarkan gejala klinik
4. Pengukuran tekanan darah, suhu badan, dan dicatat dalam buku status
5. Anamnesa terkait keluhan yang dirasakan seperti kembung, nyeri ulu hati,
mual, muntah, tidak nafsu makan, pola makan sehari – hari, pola defekasi,
ada atau tidaknya demam
6. Pemeriksaan fisik seperti keadaan umum, ada atau tidaknya nyeri tekan
epigastrium, ada tidaknya dehidrasi
7. Terapi sesuai dengan acuan penatalaksanaan terapi
a. Pemberian antasida 20-150 ml per hari, menetralisir sekresi
asam lambung, simptomatis mengurangi rasa nyeri
b. Antagonis reseptor H2
6. Bagan Alir
Pengukuran
tekanan darah,
Anamnesa dan Terapi dengan
suhu, dan dicatat
pemeriksaan fisik diagnosa dispepsia
dalam status
pasien
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit terkait Rawat Jalan
UGD
9. Dokumen terkait Rekam Medis
Register Pasien
10. Rekaman Historis
No Yang diubah Isi perubahan Tgl mulai diberlakukan
KUSTA
No. Dokumen
No. Revisi 0–0
SOP Tanggal Terbit 13 September 2016
Halaman 1- 2
Pemeriksaan pandang
Pendaftaran
dan raba
Diagnosis kusta
• Cardinal sign
Dibuatkan buku register • Penebalan saraf + gangguan
dan pengobatan kusta fungsi
• Basil tahan asam
1. Pengertian Diare adalah berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 x atau lebih
dalam sehari) dan berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air saja,
kadang-kadang juga disertai dengan muntah, panas dan lain-lain
2. Tujuan Menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan
cara menyembuhkan pasien
3. Kebijakan Berdasarkan surat keputusan Kepala Puskesmas Karangkembang No :
118/702/SK/413.105.16/2016 tentang Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga
5. Prosedur 1. Pasien datang ke BP /Pustu/Posyandu/ Polindes
2. Dilakukan pemeriksaan medis yang meliputi :
a. Anamnese yang meliputi :
Tanyakan kapan mulai diare
Tanyakan berapa kali dalam 24 jam
Tanyakan pengobatan apa yang telah diberikan
Tanyakan apakah anak panas
Tanyakan apakah ada lendir, darah, seperti air cucian beras
Tanyakan apakah anak muntah
Tanyakan apakah anak mau ,minummakan
Tanyakan apakah anak kejang
b. Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan percusi
dengan teliti.
Inspeksi : KU, apakah lemes, muka pucat, bibir kering
Palpasi : Apakah ubun-ubun cekung, mata cekung, nyeri tekan
Auskultasi : Bagaimana usus
Perkusi : Apakah ada kelainan usus
c. Lakukan pemeriksaan suhu,nadi,RR, Tensi
3. Tegakan diagnosa non spesifik, basiler, amuba.
4. Berikan terapi sesuai dengan protap diare :
Rencana terapi A (tatalaksana diare dirumah tanpa dehidrasi)
Rencana terapi B (Dehidrasi sedang)
Rencana terapi C (Dehidrasi berat )
Penggunaan obat pada diare anak
1) Antibiotik hanya untuk disentri/kolera
2) Anti parasit hanya yang amubiasis/giardiasis
3) Anti dare &anti emetik tidak dianjurkan
6. Bagan Alir
Pemeriksaan medis
•Anamnesa
•Inspeksi, Palpasi, auskultasi,
Perkusi
Tegakan diagnosa
•Suhu, Nadi, RR, Tensi
1. Pengertian Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella typhi
2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penanganan penderita tifoid
3. Kebijakan Berdasarkan surat keputusan Kepala Puskesmas Karangkembang No :
118/702/SK/413.105.16/2016 tentang Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Demam Tifoid. Jakarta : FK UI,
2000
5. Prosedur Anamnesa
Diagnosis Diferensial
- Infeksi karena virus + (Dengue influenza)
- Malaria
- Broncho pnemonia
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan lab
- Hb, Leko, Diff, Trombist, Ht
- Urine lengkap
- Widal
Terapi
1. Tirah baring, diet lunak, chloramphenicol 2 gr/hr atau kotrimoksasol 2
x 2 tab diberikan sampai 7 hari bebas napas atau Quinolon
2. pemberian cairan infuse RL / D 5%
Penyulit :
- Toksis
- Perforasi usus mengakibatkan peritonitis
- Perdarahan dari usus
Lama perawatan :
Umumnya sampai 7 hari bebas panas
6. Bagan Alir